Namaku Aulia Pratiwi Kusuma,anak kedua dari 2 bersaudara,aku mempunyai seorang kakak cowok namanya Adrian Kusuma, dia baru menikah dan tinggal di Ibukota, karena memang kakakku bekerja di salah satu perusahaan di sana, tapi karena orang tuaku yang selalu mengajarkan kasih sayang, jadi kami sangat dekat dan saling menyayangi. Ayahku bernama Restu Kusuma, beliau seorang karyawan di sebuah perusahaan di kotaku, sedangkan Bundaku bernama Risa Pratiwi, bunda hobi masak apalagi kalau membuat kue , rasanya enak sekali, makanya Bunda membuka toko Kue, Alhamdulillah bisa menambah penghasilan keluarga, kalau kata Bunda sih😊. Bahkan kalau ada waktu luang aku juga sering membantu Bunda di toko.
Aku sangat bahagia terlahir dari keluarga yang sederhana dan bahagia seperti ini. Meskipun kami bukanlah orang yang kaya dan berkuasa seperti cerita di novel, tapi kehidupan kami berjalan sebagaimana mestinya, namun ada hal yang berubah sejak aku lulus SMP.
Saat ini aku baru mulai masuk SMA, Alhamdulillah karena aku diberi rejeki otak yang cerdas jadi aku bisa masuk di SMA favorit di kotaku. Tapi ternyata masuk di sekolah yang favorit itu tak semudah yang aku fikirkan, aku kira di sini aku bisa belajar dengan tenang karena yang bisa masuk di sini adalah orang-orang yang memang niat untuk menuntut ilmu.
Tidak!! bayanganku selama ini salah, karena di sekolah ini ada beberapa murid yang seolah berkuasa, jadi kalau mau belajar dengan tenang jangan coba-coba cari masalah dengan mereka. Itulah yang aku dengar dari celotehan teman-teman baruku, termasuk kata Ninda teman satu mejaku.
Sejak masuk sekolah pertama aku langsung punya 3 orang sahabat, mereka adalah Ninda Putri, Mita Permana, dan Sari Maulida.
Ya, kisahku dimulai di sekolah ini, di SMA KEBANGSAAN , SMA favorit di kota ini.
Hari pertama masuk sekolah siswa baru dikumpulkan di lapangan untuk membagi kelas masing-masing. Setelah beberapa kata sambutan dari kepala sekolah. Akhirnya tugas pembagian kelas diserahkan kepada Ketua OSIS yang menjadi ketua panitia MOS siswa-siswi baru.
"Selamat Pagi ..." kata pertama yang diucapkan kakak kelas di depan, yang sepertinya dia adalah KETOSnya.
"Selamat pagiiii kaaaak....." serempak semua murid baru menyahutinya.
"Selamat datang di SMA KEBANGSAAN, semoga kalian bisa belajar dengan baik di sini. Baiklah, ga usah lama-lama,Perkanalkan saya ketua OSIS dan nama saya Arkana Putra Wijaya, panggil aja kak Arka, di sini kakak akan membacakan pembagian kelas masing-masing, dan nanti kakak juga akan menyebutkan kakak OSIS yang akan mendampingi kalian" itulah perkenalan sekaligus pengumuman dari Arka.
"Kelas X IPS 1, Ana,... ,.... ,.... dengan kakak pembimbing......"Dan seterusnya sampai pada kelas X IPA 5, dan kelas XIPA 1 adalah kelasnya Aulia.
"Ya, itulah pembagian kelasnya, sekarang kalian mengikuti kakak pembimbing masing-masing dan sampai ketemu di kelas."lanjutnya.
Setelah selesai kami memasuki kelas sesuai yang di bacakan oleh KETOS di depan lapangan tadi, dan masing-masing kelas akan dibimbing oleh 4 anggota OSIS yang sudah ditunjuk.
"Kok kayaknya di kelasku ga ada teman yang satu SMP deh, duh belum ada yang kukenal dong" batin Aulia saat berjalan menuju kelas.
" Akhirnya aku dapat tempat duduk yang aku inginkan" gumam Aulia sesampainya di kelas dan duduk di kursi incarannya.
"Hai aku Ninda... boleh ga kalau aku ikut duduk di sini?" Tanya Ninda sambil menjulurkan tangannya.
"Hai aku Aulia... boleh kok, kebetulan aku juga belum ada teman sebangku" Jawab Aulia sambil mengembangkan senyumnya.
"Ninda sayaaaang.... ya ampun seneng banget deh kita bisa jadi satu kelas" Tiba-tiba teriakan 2 orang siswi sambil berlari memeluk Ninda. Membuat yang ada di kelas menoleh ke arah mereka, beruntung kakak pembimbing masih di luar kelas.
"Iya aku seneng banget deh, bisa satu kelas ma kalian, emang ga ada yang bisa misahin kita yaa" Sahut Ninda sambil membalas pelukan kedua sahabatnya.
"Oh ya ampe lupa" Ninda menepuk keningnya.
"Aulia, kenalin ini sahabatku yang ini Sari dan yang ini Mita" Ninda lalu mengenalkan sahabatnya dengan Aulia teman barunya.
"Hai... Aulia" kata Aulia sambil menjulurkan tangannya.
"Hai... Sari" sambil menyalami Aulia kemudian beralih ke Mita.
"Hai... Mita" kata Mita menerima uluran tangan Aulia
"Hai... Aulia,semoga kita bisa jadi teman yaa" sambut Aulia sambil tersenyum.
Mereka berkenalan dengan menyebutkan nama masing-masing.
"Wah-wah ternyata lagi pada sibuk kenalan yaa" suara Arka yang tiba-tiba masuk kelas mengejutkan seluruh anak-anak kelas X IPA 1.
"Ok, acara pertama hari ini memang kenalan....Kalian sudah tahu nama saya kan? Sekarang biar teman-teman kakak yang memperkenalkan diri dulu sebelum lanjut ke kalian" lanjut Arka
"Cukup nama panggilan aja yaa...Saya Dewa" lanjut Dewa.
"Saya Novi"
"Saya Vitria, kira-kira perkenalannya mau dimulai darimana ya?" Tanya kak Fitria yang kemudian disahut oleh Arka.
"Dimulai dari belakang ujung sana, maju perkanalkan diri kalian, biar semua saling kenal" lanjutnya yang di angguki seluruh siswa dan teman Arka.
Satu-satu mulai memperkenalkan diri termasuk Aulia juga ketiga sahabat barunya. Tak terasa sudah waktunya istirahat.
"Karena waktunya istirahat, sekarang kita istirahat dulu ya, sampai nanti." Kata Arka sambil meninggalkan kelas yang diikuti teman-temannya.
"Girl's kantin yuuk" ajak Ninda.
"Yuuuk..." kompak dijawab oleh Aulia, Sari juga Mita.
Sampainya di kantin...
"Makan apa girl's?" Suara cempreng Mita mengagetkan sahabatnya.
"Aku mau bakso aja deh" jawab Aulia.
"Yaudah biar cepet and kompak bakso semua aja yuk" ajakan Ninda diangguki ketiga sahabatnya.
"Kalian mau minum apa biar aku sekalian yang pesenin" kali ini Sari yang bersuara.
"Gimana kalau es jeruk aja biar cepet, takut ga kebagian kursi, liat aja kantinnya rame banget." Usul Ninda sambil melihat seluruh penjuru kantin
"Ok es jeruk semua yaa" kata sari diangguki ketiganya.
Saat ketiganya selesai memesan bakso, mereka kebingungan karena semua meja udah terisi. Sampai akhirnya ada yang memanggil Aulia.
"Aulia.... kalian duduk sini aja, sini masih cukup kok buat kalian berempat" teriakan dari seseorang yang ternyata Arka membuat seisi kantin melihat ke arahnya termasuk ketiga sahabat itu,kok tiga?, ya karena Sari belum selesai pesan minum.
"Gimana ni mau ga kita gabung? Daripada kita ga duduk" bisik Ninda ke keduanya.
"Emang gapapa kita gabung sama kakak kelas? Aku ga en..." belum selesai Aulia berbisik dipotong Mita.
"Gapapalah, yuk buruan berat ni, aku kan bawa 2 mangkok" potong Mita sambil berjalan ke arah Arka, disusul Aulia dan Ninda dibelakangnya.
"Kok cuma bertiga yang satu mana?" Tanya Arka.
"Masih beli minum kak, itu... Sariii... sini" jawab Mita dilanjut teriak memanggil Sari yang celingak celinguk mencari ketiga sahabatnya.
"Ok" jawab Sari mengangguk sambil menuju meja mereka.
"Kalian satu SMP ya?" Tanya Vitria, ya memang meja itu diisi keempat kakak pendamping kelas X IPA 1.
"Ga kok kak, Aulia dari SMP lain, kalau kami bertiga iya" Jawab Ninda, diikuti senyum manis dari Aulia.
"Ya ampun manis banget sih senyumnya" batin Arka saat melihat senyum Aulia yang persis duduk di depannya.
Karena merasa canggung, keempat sahabat itu hanya diam sambil makan, sesekali menjawab saat kakak kelas mereka bertanya. Sampai akhirnya bel masuk pun berbunyi. Dan mereka kembali ke kelas,melanjutkan masa orientasi, sampai akhirnya bel jam pulang sekolah berbunyi. Mereka semua pulang dengan membawa catatan tugas-tugas untuk hari berikutnya.
Sampai di rumah Aulia disambut oleh bundanya.
"Auli sayaang, gimana sekolahnya? Udah punya temen belum?" Tanya bunda Risa.
"Alhamdulillah lancar bun, iya Auli udah punya temen baru, kayaknya nanti bisa sahabatan deh bun, soalnya temen baru Auli itu 3 orang, dan mereka udah sahabat dari SMP" cerita Aulia.
"Syukurlah bunda seneng dengernya , yaudah sana ke kamar bersih-bersih dulu, jangan lupa Sholat yaa, nanti baru makan." Sambil tersenyum bunda Risa menyuruh Aulia.
"Ok bunda, Auli ke atas dulu yaa, eemmmuach...." sebelum berlari ke kamarnya Aulia mencium pipi bunda Risa.
Sesaat kemudian Aulia turun menemui bunda Risa yang sudah menunggu di meja makan.
"Bunda ga ke toko?" Tanya Auli sambil mengambil piring kemudian mengambil nasi juga sayur dan lauk.
"Tadi bunda udah ke toko, tapi cuma sebentar sayaang" jawab bunda Risa sambil menuang air putih lalu diletakkan di dekat putrinya.
"Oiya ada yang mau bunda omongin sama Auli, sebenarnya ayah semalam mau ngomong sendiri ke Auli, tapi ga tega bangunin, habisnya Auli bobonya nyenyak banget" ucapan bunda Risa sambil mengelus rambut Aulia.
"Emang nya mau ngomongin apa sih bun kok kayaknya serius banget" tanya Aulia penasaran.
" Auli selesain makannya dulu, nanti aja bunda maunya kita ngobrolnya di kamar Auli sayaang" menatap putri tersayangnya sambil tersenyum.
"Iya bunda" jawab Aulia, karena penasaran, Akhirnya kemudian mempercepat makannnya.
○●●●○
Makasi udah meluangkan waktu buat baca tulisanku, semoga kalian suka, ini hanya cerita khayalan aja, jadi kalau ada hal yang buruk jangan dicontoh, ambil pesan positifnya aja yaa dan semoga menjadikan semangat buat kita semua....😊
Ditunggu krisannya🙏
Di Kamar Aulia.
"Jadi bunda mau ngomong apa sama Auli?" Tanya Aulia sambil menatap penasaran ke bunda Risa.
"Sayaang, bunda harap Auli bisa menyikapi dengan dewasa apa yang akan bunda sampaikan ke Auli" bunda Risa mengambil nafas dalam lalu membuangnya perlahan,sebelum melanjutkan pembicaraan dengan putrinya.
"begini sayaang....ayah punya janji sama seseorang yang sangat berjasa pada keluarga kita" diam sejenak sambil menatap putri satu-satunya yang diam sambil menyimak bundanya dengan tatapan penuh tanya.
"Janji? Janji apa bun?" Tak sabar menunggu perkataan bundanya akhirnya Auli bertanya.
"Maafin Ayah Bunda ya sayaang, bukan karena kami tidak menyayangimu, tapi semua ini justru karena kami sangat menyayangimu, dan Ayah Bunda juga yakin kalau kamu bisa bahagia dengan keputusan kami" bunda Risa bingung bagaimana akan menyampaikan kapada putri tersayangnya,
" Sayaang sekarang Auli udah SMA, jadi sekarang saatnya Auli tahu segalanya" karena perkataan bunda Risa yang muter-muter, sampai terbesit hal yang aneh-aneh difikiran Aulia.
" Jangan-jangan Auli bukan anak kandung ayah dan bunda yaa?" Ceplos Aulia membuat bunda Risa kaget lalu "bukan, bukan itu sayaang, tentu Auli anak kandung Ayah Bunda, sayaang... kenapa Auli sampai berfikir begitu?" Kata bunda Risa sambil memegang erat kedua tangan Aulia.
"Lalu apa bun? Bunda bilang aja Auli janji ga akan marah, apapun yang menurut Ayah Bunda baik buat Auli, InsyaAllah Auli mau nurut, Auli sayaang Ayah Bunda" sambil memeluk bundanya Auli merasa lega ternyata yang difikirkan salah,tak terasa air mata Aulia mengalir dengan sendirinya.
"Ayah kenapa ayah tega sih nyuruh bunda ngomongin ini ke Auli" batin bunda Risa sambil melepas pelukan Aulia lalu tangannya mengelap lembut airmata di pipi Aulia.
"Assalamualaikum Bunda, Auli" suara berat ayah Restu mengagetkan keduanya.
"Wa'alaikum salam Ayah" sahut Aulia dan bunda Risa bersamaan, lega itulah yang dirasakan bunda Risa, saat melihat suaminya pulang.
"Alhamdulillah, akhirnya ayah pulang, biar ayah aja lah yang ngomong" batin bunda Risa sambil menatap suaminya, dan yang ditatap pun paham kalau istrinya belum bisa menyampaikan apapun ke putrinya.
"Udah nungguin Ayah ya, maaf ya ayah lama" berjalan mendekati keduanya seakan tahu kalau lidah istrinya kelu tak bisa menyampaikan niatnya.
"Sayaang, begini, ayah bunda punya permintaan buat Auli, ayah harap Auli bisa mengabulkan permintaan Ayah Bunda" duduk di samping putrinya sambil merangkul bahu putrinya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya memegang kedua tangan istrinya yang sedang memegang kedua tangan Aulia.
"Permintaan apa Yah, InsyaAllah Auli akan berusaha mengabulkan keinginan Ayah Bunda" sambil menatap penuh tanya kedua orangtuanya secara bergantian.
"Sayaang, sebenarnya ayah punya janji dengan kakek Wisnu juga Om Tara, kalau putri kesayangan ayah yaitu Auli, akan dijodohkan dengan putra om Tara" perlahan Ayah Restu menyampaikan pada Auli.
Deg...
Jantung Auli berdetak keras seakan sedang berlari jauh.
"Dijodohin yah? Tapi Auli masih SMA yah, Auli mau sekolah dulu, Auli juga masih pengen kuliah yah, Auli pengen ngerasain bagaimana capeknya orang kerja, Auli punya banyak cita-cita yah"
Suaranya bergetar, air mata Aulia tak bisa dibendung lagi, menyampaikan uneg-unegnya sambil meremas tangannya yang masih digenggam orangtuanya, seakan ingin sekali berlari sambil berteriak,"kenapa harus seperti ini??? kenapa harus dijodohiiiin???" tapi itu tak mungkin dilakukannya, kasih sayang kedua orangtuanya mampu membedung niatannya, Aulia masih memikirkan perasaan mereka kalau harus berbuat hal gila itu.
"Iya sayaang dijodohin, maafin Ayah sampai harus mengorbankan hidup juga perasaan putri Ayah, kalau bukan karena mereka hidup kita tak bisa seperti ini sayaang, sekali lagi maafin Ayah Bunda ya sayaang" melepas tangan yang menggenggam istrinya kemudian memeluk putrinya, bahkan Bunda Risa pun ikut memeluk mereka.
"Gimana sayaang? Auli maukan?" Tanya Ayah Restu sambil melepas pelukan mereka, lalu mengusap airmata putrinya dengan kedua ibu jarinya dan dibalas anggukan dari Aulia, karena tak mampu berkata apapun Aulia hanya pasrah dan menerima keinginan orangtuanya.
"Terima kasih sayaang... Ayah Bunda sayang Auli" bersmaan orangtuanya menjawab anggukan Aulia.
" Hari jum'at malam mereka akan datang ke rumah buat makan malam sekaligus mereka ingin sekali ketemu Auli, jadi ayah harap Auli bisa bersiap diri" lanjut ayahnya.
"Ya udah bunda mau ke dapur dulu buat masak makan malam, Auli istirahat dulu ya sayaang" kedua orangtua Aulia keluar dari kamar Aulia, kemudian dia merebahkan tubuhnya, pikirannya melayang-layang entak kemana.
Sejenak kemudian dia terbangun karena tiba-tiba teringat tugas-tugas dari panitia MOS yang arus diselesaikannga, karena dia tak mau kalau besuk harus menjalani hukuman karena tak menyelesaikan tugasnya.
Tanpa pikir panjang Aulia berdiri ke meja belajarnya kemudian mengerjakannya.
Keesokan harinya , saat di sekolah, Aulia nampak tak semangat, ia duduk sambil menundukan kepalanya di atas tangan yang dilipat di meja, sampai akhirnya...
Keesokan harinya , saat di sekolah, Aulia nampak tak semangat, ia duduk sambil menundukan kepalanya di atas tangan yang dilipat di meja, sampai akhirnya...
"Door... pagi-pagi kok lemes aja sih neng" perkataan Ninda yang mengejutkan Aulia dari lamunannya.
"Gak kok, q cuma capek aja" jawab Aulia lesu sambil mengangkat kepalanya, kemudian celingak celinguk mencari sahabatnya yang lain.
"Loh kok sendiri, mana Sari sama Mita?" Begitu melihat Ninda sendiri.
"Lagi di kantin, katanya ga sarapan, kenapa sih kok lesu gitu?" Karena penasaran Ninda bertanya lagi.
"Gapapa lagi bete aja" singkat Aulia menjawab, Ninda yang masih penasaranpun mau bertanya lagi tapi diurungkan karena bel masuk telah bunyi.
"Hai girl... kita ga telat kaaan? " Mita heboh karena senang masuk kelas ga terlambat ditambah lagi perutnya yang tadi keroncongan karena ga sempat sarapan di rumah sekarang udah kenyang.
" hampir, untung belum ada kakak pendamping" deg-degan Sari menimpali sambil mengelus dadanya, karena takut kalau telat gara-gara Mita makannya lama.
"kalian makan apa sih kok lam....?" Belum selesai Ninda tanya udah ada ucapan salam dari kakak KETOS yang masuk ke kelas mereka.
"Pagi semuaa....."
" pagi kaaak...." serempak jawaban dari anak-anak kelas X IPA 1.
"Acara kali ini pengenalan lingkungan sekolahan yaa, siap-siap sebelum jam istirahat pertama jadwal kelas ini yang keliling sekolah , jadi.... apa kalian siaaap?" Tanya kak dewa yang akan memimbing dan menjelaskan seluruh ruangan di sekolah.
"Siaaap kaaaak...." tak kalah semangatnya semua mejawab kompak. Dan berjalan keluar mengikuti kak Dewa yang jadi pemandu.
"Nin, salah ga sih kalau cewek punya cita-cita tinggi?" Pertanyaan Aulia yang mendadak membuat Ninda yang ditanya pun menoleh lalu menatap heran kenapa tiba-tiba Aulia bertanya seperti itu.
Tapi karena ingat kalau sahabat barunya sejak tadi pagi bete, akhirnya Ninda mendekat lalu bertanya, "jadi ini yang bikin kamu bete dari tadi?" Aulia mengangguk nendengar pertanyaan Ninda.
"Aulia sayaaang.... yang namanya cita-cita itu bebas mau cewek atau cowok mereka bebas menentukan cita-cita mereka, karena kalau kita punya cita-cita itu bisa membuat kita jadi semangat buat belajar, kenapa sih kok tanyanya gitu?" Jawab Ninda sambil bertanya karena masih penasaran apa yang membuat sahabatnya itu bete.
Tanpa mereka sadari di belakang mereka ada Arka mendengarkan obrolan dua sahabat itu. Dia penasaran kenapa Aulia berkata seperti itu.
"Meskipun pada akhirnya kita harus nikah dan jadi ibu rumah tangga?" Tanya Aulia yang seolah patah semangat.
Arka yang mendengarnya pun ikut sedih.
"Aku ga akan melarang kamu mencapai cita-cita kamu sayaang" batin Arka sakit saat mendengarnya.
Arka bisa menebak "pasti ini ada kaitannya dengan perjodohan" kata Arka dalam hati.
"Meskipun kita nikah, kita masih bisa kok berkarir, buktinya banyak ko wanita yang masih bekerja meski mereka telah berkeluarga, dokter misalnya, guru, atau bahkan banyak artis yang sudah menikah dan punya anak, Ayolah Aulia sayaang kenapa sih tiba- tiba kamu jadi sedih gini, semangat dong!!" Lembut Ninda menyemangati sahabatnya.
"kok aku bisa sedewasa ini ya" senyum geli Ninda berkata dalam hatinya mengingat dirinya tiba-tiba jadi bijak.
"Ayo dong semangat!! Mana senyumnya?" Lanjutnya lagi yang membuat senyum manis terbit dibibir Aulia.
"Nah gitu dong semangat, aku janji bakal kasih kebebasan buat kamu berkarir asalkan kamu bisa berjanji masih bisa mengurusku dan anak-anak kita nanti, ih apaan sih" dalam hati Arka berbisik tak sadar sampai ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena telah berpikir jauh sampai anak.
Vitria yang menyadari tingkah aneh sang ketos pun langsung bertanya
"Arka, kamu kenapa sih? Kok geleng-geleng kepala gitu?"
Kaget Arkapun menjawab "ga papa kok Vit, cuma pusing dikit dari tadi muter-muter sekolahan, btw tepat waktu ga ni kita balik ke kelasnya?" lanjutnya bertanya.
"Oh ok kl gapapa, kayaknya malah sisa waktu deh , soalnya dah nyampe sini "jawab Fitria sambil melihat jam ditangan kirinya.
Hingga akhirnya rombongan kelas X IPA 1 telah sampai di kelas. Kemudian melanjutkan acara sampai jam pulang sekolah tiba.
Begitulah banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan dan juga banyak kisah yang terjadi selama MOS.
Hingga tak terasa sudah hari terakhir MOS, semua siswa kelas X kumpul di aula, untuk membahas makrab malam minggu besuk. Dan makrab akan di adakan di puncak, berangkat hari sabtu pagi dan akan pulanb hari minggu sore.
Sorak gembira seluruh siswa memenuhi Aula, mereka senang sekali karena penat dan juga capek karena tugas-tugas dan kegiatan selama MOS akan terbayar lunas dengan adanya makrab.
○●●●○
Makasih udah meluangkan waktu buat baca tulisanku😊.... semoga membuat kita tambah semangat setelah membaca, ambil nilai positifnya aja yaa....😊
Ditunggu krisannya🙏
Sepulang sekolah Aulia istirahat di kamarnya karena dia harus menyiapkan diri menyambut calon tunangannya yang akan datang malam hari ini, hingga saatnya tiba Aulia mandi dan bersiap kemudian memakai dress baby blue selutut dengan lengan pendek dan krah V , Aulia memoles bedak tipis dan memakai lipstik tipis berwarna soft pink yang cocok dengan warna bibirnya. Aulia terlihat fresh dan cantik dengan make up yang natural seperti itu.
Tok...tok...tok....
"Auli sayaang.... boleh bunda masuk?" Terdengar suara pintu diketok diiringi suara lembut bunda Risa.
"Masuk aja bun, pintunya ga dikunci kok" muncul seorang wanita di pintu dengan senyum menyejukkan, wanita yang tak lain bunda Risa yang membuat Aulia pun membalas senyuman sang bunda.
"Sayaang... apa Auli udah siap? Kita turun sekarang yuk... keluarga calon Auli udah dateng" ajak bunda Risa yang diangguki oleh Aulia.
Kemudian mereka turun dan berjalan ke ruang tamu, dimana Arka duduk membelakangi tangga dan orang tua Arka melihat kedatangannya pun terpesona oleh kecantikan Aulia yang natural, merasa ditatap Aulia pun mengembangkan senyumnya, dan di balas oleh mama Rita, papa Tara juga Kakek Wisnu.
Sesampainya di sofa ruang tamu mereka semua berdiri menyambut Aulia dan bunda Risa.
Deg....
Jantung Aulia berdetak saat melihat Arka sang kakak kelasnya yang selama MOS selalu perhatian sama dia.
"Kak Arka? Kok kakak ada di sini? At..atau...." pertanyaan Aulia dipotong oleh mama Rita
"iya sayaang, Arka yang akan jadi tunangan kamu." Jawab mama Rita sambil tersenyum.
Kemudian Aulia menyalami dan mencium punggung tangan kedua orangtua serta kakek Arka. Sebenarnya kakek Arka sering berkunjung ke rumah Aulia, biasanya mereka sangat akrab seperti kakek dan cucu kandung. Bahkan bisa dibilang kalau Aulia sangat manja dengan kakek Wisnu. Tapi karena situasinya seperti ini Aulia jadi tak bisa bermanja-manja dengan sang kakek.
"Kok harus satu sekolah sih, gimana nanti kalau temen-temen pada tahu" pikiran Aulia karena merasa ketakutan.
"Mari silahkan duduk lagi, kok malah pada berdiri terus ini" suara ayah Restu membuyarkan lamunan Aulia.
Kemudian mereka duduk kembali dimana Aulia duduk di kursi single bersebrangan dengan Arka di samping kirinya ada kedua orang tuanya yang berhadapan dengan kedua orang tua Arka juga sang kakek yang berada di sebelah kanan Aulia.
Kakek membuka suara " Nak Restu, om langsung pada intinya saja ya" ucapnya sambil melihat Ayah Restu.
"Iya silahkan Om" Ayah Restu menyetujui dan mempersilahkan kakek Wisnu untuk menyampaikan niat kedatangannya. Kemudian kakek wisnu memberi kode buat ayah Tara supaya ayah Tara yang menyampaiakan lamarannya, dan diangguki langsung oleh ayah Tara.
"Begini Nak Aulia, om yakin kalau nak Aulia sudah tahu maksud kedatangan kami ke sini " Aulia hanya bisa menangguk tegang karena semua mata memandang ke arahnya termasuk Arka.
"Jadi nak Aulia sudah setuju kan?" Lagi-lagi Aulia hanya mengangguk, melihat respon Aulia Arka tersenyum lega.
"Baiklah kalau begitu , terima kasih Nak karena na Aulia mau mengabulkan keinginan kakek" lanjut ayah Tara tersenyum lega, lalu memberi kode kakek Wisnu supaya melanjutkan pembicaraan.
" Nak Restu, karena Auli sudah menyetujui bagaimana kalau kita bahas acara lamarannya?"
"Kalau saya ikut gimana baiknya om Wisnu aja, kapanpun kami siap" jawab ayah Restu.
"Bagaimana kalau sebelum kita bahas hari lamaran sekarang biarkan mereka bertukar cincin dulu untuk mengikat mereka, jadi mulai malam ini mereka telah bertunangan, sementara acara lamaran nanti cuma formalitas untuk menhargai keluarga besar kita" usul ayah Tara karena memang itu yang diminta oleh Arka, karena agar dia punya alasan buat menjaga Aulia saat makrab nanti.
" memangnya cincinnya sudah siap?" Kali ini bunda Risa yang bicara yang dijawab oleh mama Rita.
" sudah jeng, semua sudah diurus sendiri sama Arka, jadi kita ga usah khawatir" sambil senyum dan melirik ekspresi putranya karena sebenarnya Arka ga mau kalau semua tahu ini idenya.
Dan benar saja muka Arka langsung merah menahan malu. "Iiih... mama kok dibocorin sih, tahu gitu tadi cuma bilang ke papa aja" sambil melirik sebel ke mamanya, tapi malah dibalas senyuman menggoda sang mama.
"Arka sayaang keluarkan cincinnya nak, pakaikan ke calan tunanganmu" mama Rita menyarankan Arka karena Arka malah diam saja.
"Eh iya ma..." jawab Arka gugup sambil mengeluarkan cincin.
Kemudian mereka saling bertukan cincin. Arka meminta tangan kiri Aulia dan langsung memasukkan cincinnya ke jari manis Aulia, lalu menyarahkan cincin yang satu lagi ke Aulia supaya dipakaikan ke jari manisnya. Akhirnya mereka sudah bertukar cincin.
Setelah bertukar cincin, Bunda Risa mempersilahkan tamunya untuk makan malam bersama.
" Sebaiknya sebelum kita membahas soal pertunangan, lebih baik kita makan malam dulu." tawaran bunda Risa disambut baik oleh kedua pihak keluarga.
Hingga akhirnya mereka berjalan menuju meja makan, lalu makan bersama. Bunda Risa mengambilkan makan untuk Ayah Restu dan dirinya sendiri. Sementara Mama Rita mengambilkan makan untuk papa Tara juga kakek Wisnu. Lalu, saat Aulia hendak mengambil makan untuk dirinya. Bunda Risa mengatakan supaya Aulia mengambilkan makan untuk Arka.
"Auli sayang, kamu ambilin buat kak Arka dulu dong..." kata bunda Risa sambil senyum.
"oh iya bun, maaf" jawab Aulia gugup, meskipun belum ada perasaan apapun terhadap laki-laki yang jadi tunangannya itu dia tetap gugup, karena selama ini Aulia belum pernah dekat dengan seorang laki-laki. Kalaupun ada itu cuma teman biasa dan tak pernah dekat.
"segini cukup ga kak?" tanyanya yang diajukan ke Arka.
"cukup" jawabnya
"aku pakai sayur sama ayamnya aja" lanjutnya lagi, yang dijawab anggukan oleh Aulia.
Setelah mengambilkan makan Arka, lalu diserahkannya, kemudian Aulia mengambil untuk dirinya sendiri.
Suasana di meja makan sangat tenang saat mereka makan malam, hingga akhirnya satu persatu selesai, kemudian kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat tertunda tadi.
Saat para orang tua mau membicarakan acara tunangan. Ayah Restu menyarankan Aulia untuk mengajak Arka ke taman belakang rumah.
Saat di taman mereka hanya diam duduk di bangku taman. Sampai pada akhirnya...
" maaf kak, kok tadi sepertinya kak Arka ga kaget ya, apa kakak udah tahu kalau mau dijodohin sama aku?" Aulia mengeluarkan pertanyaan yang dari tadi mengganjal dibenaknya.
"Iya kakak udah tahu sejak hari pertama kita ketemu, tapi saat itu kakak hanya nebak dan belum yakin kalau kamulah orangnya, karena di rumah, kakek serta orangtua kakak membahas masalah ini, kakak mencoba bertanya apakah anak Om Restu itu kamu, dan ternyata jawaban mereka iya" Arka menjelaskan sebenarnya, bahkan dia juga sudah tahu soal perjodohan ini sejak memasuki SMP, meskioun saat itu belum tahu siapa kelak yang akan jadi dijodohkan dengannya.
Flashback ON
Saat yang bersamaan dengan perbincangan Ayah bunda Aulia.
Di kediaman keluarga Wijaya.
Sepulang sekolah Arka disambut Mama Rita ( mamanya Arka).
"Assalamualaikum Maa, eemuach" mencium pipi mama Rita kemudian lari ke kamarnya.
"Wa'alaikum salam sayaang, dasar anak ini" menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah putranya.
"jangan lupa Sholat, cepet turun makan ya sayaang" lanjutnya sambil berteriak karena Arka sudah sampai di lantai atas,
"Iya maaa" tak kalah berisiknya Arka pun menjawab mamanya denga berteriak.
Beberapa saat kemudian , sudah di meja makan
"Masak apa maa? Dari baunya kayaknya enak ni.." tersenyum senang karena mama Rita masakin semua makanan,kesukaannya.
Walaupun di rumah keluarga Wijaya sudah ada pembantu, tapi untuk urusan masak selalu mama Rita yang melakukannya, karena dia ingin suami dan anaknya bisa memakan masakannya, jadi kalau mereka sedang di luar kota selalu ada yang diridukan dari mamanya, yaitu masakannya.
"Enak dong, kan spesial buat putra semata wayang mama" tersenyum sambil mengambilkan nasi juga sayur dan lauknya untuk putra tersayangnya.
"Loh kok makan duluan sih Nak, kok ga nungguin kakek sama papa" tiba-tiba terdengar suara papa Tara berjalan dengan kakek menuju meja makan.
" ya kan Ar gak tahu pa, lagian udah jam segini juga memang papa sama kakek belum makan?" Tanya Arka setelah menelan nasi yang baru saja disuapnya.
"Belum , kan papa mau makan bareng sama Ar" sambil mendudukkan diri di kursi meja makan di sebelah istrinya.
" tumben pa, kek? " tanya Arka karena tak biasanya mereka makan siang bersama.
" Memangnya Ar lupa sesuatu Nak?" Tanya kakek Wisnu karena heran dengan cucunya yang melupakan sesuatu hal yang sangat penting.
"Emang ada apa sih? Kayaknya ga lupa apa-apa kok Kek..." jawaban Arka dengan ekspesi penuh tanya.
"Sudah makan dulu, ga baik makan sambil ngomong" mama Rita menyela sebelum kakek mengatakan apapun, karena biasanya saat makan itu semua tenang baru setelah selesai mereka selalu ngobrol bersama.
Semua diam sampai akhirnya makan siang oun selesai lalu pindah ke ruang keluarga.
"Bik, tolong bereskan meja makan yaa, saya mau ke ruang keluarga ada yang mau dibahas" karena tak bisa membantu bibi, mama Rita meminta bibi membereskan meja makan, kemudian menyusul, keluarganya yang sudah jalan duluan.
" Ada apa sik Kek , Pa, Ma? " Tanya Arka karena mereka tak kunjung bicara.
"Nak, kamu lupa kalau sekarang kamu sudah kelas XI ? Itu artinya dia sudah SMA" kakek memulai pembicaraan.
" Oooo itu, iya kek, Ar tahu itu, memangnya ga kecepetan kek? Kalau harus dibahas sekarang?" Ya Arka sudah tahu maksud Orangtuanya.
Karena sejak SMP Arka sudah dikasih tahu kalau dia dijodohkan, makanya selama ini dia tidak pernah mau berteman dekat dengan cewek takut kalau sampai jatuh cinta dan mengecewakan orangtuanya.
"Gak Nak, karena perjanjiannya kan begitu putri om Restu masuk SMA kalian akan bertunangan"jawab ayah Tara.
"Arka sih ngikut aja Pa, toh cepat atau lambat semuanya akan terjadi" jawab Arka yang membuat mamanya khawatir.
"Sayaang, kok ngomongnya gitu sih , mama dulu udah bilang kalau Ar ga mau bisa nolak, tp setelah saatnya tiba kenapa Ar bilang begitu?" Tanya mama Arka yang dari awal merasa kasihan melihat Arka dijodohkan.
Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa ia setuju karena Arka akan dijodohkan dengan putri sahabatnya. Ya, bunda Risa adalah sahabat dari mama Rita.
"Ar gapapa ma, Ar setuju kok, mungkin karena Ar lagi capek aja tadi di sekolah ngurusin siswa baru" jawab Arka mencoba menghibur mamanya yang merasa khawatir dengannya.
" oya Pa...Apa putri om Restu namanya Aulia Pratiwi Kusuma?" Tanya Arka karena merasa dari namanya kalau Aulia adalah anak Om Restu Kusuma.
"iya, loh Ar bisa tahu?" Tanya Papa Tara.
"Kebetulan tadi kelas yang Ar dampingi MOS ada sisiwi yang bernama itu yah, karena nama belakangnya sama makanya Ar pikir pasti dia calon istri Ar," jawab Arka sambil tersenyum membayangkan senyuman Aulia.
Arka senang ternyata calon istrinya adalah cinta pertamanya, sejak menyebut nama Aulia saat pembagian kelas tadi di sekolah, perasaan Arka ada yang beda,apalagi saat melihat senyum Aulia di kantin,jantungnya berdetak keras, Arka berpikir apa dia calon istriku? Dan ternyata semua benar, Arka senang karena dia akan menikah dengan orang yang sudah bisa mengetuk hatinya.
" brarti kamu dah siap kan Nak kalau besuk jum'at malam kita ke rumahnya untuk bertemu dan menentukan kapan kalian tunangan?" Tanya kakek langsung karena merasa cucunya tak terpaksa menjalani perjodohan ini, bahkan sepertinya sudah jatuh cinta.
" Siap kek, InsyaAllah Ar siap lahir batin" kali ini Ar menjawab dengan semangat.
"Kayaknya malah dah ga sabar tu kek." Goda papa Tara, yang kemudian ditertawakan kakek juga mamanya.
Karena malu akhirnya "dah ah Ar mau ke kamar, ngantuk " sambil berdiri sebelum diledek keluarganya.
" jangan ngebayangin Auli ya Ar, tar malah ga bisa tidur" goda papanya sambil teriak karena Arka sudah sampai atas.
Flashback Off
"Iya kakak udah tahu sejak hari pertama kita ketemu, tapi saat itu kakak hanya nebak dan belum yakin kalau kamulah orangnya, karena di rumah kakek serta orangtua kakak membahas masalah ini, kakak mencoba bertanya apakah anak Om Restu itu kamu, dan ternyata jawaban mereka iya" jawaban Arka membuat Aulia bertanya.
"memangnya kakak udah tahu kalau mau dijodohin?" lanjut Aulia penasaran.
"Iya kakak tahu kalau mau dijodohin sama anak om Restu sejak SMP, mereka udah kasih tahu kakak agar kakak ga berani pacaran, tapi kakak waktu itu belum tahu siapa kamu, bahkan nama kamu pun kakak belum tahu" Aulia hanya mengangguk mengerti, kemudian bertanya lagi
" jadi selama ini kakak baik dan perhatian ke Auli karena kakak tahu siapa Auli?"
"Iya, maaf kalau kakak ga bilang masalah ini ke Auli" jawaban Arka dengan merasa bersalah.
" gapapa kok kak, lagian sekarang Auli udah tahu" Aulia memberanikan diri menatap Arka sambil tersenyum.
Dan dibalas senyum oleh Arka,namun tiba-tiba Arka mengingat percakapan Aulia dengan Ninda di sekolahan tadi
"oh iya kakak hampir lupa, Auli, meskipun kita nikah nanti, kakak ga akan ngekang Auli , kakak akan kasih ijin dan mendukung Auli buat mencapai cita-cita Auli,jadi Auli ga usah mikirin hal itu lagi, tapi satu permintaan kakak, Auli harus ingat kewajiban Auli sebagai istri juga ibu dari anak-anak kita nanti."
Deg...
"kok kak Arka tahu kalau Auli kepikiran soal itu ya?" batin Aulia bingung bagaimana Arka bisa tahu yang mengganjal pikirannya sejak tahu akan dijodohkan, tapi dia ga berani bertanya langsung.
Karena sudah malam akhirnya keluaga Arka berpamitan pulang.
○●●●○
Makasih atas kunjungannya yang telah meluangkan waktu buat baca tulisanku. Mohon support dan dukungannya yaa. Ambil nilai positifnya aja, semoga menyenangkan...
Ditunggu krisannya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!