NovelToon NovelToon

Mertua Dan Menantu

Bab 1. Malam Yang Terlewatkan

Bab 1. Malam Yang Terlewatkan

(POV Author)

Jantung Lyra berdebar mana kala tinggal dirinya dan suami yang baru saja mengucapkan janji suci pernikahan di siang tadi, kini ada di dalam kamar yang sama dengannya.

Andi Gunawan, pria berprofesi sebagai pemilik toko funiture adalah lelaki yang mencuri hati Lyra satu tahun yang lalu. Siang tadi mereka melakukan upacara sakral untuk mengikat hubungan mereka menjadi sepasang suami istri.

"Aku mandi duluan." Ujar Andi kepada Lyra dan langsung masuk ke kamar mandi.

Lyra melepas satu persatu atribut yang menghiasi kepala dan tubuhnya. Cukup sulit apalagi letaknya yang tidak terlihat. Tapi Lyra tetap berusaha sendiri karena ia merasa sungkan untuk meminta bantuan Andi yang terlihat lelah.

Dengan penuh perjuangan Lyra berhasil melepas semua aksesoris itu, dan telah membungkus tubuhnya dengan handuk kimono sambil menunggu Andi mandi.

Aroma sabun bercampur sampo menyeruak dalam ruangan ketika Andi keluar dari kamar mandi. Menatap tubuh Andi yang hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya membuat Lyra malu dengan degup jantung yang semakin berdebar-debar.

Lyra beranjak dari duduknya dan langsung masuk ke kamar mandi. Lyra semakin berdebar manakala mengingat malam ini adalah malam pertama mereka.

Lyra membersihkan dirinya sebaik mungkin. Memakai sabun pilihan yang mengandung ektrak melembutkan dan menghaluskan kulit, serta dengan aroma yang menenangkan tapi memikat tentunya.

Ia berencana ingin memberikan yang terbaik untuk suaminya malam ini. Suami yang sangat ia cintai dan mampu menjaga kesuciannya hingga tiba di hari pernikahan mereka.

Cukup lama Lyra berada dalam kamar mandi. Setengah jam berlalu, dan dirasa tubuhnya sudah segar dan wangi untuk menyambut malam pertama mereka, Lyra pun mantap untuk segera keluar dari kamar mandi.

Lyra tertunduk malu begitu keluar dari kamar mandi. Tak sanggup menatap mata Andi bila lelaki itu melihat dirinya yang sudah segar ini.

Tapi semua di luar ekspektasi Lyra. Begitu ia menengadahkan wajah dan mencari keberadaan Andi, Lyra sedikit kecewa ternyata lelaki yang mencuri hatinya itu sudah terlelap dalam tidurnya.

Ingin membangunkannya tapi Lyra merasa kasihan. Ia berpikir mungkin suaminya sangat kelelahan sampai malam pertama mereka pun sepertinya harusnya lewat begitu saja.

Lyra menghela napas. Sepertinya angan-angannya akan di manja malam ini harus di pendam hati.

Baiklah, masih ada hari esok, lusa dan seterusnya. Pernikahan kami masih di awal mula, dan pastinya masih panjang perjalanan mahligai rumah tangga ini. Batin Lyra memberi semangat pada diri sendiri.

***

"Selamat pagi sayang..." Sapa Mama Lyra ramah seperti biasa dengan senyum menawannya.

Lyra tersenyum membalas sapaan Mamanya.

"Loh Mas, disini ternyata aku cariin." Ujar Lyra yang melihat suaminya berjongkok sedang memasang gas baru mengganti gas kosong.

Sejak bangun tidur Lyra tidak menemukan keberadaan suaminya di kamar mereka. Ternyata Andi lebih dulu bangun dan membantu Mama mertua tanpa membangunkan istrinya.

Ah, aku semakin kagum padanya yang ringan tangan dalam membatu pekerjaan di rumah ini. Batin Lyra sambil tersenyum memandang Andi.

"Oh, aku bantuin Mama." Jawab Andi sambil tersenyum.

Andi juga melihat ke arah mertuanya dan mereka pun saling tersenyum.

Lyra merasa beruntung memiliki keluarga kecil yang saling menyayangi seperti ini.

"Mama, perlu aku bantu?"

"Nggak usah sayang, ada Andi yang sudah membantu. Kamu duduk saja. Mau sarapan apa? Biar Mama buatin."

"Apa aja, Ma. Apa yang Mama buat pasti aku makan." Ujar Lyra.

Wanita itu lalu duduk di meja makan sambil memperhatikan keduanya yang begitu kompak memasak pagi itu.

Apakah Mas Andi memang seakrab ini dengan Mama ya? Batin Lyra bertanya-tanya.

Ada rasa cemburu dalam hatinya melihat sang suami yang begitu supel dengan sang Mama ketimbang dirinya.

Ah, mungkin karena sifat Mama yang ramah, jadi mereka cepat akrab. Seperti aku harus banyak belajar dari Mama. Kata Lyra dalam hati mencoba untuk berpikir positif.

Lyra menyadari kekurangannya yang tidak mudah cepat akrab terhadap orang lain. Sifatnya yang cuek dan pendiam mengikuti jejak sang Ayah itu, terkadang membuatnya susah memiliki teman.

Namun Lyra akan sangat menghargai orang-orang yang begitu peduli dan sangat menyayangi dirinya. Ia tidak mudah lupa untuk membalas kebaikan orang-orang itu. Tapi ada hal yang tidak bisa di toleransi oleh Lyra, yaitu kebohongan dan pengkhianatan.

Lyra yang masih menyelesaikan kuliahnya tahap akhir, di pinang oleh Andi. Ia tidak menolak pinang itu meski masih menjalani masa kuliah. Lyra yang baru merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kali itu merasa tidak ingin menolak pinangan dari sang pujaan hati.

***

Seharian ini Lyra hanya menghabiskan waktu di rumah saja. Hidup bersama sang Ibu dan juga suaminya dalam satu rumah masih terasa sepi bagi Lyra.

Pasalnya, seharian ini sang suami sibuk membantu ibunya, mulai dari memasak, memelihara tanaman, sampai membersihkan kolam renang.

Rumah berlantai satu itu cukup di katakan mewah dari desain dan interior luar dan dalam. Memiliki gazebo yang di kelilingin tanam pohon indah membuat rumah terasa nyaman, santai dan menyegarkan.

Hingga menjelang malam, kembali Lyra merasakan debaran jantungnya sejak maghrib sampai selepas Isya ini. Malam ini adalah malam kedua ia seranjang dengan sang suami setelah menikah. Lyra merasa ia harus mempersiapkan dirinya jika Andi akan meminta haknya malam ini.

Wangi-wangian di tubuh Lyra menyeruak di dalam kamarnya. Dari wangi sabun, sampo dan lotion bercampur menjadi satu.

Lyra melihat Andi sedang berselancar dengan gawainya sambil tersenyum. Dan senyum itulah yang Lyra jatuh hati kepadanya.

"Mas...."

Sapa Lyra kepada Andi dengan maksud memperlihatkan gaun malam yang ia kenakan malam ini.

Gaun malam berwarna merah muda dengan belahan sedikit turun itu memamerkan belahan dua bukit milik Lyra yang masih belum tersentuh oleh Andi. Andi sempat terdiam sesaat kemudian berdehem sambil meletakkan smartphonenya.

Perlahan Andi bergerak hendak beranjak dari tempat tidur mereka.

"Mau kemana Mas?" Tanya Lyra.

"Aku haus Lyra. Sebentar ya, aku ke dapur dulu ambil minum."

"Biar aku saja Mas." Ujar Lyra yang merasa itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri.

Andi mengangguk mengijinkan. Kemudian Lyra pun melangkahkkan kaki menuju dapur untuk mengambilkan air minum bagi suaminya.

"Apa aku bawa botolnya aja ya sekalian, takut kurang kan kalau-kalau setelah beraktivitas nanti kami akan kehausan." Lyra berbicara pada angin.

Pikirannya sudah traveling kemana-mana hingga membuat ia senyum-senyum sendiri.

Lyra akhirnya membawa sebuah nampan dengan sebuah botol dan juga gelas di dalamnya. Perlahan ia masuk ke dalam kamarnya yang ternyata sudah gelap karena di matikan lampunya oleh Andi. Lyra meletakkan nampan itu di atas nakas. Kemudian mendekati Andi untuk melihat lelaki itu.

Andi sudah terlelap dalam tidurnya. Lagi-lagi Lyra menelan kekecewaan untuk malam keduanya.

Mungkin Mas Andi kelelahan seharian ini telah membantu Ibu. Batin Lyra memberikan pikiran positif untuk dirinya sendiri.

Bersambung...

Note : Jangan lupa like dan komen ya biar Author lebih semangat 🙏😊 dan juga rate bintang 5 ya makasih 😘🙏

Bab 2. Suara Aneh

Bab 2. Suara Aneh

(POV Author)

Sudah seminggu usia pernikahan Lyra namun dirinya masih belum juga di sentuh oleh sang suami. ada saja kendala yang menghalangi mereka untuk melakukan hubungan suami istri. Namun Lyra yang selalu berpikir positif memaklumi keadaan itu.

Suhu malam itu sangat panas hingga membuat Lyra terpaksa membuka matanya karena merasa tenggorokannya cukup kering. Lyra melirik ke arah sampingnya, mendapati sang suami yang tidur dengan berselubung selimut cukup membuat Lyra heran, dirinya merasa kepanasan tapi sang suami tidak. Akhirnya, Lyra pun beranjak bangun untuk menuju ke dapur mengambil minuman dingin

Saat melewati kamar sang ibu, samar-samar Lyra mendengarkan suara yang aneh. Lyra sendiri tidak yakin itu suara apa. Apakah suara sang ibu atau suara televisi yang ada di kamar sang ibu.

Suara aneh itu cukup membuat kaki Lyra terpaku di tempatnya. Bulu di tubuhnya meremang namun pipi dan telinganya memanas mendengar de*saha*n-de*sa*h*an yang ia tahu itu merupakan efek dari adegan dewasa.

Lyra yang sudah dewasa cukup tahu adegan dewasa yang membuat pipinya memerah itu. Adegan dewasa yang tidak kunjung ia lakukan bersama sang suami. Walau telah seminggu lamanya mereka memiliki ikatan sebagai suami istri.

"Buat apa aku berdiri disini? Malu-maluin aja." Gumam Lyra lirih pada angin dan segera melangkahkan kakinya menuju dapur.

Satu botol air dingin ia teguk habis saking panasnya suhu serta pikirannya yang traveling kemana-mana. Ia pun mengambil satu botol yang masih utuh untuk di bawa ke kamar mana tahu, jika dirinya haus lagi.

Kamar masih gelap ketika ia sudah masuk di dalamnya. Hanya saja Lyra merasakan ada hembusan angin di kamar itu. Tidak mungkin itu hembusan pendingin ruangan atau AC karena elektronik itu baru rencananya akan di perbaiki besok. Lalu tidak ada kipas angin dalam kamar itu.

Sekilas Lyra melihat gorden sedikit melayang. Ia pun mendekat ke arah jendela dan memastikan hal itu. Ternyata jendela kamarnya sedikit terbuka. Lyra pun merasa bingung, kenapa jendela itu tidak dikunci. Padahal rasanya ia sudah mengunci rapat setiap jendela di dalam kamarnya.

Lyra melirik ke arah tempat tidur dimana Andi berada. Sang suami kini sedikit membuka selimutnya. Perlahan Lyra mendekat ke arah sang suami. Pantulan cahaya bulan menerangi kamar dan menyinari tubuh lelaki yang terlelap dalam tidurnya. Dengkuran halus terdengar di telinga Lyra. Wajah Andi yang tertidur itu tampak seperti kelelahan. Bulir-bulir keringat yang membasahi tubuh suaminya membuat Lyra berpikir, mungkin saja sang suami merasa kepanasan hingga ia yang membuka jendela itu ketika dirinya sedang ke dapur.

Lyra menghela napas. Tadinya ia sudah berpikir negatif takut kalau-kalau ada maling yang mencoba masuk ke dalam kamarnya.

Pada akhirnya Lyra pun merebahkan di dirinya dan kembali mencoba memejamkan matanya.

***

Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang mulai merambat masuk ke dalam dan memberi cahaya di setiap sudut ruangan. Burung berkicau bersahut-sahutan menyambut pagi. Sebuah sapaan hangat dari sang suami membangunkan Lyra di pagi manisnya.

"Pagi sayang, kamu sudah bangun?" Sapa Andi dengan senyum yang menawan di mata Lyra.

"Pagi Mas, kamu sudah mandi?" Tanya Lyra yang melihat rambut Andi yang rapi dan seperti habis keramas.

"Ya sayang, cuaca panas sekali."

Tidak dipungkiri cuaca memang sangat panas bahkan baru bangun tidur saja Lyra rasanya ingin segera ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.

"Mandi gih, bau acem. Aku tunggu di meja makan ya?" Kata Andi.

Lelaki itupun beranjak meninggalkan kamar setelah mendapat anggukan dari Lyra.

Lyra menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukan pukul 05.30. Perlahan Lyra meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur merapikan sprei serta melipat selimut. Barulah ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Pakaian kemeja putih dan celana jeans biru dongker melekat di tubuh Lyra yang tidak terlalu gemuk atau kurus dengan tinggi badan 155 cm itu. Tas ransel ia naikan ke pundaknya yang berisikan notebook, charger, kertas notes dan juga sebuah pulpen, lalu dompet dan smartphone-nya. Pagi ini Lyra siap ke kampus di antar sang suami setelah seminggu lebih ia ijin tidak masuk kuliah.

"Pagi Ma..." sapa Lyra kepada sang Mama yang tengah menyiapkan sarapan di atas meja.

"Pagi sayang, ayo sarapan dulu."

"Iya Ma." Jawab Lyra yang melihat sekilas ke arah Mama.

Lyra menarik kursi di samping suaminya. Namun akhirnya mata Lira kembali lagi mengulang melihat sang Mama. Rambut sang Mama yang masih terlihat basah mengundang perhatian Lyra. Kembali wanita itu mengingat akan kejadian tadi malam. Pikirannya pun mulai lagi bertravelling ke mana-mana.

Apakah mungkin mama.... Ah, tidak tidak mungkin. Batin Lyra dengan gerakan menggeleng pelan, menyangkal apa yang ada dalam pikirannya.

Lyra memulai makan makanannya dalam diam. Sesekali ia memperhatikan sang Mama dan sang Suami. Keduanya tampak sesekali tersenyum meski tidak banyak berucap kata.

"Mama tadi malam tidur jam berapa?" Tanya Lyra buka suara.

"Begitu kamu masuk kamar bersama Andi, Mama sudah mulai memejamkan mata sayang. Kenapa?" Tanya sang Mama.

"Tadi malam aku terbangun karena haus dan menuju ke dapur. Tapi saat melintasi kamar Mama aku nggak sengaja mendengar suara-suara aneh." Ungkap Lyra.

"Suara-suara aneh?" Tanya sama Mama mengulang karena bingung.

Lyra menghela napas.

"Seperti suara d*e*sah*an orang yang lagi melakukan hubungan intim." Kata Lyra langsung pada intinya.

Mendadak Andi terbatuk-batuk. Dan sang Mama pun menegakkan posisi duduknya. Dengan cepat wanita berusia 40 lebih yang masih tampak awet muda itu menyodorkan segelas air putih kepada menantunya.

Adegan itu tidak lepas dari perhatian Lyra. Lyra pun melepaskan sendok makannya dan memberikan tisu kepada suaminya.

"Mas tersedak ya, pelan-pelan aja makannya." Ujar Lyra.

"Lyra mungkin kamu salah dengar." Ujar sang Mama.

"Lyra nggak mungkin salah, Ma. Bahkan Lyra sampai berhenti di depan kamar Mama untuk memastikan."

Sang Mama terdiam sesaat. Sebelum akhirnya menjawab.

"Sepertinya Mama lupa mematikan televisi. Mama...., Mama rindu Papamu. Lalu tiba-tiba hasrat itu muncul entah dari mana jadi Mama...."

"Udah Ma. Cukup, Lyra mengerti jangan di lanjutkan lagi."

Sang Mama menatap Lyra dengan kening berkerut.

Duh Lyra, gara-gara kamu kan! Nyaris aja Mama mempermalukan dirinya ngaku kalau Mama lagi o*na*ni gara-gara kangen sama Papa. Batin Lyra merutuki dirinya sendiri.

"Maaf Ma, tidak seharusnya Lyra bertanya. Lyra tahu, pasti suatu saat Mama juga merindukan berhubungan seperti suami isteri."

Kata-kata Lyra membuat Mamanya dan sang suami berspekulasi bahwa Lyra mengira sang Mama sedang melakukan masturbasi tadi malam.

"Nggak apa-apa sayang."

Wajah keduanya tampak lega. Lalu menyantap kembali makanan yang mulai dingin.

"Ayo sayang, habiskan makananmu. Nanti kita bisa telat." Ujar Andi melihat Lyra yang masih belum menyentuh makanannya lagi.

Lyra menurut apa kata suaminya. Setelah makan mereka pun berpamitan kepada sang ibu, lalu beranjak pergi.

Bersambung...

Note : Jangan lupa like dan komen ya biar Author lebih semangat 🙏😊 dan juga rate bintang 5 ya makasih 😘🙏

Bab 3. Maling

Bab 3. Maling

(POV Author)

Lyra cukup sabar atas penolakan serta kendala yang di hadapi setiap akan melayani sang suami di ranjang. Ia tidak akan meminta hak nafkah batin kepada sang suami jika suaminya belum siap.

Lyra berpikir mungkin ada sesuatu di diri suaminya yang belum siap melakukan hubungan suami istri kepadanya. Untuk itu, Lyra memberikan waktu kepada sang suami sampai dia benar-benar siap.

Malam-malam berikutnya setiap Lyra terbangun karena haus ia tidak mendengar lagi suara-suara aneh setiap melintasi kamar Mamanya. Lyra berpikir mungkin karena ucapannya waktu itu mengenai hati sang Mama.

Lyra membuang napas berat, merasa telah bersalah kepada sang Mama.

Lyra kembali melangkahkan kakinya. Ada hal yang menarik perhatian Lyra hingga ia menaruh curiga pada pintu samping rumahnya yang terbuka. Lyra memeriksa barang-barang berharga yang ada di rumah itu terutama ruang keluarga yang terdapat televisi yang berukuran besar. Untungnya tidak ada satupun yang hilang. Lyra berpikir ada maling yang berusaha masuk namun gagal karena dirinya yang terbangun tengah malam.

Lalu di suatu malam, Lyra melihat sekelebat bayangan di pintu samping rumahnya. Ia pun mencari sesuatu yang cukup untuk mengamankan dirinya.

Lyra ketakutan setengah mati. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan, bahkan tubuhnya mulai gemetar. Otak Lyra mulai berpikir dengan keras. Bagaimana caranya ia akan menangkap si maling tersebut. Kemudian Lyra berjalan menuju ke dapur, mencari barang-barang yang kira-kira bisa untuk ia gunakan melindungi dirinya

Lyra mengambil tongkat sapu dan juga teflon. Lyra siap menghajar bila itu benar-benar maling yang masuk rumahnya.

Sesaat Lira ragu akan tindakannya. Ia takut dirinya akan terluka kelak. Tapi jika tidak dilakukan secepatnya, iya juga takut maling itu akan segera kabur meninggalkan rumahnya. Sungguh dilema, ingin membangunkan Mamanya dengan teriakan sudah pasti maling itu akan cepat kabur. Atau menggedor pintu kamar Mamanya, atau membangunkan Andi sang suami juga akan membuat si maling cepat kabur. Benar-benar dilema.

Dan pada akhirnya Lyra pun mengambil keputusan untuk melawan maling seorang diri. Lyra berjalan mengendap-ngendap mengikuti sosok bayangan yang tadi ia lihat walau jarak mereka cukup jauh.

Saat Lyra tiba dibelokkan samping rumah, ia terkejut mendapati sang suami berpeluh keringat dengan nafas ngos-ngosan.

"Loh, Mas? Mas dari mana?"

Suami yang melihat kehadiran Lyra, apalagi di tangan dan dan kirinya terdapat sapu serta teflon pun ikut terkejut. Lelaki itu pun terlihat sedikit panik.

"Kamu ngapain Lyra?"

"Tadi aku ngelihat sekelebat bayangan Mas. Aku pikir itu maling, jadi aku berusaha meringkusnya." Ucap Lyra sambil menguatkan genggaman benda-benda yang ada ditangannya.

"Aku sudah mengejar, maling itu kabur memanjat tembok pagar." Ujar suaminya, Andi.

"Ah, sayang sekali. Aku terlalu lama berpikir tadi. Harusnya aku bisa menangkap maling itu!"

"Kamu jangan macam-macam Lyra! Kamu itu wanita. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu, itu berbahaya! Apalagi kamu tidak bisa beladiri. Sebaiknya bila ada maling kamu teriak saja." Perintah dan saran sang suami.

Lyra mengangguk paham. Ia pun tidak ingin membuat khawatir sang suami. Akhirnya mereka pun kembali ke kamar telah memastikan pintu samping serta jendela yang terbuka sudah dikunci rapat.

"Keringatmu banyak sekali Mas. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu sebelum tidur lagi." Ujar Lyra.

"Baiklah."

Andi menurut saja apa kata istrinya. Ia pun sudah terlihat sangat kelelahan.

Keesokan harinya.

Setelah melakukan aktivitas harian seperti biasanya, saat menjelang tidur malam, Lyra memeriksa kembali setiap pintu serta jendela yang telah ia tutup rapat. Memastikan semuanya dalam keadaan terkunci dan aman. Malam itu pun tidak terjadi apa-apa. Jendela dan pintu masih seperti sedia kala.

"Sepertinya malingnya sudah mulai takut. Baguslah, pasti mereka tidak berani masuk lagi ke sini karena sudah ketahuan." Kata Lyra pada angin.

Rasa aman dan tentram itu berjalan selama seminggu lebih. Lyra tidak perlu merasa cemas lagi karena maling tidak akan masuk lagi ke rumahnya.

Lalu di malam berikutnya Lyra kembali terbangun. Bukan karena haus melainkan karena sang suami yang beranjak bangun dari tempat tidurnya sempat menyenggol tubuhnya.

Dan keadaan kamar yang remang-remang, Lyra melihat Andi keluar dari pintu kamar mereka. Lyra berpikir mungkin suaminya sedang haus. Salahnya juga yang tidak menyiapkan air di dalam kamarnya. Kemudian Lyra berinisiatif untuk menyusul suaminya.

Saat sedang melintas kamar sang Mama, terdengar sedikit kegaduhan di dalam kamar. Lyra pun menghentikan langkahnya, memasang telinga dengan seksama, mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di dalam sana.

Kembali suara de*s*ah*an-de*sah*a*n aneh yang Lyra dengar waktu itu, terdengar kembali. Lyra menutup mulutnya, menggeleng pelan, dan berkata dalam hati.

Mama sepertinya terlalu sering masturbasi. Apakah karena Mama terlalu lama sendiri ya? Kasihan juga. Sebaiknya besok aku bicara sama Mama, menyarankan Mama untuk menikah lagi. Karena usia Mama juga tidaklah terlalu tua dan wajah Mama pun masih tetap cantik.

Perlahan Lyra membalikkan tubuhnya dan memantapkan lagi langkah kakinya menuju ke dapur. Tapi anehnya, Andi tidak ada di sana. Lyra pikir suaminya sedang ke dapur mengambil air minuman karena haus. Nyatanya lelaki itu tidak kelihatan batang hidungnya.

Loh, Mas Andi ke mana ya? batin Lyra bertanya-tanya.

Karena merasa haus, Lyra pun mengambil sebotol minuman dan juga gelas. Kemudian meletakkannya di atas nampan dan berencana membawa nampan itu untuk diletakkan di kamarnya.

Setelah kembali ke kamar, Lyra masih tidak mendapati suaminya di kamarnya.

"Mas Andi ke mana sih?!" Gumam Lyra pada angin.

Lira meletakkan nampannya di atas nakas. Menghidupkan lampu kamar, lalu ia beranjak lagi keluar kamarnya mencari sosok suaminya. Semua lampu ia nyalakan. Terlihat pintu di dapur sedikit renggang. Tadinya dalam keadaan remang-remang, Lyra tidak melihat ke arah pintu itu. Namun baru kini ia sadari, pintu itu sedikit terbuka.

"Apa maling masuk lagi?!"

Lyra mulai cemas dan ketakutan. Ia pun teringat apa kata Sang suaminya. Bila dia menemukan keganjalan-keganjalan di rumah mereka, maka ia harus teriak memanggil sang Mama atau sang suami.

"MAS ANDI, MAMA.... ADA MALING!!"

Lyra berterima menuruti saran suaminya.

"MAS ADA MALING MAS!!"

Gubrak!!

Terdengar suara gaduh dari arah samping rumah. Lyra mulai merasa takut hingga ia bergegas menuju perkakas dapur mencari teflon yang sedikit besar untuk di jadikan alat pemukulnya.

"Lyra, ada apa? Mana malingnya?"

Andi yang datang Entah dari mana tiba-tiba sudah berada di dekat Lyra dengan nafas ngos-ngosan dan tubuh penuh keringat.

"Itu Mas! Pintu dapurnya sedikit terbuka. Aku takut ada malingnya dari sana."

Andi melirik ke arah pintu yang dimaksud oleh Lyra.

"Sepertinya itu bukan maling, aku lupa menutup pintu itu dengan rapat."

"Loh, emangnya Mas habis dari mana?" Tanya Lyra yang melihat sekujur tubuh suaminya basah oleh keringat dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

"Aku habis olahraga."

"Malam-malam begini?" Tanya Lyra bingung.

"Iya. Di waktu pagi sampai sore hari, aku tidak sempat olahraga. Apalagi perutku sudah mulai kelihatan membuncit."

Lyra memperhatikan perut sang suami yang ketika itu hanya mengenakan singlet basah oleh keringat, sehingga menempel ke tubuh dan menampakkan lekuk tubuh lelaki itu.

"Perut Mas masih rata kok, nggak buncit." Kata Lyra jujur.

"Sudahlah. Intinya itu bukan maling. Kita tutup saja pintunya rapat, agar maling sebenarnya tidak benar-benar masuk ke dalam rumah." Ujar Andi.

"Iya Mas."

Lyra menurut, menutup pintu dengan rapat kemudian menguncinya lalu mereka kembali mereka.

Saat sudah berada di kamar, Andi melepaskan pakaiannya yang basah. Ia hendak membersihkan diri di kamar mandi.

"Mas tadi saat aku melewati kamar Mama, aku dengar lagi suara-suara aneh kayak dulu. Aku rasa Mama benar-benar kesepian. Apa sebaiknya kita cariin jodoh aja ya buat Mama?" Usul Lyra.

Andi terdiam sesaat. Menatap Lyra sebelum akhirnya menjawab, "Jika Mama merasa nyaman sendiri sebaiknya jangan dipaksakan. Biarkan saja itu menjadi pilihannya."

Bersambung...

Note : Jangan lupa like dan komen ya biar Author lebih semangat 🙏😊 dan juga rate bintang 5 ya makasih 😘🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!