NovelToon NovelToon

Touching Heart

Prolog

Mempunyai bobot tubuh yang overweight membuat Aurora sering mendapat bullyan dimanapun dia berada. Karna hal ini dia kerap kali kehilangan kepercayaan dirinya. Sedang lelaki  yang diam-diam ia cintai sejak kecil, tidak pernah sedikit pun menaru perasaan yang sama dengannya. Semenjak itu Aurora bertekad menutup hatinya dari lelaki manapun. Baginya semua lelaki hanya menginginkan perempuan cantik, sexy dan modis. Hingga suatu hari berita menggemparkan itu berhasil menunggang balikkan dunianya. Sang ayah tiba-tiba memaksakan kehendaknya agar dirinya bersedia menikah dengan seorang lelaki asing yang selalu menjadi sorotan kamera dan para perempuan cantik.

"Are you serious dad????" Pekik Aurora.

"More than serious dear. And your wedding will be held next month."

"But dad i..." Panik! semakin meninggikan suara

"Just do it. I don't want to hear your complain anymore!"

Bagaimana ini? Apa yang

harus dilakukannya untuk menghentikan pernikahan yang menurutnya

sangat konyol ini. Pria gila mana yang dengan mudahnya menerima sosok

seperti dirinya? Entah mengapa dirinya tiba-tiba meragukan kewarasan lelaki yang konon katanya sangat tampan tersebut.

"Oh God please help me..."

****

See you next part...

 

 

Satu

"AURORA BEATRIX LOUIS!!!"

Teriakan menggelegar itu sontak membuat seorang yang tengah asik mengunyah satu toples snack potato besar sambil rebahan diatas karpet berbulu menikmati drama percintaan romantis dari laptop dibuat terkejut hingga memekik tersedak dan terbatuk-batuk. Cepat-cepat dia meraih botol mineral disampingnya dan meneguk habis cairan tersebut.

"Mommy... Bisa tidak teriak-teriak??" kesal Aurora

"Mommy tidak akan teriak-teriak begitu kalau kamu langsung menjawab panggilan mommy." sembur wanita parubaya itu masih berkacak pinggang di depan pintu kamar.

"Ada apa sih mom?" Aurora mengalah. Percuma membalas perkataan mamanya itu.

"Cepat turun. Ada yang ingin daddymu katakan."

"Apalagi sih?"

"Mana mommy tahu. Cepetan! Dan apa itu?" Andin mendelik melihat snack yang berhamburan di karpet .

Mati aku!

1

2

3

"Ya ampun Aurora! Berapa kali mommy bilang berhenti mengunyah. Kamu tidak lihat badan kamu yang sebesar gajah itu apa?? Astaga Tuhan anak inii"

Tuhh kan.. Mulai lagi

"Cuma sedikit kok mom."

"Cuma sedikit katamu?? Semua toples snack yang momy simpan dibawah lenyap karna kamu angkut kemari"

"Iishh uda dong, Mom. Mommy kebawah duluan sana. Nanti Ara nyusul setelah beresin ini"

"Gadis ini! Cepat bereskan." gerutu Andin sambil berlalu pergi. Sementara dibelakang Ara mendesah lega lalu bergegas membersihkan kamarnya yang tiba-tiba berantakan akibat terkejut dengan suara membahana sang ratu.

"Ada apa dad?" tanya Ara begitu mendaratkan bokongnya disebelah Alex sang kakak.

"Ara sumpah demi apa? kenapa semakin hari kakak liat badanmu makin bengkak aja?" seru Alex mendramatisir

"Biarin!" ketusnya. Dia sudah biasa mendengar kata-kata menyebalkan Alex.

"Ya elah ini anak, dikasih tahu juga. Diet Ra, diet. Gak malu apa sama teman-teman kamu"

"Nanti!"

"Nantimu itu sama kayak nungguin ayam tumbuh gigi"

"Iissshhh.. Kakak!!" teriak Ara langsung memukuli Alex hingga pria itu terkekeh geli mendapat kebrutalan adiknya.

"kalian ini bisa tidak dalam sehari tidak membuat keributan?" hardik Andin

"Kakak yang diluan, Mom" tuduh Ara sambil kembali ke posisi duduknya semula.

"Kok aku? Kakak kan bilang faktanya kala..."

"Alex" peringat Haris, sang daddy yang sejak tadi diam menggeleng kepala melihat tingkah kedua anaknya. Sementara Ara yang melihat itu memeletkan lidahnya mengejek Alex.

"Kamu juga, Ara. Ada hal penting yang ingin Daddy sampaikan."

"Apa itu, Dad?"

"Ara, daddy akan segera menikahkanmu dengan anak teman Daddy."

"Are you serious, Dad????" Pekik Aurora. Tersentak mendengar kalimat santai itu dari Ayahnya.

"More than serious dear. And your wedding will be held next month."

"Oho.. Ara gak mau! Ara masih mau fokus kuliah."

"Setelah menikah kamu juga masih bisa meneruskan kuliahmu."

"But dad i..."

"Just do it. I don't want to hear your complain anymore!" tutup Haris segera beranjak pergi dari ruangan itu.

"Mom..." rengeknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca "Ara gak mau"

Andin mendesah melihat putrinya yang sudah menangis. Wanita parubaya itu lalu beranjak mendekati tempat duduk Ara dan langsung memberikan pelukan.

"Mommy sudah bicara sama daddymu sebelumnya, tapi kamu tahu kan daddymu itu juga tidak bisa diibantah."

"Tapi kenapa harus, Ara? Kenapa gak kak Alex aja. Kan dia yang sudah tua."

"Hellow adek beruang kakak, kalo kamu lupa kakak juga uda punya tunangan oke! Sementara kamu? Lah, dari dulu pacar aja gak ada. Seharusnya kamu bersyukur ada yang mau samamu." celetuk Alex dengan santainya

"Mommy.. Kak Alex jahatt" teriak Ara semakin menguatkan tangisannya.

"Alex sekali lagi kamu bicara mommy bakal lempar sendal ini ke kepalamu." ancam Andin

"Yaudahlah terima aja dek. Kakak kenal kok siapa laki-laki itu. Gak bakal nyesal deh"

"Ara tetap gak mau! Lagian dia gila apa? Mau sama perempuan kayak aku. Diluar sana banyak yang cantik dan sexy."

"Bener sih dek," Alex manggut-manggut, "tapi kan yang unik kayak kamu langka dek. Bulat"

"Mommy!!!" tangis Ara didalam pelukan Andin semakin membahana. Dan hal itu sukses membuat Alex terbahak karna berhasil menggoda sang adik. Sebelum Andin hendak melepas sendalnya, Alex sudah berlari kabur dengan tawa renyahnya.

Andin memijit kening menahan kesal melihat tingkah Alex yang gemar sekali menggoda Ara. Setelah kepergian putranya, Andin melerai pelukannya lalu nenghapus air mata dipipi chubby putrinya.

"Ara, dengarkan mommy, apapun yang daddymu putuskan percayalah itu semua demi kebaikanmu. Belajarlah menerima perjodohan ini. Mommy yakin semua akan baik-baik saja, hm"

"Tapi mom.."

"Ara, selama ini mommy dan daddy selalu memberikan apapun yang kamu inginkan dan tidak pernah meminta apapun darimu. Tapi untuk sekali ini saja sayang, cobalah penuhi permintaan daddy ya" bujuk Andin menatap sayang putrinya.

Melihat binar penuh harap dimata sang mommy membuat Ara menjadi tidak tega untuk membantah lagi. Lalu dengan lambat Ara mengangguk mengiyakan.

"Terimakasih sayang" Andin mengecup kening Ara dan kembali memeluk hangat putri bungsunya.

****

"Demi apa, Ra?? Kamu bilang nikah??" tanpa sadar Angel menggebrak meja dengan kuatnya sampai kelas yang tadinya riuh mendadak hening menatapnya heran. Ara yang melihat itu menutup wajahnya dengan telapak tangan menahan malu.

"ehe.. maaf ya.." Angel nyengir menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Setelah itu kelas kembali riuh seperti sebelumnya.

"Ra, kamu serius? Gak main-main kan?" kejar Angel kali ini dengan nada suara yang sudah normal.

"Aku juga berharap ini permainan daddy." Sahut Ara menunduk lemas

"Woahhh.. selamat, Ra! Aku turut bahagia." Seru Angel dengan semangatnya langsung memeluk leher berlipat sang sahabat dengan eratnya. "akhirnya sahabatku laku jugaa" sambungnya mengoncang-goncang tubuh Ara.

Ara melongoh dengan respon yang tidak disangka-sangkahnya dari Angel. Dia berpikir Angel akan turut bersedih atau menangis dengannya namun yang terjadi malah sebaliknya. Gadis bertubuh ramping itu justru memekik senang.

"iih, apaan sih. Kok kamu jadi kayak ikut ngedukung gitu" sungut Ara melepas pelukan Angel.

"Lah, jadi mau apa lagi kalo gak dukung?" Angel mengernyit

"Angel, aku dipaksa daddy. Bukan karna kemauanku." Mata Ara mulai berkaca-kaca.

Melihat itu angel memutar matanya malas. Sahabatnya ini tergolong gadis cengeng. Angel menaruh kedua tangannya pada sisi pundak Ara.

"Ara, kamu tahu kenapa aku bahagia dengar kabar ini?"

Ara menggeleng

"Aku senang akhirnya kamu menikah. Itu artinya dia menerima kamu apa adanya tanpa melihat fisik. Dan aku yakin Om Haris juga pasti sudah tahu kalau dia adalah yang terbaik untukmu"

"Sekalipun tanpa cinta?"

"Cinta bisa tumbuh saat kalian sering bersama nanti. Ayolah Ra, kamu pasti bisa. Lagian mau sampai kapan kamu mau sendiri begini?"

Ara tidak menjawab. Dia menunduk lesuh mencerna setiap perkataan sahabatnya itu,

Benar. Selama ini tidak ada pria yang meliriknya sedikitpun. Sejak dulu dia sering dibully dan diejek karna berat badannya yang overweight. Hanya Angel yang mau menerima dan bersahabat baik dengannya sejak sekolah menengah pertama. Kalau melihat dari penampilan, Angel adalah gadis cantik dan sejak dulu sangat populer mulai dari mereka di sekolah menengah pertama sampai kuliah. Tubuh gadis itu bak gitar spanyol, kulitnya eksotis terkesan sexy, matanya bulat, hidung mancung, alis tebal dan jangan lupakan otaknya juga pintar. Dimata Ara, Angel adalah gadis yang sempurna dan walaupun begitu Angel tidak pernah merendahkan atau menjauhinya sedikitpun seperti yang lain. Sekalipun cerewet, Ara bisa merasakan bahwa Angel murni menyayanginya sebagai sahabat.

"Ara" Angel menggamit dagu Ara, mendongak menatapnya.

"Percaya samaku, kamu sebenarnya sangat cantik. Hanya butuh sedikit usaha untuk membuatmu menjelma seperti bidadari. Tapi kalau kamu berubah menjadi cantik hanya agar dicintai, itu namanya persyaratan. Kamu tidak akan bisa melihat mana yang tulus, mana yang tidak. Jadi menurutku pria yang dijodohkan Om denganmu adalah yang terbaik. Menerimamu tanpa melihat penampilan."

"Angel.." rengek Ara, tersentuh dengan nasihat Angel. Dia memeluk erat sang sahabat "Terimakasih." Lirihnya

Angel mengangguk tersenyum. Mengusap punggung Ara ssolah memberi ketenangan.

****

"Bagaimana, Dad?"

"Harris menerimanya." Sahut seorang pria parubaya berkaca mata yang sedang duduk bersilang kaki disofa dengan sebuah surat kabar yang baru saja dibacanya

"Thank you, Dad" seru pria muda itu yang langsung saja memeluk dari belakang leher sang ayah dengan senangnya. Senyumnya tidak pernah pudar.

Holland tersenyum mendapat respon anak satu-satunya itu.

"Duduklah. Kau membuat leherku mau patah." candanya

Pria muda itu terkekeh kemudian mengambil tempat duduk di single sofa depan ayahnya.

"Kau yakin akan menjadikannya istrimu?"

"Tentu saja." masih tersenyum

"Tapi sepertinya para pengangummu diluar sana akan sangat kecewa begitu mengetahui bagaimana gadis yang akan kau nikahi nanti."

"Aku tidak peduli, Dad. Yang penting dia akan segera menjadi milikku."

"Sepertinya obsesimu terhadap gadis kecil itu semakin besar saja."

"Ralat dad, bukan obsesi tapi cinta yang harus kumiliki."

"Yah, terserah kau saja." putus Holland segera beranjak dari duduknya, berniat meninggalkan putranya yang sedang dimabuk cinta masa kecilnya itu. Namun sebelum langkahnya semakin jauh dia berhenti. Melirik dari bahu putranya yang sedang menyesap kopi.

"Oya, Pastikan kau berhasil mengakuisisi group emerald! Tikus kecil itu begitu mengganggu."

Pemuda itu menyeringai "Pasti, Dad. Besok daddy akan menerima kabar kejatuhan mereka."

"I'll wait son." sahut Holland, kembali meneruskan langkahnya.

To be continued...

Dua

"Ara, cepatlah turun. Sebentar lagi mereka datang." teriak Andin dari bawah

"Iya mom" sahut Ara

Malam ini adalah pertemuan pertamanya dengan keluarga dari calon suaminya. Sekaligus pertemuan pertama dengan pria yang dijodohkan dengannya. Sejak tadi Ara bergerak gelisah. Berputar-putar didalam kamar dan masih berharap kalau semua ini adalah mimpi. Namun teriakan menggema sang mama berhasil menyadarkan Ara bahwa ini bukanlah mimipi konyol yang dia harapkan melainkan sebuah kenyataan.

"Tuhan, aku harus bagaimana? Aku belum siap. Kalau boleh, bisakah Engkau mengagalkan semua ini?" pintanya dengan pandangan menengada keatas dengan kedua tangan yang terjalin terlipat di depan dada.

"Ara... Cepatlah!" teriak Andin sekali lagi

"Ternyata tidak bisa ya..." lirihnya lesuh

Ara menghembuskan nafasnya kasar lalu berjalan gontai menuruni satu per satu anak tangga. Tepat saat kakinya berpijak diundakan tangga terakhir, tamu yang ditunggu-tunggu sudah muncul didepan pintu. Kedua orangtuanya menyambut ramah sang tamu.

"Ssttt.. Ara sini" panggil Andin, menginstruksi putrinya untuk segera mendekat menyambut tamu mereka.

Dengan gontai Ara mendekat sambil menunduk. Dia tidak terlalu percaya diri untuk menatap calon keluarga barunya tersebut.

"Hei nak, kenapa menunduk begitu?" Holland memulai percakapan

Ara gugup mendengar suara berat pria tua yang masih terlihat gagah diusianya.

"A.. Ma..maaf, Om..." Ara terbata

Holland terkekeh "Tidak perlu meminta maaf. Dan satu lagi, mulai sekarang jangan panggil aku Om tapi Daddy. Karna tidak lama lagi kau akan menjadi putriku juga."

"Ba..baik Om.. eh, Daddy"

"Gadis pintar" Holland tersenyum "astaga, daddy hampir lupa. Perkenalkan pria tampan ini, Ellard O'Neil Miller putraku sekaligus calon suamimu" Holland menepuk bangga punggung tegap putranya.

Ellard tersenyum tipis seraya mengulurkan tangan kehadapan Ara yang masih diam terpaku

"Hai, senang bertemu denganmu" suara baritone Ellard

Ara bergeming. Tanpa sadar matanya meneliti pria dihadapannya. Rahang tegas, mata tajam, alis lebat yang terukir rapih, hidung tinggi, bibir merah tipis, dan jangan lupakan bulu-bulu tipis disekitar rahang yang membuat pria itu terlihat sexy? Tingginya Ara menebak sekitar 190 cm terbukti dari tubuh pendek Ara yang hanya mencapai dada pria itu. Kulit eksotis dan lekukan otot yang sempurna tercetak jelas dari balik kemeja putih yang dikenakannya. Satu kata untuk pria dihadapannya ini Sempurna. Seakan Tuhan sedang tersenyum waktu menciptakan pria ini.

Ara meneguk ludanya. Oh Tuhan... dia terlalu sempurna untuk menjadi pasanganku!

"Ara.." panggil Andin menepuk pelan pundak putrinya yang masih termangu.

"Ha?" cengoh Ara, mengerut kening menatap Andin

"Ellard tungguin tuh" Andin menunjuk dengan dagunya pada uluran tangan ellard yang belum direspon.

"Oh, ma..maaf.. Aku Ara." Ara menjabat canggung uluran tangan Ellard yang masih setia tersenyum.

"Ah, sebaiknya kita lanjutkan perbincangan ini didalam. Silahkan Tuan Holland dan nak Ellard" seru Harris mengajak tamu istimewanya itu masuk kedalam ruang keluarga.

****

Sekali lagi Ara menatap nanar jarum yang terarah pada angka timbangan itu. 86kg! sementara tingginya hanya 165 cm. Rasa frustasi kembali menghampirinya kalah tiba-tiba teringat kembali dengan sosok pria yang akan menjadi pendamping hidupnya dalam kurun waktu yang tidak lama ini.

Kesal, Ara menendang sedikit kasar timbangan yang tidak bersalah itu menjauh darinya. Dia menghampiri ranjang lalu berbaring telentang disana, menegadah menatap langit-langit kamar. Memejamkan mata sebentar, namun sial! Bayangan wajah tampan itu seakan terus mengusiknya.

"Kyaaa..." teriaknya frustasi dan kembali terduduk menghembuskan nafasnya kasar.

"Tuhan.. kenapa Engkau terlalu baik padaku. Memberikan pria sesempurna itu. Aku tidak siap Tuhan. Lebih baik aku hidup sendiri selamanya." rengek Ara bak bocah

Sepanjang pertemuan tadi, kedua keluarga hanya membahas prihal persiapan pernikahan mereka. Sementara yang banyak bicara adalah kedua orangtua mereka. Sedang pihak yang akan menikah hanya diam lalu sesekali tersenyum merespon layaknya pendengar budiman. Namun ditengah percakapan, Ara mulai bereaksi ketika mendengar bahwa pernikahan mereka akan digelar sangat meriah dan mengundang para media untuk meliput.

Tidak! Untuk ide yang satu ini Ara tidak setujuh. Dia belum siap ditunjukkan kepada publik melangsungkan prenikahan bersama pria muda yang baru-baru ini Ia ketahui ternyata sangat kaya dan memiliki pengaruh yang besar dalam dunia bisnis diberbagai Negara. What the hell! Dia sudah biasa dipermalukan dan diejek. Tapi bagaimana dengan pria itu? Pria itu mungkin sudah biasa disanjung dan dipuja-puja. Bagaimana pula kalau tiba-tiba berita penayangan pernikahan keduanya tersorot lalu menampilkan dirinya yang jauh dari kata sempurna bersanding dengan pria sempurna dan tak bercacat celah itu. Kesannya seperti Beauty and The Beast. Mereka pasti dihujat pada waktu itu. Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Ara bergidik ngeri.

Oleh karna itu, Ara langsung mengatakan apa yang bersarang dikepalanya. Permintaannya itu sempat ditentang. Sehingga membuat Ara terpaksa mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu dia akan membatalkan pernikahan ini jika permintaannya tidak dituruti. Alhasil karna ancaman itu, pihak keluarga terpaksa menyetujui.

Dalam hati Ara merasa sedikit legah. Namun ketika matanya bertabrakan dengan mata elang itu, Ara merasa tidak nyaman. Tatapan Ellard seakan-akan dapat membunuhnya. Ntah apa yang membuat air muka pria itu mendadak berubah tidak senang. Mungkinkah karna permintaannya tadi? ah, itu tidak mungkin. Secara dia melakukan hal ini supaya nama baik pria itu tidak menjadi buruk, bukan?

"Atau haruskah aku kabur? Ah tidak...tidak. Itu akan semakin menimbulkan masalah yang lebih besar lagi! Daddy dan mommy akan marah besar. Arrgghhhhhh" Ara mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tidak ada jalan lain. Suka atau tidak suka dia harus belajar menerimanya. Semoga saja Tuhan melindunginya kelak.

Ting

Bunyi dari ponsel Ara berhasil mengalihkan pikirannya yang sedang kacau. Sebuah pesan dari nomor asing. Alis ara naik sebelah.

+16469759377

Sudah tidur?

Ara

Siapa ya?

+16469759377

Ellard

Mata ara membulat sempurna membaca nama itu.

Ara

Oh, ada apa?

+16469759377

Besok pagi aku jemput. Kita fiting baju dan beli cincin

Ara

Tidak bisa. Besok pagi aku ada kelas

+16469759377

Aku sudah bilang om Beny kamu besok tidak bisa masuk. Besok aku jemput jam 8. Jangan telat dan buat aku menunggu. Have a good sleep my big baby ;)

What the fu...??

Ara tidak sanggup melanjutkan umpatannya. Mengangah tak percaya akan balasan terakhir pria itu. Ara menarik ucapannya kalau pria itu adalah pria terperfect! Lihatlah, baru sebaris pesan telah berhasil membuatnya kesal. Dia bilang apa tadi? My big baby? Woah daebak... Pria Bossy ini!

Tidak ingin terlarut dalam kedongkolannya, Ara menghempaskan kembali tubuhnya lalu menarik kesal selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Dia harus mengumpulkan banyak tenaga untuk menghadapi pria yang dicapnya Bossy itu.

****

Sepanjang fiting baju, Ellard mati-matian menahan emosinya karna ulah calon istrinya tersebut. Bagaiman tidak? Gadis itu baru akan mau fiting kalau tidak ada pengunjung di butik itu selain dari pada mereka. kemudian saat pemilihan cincin pun sama. Ara bersikeras tidak mau ada yang melihat mereka bersama. Semua harus dilakukan secara tersembunyi.

Ellard terpaksa mengalah dan mengikuti semua keinginan gadis itu karna lagi-lagi ancamannya adalah membatalkan pernikahan. Alasan lainnya yang paling membuat Ellard kesal adalah gadis itu tidak ingin karna menikah dengan dirinya yang buruk rupa, akan memperburuk nama baiknya. Padahal tidak tahukah Ara? Dia tidak peduli dengan itu semua. Dia tulus menjadikan gadis itu menjadi pendamping hidupnya tanpa mempermasalahkan rupa dan bentuk tubuhnya.

Seperti saat ini, Ellard sengaja mendiamkannya. Ara menyadari hal itu. Mereka sedang menunggu pesanan makan siang mereka datang di sebuah privat room pada salah satu restaurant yang cukup mewah. Tempat tersembunyi ini pun Ara yang memintanya. Saat sedang menunggu pesanan mereka datang, Ara pamit pergi ke toilet.

Didalam toilet, saat Ara tengah merapikan pakaiannya, tiga gadis muncul tiba-tiba dihadapannya dengan pakaian mereka yang super ketat hingga menampilkan lekuk tubuh molek mereka. Dan jangan lupakan dandanan ketiganya yang selalu terlihat menor bagi Ara.

Mereka adalah Elsa, Nadine dan Cerry. Senior dikampus yang sering membullynya.

"Woahh... gak nyangka ketemu si kuda Nil ini disini" cemooh Elsa. Ketua dari ketiganya.

Ara diam membeku. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat. Alarm bawah sadarnya memberi signal agar segera keluar dari sana.

" Ma..maaf kak, saya harus pergi." Baru saja Ara hendak melewati mereka, Cerry dan Nadine mencekal masing-masing tangannya kemudian mendorongnya kuat hingga membentur dinding, membuat Ara langsung meringis kesakitan.

"Arrrggghhhhh...ssshhh.."

"Mau kabur, hm?" Elsa mendekat dan langsung menggamit kuat dagu Ara.

"Hajar aja, Sa" seru Nadine

"Iya sa, uda lama kita gak main-main dengannya" sambung Cerry

Ara menggeleng ketakutan. Air matanya sudah jatuh.

"Ja..jangan kak.." mohonnya

"Uhh.. maaf sayang, kali ini aku sedang dalam keadaan mood yang buruk. Jadi kau harus membantu mengembalikan mood baikku, hm" seringainya dengan mata yang berkilat.

Selanjutnya terjadilah hal-hal buruk yang selalu diterima Ara. Tanpa belas kasihan Elsa, menampar kuat kedua pipih bulat Ara dengan kuatnya, menjambak rambutnya hingga merontokkan beberapa helai , menendang dan terakhir menyiram tubuh besar Ara dengan air bekas pakai hingga membuat seluruh tubuhnya menjadi basah dan berbau.

"Hahaha... dasar cengeng! Ayo cabut" ucap Elsa puas.

Ketiganya pun pergi keluar begitu saja tanpa mempedulikan keadaan korbannya yang sangat kacau. Ara menangis pilu. Dia menggigit bajunya kuat meredam isakannya yang keras. Wajahnya memerah dan pedih karna bekas tamparan, kepalanya pening, belum lagi kakinya yang luar biasa sakit akibat beberapa kali di tendangan kuat hingga membuatnya kesulitan berjalan. Bajunya juga sangat bau.

Ara menenggelamkan wajahnya pada lutut dan kembali menangis sejadi-jadinya. Sejak dulu perlakuan buruk selalu menimpahnya hanya karna dia lemah dan gendut. Padahal dia tidak pernah mengganggu atau pun merugikan orang-orang itu. Ingin sekali mengaduhkan semua hal buruk yang diterimanya pada orangtua dan kakaknya, namun sekali lagi Ara tidak ingin membuat keluarganya itu menjadi kepikiran dan terbebani. Maka dari itu Ara kerap kali harus menutup mulutnya dan berkata semua baik-baik saja.

"Daddy.. momy,, kakak,,, hikss... tolong Ara" isaknya "mereka jahat sama Ara.. hikss.."

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!