NovelToon NovelToon

Ulah Mertuaku

Bab1

"Ros ,di kulkas kamu masih ada sayuran gak ?" Tanya mertuaku sambil membuka pintu kulkas.

" loh kok kosong kulkas mu, Ros!" teriak mertuaku .

"Kelihatannya,sama ibu gimana?" Jawabku.

" kalau ada isinya ambil saja bu !" kataku lagi

" Kosong begini kulkas mu, mau suruh ambil apa?, Angin?!"gerutu mertuaku.

"Ros !, kok kamu diam?" Bentak mertuaku.

Bibirku tersenyum kecil, Aku sengaja tak menjawab, aku biarkan mertuaku mengomel .

" ya kan ibu bisa lihat sendiri , kulkasnya kosong , kalau ada isinya ya silahkan ambil " kataku cuek.

" kulkas kosong melompong gini mau ambil apa ?, Angin!! " Sahut mertuaku sedikit teriak.

" Jadi kamu gak masak hari ini ?" mertuaku tanya lagi

" nggak Bu " jawabku santai

" Mau makan apa nanti anakku , kalau kamu gak masak hari ini?!", Kata mertuaku sambil berkacak pinggang berdiri di depanku.

sudah tak aneh lagi dengan ucapan mertuaku ini.

Kubiarkan mertuaku mengoceh

"Betul-betul ya kamu ini , dasar mantu gak tau di untung" omelnya.

Sebenarnya aku sudah muak , aku bosan dan aku kesal.

Mertuaku selalu saja mencari-cari kesalahanku.

" terserah ibu mau bilang apa sama saya " jawabku.

" Dasar mantu gak tau diri, memang si Arya salah pilih istri " omel nya lagi

"Kulkas penuh di bilang boros, sekarang kulkas kosong di bilang mantu gak tau di untung , padahal ibu juga yang ngabisin isi kulkas itu", jawabku

"Oh..kamu sudah berani ya , melawan sama ibu, jadi selama ini kamu gak ikhlas ,sayuran ibu ambil , makanya sekarang kulkas sengaja kamu kosongkan?!", Omel mertuaku semakin menjadi

" ibu jangan suka berpikir buruk dulu, apa pernah Ros larang ibu ambil sayuran, kan gak " sahutku tenang.

" halaaa...kamu tuh kalau di bilangin sama mertua selalu jawab aja " omel mertuaku.

Seperti inilah kehidupanku bersama sang mertuaku, sering terjadi pertengkaran kecil antara aku dengan mertuaku.

Hal yang sepele akan menjadi masalah besar untuk mertuaku Seperti halnya sekarang, kulkasku kosong karena aku belum belanja kebutuhan sehari-hari.

Jelas mertuaku marah, karena beliau selalu mengambil sayuran dari kulkas yang ada di rumah ku.

Padahal di rumah mertuaku ada kulkas juga yang lebih besar dan bagus dari punyaku.

Uang bulanan untuk Banja jajan ibu selalu di berikan oleh suamiku.

Namun untuk isi kulkas dia selalu mengambil dari kulkas yang aku punya, padahal suamiku sebagai anaknya selalu memberikan uang belanja setiap bulannya, entah dikemanakan uang tersebut aku gak tahu.

Sebenarnya aku sudah lelah dengan keadaan semua ini, setiap hari harus mendengarkan ocehan ibu mertuaku yang tiada hentinya.

Capek hati, capek tenaga dan capek pikiran namun aku harus bertahan demi rumah tanggaku.

Teringat nasehat ibu saat aku kecil dulu , untuk tetap bersabar dalam menghadapi ujianNya.

Karena Dia tidak akan menguji seorang hambanya di atas batas kemampuanNya.

Bersabar ?! Bisakah aku bersabar dan tetap bersabar dalam menghadapi pertengkaran dengan mertuaku!??.

Lalu ujian ?! , Benarkah ini ujian untukku ?!!

Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk beraktivitas dan merajut kasih bersama suami , justru menjadi lahan adu mulut dan emosi setiap harinya karena ulah mertuaku yang selalu merecoki urusan dapur kami.

Namun keadaan ini sudah terlanjur, mau gimana lagi aku harus kuat untuk menjalani biduk rumah tangga ini bersama suamiku.

Huuu.....haaaa

Ku hirup udara sebanyak-banyaknya dan membuangnya secara perlahan,agar hati ini menjadi lebih tenang.

Dadaku terasa sesak sekali, jika mengingat perkataan mertuaku. seolah-olah ada batu besar yang menghimpit di dadaku, aku berusaha menekan dadaku kuat-kuat , berharap sesak itu segera menghilang.

Sesak di dada tak bisa ku jelaskan bagaimana rasanya

" Ya Allah berdosa kah hamba ini jika aku memilih untuk mundur ?!" ucapku dalam hati.

Rasanya sudah tidak kuat lagi menghadapi ibu mertuaku ini, belum lagi dengan hinaan dan sumpah serapah yang dia ucapkan kepadaku.

Suara adzan terdengar dari kejauhan, ku lihat jam di dinding menunjukan jam 4 sore. Sebentar lagi suamiku pulang dari kantor, aku harus menyiapkan makanan untuk makan malam.

Akupun bergegas menuju ke kamar mandi berniat mengambil wudhu untuk melaksanakan kewajiban empat raka'at , setelah selesai aku aku pergi untuk mencari makanan untuk makan malam.

aku putuskan untuk membeli makanan di warung nasi karena memang sudah tidak ada sayuran di dalam kulkas untuk di masak.

Tidak butuh waktu lama aku udah sampai di depan warung nasi langganan ku.

Sebuah warung nasi sederhana di pinggir jalan menjadi tujuanku.memang tempat nya sederhana , tapi warung terlihat sangat rapih dan bersih.

Di dalam masih terlihat ramai pengunjung , dari orang yang tengah menikmati makan di tempat atau sekedar membeli untuk di bawa pulang.

"Eh...mba Ros, mau bungkus apa mau makan di sini ?" Tanya pemilik warung yang bernama Nina , yang sudah akrab dengan ku.

" Bungkus saja Bu, dua ya !" jawabku

" seperti biasa kan ?" tanya pemilik warung

" Tamba sama ayam goreng dua ya " sahutku,

ya ayam ini untuk mertuaku biar bagaimanapun aku tak pernah lupa untuk membelikan makanan untuk beliau .

Akhirnya Nina pun membungkus beberapa lauk yang aku pesan.

Selesai membayar akupun langsung pulang takutnya mas arya keburu sampai di rumah.

Tak lama kemudian terdengar suara motor milik suamiku.

Bergegas aku sambut kedatangan suamiku tak lupa ku ambil tas kerjanya dan ku Salami tangan suami ku .

Aku ke dapur untuk menyediakan makanan yang tadi aku beli , Dan tak lupa bikin air minum untuk suamiku .

Ku taruh kopi di hadapan mas arya, lalu ku tanyakan kepadanya.

" Mas mau mandi dulu atau mau makan"

" Mas mau mandi dulu udah gerah ni badan, tapi mas mau minum kopi dulu ya" .

" ya sudah kalau gitu Bunda mau masak air untuk mandi " kata ku sambil berlalu menuju ke dapur .

Sambil menunggu air matang terlintas satu memori yang bermain dalam ingatanku.

Entah mengapa bayangan sosok mas arya di masa lalu muncul.

Dimana kami pertama kali bertemu dengan lelaki yang sekarang menjadi suamiku

Lelaki itu berjanji akan membahagiakan diriku.

"Ros... Aku janji akan membahagiakanmu !, Menikahlah dengan ku, aku janji tak akan membuatmu menderita, aku janji , kamu bisa pegang janjiku !".

Itulah janjinya saat meminta kepada ku, untuk menjadi istrinya.

Masih terekam dengan jelas dalam ingatan ku , mungkinkah dia sudah lupa dengan janjinya.

Ya, aku rasa dia sudah lupa akan janji manisnya itu, janji semanis madu yang kini berubah menjadi racun, yang mana racun itu akan siap membunuh ku kapan saja.

Di Awal pernikahanku semua baik-baik saja, mas arya selalu mempercayakan gajinya kepadaku, setahu ku gaji mas arya tidak terlalu besar namu setahun setelah pernikahan kami , mertuaku meminta agar kami tinggal dekat dengan rumah beliau.

Awalnya aku kurang setuju ,namun mas arya memohon pengertianku karena dia ingin dekat dengan ibunya selain itu juga dia memberi alasan ingin merawat ibunya yang tinggal sendirian, akhirnya akupun setuju.

Memang kami tidak tinggal satu rumah dengan mertua,

Rumah yang kami tempati bersebelahan dengan rumah mertuaku.

Sebab itulah mertuaku bebas menjarah isi kulkas yang ada di dalam rumahku , dan setiap hari akan bertemu dengan mertua.

Setiap pertengkaran dengan mertuaku selalu mengungkit-ungkit masalah kehamilan ku yang tak kunjung datang.

Usia pernikahan kami sudah dua tahun menikah tapi kami belum di karuniai seorang anak, masalah anak itu kuasa Allah yang menentukan.

Sering terngiang kata-kata ibu mertuaku jika sudah memaki diriku yang membuat ku sakit hati.

"Ibu dulu baru Dua bulan menikah langsung hamil, lah kamu dua tahun belum juga hamil-hamil ", kata mertuaku

" Masalah kehamilan itu kuasa Allah Bu,kita gak bisa menentukan ", jawabku

" Apa jangan-jangan kamu yang mandul, Ros?!" Perkataan mertuaku diluar dugaan ku

Tak ada bayangan sedikitpun ibu mertuaku akan bicara seperti itu padaku.

Deg !!

Bab 2

Dada ini seperti di lempar batu,

menetes lagi air mata ini, perih hati ini mendengar kata-kata nya, sesak dada ini berasa ada beban yang sangat berat

Dan kata-kata inilah yang selalu membuatku tersiksa.

Pertengkaran sering terjadi hanya masalah sepele, ujung-ujungnya akan merembet ke masalah kehamilan.

Ibu mertuaku selalu mengawasi apa yang aku kerjakan dan mencari kesalahanku dan ini yang sering terjadi di antara kami

Aku terkejut ketika pundakku ada yang menyentuh, hingga membuyarkan lamunanku

" Bun airnya sudah matang ?!" Tanya Suamiku sambil menyentuh pundakku.

" Ehh..sudah mas " jawabku dengan perasaan kaget karena aku sedang melamun.

" Kanapa Bun dari tadi bengong di depan kompor !?" Tatapan mata suamiku tertuju ke mataku dan sesaat kami saling bertatap mata.

" Gak ada apa-apa mas " cepat ku jawab sambil mematikan kompornya, lalu ku tuangkan air panas ke dalam ember dan ku bawa ke kamar mandi , di ikuti dengan langkah suamiku.

Ku siapkan makanan untuk makan malam bersama, lauk yang aku beli tadi sore di warungnya Bu Nina ku sajikan di atas meja makan.

Tak lama kemudian terdengar suara adzan Maghrib berkumandang, kamipun segera menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah.

Setelah selesai kamipun segera ke meja makan untuk makan malam bersama.

" Masak apa hari ini Bun " belum sampai ke meja makan mas arya menanyakan menu hari ini.

" Bunda gak masak mas, tadi beli di warung nasi Bu Nina"

" Kenapa gak masak ?" Tanya suamiku

" Kan uang belanja nya belum di kasih sama mas arya " sahutku.

Tanpa jawaban mas arya langsung duduk di kursi meja makan.

Ku berikan piring yang sudah di isi nasi

Tengah asik kami makan tiba-tiba terdengar suara mertuaku dari ruang tengah.

" Wah... Pas banget nih, kebetulan ibu juga belum makan "  suara mertuaku memecahkan kesunyian di rumah.

Kebiasaan mertuaku kalau berkunjung kerumahku tak pernah memberi salam, ibarat datang tak di undang pergi tak di antar.

" Eh... ibu, sini Bu makan bareng sama kami " ajak ku pada ibu mertuaku .

" Makan apa kalian ?" Tanya wanita tua itu.

" Sama ayam goreng dengan lalapan di tambah sambel " sahutku santai

" Ini kamu beli di warung nasi itu ya ?!" Tanya mertuaku .

" Iya Bu, kenapa gitu Bu ?? " ucapku

"Kamu jadi istri Boros sekali, setiap mau makan beli di luar " kata mertuaku.

" bukan boros Bu, Uang belanja belum mas berikan untuk Minggu ini, jadi Aku  beli di warung  nasi untuk makan malam ini " jawabku.

" Benar itu Arya?! " Tanya wanita tua itu.

Ku lirik mas arya yang hanya diam saja tanpa mengiyakan ucapan ku kepada sang mertua.

" Ibu kesini, tadinya mau minta sayuran sama istrimu, ternyata kulkasnya kosong melompong, benar kamu belum ngasih uang belanja sama istri mu , Ar ?" Tanya ibunya penuh selidik.

"Emang kulkasnya kosong Ros ?", Tanya mas arya kepada ku.

Aku jawab dengan anggukan kepala.

Mas arya memandangku, lalu ia menghela nafas panjang.

Entah mengapa dengan suamiku jika ibu mertuaku menjelekkan diriku dia hanya bisa diam saja tak ada sedikitpun untuk membela diriku.

Seperti biasa wanita tua itu mengomel dan mengadu panjang lebar kepada anaknya, terlihat bibirnya merot ke kanan dan ke kiri, membuat ku gemas ingin mencubit nya.

Aku yang mendengar kan pengaduan ibu mertuaku kepada suami ku cuma bisa diam saja, jika aku menjawab Omelan mertuaku percuma saja karena suamiku tak akan membela diriku , dia akan memihak kepada ibunya, jadi lebih baik aku diam saja jika aku menjawab pasti akan ada pertengkaran diantara aku dan mertuaku.

Setelah selesai makan, Kulihat suamiku langsung meninggalkan kami berdua yang masih berada di depan meja makan. Sekilas aku lihat mertuaku pergi mengikuti anaknya entah apa yang akan di bicarakan dengan suamiku, paling gak jauh dari minta uang.

Ku bersihkan meja makan dan ku bawa piring yang kotor ke wastafel, satu persatu piring ku cuci dengan sabun dan ku bilas dengan air yang mengalir di kran wastafel

Mencuci piring sudah selesai, ku lihat ibu mertuaku sudah tidak ada di rumah , aku tak perduli dengan wanita tua itu kemana pergi nya , ku cari keberadaan suamiku ternyata dia ada di kamar.

Ku periksa pintu rumahku dan ku kunci

Tanpa banyak bicara ku rebahkan tubuhku ini, tak ada pembicaraan seperti biasanya, begitu juga dengan suamiku dia sudah tertidur di atas kasur.

Kumandang adzan subuh terdengar, segera ku beranjak dari tempat tidur ku, bergegas menuju ke kamar mandi untuk berwudhu

Ku mulai melakukan tugas rutinku sehari-hari, membuat sarapan pagi untuk suamiku,

Sarapan hari ini aku bikin nasi goreng .

Jarum jam menunjukan angka enam tepat, dimana mas arya harus berangkat kerja .

Aku segera menyiapkan piring untuk Mas arya, ku lihat mas arya sudah duduk di meja makan untuk sarapan .

Ku ambil satu piring nasi goreng beserta lauknya telor ceplok ku berikan kepada mas arya.

Baru satu sendok makan telepon mas arya berbunyi.

Kriiing...

Telepon mas arya berbunyi, lingkaran hijau terlihat melompat - lompat lalu Mas arya memandang layar ponsel yang menyala,lantas ia menggeser logo bergambar gagang telepon  itu keatas.

Kulihat mas arya sangat serius mendengarkan teleponnya.

Aku tak tahu apa yang di bicarakan oleh suamiku, yang jelas mas arya harus segera berangkat kira-kira seperti itulah pembicaraan nya.

"Aku pergi dulu Bun" katanya sambil tangannya memasukan benda pipih itu ke dalam sakunya .

" Loh gak sarapan dulu toh mas?" Tanyaku pada mas arya.

" Gak , aku harus segera ke kantor sudah di tunggu, o iya di lemari uang belanja untuk hari ini udah mas simpan " jawab mas arya, sambil berjalan keluar rumah.

" Iya mas , makasih ya " kataku sambil mengikuti nya dari belakang, tak lupa aku untuk Salim tangannya.

"Hati-hati di jalan mas," ucap ku setelah mengantar mas arya berangkat sampai depan rumah.

Aku melanjutkan sarapan pagi yang sempat terhenti tadi, karena menghantar mas arya pergi kerja.

Baru mau menyuapkan nasi goreng ke mulutku, terdengar suara pintu di ketok.

Tok...tok...tok.

Suara pintu di ketok dengan kasar, dengan langkah tergesa-gesa akhirnya ku buka juga pintunya, ternyata ibu mertuaku.

"Ada apa sih Bu?", Tanyaku.

Kulihat mertuaku sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan mata yang tidak suka melihatku.

"Mana anakku ?" Tanya mertuaku.

"Sudah berangkat kerja " jawabku.

Sambil meninggalkan ibu di ruang tamu.

"Mau kemana kamu Ros ?" Tanya mertuaku.

"Mau lanjutin makan Bu"

jawabku cuek.

"Ros ,ibu pinjam uang !, Suamimu sudah ngasih uang  belanja ,kan?" Tanya ibu mertuaku.

"Ros...!!" Bentak mertuaku

Aku sengaja tak menjawab , aku biarkan dia mengomel.mungkin kalau mintanya secara baik-baik aku akan memberinya.

Pinjam uang kok kayak yang nagih hutang, biarpun dia mertuaku ya setidaknya hargailah aku sebagai menantu.

"Ros gak punya Bu", akhirnya aku menjawab.

" kamu bohong, terus kamu kemana kan uang yang di kasih anakku setiap bulannya, makanya jadi istri tuh jangan boros " bentak nya.

" yang ibu ambil setiap hari dari kulkas itu memang gak di beli pakai uang, Bu ?!" Jawabku.

" Alaa alasan aja " kata mertuaku lagi

" Pasti kamu kasihkan ke orang tua mu ya ?", Tuduh mertuaku, sesak dada ini.

" Astaghfirullah aladzim.., kalaupun iya kenapa?!", Kataku, kesabaran ku sudah habis.

" Ibu pikir uang 500 ribu cukup untuk sebulan ?!" Ucapku lagi.

Bagaimana tidak pusing setiap hari otak ku berputar agar jatah uang belanja harus cukup satu bulan.

" Bagus ya... sekarang sudah bisa jawab , Dasar mantu gak tau diri , Ingat Ros, kalau kamu gak di per istri sama Arya kamu bukan siapa-siapa kamu hanya perempuan mandul yang gak bisa kasih Arya anak " pekik nya

"Astaghfirullah aladzim.." ucapku dalam hati, walaupun hati ini menjerit sakit

Bab 3

Aku pergi meninggalkan mertuaku yang masih penuh dengan emosi.

Aku pura-pura tidak mendengar, sarapan pagi aku hentikan karena sudah tidak ada selera lagi untuk melanjutkan sarapannya.

Ku ambil piring kotor yang ada di atas meja makan, ku bawa ke dapur untuk di bersihkan.

Setelah selesai aku berjalan menuju kamar mandi, berniat mengambil wudhu, di saat  hatiku kacau , gundah dan juga resah , aku biasanya curhat sama Allah.

Setelah selesai sholat ,aku lipat mukena ,kemudian merebahkan tubuhku diatas ranjang, di saat seperti ini aku merindukan ibu dan ayahku.

Ku cari benda pipih itu, aku ingin menghubungi orang tuaku sudah lama aku tak berkirim kabar.

Belum ku tekan tombol warna hijau gagang telepon , telepon selulerku berbunyi.

Kriiing

Suara dering ponselku berdering, tertera nama ibuku , lingkaran hijau itu terus melompat-lompat ingin segera di geser, tak butuh waktu lama aku langsung menekan tombol warna hijau dan menjawab panggilan dari seberang.

" Assalamualaikum Bu" jawabku.

" Wa'alaikumsalam nak " jawab ibu dari sana.

" Ibu gimana kabarnya ?, Ros kangen ibu dan ayah "

" Ibu dan ayah baik-baik saja nak, kamu sendiri gimana ? "

" Aku baik juga Bu" aku berbohong pada ibuku, sebenarnya saat itu aku ingin menangis , tapi aku tahan karena aku gak ingin ibu tahu penderitaanku.

" Kapan kamu dan suamimu aka pulang ke rumah ibu nak "

" Ros belum bisa janji Bu, nanti Ros akan bicarakan dulu sama mas arya"

" Ya udah , sebenarnya ibu dan ayah sudah rindu sama kalian, ibu nelepon kamu hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, syukurlah kalau kalian baik-baik saja, ya sudah ibu tutup dulu ya teleponnya, ibu senang dengar kamu baik-baik saja "

" Iya Bu, ibu juga jaga kesehatan ya,maaf Ros belum bisa bahagiakan ibu dan ayah " kataku

Akhirnya sambungan telepon selulerku terputus setelah mengucapkan salam.

Hari ini mood ku untuk masak hilang, jadi menu malam ini aku akan membeli SOP jando saja, yang berada di simpangan jalan, untung mas Arya tadi pagi memberi ku uang untuk belanja.

Setelah selesai sholat ashar aku bergegas pergi keluar rumah untuk membeli SOP jando di simpang jalan.

Warung SOP jando di sana, memang selalu ramai pembelinya, jadi aku harus antri untuk bisa menikmati makanan itu.

"Mas saya pesan dua bungkus ya !" Kataku ke mas yang jualan SOP jando.

" Siap neng, tunggu sebentar ya neng " kata penjualnya .

Tak begitu lama pesanan ku siap.

setelah membayar pesanku aku langsung pulang , karena mas arya sebentar lagi pulang.

Benar saja sudah terlihat

dari kejauhan motornya mas arya sudah ada.

"Dari mana  Bun", Kata mas arya dengan wajah cemberut.

"Habis beli SOP jando yang di simpangan jalan sana," kata ku sambil masuk ke dalam.

"Kamu gak masak ?" Tanya mas arya.

" Gak, " jawabku singkat

" Kenapa , Gak belanja ?" Ucap mas arya .

"  ibu tadi pagi datang pinjam uang , sama Ros gak di kasih , terus di omelin sama ibumu, aku jadi males belanja ".jelasku

Mas arya menatapku heran,

" Jadi kulkas masih kosong?", Tanya mas arya sambil membuka kulkas.

" Aku heran sama ibu, mas, aku belanja banyak untuk isi kulkas di bilang boros, gak belanja di bilang aku korupsi," kataku berharap mas arya akan membela ku, walaupun aku tahu mas arya akan memihak kepada ibunya.

" Kamu mau menjelekan ibu kepadaku Ros?!, gak sadar kalau itu ibuku ", kata mas arya sedikit emosi.

Sebenarnya mas arya tahu, kalau sang ibunya selalu mengambil sayuran yang ada di dalam kulkas.

Hanya mas arya pura-pura tidak tahu.

Kalau sudah begini mau tak mau aku harus mengalah.kalau berdebat pun gak akan menang. Sebenarnya aku sudah lelah meminta pengertian sama mas arya, tetap saja aku yang di salahkan dan pertengkaran yang kudapat setiap kali aku membahas masalah tentang ibu

Dengan suasana hati yang masih marah aku pergi ke dapur untuk memindahkan SOP jando kedalam panci kecil dan ku taruh di atas kompor agar mudah untuk memanaskan kembali

Adzan Maghrib berkumandang selesai sholat Maghrib , aku pergi ke dapur mengambil piring dan ku sajikan sayur SOP jando yang sudah aku panaskan ku simpan di atas meja makan.

Kamipun makan malam bersama, tengah asik makan , tiba-tiba mertuaku sudah berada di dalam rumah, datang sambil ngomel-ngomel.

" Bagus ya.., kalian makan enak sedangkan ibumu kelaparan" kata mertuaku sambil melotot ke arah meja makan, padahal lauknya hanya SOP jando saja.

" Eh...ibu ,sudah makan Bu?," kataku basa-basi.

"Sini Bu makan bersama kami, ada SOP jando , ibu mau nih tapi tinggal dikit lagi " kataku .

Aku sengaja bilang begitu,aku ingin tahu apa kata mertuaku di hadapan suamiku padahal tadi aku beli Dua bungkus, yang satu bungkus niatnya akan ku berikan pada ibu.

" Keterlaluan kamu Ros, sama mertua, kasih makanan sisa " omel ibu mertuaku.

"Lihat Arya, istri mu tega kasih ibu makanan sisa " kata mertuaku sambil melihat ke arah mas arya.

Ku lihat mas Arya mulai terpancing emosi dengan omongan ibunya.

" Bukanya belikan satu bungkus untuk mertua, dasar mantu pelit", jawab mertuaku kesal.

" Tuh Kan ibu juga mau "

" Kamu gak belikan untuk ibu, Bun ?," tanya mas arya sambil menatap ke arah ku .

Aku diam saja tak berkomentar, aku ingin tahu apa jawaban dari suamiku.

Belum sempat aku menjawab ibu mertuaku sudah bersuara.

" Tadi pagi ibu kesini mau pinjam uang kamu bilang gak punya, Sekarang kamu bisa beli SOP jando untuk makan " mencebik ibu mertuaku melihat ke arah ku.

" Kalau uang nya aku kasih ibu, aku sama mas arya gak akan makan dong Bu " kataku sambil ku lirik suamiku yang hanya diam saja.

Mertuaku terkejut mendengar perkataan dariku.

" Dasar pelit , menantu gak tau di untung, bisa-bisanya kalian makan enak sendiri, sementara ibumu gak ," . Mertuaku mulai berkicau , sumpah serapah pun keluar dari mulutnya.

Aku yang mendengar kata-kata dari mulut wanita tua itu terasa sesak di dada, Kalau ibu sudah mulai berkicau dan mengeluarkan sumpah serapah, aku gak ingin komentar apa-apa, ku diam sejenak ku hirup udara sebanyak-banyaknya , kemudian membuangnya secara perlahan , entah mengapa ibu mertuaku selalu mencari masalah dengan diriku.

Aku tahu bahwa ibu mertuaku sangat membenci diriku, aku sendiri tidak tahu penyebab nya, bila ku tanyakan pada suamiku dia hanya menjawab bahwa ibunya tidak membenci diriku .

Kulihat suamiku hanya diam saja, lelaki itu tak akan berkutik jika sang ibunya sudah mengomel , ya bagai kerupuk yang di siram dengan air, mengkerut.

aku langsung mengangkut piring bekas makan kami ke dapur untuk di cuci, aku cuekin mertuaku yang masih mengomel , ku ambil satu bungkus SOP jando yang masih utuh di dekat kompor.

" Nih  Bu.... satu bungkus SOP jando buat ibu," kataku sambil memberikan keresek kecil yang isinya SOP jando.

" Cuma ini ?!" Kata ibu mertuaku sambil di angkat itu bungkusan sampai ke depan matanya.

" Mau ibu apa lagi?, Kami juga makan malam hanya dengan SOP itu ". kataku heran melihat tingkah wanita tua itu.

" Belilah lauk yang lainnya "

"Gak ada duitnya " jawabku singkat.

"Makanya masak !, biar gak boros, jadi bini tuh jangan berpikiran pendek, harus bisa mengatur keuangan ," cerocos mertuaku.

" Terserah ibu,mau bilang apa Ros capek dengarnya ".

" Lihat tuh kelakuan bini mu, Arya, di bilangin sama mertua malah ngeyel." Omel mertuaku.

" Arya ! , Tadi siang ibu kesini mau minta sayuran, tapi kulkasnya masih kosong melompong , sengaja kamu kosongkan, Ros?!" Tanya mertuaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!