Sekolah Menengah Atas Taruna Jaya adalah Sekolah Unggulan terpadu di mana di dalamnya terdapat lembaga SD, SMP, bahkan Hingga SMA beserta SMK. Sekolah ini berdiri semenjak Zaman Konoha heheheh sebelum negara api menyerang.
Bukan SMA Taruna Jaya namanya jika tak dapat menyabet kemenangan dari segala pertandingan. Sebab, guru-guru di sana merupakan Guru-guru pilihan untuk siswa - siswi pilihan juga.
Siap anak - anak! One ... Two ... One two Three ...
Belokkan pinggang ke kanan, Belokkan ke kiri!!! Ayo kaki yang konsisten ....
Semua siswa mengikuti gerak tari yang di ajarkan oleh Ibu Pushi. Beliau sebenarnya bukanlah guru Tari lebih tepatnya bu Pushi adalah Guru bahasa indonesia SMA Taruna Jaya. Kesayangannya siswa putra. Parasnya yang ayu alami bukan ala skincare membuat siswanya ingin menjadi suami mudanya wkwkwkwk.
" Ayo Meme! Kakinya - kakinya ... " seru Pushi kepada siswanya.
Lantunan suara Wonderful Indonesia mengaung di seluruh penjuru ruangan teater ini. Ruangan yang sejatinya ibu pushi siapkan untuk anak-anak bahasa. Tapi Pushi ingin anak-anaknya tak hanya pandai dalam akademik melainkan memiliki banyak keahlian. Generasi bangsa harus unggul setiap outputnya.
" Bu Pushi ... Anak-anak mulai pekan depan akan ikut latihan kemiliteran itu program sekolah. Jadi, bagi mereka yang berminat akan di bibit sedini mungkin," ujar Pak Angga pada Pushi yang nampak manggut-manggut sambil menceklist perangkat ajarnya. Dia nampak rapi dalam administrasi sekolah bahkan tak canggung menyelesaikan semua tugasnya tepat waktu.
" Permisi bu Pushi!!" suara tegas terdengar dari arah pintu. Pushi berfikir itu adalah Letnan Ahmad Zaki Mirza. Dia yang fokus pada map Snel di tangannya. Sontak saja menjawab tanpa tahu siapa yang datang.
" Silahkan masuk Letnan Zaki! Seperti biasa ya anak-anak bahasa banyak yang ikut pelatihan yang di laksanakan oleh kesatuan Marinir AU," cerocosnya membuat Angga menggelengkan kepala sebab yang datang bukanlah letnan Zaki entah siapa itu. Angga menyenggol lengan rekannya agar menoleh sejenak.
" Bu Pushi! Menolehlah ... Bukan Zaki yang datang tapi Letnan lainnya," bisik Angga sambil tersenyum ke arah sang petugas dari kemiliteran setempat.
" Benarkah?" Pushi yang sedang menggunakan seragam PGRI itu membenahinya agar tak awut-awutan. Sebab dia baru saja selesai melatih tari anak-anak. Dia juga masih memakai sendal di ruang teaternya ini.
" Maaf pak ... Silahkan masuk! Saya kira tadi letnan Zaki," jawabnya kemudian berdiri dan menghormati Tim pengganti Zaki.
" Bu ... Letnan Zaki sedang cuti menikah. Jadi, kami petugas baru yang di minta jenderal untuk menggantikan," jawabnya sambil menyodorkan berkas yang harus Pushi tanda tangani. Anggap saja itu SPPD ( Surat Perintah Perjalanan Dinas). Pushi menerimanya dengan tersenyum getir.
" Perkenalkan bu saya Pratu Andika Damora," dia mengenalkan diri sambil mengulas senyum nan tegas. Pushi juga mengangguk.
" Saya terima pak! Untuk anak-anak kami siapkan 10 menit lagi ya! Ini baru istirahat," ujarnya yang diikuti anggukan Pratu Andika.
Pushi segera memakai sepatunya dan mengajak Andika untuk menunjukkan tempat latihan. Pushi juga tidak kikuk menghadapi segala bentuk modelan anggota militer. Semuanya nampak biasa.
Saat dalam perjalanan ke lapangan. Andika memberanikan diri memberikan selembar kertas yang di tujukan untuk pushi dari Letnan Zaki.
" Maafkan saya bu! Ini ada titipan dari Letnan Zaki!" menyodorkan lembar itu. Tanpa basa basi Pushi mengambilnya dan mengatakan terima kasih. Pratu Andika nampak dengan getir memberikannya. Namun Pushi sudah memberikan keputusan pada Zaki beberapa bulan lalu.
♡ Paramitha Push ♡
Pushi ... Mungkin kedatangan surat ini akan menyakiti sebelah hatimu. Tapi bukan berarti dengan sengaja aku melukai hatimu. Aku sudah berusaha membujukmu bahkan ibuku. Namun rupanya kamu memang tak ingin berlanjut denganku. Dengan berat hati aku memilih calon dari ibuku.
Pushi jika aku boleh mengatakan sesungguhnya aku tidak menginginkan semua ini. Tapi siapa aku? Jika kamu sudah tak ingin berjuany denganku maka itu sangat memberatkanku. Pahamilah berjuang seorang diri itu sangatlah menyedihkan. Semoga kamu bahagia pushi kelak ke depannya.
Kita tetap teman sampai kapanpun. Aku akan merindukan senyumanmu pushi.
♡ Zaki Mirza ♡
Pushi membacanya dengan menggelengkan kepala. Dia heran kenapa letnan satu ini luwes sekali mengatakan hal seperti ini. Pushi sudah merubah bahasanya menjadi puitis. Rasanya lucu seorang letnan mengatakan hal itu.
" Bu ... Kamu baik-baik saja?!" seru Pratu Andika.
" It' Never Mind ... " pushi terkekeh dan melambaikan tangan ke anak-anak agar berkumpul di lapangan bagi mereka yany sudah mendaftarkan diri.
" Hayok .... Anak-anak ganteng ... Anak -anak Cantik! Come on sayangnya bu Pushi keburu panas nak terik matahari sudah sampai ubun -ubum kalian nanti!" seru Bu pushi. Semua dari mereka berlari kw arah lapangan.
Pratu Andika menatap Wow aba-aba pushi. Bahkan anak-anak itu menurut tanpa protes. Sihir bu pushi mah tak terkalahkan jika bersama anak-anak begini. Sungguh mereka terhipnotis oelh guru satu ini. Termasuk Pratu Andika yang menatap bangga padanya. Meskipun masih muda skillnya bagus.
" Anak-anak dengarkan baik-baik! Jangan menyusahkan petugas dari kemiliteran. Jika tidak maka kalian ibu keluarkan dari Pelatihan ini! Terserah setelah itu mau jadi apa? Paham!" serunya menatap tajam bak mata elang yang kehausan ke arah siswa - siswinya.
" Siap bu pushi!" jawab mereka serentak sehingga nampak terlihat kompak.
" Bagus," jawabnya. Kemudiaan menatap Pratu Andika yang sudah tersenyum manis seperti Gulaku.
Setelahmya pushi meninggalkan petugas itu mengerjakan kewajibannya dan pushi segera masuk ke kelasnya lagi. Ada jam yang harus dia isi siang ini.
Karya ini hanyalah fiktif belaka ya! Author kembali mendedikasikan serta memberikan ide-ide yang muncul begitu saja semoga menyukai karya baru author.
Yups ... Jangan kebiasaannya ya :
Likeee
Komen
Vote
Kasih Rate
Gift
Heheheh makasih sayangku yang ada di dunia maya. Aku bahagia mengenal kalian meskipun hanya via komen.
" Hei ... Dadar Gulung! Kenapa mojok kayak pojok baca di sana!" seru Pushi pada siswanya itu. Siswanya itu nampak cuej. Pembawaannya terlalu cool untuk anak remaja setengah dewasa itu. Pushi yang masih berusia 23 tahun terkadang mendapat perlakuan istimewa. Bahkan tak jarang banyak siswa yang mengagumi sosoknya yang seperti kuntilanak hahahah hush ngawur tapi mbak kunti hahha. Heleh lakok jadi kemana -mana bahasannya.
Pushi mendekati pemuda tampan itu ...
" Wait! Bukankah kamu seharusnya ikut latihan di lapangan," ujar Pushi padanya. Pemuda itu melirik tajam pada pushi.
" Bu ... Berhentilah mengintimidasi saya! Saya tidak suka menjadi prajurit. Abang yang menginginkannya," jawabnya agak protes. Bahkan baru kali ini dia memprotes gurunya. Sebab kejengkelan dalam dadanya ynag bertengger.
" Lalu? Kenapa tidak katakan saja pada abangmu?? Hmmm ... " tanya Pushi padanya. Dia menatap gurunya tak sungkan. Tak ada jawaban sehingga pushi mencubit lengannya.
" Auhhh sakit bu!" keluhnya.
" Ibu tanya kamu jawab bukan malah menatap tidak jelas seperti itu!!!" demo pushi karena terkadang anak-anak itu suka jelalatan matanya. Pushi berharap sudah harus bisa menggiring anak -anak untuk bertanggung jawab pada pilihannya masing-masing.
" Siapa namanya???" tanya Pushi sambil melihat buku tabel yang dia bawa di salam map Snell yang ada pada perangkatnya. Pushi menatap siswanya itu dengan tajam Karena mengatakan hal sengak bagi pushi.
" Nama abang apa nama saya bu???" cengirnya dengan sangat menyebalkan dan tatapan horor pushi sudah memenuhi ruang pojok baca itu. Namun siswanya itu cuek saja.
" Nama jenderal kesatuan abangmu!!!! Dasar anak cerdas ya ... Yang sekolah di sini memangnya abangmu atau jenderalnya???" Suara maraton Pushi sampai pada penghujung sekolah. Sampai beberapa guru yang lewat di pojok baca Pushi sampai menoleh dan tertarik untuk menengok sejenak sambil unjuk gigi.
Tatapan Pushi membuat semua guru -guru itu nyengir dan berlalu dari sana. Pushi kemudian duduk di hadapannya. Pushi masih menatap siswanya itu. Pushi malas jika asa keluarga yang memaksakan kehendak pada siswa untuk memilih sesuai dengan yang mereka harapkan. Sungguh itu mengesalkan sekali bagi pushi.
" Kelas berapa kamu?" tanya pushi dengan memegang bolpointnya dengan siapa mencari datanya. Dia diam saja tanpa menjawab. " Ada apa ? Apakah bu pushi akan menggigitmu sampai kamu tak bisa menjawab? Hmm ... " cicitnya pagi. Agaknya pagi menjelang siang ini rasanya bu pushi agak sedikit bawel karena satu orang yang meresahkan jiwa gurunya dan tidak sesuai dengan aturan yang dia harapkan.
" XI IPS 2 bu namaku Mahatma Gusli Satria panggilanku Mahat. Apakah sudah puas bu? Biarkan aku pergi! Aku sedang tidak ingin di ganggu," jawabnya seketus pohon. Lihat saja Pushi sudah geram padanya seketika. Bagaimana bisa ada siswa sepertinya.
Pushi hanya menatap punggung anak itu. Tak ada kelembutan dalam dirinya. Dia nampak sangatlah tertekan. Pushi pun hanya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian menuju ke ruangannya. Di sana dia mendapati angga yang sedang menatapnya.
" Apa melihatku seperti itu?" tanya Pushi pada Angga sang guru olahraga yang menatapnya sinis.
Angga adalah guru olahraga yang menyukai Pushi namun gadis itu telah merajut kasih dengan Letna Zaki yang tak lain adalah teman semasa dia bersekolah di sekolah menengah Atas. Mereka memang menjalin hubungan berkomitmen ke arah serius. Bahkan pushi juga tak suka laki -laki yang menye-menye.
" Apakah setelah putus dari Tentara itu kau mengincar kakak dari Mahat?" tanyanya Sinis. Angga terlalu marah karena Pushi menolaknya dengan tegas tanpa ada roman-roman mohon maaf atau maafkan aku.
" Apakah aku mengenal kakak Mahat? Mulut anda ini semakin kemari semakin tidak beretika sama sekali. Pembahasan anda benar-benar tak bermutu," jawab Pushi kemudian fokus pada laptopnya yang terang benderang dan bersiap menge-print sesuatu.
Aku akan memanggil abang Mahat. Ini tidak boleh berlarut sebab Mahat akan semakin malas mengikuti mapel lainnya juga. Ini tidak bisa di biarkan.
Pushi memiliki nama panjang Paramitha Ayunda Pratiwi jauh sekali dengan nama panggilannya. Malah terdengar seperti meong hahahah. Ya, tapi inilah nama aslinya dan nama kerennya. Pushi adalah seorang guru Di salah satu Sekolah Taruna Jaya. Dia adalah Guru Bahasa Indonesia sekaligus BK untuk jenjang kelas XI dan Guru Talenta Puisi, Drama, Musikalitas bahkan Tari. Semua seni berbelok ke arahnya. Pushi berasal dari keluarga menengah ke bawah tapi dukungan orang tuanya yang menjadikan dia seperti ini.
Nampak printer itu sudah mencetak lembar surat untuk Mahat. Pushi pun segera memasuki ruangan pemanggilan dan menggemakan suara Mahat di pengeras suara.
" Kepada Ananda Mahat! Silahkan menemui Bu Pushi di ruang BK," serunya di pengeras suara.
Mahat yang mendengar namanya di panggil jadi menghela nafas. Bu pushi tak membiarkan mahat duduk dengan tenang saat ini. Mahat nampak berjalan dengan cepat ke ruangan BK di mana di ada bu Pushi.
Sesampainya Mahat di sana ...
" Duduklah Mahat!" seru pushi dengan tegas. Mahat pun segera duduk. Pushi mendorong surat yang ada di tangannya pada Mahat.
" Mahat berbicara denganmu tidak ada gunanya! Berikan ini pada abangmu bu Pushi ingin bertemu dengannya," ujarnya lagi dengan memastikan mahat akan memberikannya.
" Akan aku hubungi abang sekarang bu! Membuat janji dengannya agak sulit bu," jawab Mahat dengan serius. Pushi pun mengangguk pada Mahat.
" Baiklah Mahat," jawabnya menyetujui.
...----------------...
Di rumah dinas itu nampak Pushi duduk di ruang tamu yang berada di ruangan sepetak namun cukup bersih. Mahat juga menyajikan minuman Teh dingin untuk gurunya itu.
" Silahkan bu! Abang masih dalam perjalanan kemari," ucapnya.
" Terima kasih! Mahat gantilah bajumu! Bu pushi bisa di tinggal," ujarnya agar Mahat pergi dari sana. Pushi tahu bahwa Mahat tidak bisa meninggalkannya karena sungkan.
" Assalamualaikum!"
Tak seberapa lama Mahat masuk suara seseorang datang dari arah depan pintu. Suara tegas dan tak ada lembek-lembeknya kayak ote-ote yant udah dingin.
" Waalaikumsalaam," jawab Pushi layaknya suara perempuan. Bukan mbak kunti loh ya suara perempuan hahahah.
Langkah kaki tegas itu terhenti dan sejenak menatap apa yang ada di depannya. Seorang perempuan muda yang tak pernah ada di rumahnya.
" Siapa? Apakah kekasih Mahat?" tanyanya dengan spontan tanpa melihat seragam yang di gunakannya.
Bodoh ya! Katanya Letnan tapi lihatlah kebodohannya. Apakah wajah ini seperti anak-anak sehingga pantas menjadi kekasih Mahat. Ya Ampun mulut lemes kakaknya ini rupanya juga harus di tabok sama sepatu lancipku.
" Dia bu Pushi Bang ! Yang akan menemui abang," jawab Mahat keluar dari lubang semut. Eh, bukan lubang buaya ya ampun bukan dari dalam ruang kamarnya. Heheheh.
" Oh ... Sebentar!" serunya dengan ber-oh ria sjaa. Lelaki bego apa tolol sih. Ini waktu istirahat loh gue kemari melakukan kunjungan lebih kerennya Visit. Ya elah lama benar yang mau bilang gue mau ngapelin abangnya hahaha.
Ogah. Ini kenapa? Bisa Visit kemari. Hadew salah loe pushi ngapain cari perkara ke rumah ini mana masuk aja kayak ******* tunggu ba bi bu baru boleh masuk. Heleh. Ribet hidup gue.
...Jangan lupa likeeee...
Flash back On ...
Di ruang BK nampak Mahat menghubungi kakaknya. Dia tak ada kesan manja atau apapun. Keduanya berbicara layaknya orang lain. Pushi hanya menghela nafas berat menyayangkan saat kakaknya itu memaksakan kehendaknya pafa Mahat.
" Bang ... Guru Bk Mahat ingin Home Visit. Kapan abang bisa di kunjungi?" tanya Mahat pada abangnya tersayang.
" Datanglah nanti sore! Abang satu minggu ini tak ada tugas mendesak," jawabnya dengan tegas.
Pushi yany mendengar percakapan itu hanya menggelengkan kepala. Bagaimana bisa hubungan saudara sekaku itu. Why? Seharusnya lebih harmonisasi bukan. Ck. Sungguh seperti papan tiang listrik Vs triplek 5 dimesi wkwkwkwkwk. Sungguh kaku sekali.
Flash back Off ...
Kakak Mahat namoak melepas seragam kebanggaannya. Dia hanya memakai kaos oblong putih dan Celana kebanggaanya. Dia menatap ke arah pushi dan duduk di hadapannya.
" Apakah Mahat membuat masalah di sekolahnya bu? Sebelumnya maaf sudah mengatakan hal yang kurang sopan jika anda kekasih Mahat," ujarnya tanpa rasa malu sedikit menyebalkan sekali abang mahat ini.
" Pak ... Apakah anda kakak mahat?" tanya Pushi ambigu membuat sang kakak mengernyitkan alisnya selihai bulan sabit. Dia mempertanyakan statusnya. Dia siapa? Seorang guru apa pegawai Dispenduk.
" Tentu. Mahat adalah kebanggaan kami," jawabnya dengan bingung atas pertanyaan ini. Ini mau Visit apa mau sensus. Nampak wajah abang mahat Jadi tak bersahabat.
" Pak ... Bebaskan Mahat memilih apa yang dia mau? Anda memintanya bergabung di Akmil AU kan? Tapi dia tak begitu tertarik saat ini hal itu bisa merusak akademisnya pak. Saya melihat dokumen akademis Mahat sangatlah bagus jadi jangan sampai hal itu Mahat malah tidak kembali bergabung di kelasnya. Dia sering berada di luar kelas saya kemari karena saya sebagai gurunya tidak ingin Mahat salah langkah. Biarkan dia mengeksplore dulu yang dia inginkan kemudian nanti kita arahkan," pushi mengatakan banyak hal sedangkan Mahat masih tertunduk dan abangnya menatap Pushi dengan tatapan tidak suka. Bu pushi terlihat terpojokkan akan hal itu.
Abang Mahat nampak sangat tidak suka dengan ide Bu pushi. Dia merasa keberatan dengan kata mengeksplore. Apa itu? Laki-laki haruslah kuat tidak cengeng. Nampak geram wajah abang Mahat itu tergambar jelas. Di tengah perbincangan itu ada bawahan sang abang mohon ijin masuk.
" Mohon ijin masuk Ndan!" serunya.
Abang Mahat berdiri dan meninggalkan hu pushi sementara. Dia menyampaikan pesan dari jenderal agar Abang mahat itu melakukans sesuatu yang penting. Namun pushi yang menatap Mahat itu di kagetkan dengan sapaan yang sebetulnya membuat kaget abang Mahat juga.
" Permisi kakak ipar! Mohon maaf mengangguk waktunya dengan komandan!!!" serunya dengan keluar dari ruangan itu.
Baik pushi, mahat dan abangnya itu jadi cengo. Kenapa visit ini malah seperti adegan keluarga. Bagaimana bisa seperti ini. Abang mahat yang wajahnya kayak triplek kutiplek itu tak mengomentari sama sekali. Biasa aja wajahnya itu. Dia malah kembali duduk di hadapan pushi.
" Katakan! Apakah Mahat nampak tersiksa dengan pelatihan itu?" pertanyaan kaku dari sang abang mahat pada pushi. Pushi mengangguk mengiyakan.
" Siang ini .... Saat saya akan ke ruang guru. Saya melihat adik anda di pojok kelas yang sepi. Semua siswa kelas itu kebetulan mengikuti pelatihan itu. Saya mendekati adik anda ini dan dia menjelaskan hal yang membuat saya tidak percaya tapi setelah saya lihat ke arah binar matanya ternyata hal itu benar. Apakah saya boleh meminta? Berikan dia waktu untuk memilih yang dia minati?" tanya pushi berhati-hati. Kini abang Mahat menatap Pushi dengan tatapan elangnya. Bahkan dia seperti akan mengamuk pada guru muda itu. Tapi pushi tetaplah pushi yang tak akan mundur dari aksinya. Mahat masih saja tertunduk sampai pandangannya tak terlihat.
" Baiklah ... Tapi anda yang akan bertanggung jawab atas Mahat! Jika dia menjadi tak benar maka anda yang saya cari!!!" serunya pada Pushi kemudian pergi menandakan marah namun tak tersampaikan. Mungkin karena pushi seorang perempuan. Dia berlalu dari sana tanpa ijin.
Pushi pun menatap mahat yang tersenyum padanya. Akhirnya pushi memutuskan untuk pulang. Mahat mengantarkan pushi ke depan. Tapi mereka berdua melihat ban motor pushi kempes.
Masalah lagi. Haduh!
" Bu ban -nya kempes!" Seru Mahat.
" Mahat! Adakah tambal ban dekat sini," jawabnya dengan bimbang. Sebab hari sudah agak gelap biasanya tutup karena magriban. Pushi mengangguk dan tersenyum pada Mahat.
" Baiklah ... Ibu akan cari sendiri. Mahat masuk saja!!!" serunya karena kasihan Mahat belum istirahat sedari tadi.
Saat pushi akan mendorong motornya yang sebenarnya tidak butut. Tapi tiba-tiba saja motor itu jadi menyebalkan sekali. Kenapa harus sekarang kempesnya. Ya Allah. Ini namanya apes di kandang macan. Udah tadi macannya gak bersahabat sama sekali menjengkelkan.
" Tunggu! Tukang tambal ban di depan tutup. Sholatlah dulu! Nanti saya antarkan pulang biar besok motornya di bawa Mahat!" seru si triplek ketiplek.
Tiba - tiba pushi jadi budek dadakan. Mahat mengguncang lengan bu pushi-nya itu sebab tak kunjung menaruh sepedanya di halaman.
" Bu ... Abang yang akan antar ibu! Masuklah sholat dulu!" ajak mahat kali ini membuyarkan lamunannya.
" Iya mahat," jawabnya tak percaya ini.
Pushi! Kau akan menjadi bullian pak Angga lagi besok. Jikq Mahat membawa sepedamu. Dia tak akan meloloskanmu besok dalam sikapnya yang menyebalkan dan menyebarkan gosip itu. Pushi berharap pak Angga itu tak mengendus niat baik kakak Mahat bisa rusak ruang guru besok. Hmmmm.
" Letnan Pandu ada?" tanya seseorang yang mirip dengan Zaki dari arah belakang. Sontak saja Pushi menoleh dan mendapati Zaki dan seorang perempuan yang bergelayut manja. Seketika hati Pushi jadi berhenti dan Zaki melongo.
...Udah ahhhh jangan lupa likeeee ya sayangku...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!