Hujan rintik di pagi hari. Ini kali pertama Noval memasuki sekolah setelah sekian lama libur. Sekolah yg elit dan terkenal di kotanya menjadi tujuannya saat ini, SMA Serasi. Mobil angkot tepat berhenti di depan gerbang sekolahnya dan Noval segera turun menuju kelasnya. Di sekelilingnya sudah ada beberapa siswa-siswi berseliweran saling tegur sapa. Saat memasuki kelas tiba-tiba dia mendengar suara tangisan dan meronta-ronta. Dia memperhatikan sekeliling namun tak seorang pun yg diperhatikannya kebingungan seperti dirinya. Semakin lama suara itu semakin mendekat. Dia pun mengikuti arah sumber suara tersebut hingga sampai di depan pintu sebuah gudang kosong.
Suara-suara itu berasal dari sini, batinnya. Tangannya menyentuh pegangan pintu dan akhirnya...
"Dor..." kejut sebuah suara di belakangnya sambil memukul pundaknya. "Ngapain ke sini Noval? Kelas kita kan di sana?"
Noval berbalik namun aneh suara yg dia dengar tadi menghilang.
"Kamu kenapa?" tanya Dea lagi, teman dari SD Noval. "Muka kamu pucat?" Dea mulai panik liat ke kiri dan ke kanan.
"Ah, nggak, mungkin karena belum sarapan tadi pagi," jawab Noval seadanya. Yah... mungkin suara-suara yg tadi dia dengar hanya halusinasinya karena dia lapar.
"Ayoklah kita ke kantin," ajak Dea.
"Oke," jawab Noval. Segera tangannya ditarik. Tanpa mereka sadari beberapa mata di dalam gudang grasak-grusuk memperhatikan mereka.
***
Sampai di kantin.
"Bu, saya pesan dua mangkuk bakso plus jus jeruk dua gak pakek es yah bu," ucap Dea. Sementara Noval sudah duduk di kursi sudut.
Kembali dia mendengar suara-suara tangisan dan minta tolong. Noval kembali memperhatikan sekeliling. Para penghuni kantin sibuk dengan makanan dan minumannya masing-masing.
"Val, lo udah selesai belum baca Novel yang aku pinjamkan semalam?" tanya Dea sembari menyeruput jus di depannya. Mendadak suara-suara itu hilang.
"Oh... itu... belum. Besok yah. Gak sempat gue bacanya," jawab Noval memelas.
"Oke deh terserah lo,"ucap Dea.
"Hai, boleh kami gabung di sini?" tanya sumber suara, seorang cowok jangkung tinggi. Wajahnya pucat, melihatnya mengingatkan akan pemeran komik raja Drakula. Ganteng tapi serem. Dia menatap tajam ke arah Noval. Ntah kenapa timbul perasaan tertarik pada gadis cantik itu. Noval yg dilirik cuek saja.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya pria itu sudah berada di sebelah Noval. Kali ini Noval menoleh ada keterkejutan di wajahnya. Wajah pucat itu seperti...
"Ya elah, mau gombalin cewek pake' basa- basi segala," celetuk pria temannya sambil cengengesan duduk di sebelah Dea.
"Boleh, duduk aja. Jangan malu-malu," celetuk Dea.
"Baumu wangi," bisik pria itu pada Noval. Buat Noval Salting.
Bau? Harum kali. Ya iya lah pake' parfum. Dasar orang aneh, batin Noval malas.
"Oh...ya kenalin namaku Drak...Draka..." dia mengulurkan tangan.
"Aku Dea dan ini Noval," ujar Dea menyambar tangan Draka. "Ya ampun tangan kamu dingin banget. Nervous yah?" goda Dea.
"Hahaha... Mr. Draka ini emang gitu orangnya," ucap pria di sebelah Dea. "Oh ya gue Jay." Jay juga ganteng hanya saja agak jenaka orangny.
"Nah... ayo kita makan. Makanannya sudah datang nih." Jay dan Draka menyantap daging setengah matang bahkan cenderung ke mentah. Ihhh... gak jijik apa. Selera mereka aneh.
Teng...teng...teng...Suara bel bunyi.
"Eh, udah bel masuk nih Dea. Ayok kita masuk kelas," ajak Noval. Draka seakan gak rela pisah, dia menarik tangan Noval. "Apa sih? Sakit nih tangan aku. Jangan pegang-pegang dong," ucap Noval memelas.
"Oh, maaf," Draka melepas pegangannya dan tampak bekas di tangan Noval. Noval terkejut melihat luka memar di tangannya.
"Udah deh Draka, biarin aja. Ya elah... elo kayak gak pernah liat cewek aja,"ujar Jay gusar.
Ini kesempatan Noval dan Dea buat kabur.
"Dah Draka, dah Jay," Dea masih sempat menyapa. Dasar ganjen, batin Noval kesal. Tangannya masih merah terasa sakit dan berdenyut.
Bel pulang berbunyi, Dea dan Noval segera menuju depan gerbang sekolah. Noval masih memegang pergelangannya yang memerah dan masih terasa sakit.
"Eh... abang gue dah datang jemput tu," ucap Dea menunjuk seorang pria tampan berkaca mata di atas kereta sambil melambai dan tersenyum ke arah mereka. Mereka pun menuju bang Rehan.
"Noval, maaf yah abang gak bawa mobil, lagi dibengkel soalnya, besok insya Allah abang bawa mobil, biar bareng pulang sama Dea," ucap bang Rehan.
"I...iya bang, gak usah sungkan gitu. Saya bisa naik angkot kok," jawab Noval menunduk.
"Kenapa tangan kamu merah gitu, dek?" tanya Rehan memperhatikan pergelangan tangan Noval.
"Oh...itu bang...tadi...kena pintu,"jawab Noval ngasal. Rehan tersenyum.
"Lain kali hati-hati," ucap Rehan. "Makin manis adik abang ni pakai seragam SMA yah," ucap Rehan tulus.
Wajah Noval memerah. Langsung Dea menanggapi.
"Cie..." goda Dea. "Gue pinjam babang Rehan dulu yah, Noval."
"Pinjam? Emangny buku," ketus Noval jutek.
"Ya udah yuk balik dulu," ucap Rehan. Mereka pun berlalu.
Sebenarnya Noval dari dulu suka dengan Rehan. Baginya Rehan seperti idolanya, cerdas, suka olah raga. Namun bagi Rehan, Noval sudah kayak adik sendiri karena sering main sama Dea adiknya. Namun, begitulah mungkin perempuan, semakin dewasa semakin cantik, pikir Rehan.
Noval masih menunggu angkot lewat, namun full semua. Noval harus bersabar sebentar lagi. Perutnya sudah mulai keroncongan. Panas matahari sudah di atas kepala. Biasanya kalo gini di drama ada pangeran berkuda putih yang datang, pikir Noval geli. Terlalu kebanyakan nge-halu lo, Val. Tiba-tiba...
Tin...tin...
Sebuah mobil berada di depan Noval tampaklah Jay di samping supir.
"Hai...cewek. Mau pulang kan yah? Yuk saya antar," ucap Jay cengengesan.
"Nggak deh Bang Jay. Makasih..." jawab Noval.
"Ayolah...nanti babang yg ada di belakang marah lagi. Yah...ayoklah!" pinta Jay.
Tiba-tiba dari pintu belakang mobil keluar cowok berkacamata hitam plus pakaian serba tertutup seperti astronot dan payung yg super besar, pria itu menjulang di depan Noval.
"Draka," Noval mengerutkan kening melihat penampilan aneh Draka. Gak panas apa? Pikirnya.
"Ayo naik," perintah Draka menurunkan kacamatanya.
Mau tak mau Noval terhipnotis dan mengikuti Draka.
Noval duduk di belakang bersama Draka.
Terasa sejuk sekali di dalam mobil ini. Draka melepas pakaian astronotnya namun tidak melepas kacamatanya. Ganteng juga, fikir Noval. Dasar Noval semua cowok ganteng loe suka, sadar woy. Noval dalam khayalannya sendiri.
"Kenapa? Ada yang lucu?" tanya Draka keheranan melihat Noval senyum-senyum.
"Nggak..." jawab Noval.
"Di mana rumah Noval?" tanya Jay.
"Jalan T bang Jay," jawab Noval.
Semakin lama terasa dingin bagi Noval, dia mulai menggigil.
"Dingin banget yah. Bisa hipotermia kalo gini gue," ucap Noval. "Gue turun di sini aja yah. Dingin banget," noval melihat AC besar dibelakangnya. "Pantesan dingin banget ada kulkas di belakang." Noval ingin membuka pintu mobil namun ditahan Draka.
Semakin lama wajahnya semakin mendekat jarak wajah mereka hanya beberapa centi.
"Baumu wangi," ucap Draka mengulangi perkataannya di kantin tadi sambil meyelimuti Noval dengan mantel.
"Apa-apaan sih?" ucap Noval menolak dada Draka menjauh. Dia merasa deg deg an. Wajahnya memanas. Draka memegang pergelangan tangan Noval yang memerah akibat perbuatannya tadi.
Mau apa lagi ini orang, fikir Noval berusah menarik tangannya dan...
Di sana seorang cowok cakep berkacamata hitam membungkukkan badannya mencium pergelangan tangan Noval yang memerah.
"Kyaaa..." Noval berteriak melepaskan pegangan Draka. Wajahnya semakin memerah. "Apa-apaan sih lo?" Noval memperhatikan pergelangan tangannya tadi dan...
Hah...hilang? Pikir Noval melihat bekas merah di pergelangan tangannya tidak ada lagi. Gila nih cowok, dia pake' ilmu apa? Nanti kalo ada korengan suruh aja dia cium, kali aja bisa sembuh kayak anak ajaib. Pikir Noval lucu.
"Ya elah Draka...loe buat kaget cewek, ada-ada aja loe biasanya langsung loe terkam juga," ucap Jay. Draka tersenyum. Noval bergidik. Dia mencoba mencerna perkataan mereka.
"Yah...kita ketahui bersama lah cewek ini berbeda. Dia memiliki simetris yang sempurna," ucap si supir. "Berada di dekatnya saja membuat kita nyaman, apalagi..."
"Jangan macam-macam Brai, aku memperingatkanmu," ucap Draka menggeram. Sekilas Noval melihat Draka menyeramkan dia bergidik. Dia semakin tidak mengerti perkataan mereka.
Simetris yang sempurna? Maksudnya apa? Kenapa Draka begitu marah?
****
Terima kasih para pembaca yg sudah mengkomen dan me-like. Tunggu kisah selanjutnya yah. Sabar... 😉
Noval mengelus perutnya.
"Kenapa? Lapar?" tanya Draka.
"Iya nih," jawab Noval sekenanya.
"Mau mampir ke resto terdekat? Biar ditemenin?" tawar Draka.
"Ng...nggak usah. Rumah udah dekat kok," jawab Noval.
Noval menunjuk rumah berpagar putih ber cat hijau.
"Makasih banyak yah." Noval tersenyum manis. Draka menatap perempuan itu dan mengangguk.
"Yuk...bang Jay... Brai..." salam Noval.
"Gak cepika cepiki dulu?" tanya Jay sambil tertawa.
Noval tersenyum menanggapi dan masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum, Ma."
"Wa'alaikum salam, Nak. Ayok ganti baju biar makan. Mama masak rendang kesukaanmu," ucap mama. "Eh...yg ngantar kamu tadi siapa? Cowok yah?" goda mama.
"Ih...apa sih mama...kepo...nggak...temen," jawab noval.
"Ganteng gak?" tanya mama.
"M..." noval berfikir membayangkan wajah Draka. "Aneh sih."
"Itu mobilnya sendiri? Wah...mantep," mama semangat.
"Mulai deh keluar matrenya," omel noval.
"Semua cewek pasti matre donk, Sayang. hanya saja ada porsinya," ucap mama membela.
"Iya deh ma terserah. Noval dah laper banget nih," ucap noval.
"Oh...iya anak manis. Mama tunggu di meja makan."
***
Sementara itu di kediaman Draka.
"Lo yakin mau lepasin dia gitu aja?" tanya Jay frustasi.
"Gue gak bisa Jay," jawab Draka.
"Tapi cuma dia satu satunya yg bisa nyelamatin mama kamu," jelas Brai.
"Trus aku harus bagaimana?" tanya Draka.
"Lo harus ngebujuk dia dateng ke sini, kalo perlu gue juga bakal dekatin temennya buat mancing dia juga," ucap Jay.
"Jangan libatkan orang yg gak penting, FAHAM!" ucap Draka menggeram.
"Aku rasa memang cuma kamu di komunitas kita yg seperti kamu begitu juga dengan mamamu, yg memiliki hati seperti mereka," ucap Brai.
"Tapi, yah...justru karena mereka campuran maka mereka sangat kuat dan jadi raja kita jauh kekuatannya dari kita," ucap Jay.
"Hanya dia satu-satunya perempuan yang punya simetris yang sempurna yang bisa nyelamatin ibunda ratu," tandas Brai.
"Ya aku faham...aku faham...hanya saja..." Draka tidak meneruskan ucapannya. Dia juga bingung dengan perasaan yang dirasakannya sekarang.
***
Di kediaman Rehan.
"Dek, Noval sudah punya pacar belum?" tanya Rehan tiba-tiba.
"Ih... Abang nih kenapa? Abis kesambet apa tanya-tanya gitu?" tanya Dea.
"Yah... abang lihat dia sudah menjadi gadis yang manis," puji Rehan tulus.
"Beneran bang? Abang beneran suka Noval?" Ingin rasanya dia menceritakan bahwa Noval dari dulu suka abangnya. Tapi karena Noval sudah mengatakan bahwa biar dia sendiri yg mengungkapkan dia pun mengurungkan niatnya.
"Kapan-kapan ajaklah dia main ke sini De," ucap Rehan.
"Oke pak bos, siap," ucap Dea menghormat.
Di kediaman Noval.
Noval tengah memperhatikan tangannya yg awalnya berbekas dan sakit namun saat Draka menciumnya bekasnya menghilang. Dia masih merasakan detak jantungnya berdebar. Wajahnya memerah. Dia mengingat-ingat bagaimana pria tampan itu memperlakukannya. Bohong banget kalau dia tidak mengakui ketampanan pria itu. Tapi, seperti ada yg aneh. Noval membuang jauh- jauh fikiran yg tidak masuk akal.
"Val... Mama mau ke pengajian nih ke rumah bu Retno, kamu ikut gak?" tanya mama. "Nggak ada orang di rumah lho. Bibi tadi permisi pulang karena anaknya sakit. Papa pulangnya malem. Mama juga kemungkinan pulangnya malem. Nggak pa-pa kamu sendirian?" tanya mama lagi.
Noval berfikir.
"Iya deh mah. Noval ikut," jawab Noval. Segera mengganti pakaiannya dengan memakai jilbab.
"Mama tunggu di depan yah sayang," ucap mama.
"Iya mah," Ucap Noval bergegas menyambar tas kecilnya yg berisi dompet dan ponsel.
"Duh...anak mama sholehah banget," ucap mama memeluknya. "Tiap hari gini lah Nak pakai jilbab termasuk ke sekolah," ucap mama.
"Nanti mah, kalo Noval sudah mantap. Noval gak mau berubah jika karena orang lain," ucap Noval.
"Semoga hidayah segera datang padamu Sayang," ucap mama sayang.
Tak lama taksi muncul dan melaju ke rumah bu Retno.
Di tengah perjalanan macet panjang.
"Duh...kenapa sekarang? Bisa telat kita Nak," ucap mama.
Noval tidak memeperhatikan. Dia asyik mendengarkan musik dari ponselnya. Tanpa dia sadari sepasang mata tengah mengamatinya dari balik sebuah mobil di sebelah mereka.
***
hai...hai...hai...maaf yah para pembaca lama menunggu lanjutannya. do'ain yah biar penulis semangat terus menulisnya. 😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!