Suara dj yang menggelegar terdengar keras disebuah klub megah dan ternama di kota milan- italia.
Seorang gadis cantik yang berpakaian terbuka tengah meneguk secangkir wingsky bersama dengan kekasihnya, ia sesekali ikut menari mengikuti iringan dj yang dimainkan.
"Darling. Ini sudah lewat malam, kau tidak takut jika daddy mu mencarimu? " Tanya pemuda yang menjadi kekasihnya.
Ia mendongkak dan mengelus rahang pemuda yang menjadi kekasihnya itu. "Tidak akan sayang. Percayalah padaku " Ucap gadis itu meyakinkan.
Setelah menghabiskan minumannya gadis cantik dan sexy itu berdiri dari duduknya. "Mari habiskan malam ini! Darling ".
Disaat ia akan pergi untuk melanjutkan kegiatan malamnya tiba tiba seseorang menarik tangannya dari belakang. "Kau sudah mabuk Je. Ayo kita pulang sebelum tuan tahu " Ucap gadis bernama Jesslyn.
"Tidak! Aku tidak mau pulang. Aku belum puas Jesslyn! " Tuturnya.
"JEANNE CATHERINE ARELLANO! ".
Deg!
Seketika jantung Jesslyn berdetak sangat kencang, mendengar teriakan dari seseorang yang sangat ia kenali. "O-om Andrew? ".
"BERANI SEKALI KAMU MASUK KETEMPAT HARAM SEPERTI INI! DAN LIHATLAH BAGAIMANA PENAMPILAN MU! " Sentak pemuda paruh baya yang merupakan ayah kandung dari Jeanne- Andrew Arellano.
Mendengar teriakan Tuan Andrew membuat seisi klub seketika menjadi hening.
"Kamu..... Kamu seperti daddy saya? " Celetuk Jeanne yang sudah kehilang kesadarannya.
Prak!
"Mau jadi apa kamu hah?! " Bentak Tuan Andrew.
"T-tuan lebih baik kita bicarakan dirumah. Jangan buat jeje semakin malu " Tutur Jesslyn.
Tuan Andrew memijit pelipisnya. Sungguh ia tidak percaya jika putri tunggal kesayangannya pergi ketempat seperti ini. "Baiklah, tolong bawa dia " Ucap Tuan Andrew.
Jesslyn menganggukan kepalanya lalu memampang saudaranya. "Udah aku peringatin berapa kali tetep aja gak denger, sorry kali ini aku gak bisa bantu kamu dari amukan Tuan Andrew Je" Gerutu Jesslyn di sela sela langkahnya.
Setelah pertengkaran tadi, semua orang yang berada di klub pun melanjutkan kembali aktivitasnya, pemuda yang menjadi kekasih gadis tadi tiba tiba menghilang begitu saja entah kemana.
Seorang pemuda paruh baya keluar dari mobilnya dan memasuki mansion megah miliknya dengan raut wajah yang tengah menahan amarah.
"Bawa gadis itu pergi ke kamarnya, dan tolong bersihkan juga badannya " Perintah Tuan Andrew kepada seorang maid.
"Hati hati Bi " Ucap Jesslyn pada maid itu.
"Baik Nona Jesslyn " Jawab maid tersebut.
"Kemari Jesslyn, ada yang ingin saya katakan padamu " Ucap Tuan Andrew.
Jesslyn menganggukkan kepalanya, setelahnya ia mendekat dan duduk di samping Tuan Andrew. "Ada apa Tuan " Tanya Jesslyn.
"Sepertinya saya akan kirim Jeanne ke indonesia, saya juga sudah merencanakan untuk perjodohan untuknya " Jelas Tuan Andrew.
Jesslyn tersentak mendengar penuturan dari Tuan Andrew. "Maksud Tuan, anda akan menikahkan Jeanne? Dia belum lulus sekolah tuan " Sahut Jesslyn.
"Tidak ada jalan keluar lagi. Keputusan saya sudah bulat, ini juga demi kebaikan Jeanne. Kau dan dia akan saya daftarkan sekolah di indonesia saya harap kau menjaga dia " Tutur Tuan Andrew.
Jesslyn mengangguk dengan pasti. "Tentu saja Tuan sampai kapan pun saya akan tetap menjaga Jeanne " Jelas Jesslyn.
"Oh ya, saya beri waktu lima hari sebelum kalian pergi ke indonesia. Dan selama lima hari itu saya ingin kau mencari identitas kekasih Jeanne " Perintah Tuan Andrew.
"Baik Tuan " Jawab Jesslyn.
Matahari bersinar dan menyelinap masuk kesela sela jendela kamar berwarna putih elegan, tertata barang barang mahal disana, tak ada satu pun yang berdebu karena setiap hari barang barang yang berada didalam kamar itu selalu di bersihkan hingga bersih kinclong oleh para maid.
Seorang gadis yang tengah nyenyak tidur seketika mengerjapkan matanya, karena tersinari oleh matahari.
"Eunghhh..... ".
Ia membuka mata dengan perlahan, dan detik selanjutnya ia langsung bangun dari tidurnya. "Astaga! Siapa yang membawaku kekamar ini? "
"Apa yang terjadi dengan semalam? Kenapa aku tidak mengingat apapun? " Gumamnya sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
"Apa mungkin Vandra yang mengantarkanku? ".
Disaat ia tengah melamun memikirkan kejadian kemarin malam, tiba tiba pintu kamar terbuka.
"Hai, gimana udah enakan? " Tanya Jesslyn.
Jeanne mendongkak. "Hmm " Jawab nya dengan deheman.
Jesslyn menghela nafas, kemudian ia pun menempelkan tangannya pada jidat gadis itu. "Tidak panas. Kemarin kau mabuk parah Jeanne " Ucap Jesslyn.
Jeanne membelabakkan kedua matanya. "Daddy tahu? " Tanyanya.
Jesslyn menganggukkan kepalanya. "Ya Tuan tahu, sepertinya kau akan mendapatkan hukuman " Jawab Jesslyn.
Mendengar perkataan Jesslyn membuat Jeanne semakin gelisah, sungguh hal yang paling menakutkan adalah ketika Daddynya marah.
"B-bagaimana ini Jesslyn?! " Panik Jeanne.
Jesslyn menghembuskan nafas kasarnya. "Entahlan. Namun ada satu cara agar Tuan memaafkanmu " Ucap Jesslyn.
"Apa itu?! " Tanya Jeanne dengan tak sabar.
Jesslyn pun mendekat dan membisikkan sesuatu. Detik selanjutnya Jeanne tiba tiba diam membeku seperti kehilangan kata kata.
***
"TAPI DAD! " Bentak Jeanne.
"Tidak bisa, kau harus tinggal dan menikah dengan anak dari teman daddy " Tegas Tuan Andrew.
Jeanne menoleh kearah Jesslyn, ia memeles seperti meminta pertolongan. Jesslyn yang melihat itu pun langsung memalingkan wajah dan berdecak.
"Please... Dad apa saja, asal jangan menikah dan tinggal di indonesia " Ucap Jeanne.
Tuan Andrew menatap putrinya dengan jenuh. "Keputusan Daddy tidak akan bisa dibantah titik " Tegas Tuan Andrew sekali lagi.
Jeanne berdecak. " Oke kalau gitu, tapi aku punya satu permintaan ".
"Apa? " Tanya Tuan Andrew.
"Selama lima hari aku ingin hidup bebas, aku boleh keluar masuk klub dan menghabiskan waktu bersama kekasih ku untuk yang terakhir kali nya " Ucap Jeanne.
"Jika Daddy tidak menyetujuinya, maka aku akan pergi dari rumah " Tambah Jeanne.
Tuan Andrew berfikir sejenak, detik selanjutnya ia pun mengangguk. "Baik, tapi setelah lima hari kau dan Jesslyn tinggal di indonesia ".
Jeanne tersenyum kemudian ia pun memeluk Daddynya. "Thankyou Dad, my father is the best ".
"Oke kalau gitu kamu sekolah dulu, hari ini ada pemotretan tidak? " Tanya Tuan Andrew sembari mengelus halus rambut panjang putri kesayangannya.
"Iya Dad hari ini aku ada pemotretan, dan hari ini aku tidak sekolah karena gurunya sedang ada rapat " Jawab Jeanne.
"Baik kalau begitu Daddy pergi kerja dulu " Pamit Tuan Andrew.
Jeanne tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Babay Daddy! " Ucapnya.
Setelah kepergian Daddynya, ia pun langsung pergi kekamarnya, Jesslyn yang melihat itu pun langsung menebak bahwa dia pasti akan menemui kekasihnya.
"Kau akan kemana? " Tanya Jesslyn yang datang menghampiri Jeanne.
Jeanne menoleh dan tersenyum. "Yang pasti aku akan bertemu dengan Nio! " Jawabnya dengan semangat.
Jesslyn menatap Jeanne dengan raut wajah jengah. "Sekali kau dibebaskan kemana saja langsung pergi, tapi ketika ada tugas sekolah pasti kau akan datang menemuiku " Gerutu Jesslyn.
Jeanne nyengir, membuat gigi rapihnya terlihat sempurna. "Hehehe kau adalah sahabat sekaligus kakakku satu satunya Jes ".
Jesslyn memutar bola matanya malas. "Terserah, aku akan ikut dengan mu ".
Jeanne melotot. "Tidak! Aku sudah mendapat kebebasan dari Daddy itu artinya lima jari ini kau tidak boleh mengikuti kemana aku pergi! " Jelasnya.
"Itu kebebasan dari Tuan Andrew bukan dari ku " Ucap Jesslyn.
"Tap- " Belum sempat Jeanne menyelesaikan perkataannya Jesslyn langsung saja pergi begitu saja.
Setelah selesai siap siap, Jeanne dengan semangat pergi keluar, untuk menemui sang kekasih. Jeanne sedari kecil sudah terbiasa homeschooling karena memang Daddynya menyuruhnya untuk melakukan photoshoot dibanding sekolah, karena dengan sedikit paksaan pada akhirnya ia pun pasrah.
Terkadang ia iri dengan orang orang yang seumurannya, yang dimana mereka dibebaskan untuk sekolah, bukannya bekerja.
"Nio! " Teriak Jeanne ketika melihat seorang pria tampan yang berdiri didepan mobil Lamborghini berwarna merah miliknya, tengah tersenyum kearahnya.
"Hai babe, morning.... " Sapanya sambil mengecup singkat pipi gadisnya.
"Ayo mari kita habiskan waktu bersama, hari ini aku tidak ada pemotretan " Ucap Jeanne dengan semangat.
"Mari " Ajak pemuda itu dengan membukakan pintu mobil untuk Jeanne.
Disisi lain sesuai perintah, kini Jesslyn tengah memata matai kekasih dari anak Tuannya.
"Gallenio farzano afkar " Gumam Jesslyn.
Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, lalu ia pun menelpon seseorang. "Namanya adalah Gallenio farzano afkar " Ucap Jesslyn kepada seseorang di ponselnya.
Kini Jeanne bersama dengan kekasihnya tengah bersenang senang disebuah mall.
"Kaya nya jangan bilang sama nio deh " Gumam Jeanne didalam hatinya.
Nio menoleh kearah Jeanne yang tengah melamun, ia pun menepuk pundak Jeanne. "Are you oke bub? " Tanyanya dengan nada lembut.
Jeanne tersenyum kemudian mengangguk. " I'm fine by " Jawabnya meyakinkan.
Tak terasa hari sudah gelap, Jeanne dan Nio yang tanpa sadar memerhatikan jam, masih berseng senang di sebuah klub malam.
"Kau tidak akan pulang by? " Tanya Nio yang sedikit sudah mabuk.
Jeanne yang sudah kehilangan kesadaran pun menggeleng keras. "No no no, aku tidak akan pulang sayang " Jawab Jeanne dengan mengelus rahang pemuda yang menjadi kekasihnya.
Nio tersenyum miring, kemudian ia pun memapang gadis itu menuju kesebuah kamar. "Mari habiskan malam bersama sayang " Bisiknya tepat ditelinga Jeanne.
Tak sengaja Jesslyn yang tengah memata matai mereka, melihat keadaan Jeanne yang sudah kehilangan kesadaran dan diajak oleh kekasihnya masuk kesebuah kamar pun langsung lari mendekat kearah mereka.
"Maaf tapi Tuan Andrew menyuruh untuk Jeanne cepat pulang " Ucap Jesslyn.
Nio berdecak. "G- " Belum sempat Nio menyelesaikan perkataannya Jesslyn sudah langsung membawa Jeanne pergi.
"Permisi ".
BRAK!
"Sialan gadis itu, kesempatan ku untuk mendapatkannya menjadi terhalang! Awas saja kau " Geram Nio.
"A-aku a-aku tidak ingin meninggalkan tempat ini " Celoteh Jeanne ditengah tengah langkahnya.
Jesslyn berdecak. "Sudah tahu kau tidak kuat minum, tetap saja minum. Ck merepotkan " Kesal Jesslyn.
Mereka pun sampai di mansion Arellano yang besar dan megah itu. Baru saja mereka masuk, tiba tiba datang sebuah pria paruh baya yang datang menghampiri mereka.
"Saya sudah siapkan tiket pesawat ke indonesia. Besok kau dan Jeanne akan pergi ke indonesia ".
Deg!
Jesslyn membulatkan kedua matanya. "Bukan kah anda memberi kami waktu lima hari? Kenapa dengan tiba tiba anda menyuruh kami pergi besok ".
Tuan Andrew menghela nafas. "Karena kekasihnya " Jawabnya.
Jesslyn mengerutkan kedua alisnya. "Maksud Tuan? Gallenio ".
Tuan Andrew mengangguk. "Jeanne akan dalam bahaya jika dia tinggal lebih lama di milan, Gallenio atau kekasihnya itu hanya ingin memanfaatkan ketenaran dan kekayaan yang di miliki Jeanne. Maka dari itu saya sudah putuskan bahwa besok kalian berdua pergi dan tinggal di indonesia saya sudah bicarakan dengan teman saya di sana " Jelas Tuan Andrew.
"Baik Tuan jika itu adalah yang terbaik untuk Jeanne, maka besok kami akan pergi " Ucap Jesslyn.
"Satu lagi! Jangan dulu beritahu Jeanne, beritahukan nanti setelah di bandara " Tambah Tuan Andrew dan diangguki Jesslyn.
"Enghhh....... ".
"Bangun, kita harus pergi " Ucap Jesslyn membangunkan Jeanne.
Jeanne menyipitkan matanya lalu kembali tertidur, membuat Jesslyn berdecak malas.
Dengan terpaksa Jesslyn pun menarik paksa selimut tebal yang dikenakan Jeanne.
"Apa sih! " Kesal Jeanne.
Jesslyn menatap Jeanne dengan datar. "Hari ini kita akan pergi. Kau mandi lah " Ujar Jesslyn.
Jeanne mengerutkan kedua alisnya. "Mau kemana sih, masih pagi loh ini! ".
Jesslyn memutar bola matanya malas, ia pun memperlihatkan jam dari ponselnya. "Cepat sana mandi, nanti kena marah daddymu ".
Jeanne menghembuskan nafasnya, kemudian ia pun bangkit dan berjalan menuju kamar mandi dengan malas. "Hmm..."
Setelah beberapa menit berlalu, kini gadis cantik dengan pakaian serba hitam dengan menggunakan topi dan kaca mata yang hitam juga, membuat aura yang selama ini berbeda. Membuat saudara dan Daddynya menatapnya dengan heran.
"Kau akan kepemakaman Jen? " Tanya Tuan Andrew.
"Siapa yang hari ini meninggal? " Tanya juga Jesslyn.
Jeanne berdecak. "Aku tidak akan kepemakaman dan hari ini tidak ada juga yang meninggal. Moodku sedang buruk makanya aku menggunakan pakaian serba hitam " Jelasnya.
Tuan Andrew mengangguk, kemudian ia pun mendekat dan memeluk putri dan keluarga satu satunya ia miliki. "Pergilah nak. Ini adalah yang terbaik untuk mu ".
Jeanne mengernyitkan kedua alisnya. "Sebenarnya aku akan kemana? " Tanyanya.
Tuan Andrew menghela nafas sejenak. "Hari ini kau dan Jesslyn akan pergi ke indonesia ".
Deg!
Jeanne membulatkan kedua matanya. "WHAT?! Bukankah Daddy sudah janji memberi waktu untukku selama lima hari? Ini belum lima hari Dad " Jawab Jeanne.
"Maaf, tapi ucapan Daddy tidak bisa di tarik. Bodyguard bawa dia " Perintah Tuan Andrew kepada bodyguard.
"DAD PLEASE! " Berontak Jeanne, namun kekuatannya kalah dengan para bodyguard itu. Dan terpaksa ia pun menyerah.
"Selama disana, dia akan menjadi tanggung jawabmu " Ucap Tuan Andrew pada Jesslyn.
Jesslyn mengangguk. "Baik, kalau begitu saya pergi " Pamitnya yang diangguki Tuan Andrew.
"Disini terlalu berbahaya untukmu princess... " Gumam Tuan Andrew.
Setelah sampai di bandara, mereka pun bersama dengan para bodyguard langsung saja masuk kedalam pesawat.
Jeanne sedari tadi hanya bisa menatap kosong kearah luar, entahlah hatinya menjadi kosong setelah dipaksa oleh Daddynya untuk pergi ke indonesia. Yang dimana negara yang dahulunya memberi luka terbesar baginya ditambah trauma yang ia dapat.
Dimulai dari ia melihat secara langsung Ibu kandungnya dibunuh oleh sekelompok orang jahat, bahkan di umur tiga tahun, setelah itu keluarganya juga di fitnah oleh kerabatnya sendiri.
Karena itu lah Tuan Andrew membawa pergi putri satu satunya sekaligus keluarga satu satunya yang Tuan Andrew miliki.
"Jean kita sudah sampai " Ucap Jesslyn membangunkan Jeanne.
Jeanne mengerjap lalu merogoh ponselnya dan menatap jam. " Hmm... " jawabnya sedikit malas.
Setelah bertahun tahun ia tidak menginjakkan kaki di tanah kelahirannya sendiri. Kini di ia datang kembali di umurnya yang ke tujuh belas tahun.
Jeanne menurunkan sedikit kaca mata hitamnya, lalu melihat kearah sekitar, dan tak sengaja ada seorang wanita paruh baya yang sedang melambaikan tangan kearahnya sembari tersenyum.
Perlahan wanita paruh baya tersebut mendekat. "Jeanne? Kamu sudah besar dan semakin cantik " Tutur wanita itu.
Jeanne yang masih bingung pun terpaksa tersenyum kikuk. "I-iya em maaf anda siapa? ".
Wanita itu tersenyum. "Saya adalah ibu dari Al " Jawabnya dengan sopan dan lemah lembut.
"Al? ".
"Alkairo Gerrard Anzalion. Pria yang akan dijodohkan denganmu ".
DEG!
Tunggu! Sepertinya Jeanne tak asing dengan nama itu. "Alkairo? " Gumamnya.
"Sudah, nanti juga kamu akan tahu. Oh iya panggilnya Mama aja ya " Ucap wanita itu.
Jeanne pun tersenyum dan mengangguk. "Iya tan eh Ma " Jawabnya.
Wanita itu pun tersenyum kemudian ia menoleh kearah Jesslyn. "Kamu Jesslyn ya? ".
Jesslyn tersenyum kemudian mengangguk. "Iya Tante " Jawab Jesslyn.
"Eh jangan panggil Tante dong, sama sama aja Mama kaya Jeanne, kan kalian juga anak mama ya " Jelas wanita itu.
Jeanne dan Jesslyn saling tatap, kemudian mereka pun tersenyum sembari mengangguk bersama. "Iya Mama " Jawab mereka secara bersamaan.
"Jadi begini rasanya punya ibu? " Ucap Jeanne dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!