Menceritakan ditemukanya sesosok mayat Wanita dalam keadaan hangus terbakar dan membusuk di sebuah hutan jauh dari permukiman masyarakat.
Wanita tersebut bernama Ayu, gadis cantik yang baik dan ramah. Mayat tersebut ditemukan oleh seseorang warga yang sedang berjalan menuju rumahnya.
Ketika berjalan warga itu mencium aroma bau busuk yang sangat menyengat. Karena penasaran diapun mencari tau darimana aroma bau busuk itu berasal.
Dilihatnyalah mayat Ayu yang sudah terbaring dan membusuk di bawah pohon yang sangat besar. Karena ketakutan dan terkejut, warga itupun berteriak dan lari menuju rumah kepala desa.
Beberapa jam kemudian, lokasi mayat Ayu dipenuhi oleh warga sekitar yang penasaran. Karena wajahnya yang sudah mulai hancur karena busuk. Sulit bagi warga untuk mengidentifikasikan identitas mayat Ayu.
Setelah beberapa jam kemudian, polisipun tiba dilokasi untuk memeriksa keadaan. Merekapun membawa mayat Ayu menggunakan mobil yang mereka sediakan.
Bahkan mereka juga membawa beberapa jenis benda yang berada di dekat mayat Ayu hingga berjarak 100 meter. Untuk mempermudah kasus penemuan mayat ini. Polisi tidak lupa meminta keterangan saksi mata penemuan dari mayat tersebut.
Hingga warga yang pertama kali melihat mayat Ayu itu diminta untuk mengikuti beberapa wawancara di kepolisian dalam jarak waktu yang dekat.
Di dalam lokasi kejadian Polisi menemukan satu puntung rokok, tanah yang seperti terkena minyak dan beberapa barang bukti lainnya. Dengan demikian Polisi menyimpulkan bahwa mayat tersebut merupakan korban pembunuhan.
Ketika dilakukan penggeledahan terhadap mayat Ayu sebelum dibawa menggunakan mobil, Polisi tidak menemukan identitas apapun, baik itu KTP hingga kartu Pelajar ataupun kartu Mahasiswa.
Hal itu membuat Polisi sedikit kesulitan untuk mengetahui identitas dari mayat tersebut. Polisi itupun bertanya kepada kepala desa setempat apakah di desa tersebut ada berita kehilangan seorang wanita.
Tetapi kepala desa itupun tidak merasa kehilangan satu wargapun. Dengan demikian Polisi menyimpulkan bahwa mayat yang mereka temukan merupakan bukan dari warga setempat.
Polisi itupun meminta kepala desa untuk bekerjasama dengan mereka untuk mencari tau identitas dari mayat wanita yang mereka temukan.
Kepala desa itupun mencari tau orang orang asing yang masuk ke dalam desa mereka dengan mengumpulkan perangkat perangkat desa.
Merekapun mulai mendata ulang nama nama pengunjung yang berkunjung ke desa mereka. Bahkan mereka mendatangi setiap rumah penginapan yang mereka sediakan untuk para pendatang ke desa tersebut.
Untuk melakukan hal itu beberapa Polisipun turut ambil bagian dalam pendataan tersebut. Hingga pada akhirnya mereka menemukan sebuah pondok penginapan yang tidak berpenghuni.
Nyaris tiga jam mereka menunggu penyewa pondok pulang di depan pintu tetapi tak seorangpun datang ke pondok penginapan tersebut.
Karena sifat warga sekitar yang disiplin dan aturan desa yang kuat, mereka tidaj di ijinkan untuk mendobrak pintu pondok pengunjung tersebut. Merekapun meminta beberapa pria desa untuk berjaga di depan pondok penginapan tersebut untuk menunggu kedatangan dari penyewa pondok itu.
Keesokan harinya tak seorangpun datang dan membuka serta masuk ke dalam pondok penginapan itu. Beberapa warga dan para pengunjung yang mengetahui kejadian tersebut langsung meramaikan lokasi pondok penginapan itu.
Polisi dan perangkat desa serta kepala desapun menghampiri dan memberikan ijin untuk melakukan pendobrakan terhadap pondok penginapan itu.
Stelah berhasil mendobrak pondok itu, merekapun masuk ke dalam pondok itu, tak seorangpun mereka temukan di dalamnya. Pondok itu terlihat begitu kotor dan berantakan, seakan terjadi kegaduhan di dalamnya.
Kepala desapun mulai mencari tau identitas penyewa pondok itu. Tak lama Polisi yang ikut memeriksa pondok itu, menemukan sebuah dompet yang terjatuh di sebelah kasur. Dan dompet itu memiliki identitas KTP atas nama Ayu. Tetapi penemuan itu tidaklah mendasarkan bahwa mayat yang mereka temukan adalah sipemilik KTP yang dia temukan.
Setelah di periksa oleh kepala desa, ternyata penyewa pondok itu juga bernama Ayu. Dan KTP yang ditemukan oleh Polisi tersebut merupakan milik si pemilik penyewa pondok.
Setelah beberapa jam memeriksa pondok itu, merekapun keluar dari pondok itu. Seorang penyidik dari kasus tersebutpun langsung mengungkapkan bahwa si pemilik KTP itu adalah mayat yang mereka temukan.
Pasalnya tahi lalat yang terdapat pada kening yang ada di photo KTP itu, serupa dengan tahi lalat yang di miliki oleh mayat yang mereka temukan. Identitas mayat itupun terungkap dengan atas nama Ayu. Konferensi perspun dilakukan dan akan dilakukan penyidikan selanjutnya.
"Pusing aku lihat cuaca hari ini, panas sekali tidak sperti biasanya" Ucap Juan sembari mengipas ngipas lehernya menggunakan potongan kardus yang dia pegang ketika sedang berkumpul bersama warga lainnya di sebuah pos penjaga.
"Iya ya, panas kali gak sperti biasanya, tapi ngomong ngomong mana hutangmu" Ujar seorang Warga bernama Ujang
"Iya nantilah" Jawab Juan
"Oalah gausalah bayar hutangmu itu, belik aja es batu atau minuman dingin sana" Ujar Ujang lagi
"Gak kau lihat cuaca panas kali? Lihat ya...Cwuih" Jawab Juan sembari meludah ke jalanan
"Hahahaha karena cuaca panas kali kalau beli es jadi air panas" Ucap seorang warga bernama Denis
"Betul tu kata Denis" Jawab Juan sembari tersenyum kecil
"Udah Denis kau jangan ikut ikutan, kau mau es gak" Ujar Ujang
"Sabarlah, nanti kubelik kalau cuaca udah agak lumayan, Ok?" Ucap Juan
"Iya..." Jawab Ujang
"Btw Danu Devan sama Ipang kemana ya? Kok dari tadi gak muncul muncul" Tanya Denis
"Iya benar juga, biasa juga mreka diluan yang sampe sini dari kita" Ucap Ujang sedikit heran
"Yaudah, mungkin karena cuacanya panas banget, jadi mereka nggk nongkrong dimari" Ujar Juan sembari mengkipas
"Catur yok catur yok" Ucap Denis
"Yang kalah jitak" Ucap Ujang
"Ah waktu lalu kau kalah malah kabur alasan bab" Ucap Juan sembari mengambil catur yang berada di langit langit pos penjaga
"Itukan dulu" Jawab Ujang sembari tersenyum
"Dulu? Afa iya?..." Ujar Denis
"Gas siapa diluan nih" Tanya Juan
Untuk menghilangkan rasa bosan, mereka bertigapun bermain catur. Denis Juan Ujang dan tiga orang lainnya merupakan anak remaja Desa yang sering berkumpul di pos penjaga yang berada di persimpangan Desa.
Kadang kala mereka berkumpul di tempat ini untuk bergantian menjaga rumah warga dengan penjaga malam Desa.
"Woy kalian ngapain... Panas banget cuacanya" Teriak Danu
"Lama kali kemari, kemana aja" Tanya Juan
"Biasa ada urusan bertiga, yakan" Ucap Danu sembari tersenyum kepada Devan dan Ipang
"Curiga aku, kalian habis ngapain, kok bau bau apa gitu" Ujar Ujang
"Bau?... Bau apa" Tanya Ipang sembari menciun cium bajunya dan kedua teman yang bersamanya
"Bau bangkai" Ujar Denis sembari ingin muntah
"Hidungmu itu dekat dengan mulutmu" Ujar Devan sehingga membuat mereka tertawa kecil
"Tapi serius memang sedikit bau, noh ada parfum, semprotkeun sedikit, bau banget" Ujar Juan
"Memang bauk banget ya" Tanya Danu
"Gak bau banget, lintas lintas aja baunya" Ujar Denis
Mreka bertigapun menggunakan parfum yang terdapat di pos penjaga itu.
"Kalian habis darimana..." Tanya Juan
"Nguras air kolam" Jawab Ipang
"Oalah pantas tadi bauk kali, punya pak kades ya?" Ujar Ujang
"Iya" Jawab Ipang
"Ju Beliklah es kita, udah mendingan tuh cuacanya" Ucap Ujang
"Mau belik minuman dingin?" Tanya Ipang sembari mengeluarkan uang dari sakunya
"Gausah... Juan aja yang bayar" Ucap Ujang sembari memegang tangan Ipang yang sedang menggocek kantong
"Denis ikut gak?" Tanya Ujang
"Gausah, aku ke rumah aku dulu buat ambil uang" Jawab Juan
Juanpun segera berangkat menuju rumahnya untuk mengambil uang dan membeli minuman dingin untuk mereka.
Ketika menuju kerumahnya, Juan harus melewati beberapa meter sawah dan pepohonan karena jalan menuju rumahnya terlihat digenangi air hujan.
Ketika hendak melewati sawah itu Juan mencium aroma bangkai, diapun menutup hidungnya dan berjalan dengan cepat.
Tetapi aroma bangkai itu semakin menyengat hingga membuat dia mual. Karena kebingungan dengan aroma itu. Juanpun mencoba mencari tau darimana aroma bangkai itu berasal.
Tak lama kemudian Juanpun menemukan sesosok mayat manusia yang sudah mulai membusuk terbaring di bawah pohon yang besar. Melihat hal itu Juanpun memuntahkan makanan yang ada di perutnya, bahkan Juan nyaris saja terjatuh melihat hal tersebut.
Karena ketakutan dan muntah Juan tidak dapat berteriak, diapun berlari menuju rumah lurah untuk memberitahukan mayat yang dia temukan kepada kepala desa.
Juanpun berlari sekencang kencangnya menuju rumah kepala desa. Tak sengaja Juan berpapasan dengan seorang warga yang sedang ada keperluan di rumah kepala desa.
"Hati hati kamu, nyaris aja dokumen saya jatuh berantakan" Kata warga itu
"Kamu kenapa kok spereti di kejar kejar setan" Ujarnya lagi
Warga itupun meletakkan dokumen yang dia pegang ke arah pos penjaga kemudian kembali mendatangi Juan untuk menggotongnya duduk di pos penjaga.
"Kamu kenapa..." Tanya warga itu kebingungan.
Juanpun masih tidak dapat menjawab pertanyaan warga tersebut karena kelelahan.
"Haduh" Kata warga itu kemudian mengambilkan satu buah air mineral gelas yang ada di pos tersebut.
"Kamu kenapa, kok lari lari Juan? Udah sperti di kejar setan aja" Tanya warga itu lagi
"Aku...Nemu... Mayat di sana" Jawab Juan dengan terbata
"Apa? apa... Coba pelan pelan" Kata warga itu lagi memastikkan
"Kepala desa ada di dalam gak Sep?" Tanya Juan
"Ada... Ada" Jawab Asep
Aseppun membawa Juan untuk masuk ke dalam rumah kepala desa.
"Kamu serius, nemu mayat?" Tanya Asep lagi
"Iyaa Sep" Jawab Juan
"Dimana? Yang bener?" Tanya Asep lagi sembari memberhentikan langkah kaki mereka
"Iya bener ni aku mau kasih tau ke kepala desa Sep?" Jawab Juan
"Dimana mayatnya" Tanya Asep lagi
"Noh di sana, sebelah ladang di bawah pohon besar besar" Jawab Juan
"Yaudah kamu masuk ke dalam, di dalam ada kepala desa, aku mau ke lokasi dulu, skalian beritahu warga desa" Ujar Asep
Juanpun melanjutkan langkahnya dengan cepat dan masuk ke dalam rumah kepala desa. Sedangkan Asep pergi menuju lokasi mayat tersebut untuk memastikan bahwa Juan benar benar menemukan mayat di sana.
Setelah sampai di sana Aseppun melihat mayat tersebut, diapun berlari menuju pusat desa dan membunyikan lonceng desa. Sontak membuat seluruh para warga desa berkumpul di pusat kota, begitu juga dengan teman teman Juan yang sedang berada di pos penjaga bagian depan desa.
"Ada apa itu... Ayok ayok" Ujar Ujang
Merekapun pergi menuju lokasi lonceng desa itu.
"Ada apa... Kok lonceng desa dibunyikan" Tanya seorang pria tua
Para pengunjung yang liburan dan pendatangpun ikut keluar dari pondok meraka dan memperhatikan para warga dari kejauhan. Tak sedikit dari mereka yang ingin ikut dan bergabung dengan warga desa.
Tetapi para perangkat desa malah meminta mereka untuk masuk ke dalam pondok penginapan karena hal ini merupakan urusan internal desa.
"Selamat siang menjelang sore Buk? Kita mohon untuk tetap di dalam pondok penginapan ya, karena apa yang terjadi saat ini merupakan urusan internal desa" Ujar seorang penjaga kawasan pendatang
"Iye maapkenla saye cuman ade aku denga denga suara lonceng, aku piker ntah apapon" Jawab seorang wisatawan asing
"Iya ada apa ya mas" Tanya wisatawan yang lainnya
"Dari ketinggian ini dan kejauhan ini, kita bisa liat mas para warga banyak yang berkumpul di tengah temgah desa itu, mungkin ntah ada kebakaran atau sejenisnya" Tanya seorang wisatawan itu lagi
"Saya kurang tau Bu, soalnya kita di sni hanya menjaga kwasan ini saja. Nanti kalau ada informasi gawat darurat biasanya kita langsung dapat info" Jawab penjaga area wisatawan
"Iye iye. Aku senengle ada di sini hehehhe aku baru aje siap mandi kat sungai di belakang. Dingiiin, jadi tadi aku nak ambe sesuatu di pondok, aku denga suara lonceng tu" Ucap seorang wisatawan
"Yaudah silahkan nikmati liburannya ya Madam, semuanya silahkan nikmati liburannya, maafkan kita yang sudah mengalihkan fokus kalian semua" Ucap penjaga itu
Mreka semuapun kembali menikmati suasana desa itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!