NovelToon NovelToon

Serpihan Cinta ( Danisa )

Keseharian Danisa

.

.

.

Pov. Danisa

Namaku Danisa dan usia ku saat ini 23 tahun, aku bekerja di Hanum Group sebagai salah satu karyawan di bagian marketing. Hanum Group adalah perusahaan yang bergerak dibidang properti. Hanum Group juga perusahaan milik orang tua angkat sahabatku, Devano. Aku mempunyai dua teman, Marvin dan Devano. Kami dulu nya sama-sama tinggal di panti asuhan sampai usia kami 8 tahun. Kami bersahabat dari kecil, hingga kami harus terpisah karena kami masing-masing di adopsi.

Namun kami tetap menjalin persahabatan sampai kami bersekolahpun di sekolah yang sama. Akan tetapi, saat kami kuliah kami harus terpisah karena Marvin dan Devano memilih universitas yang lebih ternama. Sedangkan aku ? Hanya bisa berkuliah di universitas yang biasa saja, itupun kedua temanku yang membantu biaya kuliahku. Sebenarnya mereka sudah memawarkan untuk berkuliah di kampus yang sama, tapi aku tidak mau. Sebab biayanya sangat mahal dan aku tidak mau terlalu merepotkan kedua temanku.

Sebenarnya aku mempunyai perasaan cinta untuk Devano, tapi aku takut dan malu untuk mengungkapkannya. Apa lagi aku ini seorang wanita, malu rasanya jika harus mengungkapkan perasaan lebih dulu. Aku juga tidak mau perasaan ku ini akan menghancurkan persahabatan ku dengan Marvin dan Devano.

******

Pov. Author

Seperti hari-hari biasanya, setiap sehabis sholat subuh Danisa membantu ibunya untuk menyiapkan makanan yang akan dijual oleh ibunya. Ibu Marlina adalah seorang ibu yang sudah mengadopsi Danisa 15 tahun yang lalu saat usia Danisa 8 tahun. Meskipun hanya seorang janda yang hidup sebatang kara dan usaha nya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ibu Marlina sangat menyayangi Danisa.

" Danisa, maafkan ibu ya nak. Ibu belum bisa memberikan kebahagiaan untuk mu. Kamu harus ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhanmu. Apa kamu menyesal hidup sama ibu nak?."Tanya ibu Marlina.

Danisa memang hidup serba pas-pasan, dia diadopsi oleh seorang janda sebatang kara yang hanya mempunyai usaha warung makan. Akan tetapi, ibu Marlina sangat menyayangi Danisa dan semua kasih sayangnya dia curahkan untuk Danisa.

" Ibu ini bicara apa sih? Tolong jangan bicara seperti itu lagi ya bu. Danisa sama sekali tidak menyesal dengan keadaan ini, justru Danisa malah bahagia bisa hidup bersama ibu. Ibu sudah memberikan yang terbaik untuk Danisa."Ucap Danisa dengan lembut.

" Terima kasih nak. Ibu juga sangat bersyukur bisa memiliki kamu. Oh iya kamu sarapan saja dulu, ini sudah jam setengah tujuh nanti kamu terlambat ke kantornya."Ucap Ibu Marlina.

" Iya bu."Jawab Danisa patuh.

Danisa mengambil piring dan mengisinya dengan nasi serta sayur tumis pepaya dan sepotong ikan. Biarpun menu sederhana yang dia makan, dia sudah sangat bersyukur. Terlebih masakan ibu Marlina memang sangat enak, sehingga banyak diserbu oleh pelanggan sehingga tidak sampai sore makanan sudah habis. Jika tidak habis , ibu Marlina akan membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.

Ibu Marlina mengerjakan semuanya hanya dengan Danisa, saat Danisa bekerja dia seorang diri mengurus rumah makan. Yang namanya jualan pasti juga ada pasang surutnya.

" Bu, Danisa berangkat dulu ya bu. Assalamualaikum."Seru Danisa berpamitan lalu mencium tangan ibu Marlina.

" Iya nak, Waalaikum salam. Hati-hati di jalannya, jangan ngebut bawa motornya."Seru ibu Marlina selalu mengingatkan Danisa untuk tidak kebut-kebutan saat dijalan.

" Iya bu."Jawab Danisa patuh.

Jam 7 pagi Danisa keluar dari rumahnya, dia mengendarai motornya membelah jalanan yang sudah ramai para pekerja yang akan pergi ke tempat kerjanya masing-masing. Kantor tempat Danisa tidak jauh dari tempat tinggalnya, hanya butuh waktu 30 menit sudah sampai kantor. Jam kerja pun dimulai jam 8 pagi, Danisa sangat menghargai waktu sehingga dia tidak pernah terlambat.

" Selamat pagi Danisa."Sapa Tiara teman kerja Danisa.

" Pagi juga Tiara cantik, sendirian saja? Mana Susi?."Tanya Danisa menanyakan Susi salah satu temannya juga.

" Susi hari ini izin, dia ada acara keluarga. Yuk masuk, panas juga nih di parkiran."Ucap Tiara menarik tangan Danisa.

Tiara terus menarik tangan Danisa sampai pada akhirnya Danisa menabrak seseorang.

Brrukkkk

Danisa hampir saja terjatuh, beruntung ada tangan kekar yang menahannya sehingga dia tidak sampai jatuh.

" Devano?."Seru Danisa kaget melihat keberadaan Devano ada di perusahaannya.

" Danisa, dasar ceroboh ! Dari dulu masih saja ceroboh."Seru Devano mengomeli Danisa.

Tiara ketakutan, sebab dia tahu siapa itu Devano. Devano adalah anak dari pak Hanum, pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

" Maaf Tuan Devano, tadi saya yang menarik tangan Danisa sampai akhirnya menabrak anda."Seru Tiara merasa tidak enak dengan Danisa karena semua itu ulahnya.

Tuan ?

Danisa bingung kenapa Tiara memanggil Devano dengan panggilan, tuan? Danisa sepertinya lupa jika perusahaan tempatnya bekerja adalah milik orang tua angkat Devano.

" Kamu silahkan lanjut ke tempat kerjamu."Seru Devano meminta Tiara untuk meninggalkan mereka.

Tiara mengangguk patuh, dia meninggalkan Danisa dan Devano. Danisa sendiri masih saja terdiam seperti orang yang kebingungan.

Pleetakkk

Devano menyentil kening Danisa sampai Danisa mengaduh kesakitan.

" Apaan sih Dev, sakit tahu."Seru Danisa sambil mengusap keningnya yang sakit.

" Kamu kenapa diam saja? Kamu kaget melihat kehadiranku di sini? Kamu sudah berapa lama bekerja di sini? Masa iya kamu lupa siapa aku?."Tanya Devano secara beruntun.

Plaakk

Danisa memukul keningnya sendiri, dia lupa jika perusahaan tempatnya bekerja adalah milik orang tua angkat Devano. Dan Danisa pun baru ingat itu semua, Danisa memang belum lama bekerja. Baru 8 bulan ini dia bekerja di perusahaan Hanum Group, tepatnya setelah dia lulus kuliah 1 tahun yang lalu. Selama 4 bulan dia menganggur dan pada akhirnya dia mendapat panggilan kerja di Hanum Group, semua itu atas campur tangan Devano.

" Hehee lupa. Kamu sekarang sibuk ya, sampai tidak sempat menjengukku lagi. Hanya Marvin saja yang masih sering menemuiku meskipun hanya tiap weekend saja."Seru Danisa.

" Aku sibuk, Danisa. Aku sibuk kuliah S2 ku, beruntung kuliahnya masih di kota ini juga. Kalau sampai ke luar negeri kita bakalan lama tidak bertemu. Tapi tenang saja, kita sekarang ini akan sering bertemu kok, karena aku juga akan bekerja di perusahaan ini menggantikan papa."Seru Devano tersenyum bangga.

Ddeegghh

Danisa ikut senang jika Devano bisa sukses dalam kariernya. Namun , lama-lama Danisa merasa minder dengan dirinya sendiri. Perbedaan antara dirinya dan Devano semakin jauh, tidak mungkin dia bisa menggapai cintanya Devano.

" Oh selamat ya Dev. Maaf aku harus masuk dulu, 5 menit lagi jam kerja dimulai."Seru Danisa lalu pergi neninggalkan Devano.

Devano belum sempat menjawab, Danisa sudah pergi begitu saja. Devano hanya menganggap Danisa teman, teman yang sudah seperti adiknya sendiri. Dia juga tidak tahu jika Danisa menaruh hati padanya.

" Danisa kenapa ya? Kok aneh banget."Ucap Devano pada dirinya sendiri.

Devano melangkah memasuki gedung perusahaan, dia memakai lift khusus petinggi perusahaan. Hari ini pak Hanum akan mengumumkan jika Devano yang akan menjadi Ceo di Hanum Group menggantikan dirinya. Pak Hanum memilih pensiun, dan menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada Devano.

Meskipun Devano masih kuliah S2, pak Hanum yakin jika Devano pasti mampu mengurus perusahaan. Devano anak yang pintar, dan dia juga sudah banyak belajar dari pak Hanum.

*************

Rasa yang salah

.

.

.

Marvin menghubungi Danisa, untuk mengajaknya makan siang bersama. Dia memilih cafe yang tidak jauh dari perusahaan tempat Danisa bekerja. Marvin sendiri juga bekerja di salah satu perusahaan besar di kota itu.

[ Hallo, Dan. Makan siang yuk, di tempat biasa. Nanti Devano juga ikut makan siang sama kita kok, tadi dia sudah aku hubungi.] Ucap Marvin memberitahu.

[ Di tempat biasa ya?] Tanya Danisa dengan singkat.

[ Iya, Danisa yang cantik. Aku sudah mau on the way ke sana nih. Kamu sama Devano buruan ya, awas kalau telat.]

[ Baiklah, aku berangkat sekarang.]

Tuuttt Tuuutttt

Seperti biasa, Danisa selalu mematikan sambungan telepon secara sepihak tanpa permisi lebih dulu. Meskipun begitu, Marvin sama sekali tidak marah.

Sementara di perusahaan Hanum Group, Devano ada di loby perusahaan menunggu Danisa keluar. Dia berniat akan mengajak Danisa untuk berangkat bersama, hingga pada akhirnya wanita yang dia tunggu pun keluar dari perusahaan.

" Danisa, bareng saja yuk naik mobil ku."Seru Devano mengagetkan Danisa.

" Dev, kamu ini mengagetkan saja. Emm.. bukan aku tidak mau bareng sama kamu, tapi aku tidak mau ada yang bergosip soal kedekatan kita. Masa iya sih pak Ceo mau satu mobil sama karyawan biasa sepertiku."Ucap Danisa menolak secara halus agar Devano tidak tersinggung.

" Halah peduli apa kata orang. Jauh sebelum aku seperti ini, kita memang sudah dekat bahkan kita itu tumbuh di panti asuhan bersama. Ayok cepat, nanti kalau terlambat simulut perempuan itu bisa marah dan mrepet seperti kereta di stasiun yang tidak ada habisnya."Seru Devano dengan memanggil Marvin simulut perempuan.

Devano menarik tangan Danisa masuk ke mobilnya. Danisa tidak bisa menolaknya lagi, dia memang ingin berdekatan dengan Devano. Ada cinta yang tersembunyi di hati Danisa untuk Devano, namun Devano hanya menganggapnya sebagai sahabat saja dan tidak lebih.

Mobil yang dikendarai Devano meninggalkan gedung perusahaan yang besar dan megah. Di dalam mobil Danisa lebih banyak diam, dia merasa canggung dan bingung mau membicarakan apa.

" Kok kamu diam saja? Sariawan ya? Atau sedang memikirkan pacar kamu? Kenalkan dong sama aku, jangan karena kita jarang bertemu kamu tidak mau mengenalkan pacar kamu sama aku."Seru Devano sembari mengulas senyum manisnya.

" Aku tidak punya pacar, Dev. Mungkin kamu yang sudah punya pacar."Ucap Danisa balik bertanya.

" Iya betul, aku memang sudah punya pacar. Sudah jalan 1 tahun ini aku pacaran, dan rencananya bulan depan aku mau bertunangan dengan wanita idamanku itu. Namanya Febri, nanti aku kenalkan ya sama kamu dan Marvin."Ucap Devano dengan begitu lancarnya.

Jdddeerrrr

Bagaikan disambar petir di siang hari bolong, Danisa syok saat mengetahui Devano sudah mempunyai pacar dan bahkan sudah berencana untuk bertunangan.

Hancur sudah hati dan perasaan Danisa, cintanya bertepuk sebelah tangan. Pria yang selama ini secara diam-diam dia kagumi dan dia cintai ternyata sudah memiliki kekasih.

* Jadi Devano sudah punya kekasih? Tidak, aku tidak boleh bersedih seperti ini. Aku harus bahagia karena Devano sudah menemukan kebahagiaannya. Aku harus bersikap biasa saja, biarkan rasa cintaku ini aku pendam sendiri.*Gumam Danisa dalam hatinya.

" Ohh ternyata ada juga ya wanita yang mau sama pria jahil dan jelek seperti kamu. Aku tunggu perkenalannya."Ucap Danisa dengan suara sedikit bergetar.

" Sembarangan, biarpun aku jahil seperti ini , aku itu tampan dan aku itu juga banyak fansnya tahu. Di kampus aku ini banyak di kagumi para wanita, aku sudah seperti Artis."Seru Devano dengan bangganya.

Tanpa Devano sadari, jika saat ini ada hati yang tersakiti. Ada seorang wanita yang mengharapkan cintanya, namun cintanya tidak terbalaskan.

" Emm.. Kita sudah sampai ya, ya sudah yuk turun."Seru Danisa dengan terburu-buru dia membuka pintu mobil.

" Jangan terburu-buru begitu, simulut perempuan itu biarkan saja dia mengomel. Sudah lama juga aku tidak mendengar omelannya."Ucap Devano lalu terkekeh.

Hhhuuufffff

Baru juga dibicarakan, sifat jahil Devano sudah muncul lagi. Padahal tadi dia yang mengajak buru-buru berangkat karena tidak tahan jika Marvin akan mengomel. Setelah sampai sini justru dia yang mengulur-ulur waktu.

" Jangan cari masalah, yuk masuk aku sudah lapar."Ucap Danisa menarik tangan Devano.

Danisa dan Devano berjalan dengan bergandengan tangan, layaknya seperti sepasang kekasih. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, namun Danisa tidak menyadarinya. Melihat Danisa yang menggandeng tangannya, Devano hanya bisa tersenyum dengan manis.

* Pasti dia tidak sadar kalau menggandeng tanganku. Dasar gadis ceroboh.*Gumam Devano dalam hatinya.

" Kalian ini lama banget sih, padahal jarak dari perusahaan ke cafe ini juga tidak lah jauh. Dan kenapa kalian gandengan seperti ini? Apa kalian sudah jadian?."Seru Marvin mengagetkan Danisa.

Hahhhh...

Danisa langsung melepaskan tangan Devano begitu saja. Dia benar-benar lupa jika tadi dia menarik tangan Devano, karena terlalu nyaman Danisa pun sampai lupa untuk melepaskannya.

" Idihhh siapa yang jadian? Lagian siapa juga yang mau pacaran sama cewek ceroboh seperti dia. Aku ini sudah punya pacar tahu, Vin."Seru Devano sambil menarik kursi dan dia duduki.

Marvin langsung memandang wajah sendu Danisa, Marvin sudah tahu jika Danisa mencintai Devano. Marvin jadi merasa bersalah kepada Danisa.

" Danisa, duduk dulu."Seru Marvin menarik kursi untuk Danisa duduk.

" Iya Vin, terima kasih."Jawab Danisa dengan pelan.

Marvin tadi sudah memesan makanan untuk mereka bertiga. Marvin masih hafal betul makanan kesukaan Danisa dan Devano. Sepanjang mereka makan siang, hanya Marvin dan Devano saja yang banyak berbicara dan Danisa hanya menimpali sesekali saja.

" Aku ke toilet dulu ya."Seru Devano lalu beranjak.

" Awas salah masuk toilet lagi, bisa kena gampar tante-tante kamu."Ucap Marvin mengingatkan.

" Ohh.. tidak mungkin. Yang ada tante-tantenya malah minta aku cium."Seru Devano lalu tertawa dan berjalan menuju toilet.

Saat ini hanya ada Marvin dan Danisa saja, Marvin memandang lekat wajah ayu Danisa yang hanya menggunakan mek up tipis-tipis itu. Danisa wanita yang cantik dan sederhana, meskipun hanya mek up tipis yang dia pakai semua itu justru membuat kecantikan di wajahnya tidak berkurang. Tanpa mek up pun Danisa sudah cantik secara natural.

" Kamu baik-baik saja, Danisa?."Tanya Marvin dengan serius sambil menatap wajah Danisa lekat.

" Aku baik-baik saja, Vin. Marvin, tolong jangan pernah kasih tahu Devano soal perasaanku. Aku tidak mau perasaan ini akan menghancurkan persahabatan kita. Devano sudah mempunyai kekasih, bahkan bulan depan mereka akan bertunangan."Ucap Danisa sambil mengatupkan kedua tangannya.

" Iya." Jawab Marvin dengan singkat.

Marvin kasihan dengan Danisa, dia tahu betul jika Danisa sangat mencintai Devano dan sekarang cinta itu bertepuk sebelah tangan. Marvin berharap, Danisa bisa mendapatkan cinta Devano dan bersatu dengan Devano.

* Apakah perasaan cinta ku untuk Devano ini salah? Ya, ini pasti salah. Aku dan Devano itu bersahabat dari kecil. Rasa cinta ini salah, aku tidak seharusnya mencintai sahabatku yang sudah aku anggap kakakku.*Gumam Danisa dalam hatinya.

***********

Gagal bertunangan

.

.

.

Dua minggu berlalu.

Danisa masih saja menyembunyikan perasaannya, dia tidak mau Devano tahu jika dia mencintainya. Namun, Danisa tetap bersikap biasa saja, meskipun hatinya sangat sakit.

Kedekatan Devano dan Danisa saat di kantor sudah tidak asing lagi. Para karyawan sudah tahu jika Devano dan Danisa hanya berteman, bahkan memang sudah berteman dari mereka kecil.

" Dan, kamu itu sudah lama kan jadi teman nya Tuan Devano. Heemm apa kamu tidak ada perasaan gitu sama tuan Devano?."Tanya Tiara saat mereka sedang makan siang di kantin.

Diantara mereka juga ada Lena, teman satu devisi Danisa dan Tiara.

Danisa menggelengkan kepalanya dengan cepat, sebisa mungkin dia menutupi perasaan nya. Jika orang kantor tahu, dia pasti akan malu. Apa lagi kabar pertunangan Devano sudah tersebar di kantor.

" Kamu ini aneh-aneh saja sih pertanyaannya. Aku dan Devan serta Marvin itu sudah berteman dari kecil, aku sudah menganggap mereka itu kakakku sendiri. Jadi mana ada aku jatuh cinta sama kakakku sendiri, jangan ngaco deh kamu."Ucap Danisa sambil mengulas senyuman.

" Ya siapa tahu kamu jatuh cinta, secara Tuan Devano kan gantengnya paripurna pasti banyak yang jatuh cinta sama dia, termasuk kamu. Tapi, Marvin itu juga tidak kalah ganteng juga sih. Iya gak Len?."Seru Tiara.

" Betul."Jawab Lena sambil mengacungkan jempol tangannya.

" Sudah cepat makan, jangan bicara terus. Yang ada makanan kalian tidak akan habis-habis, jam istirahatnya yang sudah mau habis."Ucap Danisa menghentikan obrolan tentang Devano.

Sementara itu, di tempat lain. Devano sedang bertengkar hebat dengan calon tunangannya, Febri. Febri ingin menunda pertunangan mereka sebab Febri masih terikat kontrak dengan manajemennya. Febri menerima kontrak kerja sama baru tanpa sepengetahuan Devano, padahal Devano sudah melarang Febri untuk bekerja menjadi seorang model.

Tanpa Febri bekerja, Devano bisa memberikan apa saja yang Febri minta. Bahkan mobil dan apartemen pun sudah Devano berikan, dan uang bulanan pun sudah Devano berikan.

" Dev, tolong mengertilah. Menjadi seorang model adalah keinginanku dari dulu, ini kesempatan ku untuk mengembangkan karier ku. Tidak lama kok Dev, hanya 1 tahun saja kita tunda pertunangan kita ini. Aku nanti malam harus sudah berangkat ke LA."Ucap Febri memohon.

" Aku tetap tidak setuju ! Jika kamu tetap pergi, berarti kamu lebih memilih hubungan kita berakhir."Ucap Devano dengan marah.

" Tidak Dev. Aku tidak mau hubungan kita berakhir, aku sangat mencintai kamu Dev. Tapi karier ku ini juga penting."Ucap Febri tetap pada pendiriannya.

" Kamu tidak perlu bekerja, Feb. Aku bisa memberikan apa saja untukmu. Kamu mau apa tinggal bilang, Feb."Seru Devano.

" Maaf Dev, aku tidak bisa. Aku tetap ingin mengambil kesempatan ini, aku nanti malam akan berangkat dan aku harap dalam 1 tahun ini kamu tetap setia denganku."Ucap Febri lalu dia melangkah keluar dari ruangan Devano.

Febri tidak mau berlama-lama menghadapi amarah Devano.

Arrggghhh...

Brraaakkkk braaakkkk

Devano berteriak sembari membuang apa saja yang ada di atas meja kerjanya. Bahkan laptop pun tidak luput dari amukannya, Devano seperti orang yang keset4n4n.

" Febri, kamu tidak menghargaiku sama sekali."Ucap Devano penuh amarah.

Devano keluar dari ruangannya, saat ini fikirannya kacau dan sudah tidak konsentrasi lagi untuk bekerja.

" Mega, cancel semua meeting hari ini."Seru Devano dengan tegas.

Haaahhhh ? Cancel?

Mega langsung melongo seperti burung beo yang bengong. Pasalnya siang nanti ada makan siang sekaligus meeting dengan klien dari Jepang. Dan tidak mungkin untuk di cancel karena saat ini klien sudah ada di Indonesia.

" Tapi tuan, siang nanti ada meeting dengan Tuan Hikaru dari Jepang. Dan kerja sama ini sudah terencana dari tahun lalu, mana bisa di cancel secara mendadak seperti ini Tuan."Seru Mega dengan wajah kebingungan.

" Terserah kamu !! Aku tidak mau menghadiri meeting itu, kamu saja yang datang karena aku tidak mood untuk bekerja !."Bentak Devano dengan lantang.

Devano melangkah pergi meninggalkan ruangan Mega. Dia pergi begitu saja tanpa peruli dengan Mega yang klimpungan menghadapi masalah pekerjaan. Devano melajukan mobilnya meninggalkan perusahaannya. Kali ini dia datang ke perusahaan tempat Marvin bekerja, sudah menjadi kebiasaan Devano dari dulu. Jika ada masalah selalu mencari Marvin untuk meminta solusi.

" Kamu ini apa-apaan sih? Ini baru jam 11 siang mana bisa aku pergi dan meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Kamu enak, kamu punya perusahaan sendiri dan bisa kapan pun kamu meninggalkan pekerjaan kamu. Kalau kamu mau, tunggulah di situ dan jangan mengganggu pekerjaanku."Ucap Marvin.

Marvin saat ini bekerja sebagai menejer keuangan di salah satu perusahaan swasta. Sudah berapa kali Devano mengajaknya untuk bergabung di perusahaannya. Namun Marvin menolaknya mentah-mentah, Marvin tidak mau mengandalkan bantuan dari orang lain. Sejatinya seorang laki-laki itu harus bisa mandiri.

" Makanya aku sudah berapa kali mengajakmu untuk bergabung di perusahaan ku tapi kamu menolaknya. Aku ini pusing, kesal dan marah Marvin. Malam ini Febri akan berangkat ke LA untuk berkarier di sana selama 1 tahun dan itu juga bisa lebih. Aku mana sanggup LDR dengannya, Marvin. Aku sudah melarangnya namun dia tetap berangkat dan tidak memperdulikan perasaanku dan dia juga mengabaikan hubungan kami."Ucap Devano nampak kacau.

Marvin langsung menghentikan jari-jarinya yang sedang menari di atas keybord laptopnya. Dia memandang wajah Devano yang nampak kacau, dalam fikirannya terbesit nama Danisa. Apa mungkin ini doa atas cintanya Danisa untuk Devano?

" Kamu serius Febri mau pergi ke LA dalam waktu yang lama?."Tanya Marvin kini sudah pindah duduk di sofa yang sama dengan Devano.

" Mana pernah aku bercanda dengan perasaan Marvin."Jawab Devano jujur.

* Sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk aku memberitahu Devano jika Danisa itu mencintainya. Cintanya Danisa selama ini bertepuk sebelah tangan, dan saat nya Danisa untuk bahagia.*Gumam Marvin dalam hatinya.

Ehheemm Ehheeemm

Marvin sengaja berdehem dan memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman. Devano sama sekali tidak merespon deheman Marvin, wajah Devano nampak kacau dan kusut.

" Dev, apa kamu tidak berniat untuk pindah kelain hati? Atau mencoba mencari wanita yang bisa selalu ada di sampingmu. Bukannya kamu tahu sendiri, dari dulu Febri memang ingin menjadi model top dan mungkin ini memang kesempatan dia untuk mengembangkan kariernya itu."Ucapan Marvin membut Devano bingung.

" Maksud kamu wanita lain bagaimana? Apa kamu meminta aku untuk meninggalkan Febri ?."Tanya Devano memperjelas ucapan Marvin.

" Iya Dev. Aku kasihan dengan Danisa, selama ini dia itu mencintai kamu, Dev."Ucap Marvin akhirnya memberitahu tentang perasaan Danisa.

Ddeeghh

Devano kaget saat Marvin memberitahunya jika Danisa mencintainya. Kenapa Devano selama ini tidak tahu menahu soal perasaan Danisa. Devano nampak menggelengkan kepalanya, seakan tidak percaya dengan yang dikatakan Marvin.

Selama ini Danisa juga nampak biasa saja, dan Devano pun hanya menganggap Danisa sebagai adik dan sahabat.

" Mana mungkin Danisa mencintaiku? Kamu jangan mengada-ada Marvin."Seru Devano tidak percaya.

" Aku serius Dev. Aku tahu sudah lama, Danisa sendiri yang mengatakannya padaku. Tapi dia memintaku untuk merahasiakannya. Mungkin sekarang saatnya kamu tahu semua ini, dan siapa tahu perasaan Danisa bisa terbalaskan."Jawab Marvin bicara dengan serius.

" Danisa mencintaiku? Mana mungkin Marvin, selama ini diantara kita ini tidak ada cinta-cintaan. Kita sahabat dan keluarga untuk selamanya, dan kamu tahu sendirikan kalau kita menganggap Danisa sebagai adik kita sendiri. Aku tidak mungkin mencintai Danisa, karena aku sangat mencintai Febri dan dialah cinta pertamaku."Ucap Devano lagi-lagi tidak bisa membalas cinta Danisa.

Hhhuuuffff

Marvin sendiri tidak bisa memaksakan Devano untuk bisa mencintai dan membalas perasaan Danisa. Yang namanya cinta tidak bisa untuk dipaksakan. Marvin kembali melangkah ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia terlihat menyesal sudah memberitahu Devano soal perasaan Danisa.

" Aku pulang."Seru Devano dengan lemah.

" Pulanglah, dan tolong jangan beritahu Danisa jika aku sudah memberitahu kamu soal perasaannya. Bersikaplah biasa saja seolah-olah kamu belum tahu, agar Danisa tidak semakin bersedih."Seru Marvin meminta Devano untuk tetap seperti biasa.

" Aku tahu."Jawab Devano dengan suara dingin.

Devano saat ini tidak tahu harus kemana, mau kembali ke perusahaan juga dia tidak mood untuk bekerja. Mau pulang ke apartemen yang ada dia akan semakin kesal mengingat Febri yang akan pergi ke LA.

[ Dev, jangan marahnya. Aku pasti akan kembali, aku hanya ingin mengembangkan karierku saja sayang. Aku janji akan selalu setia denganmu dan aku akan cepat untuk kembali. Aku pamit ya Dev, maaf aku saat ini sudah ada di Bandara. Aku sebenarnya tidak berangkat malam, tapi siang ini. I LOVE YOU DEVANO ]

Devano semakin kesal saat membaca pesan yang di kirimkan Febri. Ternyata Febri sengaja membohobginya agar dia tidak menghentikan keberangkatannya ke LA.

Arrggghhhh....

Devano berteriak dengan kencang dan menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Beruntung jalanan sepi sehingga tidak terjadi kecelakaan.

" Febri !! Tega kamu meninggalkan aku Febri, aku tidak bisa hidup tanpa kamu Febri !!."Teriak Devano lalu menundukan kepalanya di atas kemudi mobil.

***************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!