"DOKTER !!" pekik Dion dengan napas ngos-ngosan akibat berlari kencang tanpa mempedulikan apapun di sekitarnya dari arah parkiran mobil dan kini kakinya telah menginjak ruang IGD salah satu rumah sakit di kota Bandung.
Dirinya begitu syok mendengar penjelasan dari pihak kepolisian yang menghubunginya melalui ponsel pribadi istrinya. Yang mengabarkan bahwa Berliana baru saja mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
"Di mana istri saya yang bernama Berliana Cahaya Mahendra dan bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Dion dengan perasaan cemas dan tatapan yang tajam pada dokter serta suster jaga.
"Silahkan ikut kami, Pak." Perawat yang langsung paham, secara to the point membawa Dion menuju ruang penanganan Berliana.
Sedangkan di belakang Dion, Arjuna dan Bening yang diikuti ajudan mereka juga sudah masuk ke IGD. Dan akhirnya mereka semua mengikuti langkah Dion dari arah belakang.
Walaupun mereka menuju rumah sakit menggunakan mobil dan tempat berangkat yang berbeda. Arjuna dan Bening berangkat dari kediaman Berliana ke rumah sakit. Sedangkan Dion dari arah kampus karena dirinya sedang ada rapat penting bersama Rektor.
Hari ini adalah hari ulang tahun Berliana dan Binar yang ke dua puluh empat tahun. Semua anggota keluarga tengah berkumpul di kediaman Berliana dan Dion yang ada di kota Bandung untuk merayakannya. Hanya Brahma, anak ketiga Arjuna dan Bening yang tak ikut ke Bandung. Sebab sedang menghadapi ujian akhir kelulusan di Akpol, Semarang.
Derap langkah sol sepatu menggema di lorong rumah sakit yang tak begitu ramai. Langkah kaki Dion sempat berhenti saat melihat dari jarak cukup dekat hanya beberapa meter saja, ia sudah bisa melihat dengan jelas Binar, adik iparnya, tengah duduk di depan sebuah ruangan sambil terisak.
Deg...
Hatinya mendadak cemas tak karuan. Yang ia tahu sebelumnya, Berliana berpamitan padanya via telepon untuk menjemput Binar di Bandara Husein Sastranegara. Awalnya, ia menyarankan pada Berliana agar Binar naik taksi online saja dari bandara ke rumah mereka. Tetapi Berliana mengatakan padanya ingin pergi ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan kuku yang telah ia sepakati bersama Binar. Alhasil Dion pun dengan terpaksa mengiyakan permintaan Berliana.
Tapi kini, ia melihat tubuh adik iparnya baik-baik saja dan tak ada luka.
Apa yang terjadi sebenarnya?
"Bin," panggil Dion lirih pada adik iparnya yang tengah menunduk dan terisak.
Sontak Binar yang mendengar seseorang memanggilnya, langsung mendongak. Ia melihat wajah cemas kakak iparnya. Lantas ia langsung berdiri dengan wajah sembabnya.
"Kak," jawab Binar lirih membalas sapaan Dion.
"Apa yang terjadi dengan Berliana? Bagaimana bisa kecelakaan?" tanya Dion dengan suara yang sudah naik beberapa oktaf. Tatapan sengitnya mengarah pada Binar. Dan seakan-akan menganggap bahwa Binar adalah tersangka penyebab kecelakaan istrinya.
"I_tu tadi Kak Berli_" ucapan Binar seketika terpotong saat ruangan di belakang punggung Dion terbuka secara kasar.
"Keluarga Nyonya Berliana," panggil dokter. Seketika Dion langsung berbalik badan dan menghadap sang dokter.
"Iya, Dok. Saya suaminya. Bagaimana kondisi istri saya?" tanya Dion dengan kecemasan yang luar biasa dan tak bisa digambarkan.
"Kami orang tuanya di sini Dok," ucap Arjuna dengan lantang saat dirinya dan Bening tiba di dekat ruangan Berliana juga.
Binar yang tak bisa menahan kesedihan, langsung menghambur dalam pelukan ibunya.
"Ma, Kak Berli. Hiks...hiks..." tangis Binar pun pecah dalam pelukan Bening.
"Sabar sayang, kakakmu pasti baik-baik saja." Bening berusaha menguatkan Binar. Padahal hatinya sendiri tengah cemas tak karuan. Hati ibu mana di dunia ini yang tak sedih melihat putri sulungnya mengalami kecelakaan.
Dahulu saat masih bayi beberapa bulan, Berliana pernah terjatuh dari ranjang dan menangis. Walaupun tak ada luka dalam, hanya sedikit memar setelah diperiksa oleh dokter, Bening terus menangis selama beberapa hari karena ia merasa teledor dan tak becus mengurus buah hatinya.
Dikarenakan ia terlupa memasang pembatas ranjangnya saat buru-buru ingin pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan tak sempat menyuruh pembantunya untuk menjaga si kembar di kamar.
☘️☘️
Kini Arjuna, Bening, Binar dan Dion sudah berada di dalam ruangan penanganan Berliana. Ada dua orang dokter dan dua suster yang juga berjaga di dalamnya.
Sebelumnya, dokter menyarankan pada mereka berempat agar memanfaatkan waktu yang ada bersama Berliana. Luka yang dialami istri Dion terlampau parah dan seakan napasnya berada di ujung. Semua orang di dalamnya sudah merasakan akan hal ini sejak memasuki ruangan tersebut. Namun hati berusaha menampik kemungkinan terburuk dan tetap berdoa untuk keselamatan Berliana.
"Mashh..." panggil Berliana pada suaminya dengan nada yang sangat berat dan napas yang seakan tercekat di kerongkongan saat melihat suaminya sudah berada di dekatnya.
Wajah cantiknya kini menjadi pucat pasi dengan selang infus menghiasinya serta tubuh penuh luka dan darah. Walaupun sebagian ada yang sudah mengering.
"Ya, sayang. Aku di sini," cicit Dion dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia menggenggam erat tangan kanan istrinya dari dekat.
"Bin," panggil Berliana lirih pada saudari kembarnya yang sudah menyandang gelar dokter.
"Iya, Kak. Huhu... kakak harus sembuh dan cepat pulih. Bukankah hari ini kita janji merayakan ulang tahun bersama di rumah kakak," ucap Binar lirih dengan linangan air mata yang tak dapat dibendungnya. Ia pun menggenggam erat tangan kiri Berliana.
"Aku mohon kalian berdua menikahlah." Berliana menyatukan tangan Dion dengan tangan Binar dan kini sudah berada di tengah perutnya.
"Mas, a_ku mo_hon. Menikah_lah dengan Binar, adikku. Demi anak-anak kita. Mereka masih membutuhkan kasih sayang seorang i_bu," ucap Berliana dengan nada terbata-bata dan air mata yang setia menetes membasahi pipinya.
Deg...
Jantungnya seakan dihantam batu saat mendengar permintaan istrinya yang baginya sangat konyol.
"Enggak sayang! Kamu pasti bisa sembuh. Aku mohon, kamu harus semangat demi aku, Devina dan Disya. Kami masih butuh kamu," ucap Dion dengan air mata yang sudah menetes.
"Aku akan pergi dengan tenang kalau Mas mengabulkan permintaanku yang terakhir itu. Aku mo_hon Mas. Sa_kit..." cicit Berliana dengan napas semakin tak karuan seraya menahan nyeri di tubuhnya.
Arjuna dan Bening berdiri tak jauh dari brankar Berliana sekaligus mendengarkan permintaan putri sulungnya itu. Bening tak kuasa melihat kondisi Berliana. Ia terus memeluk suaminya dan menangis pilu. Arjuna berusaha tegar di depan sang istri sambil mengucapkan kalimat positif secara lirih untuk menguatkan Bening.
Walaupun sesungguhnya hatinya juga menangis. Ayah mana yang tak sedih melihat putrinya yang berada di ujung kematian. Sebagai seorang perwira tinggi polisi dengan segudang pengalamannya di lapangan, Arjuna sudah dapat membaca kondisi Berliana yang sangat kritis.
Arjuna pun mendekati menantunya dan menepuk pundaknya secara perlahan. Dion pun sontak menoleh pada ayah mertuanya yang sudah berada di sampingnya. Dan ternyata ibu mertuanya telah berada di samping Binar.
Arjuna memberi kode pada Dion melalui tatapan matanya dan Dion pun sangat memahami.
"Mas," panggil Berliana semakin lirih.
Sungguh ini keputusan yang sangat berat untuk seorang Dion Ananta. Dia sangat mencintai Berliana. Satu-satunya wanita yang ia cintai sepenuh hati, menyembuhkannya dari penyakit sadisme dan berhasil mengubah hidupnya yang kelam menjadi sempurna dengan kehadiran anak kembar mereka.
"Iya, aku akan menikahi Binar sesuai permintaanmu. Demi cintaku padamu," ucap Dion lirih yang masih bisa didengar oleh semua orang yang berada di kamar tersebut termasuk Berliana yang tengah sekarat.
Tatapan Berliana mengarah pada Binar. Dan melalui tatapan mata, Binar sangat paham bahwa sang kakak ingin meminta jawaban darinya.
"Aku ber_sedia, Kak. Demi Devina dan Disya," ucap Binar dengan sesenggukan. Bening berusaha memeluk erat Binar karena ia sangat tahu hal ini sungguh berat bagi semuanya.
Senyum Berliana pun terpancar di wajahnya. Walaupun dalam kondisi pucat pasi, tetap tak menyurutkan kecantikannya. Terlebih permintaan terakhirnya dikabulkan oleh suaminya dan juga saudari kembarnya, Binar Mentari Mahendra.
"Aku men_cintai ka_lian," ucap Berliana lirih seraya terbata-bata sebelum akhirnya menutup mata dan menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya.
Tiiiiiiittttt !!
Elektrokardiogram (EKG) berbunyi cukup nyaring dan tampilan di layar monitor tiba-tiba berubah. Hanya menampakkan garis datar. Terlebih tangan Berliana yang sebelumnya dalam genggaman, tiba-tiba luruh. Terkejut saat menatap Berliana sudah dalam kondisi memejamkan mata.
"Berliana !!" teriak Dion histeris.
Pandangan Bening pun mendadak gelap dan seketika ia jatuh pingsan. Beruntung Binar segera menahan bobot tubuh sang ibu.
"Mama !!" pekik Binar.
Bersambung...
🍁🍁🍁
💋Bantu Ramaikan ya Sobat Safira
Like, Komen dan Vote cintahh kalian
Haturnuhun.
Untuk mendukung feel dalam membaca part tengah chapter ini ketika pemakaman, Othor sarankan sembari memutar lagu berjudul
" Selamat Jalan Kekasih " by Rita Effendy💋
Selamat Membaca💋
🍁🍁🍁
Jakarta.
Suasana rumah duka di kediaman Irjen Pol. Arjuna Sabda Mahendra yang menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya seketika penuh dengan karangan bunga dan kunjungan para pelayat. Mereka ingin mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Berliana yang mengejutkan banyak pihak.
Presiden RI dan Wakil Presiden sudah hadir di rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas kepergian putri sulung Arjuna. Ayah kandung Berliana tersebut berusaha tegar dan mengikhlaskannya.
Duka mendalam sangat dirasakan oleh keluarga besar Irjen Pol. Arjuna Sabda Mahendra. Bening tak henti-hentinya menangis di dalam kamarnya ditemani oleh Ayu.
"Berliana putriku, huhu..."
"Ikhlaskan Berli, Ning. Tabahkan hatimu walau aku tahu itu sangat sulit. Tapi hal itu perlu kamu lakukan agar jalan Berliana terang dan lancar di sana karena ibunya sudah ikhlas," cicit Ayu dengan air mata yang juga menetes seraya berusaha menguatkan Bening yang sangat sedih dan terpuruk dalam pelukannya.
Keduanya kini berada di atas ranjang di dalam kamar Bening. Saling menguatkan dan memeluk.
"Kenapa bukan aku yang dipanggil duluan, Yu? Kenapa harus putriku yang masih muda? Cucu-cucuku saja belum genap satu tahun. Bulan depan ulang tahun Devina dan Disya yang pertama. Huhu...Berliana !!" jerit Bening semakin terisak pilu. Beruntung kamarnya termasuk ruangan kedap suara sehingga jerit tangisnya yang menyayat hati tak didengar oleh para khalayak di luar sana yang tengah bersiap untuk membawa jenazah Berliana ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Dalam hidup Bening, ia sudah pernah mengalami kematian orang yang ia cintai secara mendadak tanpa sakit sebelumnya. Mendiang Papanya yakni Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi dan kini takdir membawa dirinya harus menghadapi situasi yang hampir sama walaupun penyebab kematian keduanya berbeda.
Papanya meninggal dunia terkena serangan jantung akibat hoax Della dan Nayla. Sedangkan Berliana meninggal karena kecelakaan. Mobil Berliana terguling dengan posisi terbalik dan terseret hingga menabrak pembatas jalan setelah terhantam truk yang mengalami rem blong dari arah belakang.
Saat itu mobilnya berjalan perlahan karena jarak beberapa meter di depannya ada lampu lalu lintas yang akan berubah warna dari kuning menjadi merah sehingga ia menurunkan kecepatannya. Namun naas dorongan yang sangat keras secara mendadak dari belakang mobilnya seketika membanting posisinya mobilnya sekaligus tubuhnya. Yang pada akhirnya berujung kematian menjemputnya di rumah sakit.
Kecelakaan tersebut melibatkan lima buah kendaraan yakni satu truk, satu motor dan tiga mobil. Dan salah satunya yakni mobil yang dikemudikan oleh Berliana. Terdapat dua korban jiwa yang meninggal dunia dan lima orang lainnya luka-luka dalam kecelakaan tragis tersebut. Sopir truk dalam kondisi selamat.
Kasus lakalantas tersebut saat ini telah ditangani oleh Polrestabes Bandung. Supir truk kini tengah dimintai keterangan serta para saksi yang sedang berada di TKP (Tempat Kejadian Perkara) saat kecelakaan tersebut terjadi.
☘️☘️
Sedangkan di ruang tamu, Eyang Lina tak henti-hentinya menangis di dekat jenazah cucu pertamanya.
"Berliana cucuku. Kenapa harus kamu yang pergi dulu? Kenapa bukan eyang yang sudah tua dan bau tanah ini? Hiks... hiks... hiks..."
"Berliana !!" jerit tangis pilu Eyang Lina seraya memeluk jenazah Berliana yang telah dikafani tetapi bagian wajah masih bisa dilihat.
"Ikhlaskan Berliana, Bu." Arjuna sejak tadi berada di dekat ibunya yang terus menangis dan tak beranjak sedikit pun dari jenazah Berliana.
"Cucu kesayangan eyang. Huhu..."
"Kenapa Tuhan memanggilnya dulu sebelum ibu, Juna? Kenapa !!" teriak Eyang Lina semakin terdengar sendu.
Semua mata pelayat tengah memandang Eyang Lina dan Arjuna yang saling berpelukan dalam kondisi menyayat hati dan terisak pilu.
"Berliana sudah tenang di sana, Bu. Doakan Berli semoga dia bahagia berkumpul bersama kakek-kakeknya dan Oma Embun serta Putra di sana," ucap Arjuna berusaha menenangkan ibunya.
"Ibu mau ikut Berliana saja, Juna. Huhu..."
"Ibu mau kumpul sama Bapakmu, mertuamu, Berliana dan Putra di sana. Huhu..." cicit Eyang Lina semakin sendu.
Air mata terus menetes tiada henti di pipi rentanya. Sebelumnya ia sering sakit. Biasa, sakit orang yang sudah usia senja. Namun sehari sebelum hari ulang tahun Berliana dan Binar, dirinya mendadak sehat dan bugar sehingga bisa berangkat ke Bandung merayakan ulang tahun cucu kembarnya.
Malang tak dapat ditolak. Justru hari bahagia itu menjadi duka nestapa bagi keluarga besarnya terutama dirinya harus kehilangan cucu kesayangannya, Berliana.
Takdir. Setiap manusia memiliki rencana namun Sang Pencipta tetap yang memiliki kuasa penuh pada akhirnya.
"Papa ikhlas Berliana, putriku tercinta. Semoga kamu juga bahagia di sana karena telah berkumpul bersama kakek dan kakakmu," batin Arjuna saat menatap wajah putri sulungnya untuk yang terakhir kalinya sebelum kain kafan di bagian wajah ditutup.
Di tatapnya lekat wajah Berliana. Putrinya itu menutup mata berlumur senyum. Walaupun sebelumnya wajah mendiang Berliana di rumah sakit terlihat pucat, namun kini tampak bercahaya dan begitu cantik. Seakan Berliana ingin memberitahu pada keluarganya bahwa dirinya pergi dengan bahagia.
☘️☘️
Sementara Ayu menguatkan Bening di dalam kamar, Binar tengah sibuk menenangkan Devina dan Disya yang menangis. Keduanya yang masih berusia sebelas bulan ini, belum memahami situasi yang tengah terjadi.
Akan tetapi sepertinya perasaan si kembar merasakan kehilangan sosok ibunya. Keduanya masih minum ASI. Dan biasa jika pagi seperti ini, si kembar akan diberikan ASI dari sumbernya langsung oleh sang ibu secara bergantian sebelum Berliana pergi ke kampus guna membereskan urusan wisudanya yang akan dilangsungkan dua bulan lagi.
Takdir berkata lain. Saat dirinya sudah lulus kuliah dan akan wisuda, ternyata Tuhan sudah memanggilnya terlebih dahulu.
Binar berusaha memberikan ASI untuk Devina dan Disya melalui botol namun ditolak oleh kedua batita tersebut. Mereka berdua sudah mampu berjalan walaupun terkadang masih terjatuh.
Akhirnya Binar memiliki ide untuk main bersama di halaman belakang rumah orang tuanya. Devina dan Disya tampak gembira seakan lepas tanpa beban. Baju yang digunakan ketiganya pun kotor. Binar mengajak si kembar berkebun ala-ala sehingga otomatis baju mereka penuh dengan jejak tanah.
Di balik gorden, Dion menatap dari kejauhan. Interaksi adik iparnya itu bersama kedua buah hatinya dengan sorot mata tajam. Padahal sebelumnya Dion selalu menatap lembut pada sosok adik iparnya itu jika bertemu di acara keluarga. Walaupun keduanya tak terlalu dekat.
"Apa pilihanmu tepat sayang? Bagaimana bisa aku harus hidup dengan orang yang sudah membuatmu pergi dariku untuk selama-lamanya," batin Dion.
☘️☘️
San Diego Hills, Karawang.
Cahaya matahari bersinar lembut dan angin berhembus tenang menyambut jasad Berliana dipeluk Bumi. Seakan Bumi juga bersedih atas kepergian seorang Berliana Cahaya Mahendra yang secara tiba-tiba.
Semua sudah tertulis dalam Lauhul Mahfuz. Berliana meninggal dunia tepat pada hari ulang tahunnya. Takdir adalah rahasia Sang Pemilik Kehidupan. Kita sebagai manusia yang masih hidup hanya bisa mendoakan mereka yang sudah pergi terlebih dahulu.
Acara pemakaman berlangsung lancar. Walaupun Eyang Lina sempat pingsan dan Bening mendadak lemas saat jasad Berliana dimasukkan ke liang lahat.
Dion pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia mengadzani istrinya di dalam liang lahat dengan nada terbata-bata menahan tangis. Arjuna memegang pundak menantunya saat mengadzani mendiang Berliana di dalam liang lahat. Berusaha menguatkan Dion. Yang tentu ia sangat tahu hal ini tidak lah mudah bagi menantunya tersebut.
Ikhlas. Satu kata yang mudah diucapkan di bibir tetapi sangat sulit untuk diterapkan dan dijalani. Terlebih jika hati belum benar-benar mengikhlaskan.
Binar yang dibantu art dan juga ditemani sahabatnya yang bernama Nanda, sedang berusaha menenangkan Devina dan Disya. Awalnya si kembar tak rewel, tetapi mendadak menangis secara bersamaan di depan makam ibu kandung mereka dan mengalami tantrum. Alhasil ia membawa si kembar agak menjauh dari makam sang kakak.
Tampak hadir di pemakaman yakni Ayu, Bayu, Dokter Heni dan suami serta Dokter Aldo. Ada juga keluarga Pak Sukoco, rekan sejawat Arjuna di kepolisian, hadir bersama istrinya dan juga putra tunggalnya yakni Brigpol Hamid Akmal Sukoco (27 tahun).
Brahma dan Bisma juga hadir. Mereka berdua ikut masuk ke dalam liang lahat bersama Dion dan Papanya untuk memakamkan kakak kandung mereka, Berliana.
Usai pemakaman selesai, Reni yakni sahabat Berliana sekaligus asisten Dion di kampus berpamitan. Tak lama seorang wanita muda bernama Prita (25 tahun) yang dikenal sebagai sekretaris di perusahaan bisnis retail milik Dion, berpamitan pada keluarga Arjuna dan juga Dion selaku bosnya.
Setelah kondisi cukup sepi dan hanya menyisakan keluarga inti saja, Arjuna menepuk pundak menantunya yang masih setia duduk dekat pusara mendiang Berliana.
"Antar Berliana dengan doa dan cintamu. Yakinlah, dia lebih bahagia sekarang. Takdir dari Sang Pencipta sudah pasti yang terbaik," ucap Arjuna lirih.
"Apa sudah waktunya mengucap selamat tinggal pada Berliana, Pa?" tanya Dion.
"Iya. Hidup harus terus maju bukan mundur. Tugas kita yang masih hidup yakni melakukan amanah Berliana dan meneruskan segala harapannya yang belum terwujud selama ini," jawab Arjuna.
Deg...
"Aku tidak sanggup menikah dengan wanita lain, sayang. Aku hanya mencintaimu, Ber. Selamanya. Hanya kamu," batin Dion yang tengah berkecamuk rasa.
Bersambung...
🍁🍁🍁
S'lamat jalan, Kekasih
Kaulah cinta dalam hidupku
Aku kehilanganmu
Untuk s'lama-lamanya
Othor dengerin ini lagu jadi ikutan mewek
😭😭
*Lanjut Up lagi enggak ?😭
Tepat satu bulan setelah kematian Berliana, Dion dan Binar akhirnya menikah secara resmi baik agama dan negara. Akan tetapi hal itu dilakukan secara tertutup di kediaman Arjuna dan Bening.
Hanya dihadiri oleh keluarga inti Arjuna saja serta keluarga Bayu dan Ayu yang hadir bersama empat anak mereka. Ada si kembar, Langit Gemintang Laksono dan Alea Widya Laksono. Ada juga anak ketiga dari mantan si bujang lapuk dan si tidak peka yang bernama Yudha Wilis Laksono dan si bungsu Nuansa Cinta Laksono.
Awal mulanya, Dion mencoba mengelak untuk menjalankan amanah mendiang istrinya itu pada Ayah mertuanya. Dikarenakan satu bulan sebelum kematian Berliana, ia mendengar bahwa Binar akan dijodohkan oleh Arjuna dengan Hamid, putra Pak Sukoco, rekan sejawat Arjuna di kepolisian.
Di mana Pak Sukoco saat ini menjabat sebagai Kapolda Jawa Tengah. Sedangkan putranya yakni Brigpol Hamid Akmal Sukoco saat ini bertugas di Polsek Gondomanan, Yogyakarta.
Sebetulnya Arjuna merasa tidak enak pada Pak Sukoco dan Hamid. Dikarenakan dahulu saat perjodohan antara Berliana dengan Hamid harus kandas karena Berliana sangat mencintai Dion. Sedangkan sekarang ketika jalur perjodohan diubah ke Binar, harus kandas juga.
Terlebih Hamid sengaja meminta bantuan Pak Sukoco selaku Ayahnya untuk pindah tugas dari Polsek Babakan Ciparay kota Bandung ke Polsek Gondomanan, Yogyakarta. Dikarenakan Binar tinggal di Kota Gudeg tersebut. Supaya ia bisa melakukan PDKT alias pendekatan.
Binar sendiri usai lulus kuliah tengah menjalani praktik di RSUD. Kota Yogyakarta demi bisa mengambil spesialis dokter anak suatu hari nanti jika sudah memenuhi persyaratan.
Pak Sukoco pun tak mempermasalahkan perjodohan putra tunggalnya kembali gagal dengan putri Arjuna untuk yang kedua kalinya. Ia menganggap semua sudah takdirnya. Terlebih Arjuna mengatakan alasan yang jelas dan ada bukti rekaman ketika Berliana meminta Dion menikahi Binar. Dan pada akhirnya Arjuna mantap melangkah untuk melakukan amanah Berliana tersebut.
☘️☘️
"Sah..."
Satu kata terucap dari bibir para saksi menandakan kini Dion telah resmi menjadi suami dari Binar Mentari Mahendra.
Bening tak kuasa menahan haru hingga matanya berkaca-kaca dan menangis lirih hingga kedua tangannya menutupi wajahnya.
"Alhamdulillah..." ucap Arjuna yang juga menitikkan air matanya karena telah menikahkan Binar dengan Dion sesuai amanah mendiang Berliana.
Di seberang sana tak jauh dari meja akad nikah, Eyang Lina juga terharu melihat kebahagiaan Dion dan Binar.
Dion menatap Binar sekilas. Sejujurnya ia sebagai laki-laki begitu terpukau akan kecantikan wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Namun berusaha ia tepis karena hatinya hanya ada cinta untuk Berliana. Terlebih ada kemarahan tak kasat mata pada sosok Binar yang tengah membelenggu hatinya.
Karena jika Berliana tidak menjemput Binar ke bandara saat itu maka sekarang istrinya pasti masih hidup dan tertawa bersama dirinya dengan si kembar. Jika Binar bisa menolak dan memaksa Berliana agar ia pergi dengan taksi online saja ke kediamannya, pasti kecelakaan tragis itu tak akan terjadi.
Dirinya belum bisa mengikhlaskan kepergian Berliana. Hatinya beku dan seakan bersiap memasang tembok kokoh yang tinggi untuk sebuah cinta baru. Karena baginya, Berliana adalah wanita paling sempurna dan sangat berarti di hidupnya.
Tatapan Dion pada Binar sangat berbeda dengan seorang laki-laki muda yang duduk di area paling belakang. Dia sebagai dokter lulusan kampus yang sama dengan mempelai wanita hari ini. Namun berbeda jurusan.
Ya, dia adalah Langit Gemintang Laksono, putra Bayu dan Ayu, yang kini tengah menjalani program magang di Yogyakarta demi mendapatkan Surat Izin Praktik (SIP). Dirinya mengambil jurusan Forensik dan Medikolegal. Sebab Langit bercita-cita menjadi Dokter Forensik.
Terlebih wanita yang ia cintai juga bercita-cita menjadi dokter. Ya, Binar sangat menyukai anak-anak sehingga ia mengambil jurusan kedokteran di UGM, Yogyakarta. Dan berkeinginan melanjutkan ke jenjang spesialis dokter anak.
Akan tetapi cinta Langit pada Binar harus menelan pil pahit saat kemarin ia baru tahu dari sang Ayah bahwa Binar akan menikah dengan Dion sesuai amanah Berliana demi si kembar, Devina dan Disya.
Selama ini dirinya mengikuti ke mana pun Binar sekolah dan kuliah. Walaupun usianya lebih muda dua tahun dari si Binar cintanya. Ia rela bekerja keras dengan otak dan kemampuannya masuk kelas percepatan atau yang biasa dikenal dengan sebutan kelas akselerasi sejak SMP hingga SMA. Lalu masuk ke Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dan berada di fakultas kedokteran.
Dia berharap jarak usia dua tahun dengan Binar ke depannya tidak menjadi halangan cintanya. Sehingga ia begitu gigih ingin menyetarakan diri dengan sang pujaan hatinya itu. Ia masih menyimpan rapat cintanya untuk Binar. Hanya Bayu, sang Ayah, yang mengetahui cintanya pada Binar.
Ia tahu banyak pria yang mendekati Binar namun selalu ditolak oleh wanita itu. Akan tetapi Langit tidak tahu dan tak mau tahu mengapa Binar menolak cinta dari beberapa pria yang berasal dari keluarga berpunya dan menilik segi paras, pastinya mereka juga sangat tampan.
Sampai suatu ketika sebelum Binar ke Bandung yang menjadi hari duka atas kepergian Berliana, Langit baru mengetahui sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Binar selama ini. Bahkan selain Binar sendiri, hanya dua orang saja yang tahu tentang penyakit yang di derita oleh cinta pertamanya itu. Dokter yang menangani Binar dan dirinya.
"Jangan pernah katakan pada siapa pun tentang penyakitku ini, Lang. Terlebih pada Papa dan Mama. Aku mohon," pinta Binar kala itu seraya meneteskan air mata di hadapannya.
Langit saat itu hanya diam dan ada rasa sesak di dadanya yang sangat sulit ia gambarkan. Ingin sekali memeluk Binarnya, namun ia sadar diri. Terlebih ia belum berani mengungkapkan cintanya pada Binar.
"Lang, jangan bocorkan ini semua. Kalau sampai ada yang tahu selain dokter dan kita, maka aku tak mau bersahabat denganmu lagi. Aku akan membencimu dan kita enggak akan bertemu lagi seumur hidup!" ucap Binar dengan nada yang sengaja memojokkan Langit.
Sebuah helaan napas berat pun keluar dari bibir Langit.
"Iya, aku janji. Seumur hidup enggak akan mengatakan hal ini pada siapa pun. Tapi aku mohon kamu berusaha tetap untuk sehat demi aku, sahabatmu." Langit hanya bisa berbicara lirih di ujung kalimatnya.
"Makasih, Lang."
"Hem," jawab Langit.
Jalan takdir tidak selalu berjalan mulus sesuai harapannya. Kini Langit harus berusaha ikhlas melepas Binar pada Dion walaupun cinta dalam hatinya tetap akan selalu bersinar terang hanya untuk Binar seorang.
"Subhanallah. Cantiknya kamu, Bin." Langit hanya bisa memuja kecantikan Binar dalam hati saat selesai acara ijab qobul pernikahan Binar dan Dion.
☘️☘️
Tiga tahun kemudian, Bandung.
"Mami !!" teriak Disya manja.
"Disca, bericik tauu !!" sengit Devina dengan bahasa bicara khas anak kecil yang masih cadel seraya memutar bola matanya jengah melihat tingkah adiknya yang manja.
"Sudah-sudah, ayo bobo. Sudah malam sayangku cintaku. Nanti kalau gak segera bobo, besok pagi Mami enggak akan masakin telur dadar kesukaan Disya dan telur ceplok setengah matang kesukaan Devina, loh."
"Acuu bobo, Mi. Nih udah melem," cicit Disya lucu dengan polosnya.
"Hehe... anak Mami satu ini emang paling gemesin deh. Masak sudah bobo kok masih bisa ngomong. Ayo bobo semua. Mami akan lanjutin cerita kemarin yang masih belum selesai tentang dongeng duo kembar Ber dan Bin," ucap Binar dengan senyum manisnya yang tulus penuh sayang pada si kembar.
"Holeee," jawab Disya antusias.
Akhirnya tak lama Devina dan Disya pun terlelap. Binar keluar dari kamar si kembar dan tiba-tiba ia mendengar suara dentingan gelas di dapur.
"Sepertinya Mas Dion baru saja pulang kerja," batin Binar seraya berjalan perlahan menuju area dapur.
Dan benar saja ia mendapati suaminya hendak mengambil air minum di dapur dengan masih mengenakan kemeja kerjanya. Binar sudah tidak kaget jika suaminya pulang kerja larut malam. Sejak awal pernikahan, ia sudah mengalaminya hingga tiga tahun pernikahan mereka.
Awalnya biasa saja namun seiring berjalannya waktu saat hatinya merasakan sebuah rasa baru yang tumbuh secara tak kasat mata, ia mulai sesak. Terasa sangat menyakitkan melihat sikap Dion yang acuh dan irit bicara padanya.
Seakan tidak pernah menganggapnya ada. Akan tetapi semua ia pendam sendiri. Hanya tangis sendirian dalam kamarnya di tengah malam yang selalu menemaninya sambil memandang foto mendiang saudara kembarnya, Berliana.
"Kakak sudah pulang," cicit Binar menyapa suaminya.
Dion sontak menoleh ke belakang mendengar suara Binar. Dan seketika dirinya mematung menatap Binar saat ini.
Deg...
Bersambung
🍁🍁🍁
Kuis receh dari Othor Tidak Solehot kembali hadir menyapa kalian Sobat Safira💋
Hadiah pulsa 10K untuk satu orang yang jawabannya benar, tepat, lengkap dan paling gercep.
*Berapa kali total Dion Ananta menikah ? Sebutkan secara lengkap nama mantan istri Dion hingga istri Dion yang sekarang secara berurutan dan benar ?
Tulis di Komen.
Pengumuman besok💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!