NovelToon NovelToon

Gigoloku Seorang Impoten

Bab 1 : Awal

Seorang wanita tengah duduk di atas sofa mahal, tatapan mata tajam dan bibir yang terus mengoceh tak jelas. Di depannya terdapat banyak wine dengan kualitas mahal, para pelayan hanya bisa duduk dan menunggu majikan mereka selesai minum.

"Keluarga sialan." Teriak Aluna dengan suara keras.

Matanya langsung berkaca-kaca, tak beberapa lama terdengar tawa hambar dari mulut Aluna.

Ia menatap para pelayan yang hanya diam dan tidak berbicara sama sekali, matanya menatap tajam mereka semua bagaikan seorang serigala yang lapar.

Aluna menghela nafas, kini tatapannya tidak setajam pisau. Aluna melihat kalender yang menunjukkan 16 Oktober dan sebentar lagi ia akan berusaha 28 tahun.

Tapi di usia 28 tahun, ia sudah menjadi pebisnis handal dengan memiliki saham hampir 80% di perusahaan Axion.

Ingatannya kembali berputar saat ia pergi ke rumah orang tuanya.

Flashback on.

Aluna berjalan dengan pakaian biasa, sudah hampir 7 tahun ia tidak pulang ke rumah. Ia ingin memberikan kejutan kepada orang tuanya, jika dirinya kini telah menjadi seorang pengusaha dengan kekayaan melimpah.

Seorang pelayan datang dengan tatapan sinis saat melihat tampilan Aluna yang terkesan biasa saja.

"Maaf, kami tidak menerima permintaan sumbangan apapun." Jawab Kepala pelayan dengan tatapan mata yang sinis.

"Aku bukan ingin meminta sumbangan, aku Aluna. Paman pelayan, kau pasti mengingat ku bukan?" Tanya Aluna dengan senyuman di wajahnya.

Meski Kepala pelayan tahu jika wanita di depannya adalah anak bungsu dari majikannya, ia tetap tidak merubah tatapan sinis nya.

"Nona Aluna lama tidak berjumpa, jadi ada perlu apa anda ke sini? Apa anda ingin meminta uang untuk bertahan hidup di luar sana?" Tanya Kepala Pelayan yang membuat Aluna terdiam sesaat.

Tapi wanita itu tetap tersenyum dan berpikir positif, "Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan kedua orang tua ku. Sudah sangat lama, aku tidak bertemu dengan mereka." Jawab Aluna yang hendak masuk.

Tapi Kepala pelayan langsung menghalangi langkah Aluna, wanita itu menatap heran ke arah Kepala pelayan yang berani menghalangi dirinya.

"Maaf Nona, anda bisa menunggu dulu di luar. Saya akan menanyakan kepada Tuan dan Nyonya, apakah mereka ada waktu untuk menemui anda atau tidak." Jelas Kepala pelayan yang langsung menutup pintu rumah.

Aluna terdiam sejenak, ia memilih menyandarkan punggungnya di tiang besar. Tangannya menggenggam sebuah kue buatan toko kue terkenal di Indonesia dengan harga yang cukup mahal.

Senyumannya mulai terlihat, ia tidak sabar ingin melihat bagaimana respon kedua orangtuanya saat melihat dirinya yang sudah bertahun-tahun tak bertemu.

Aluna berencana akan mengajak kedua orangtuanya untuk liburan di Eropa, menghabiskan waktu bersama karena mereka sudah lama tidak bertemu.

Tak beberapa lama pelayan pun datang, ia membuka pintu rumah dan mempersilahkan Aluna untuk masuk.

Saat masuk ke dalam rumah, Aluna melihat rumah yang tidak terlalu berbeda jauh dengan saat terakhir ia pergi dari rumah ini untuk mencari kesuksesan di dunia luar.

Mata Aluna menatap dua orang tengah duduk di atas sofa, matanya berkaca-kaca. Ia sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Ada apa kau ke sini?" Tanya Josep Guardiola dengan tatapan tajam pada Aluna.

Aluna terdiam, ia sedikit terkejut dengan respon kedua orangtuanya. "Aku merindukan kalian berdua, dan aku sengaja datang ke sini." jawab Aluna dengan senyuman di wajahnya.

Ia pun langsung duduk di atas sofa, Diandra menatap tajam Aluna yang duduk di sofa mahal miliknya. "Siapa yang menyuruhmu duduk di sofa itu, cepat bangkit. Angkat bokong kotor mu itu," perintah Diandra dengan tubuh yang bangkit.

Ia meminta pelayan untuk membawa kursi plastik sebagai tempat duduk Aluna, wanita itu terdiam. Tapi ia tetap tersenyum dan berpikir positif, Aluna langsung memberikan kue yang ia beli untuk kedua orangtuanya dan kue ini merupakan kue terbatas dan tidak sembarangan orang bisa membelinya.

Diandra menatap kue di depannya, ia sama sekali tidak tertarik dengan makanan yang anaknya bawa. Meski ia tidak tahu, jika kue itu kue yang paling di inginkan oleh orang-orang.

"Kami tidak ingin memberikan uang kepada mu." Ucap Josep yang tiba-tiba membahas uang, meski Aluna sendiri tidak meminta uang.

"Aku ke sini tidak untuk meminta uang." Jawab Aluna heran.

"Jadi untuk apa kau sini? Aku ke sini hanya karena rindu? Jika hanya karena merindukan kami dan ingin bertemu, sebaiknya kau tidak perlu datang karena kami tidak ingin melihat mu lagi." Jelas Diandra.

Aluna terdiam dengan tatapan mata yang membulat, ia tidak percaya jika Diandra dan Josep tetap memperlakukannya sama seperti dulu.

"Bagaimana kabar Kak Olivia? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Aluna dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Dia baik-baik, dan sebaiknya kau segera pulang. Rumah ini terasa sangat bau jika kau ada di sini terlalu lama," Diandra langsung mengusir putri bungsunya yang hampir 7 tahun tidak bertemu.

"Tapi aku baru datang." Jawab Aluna.

Di saat semua orang tengah berbincang, terdengar suara langkah kaki yang menggema dari lantai atas.

Aluna menatap seorang wanita cantik dengan dress mini berjalan ke arahnya, Aluna tahu siapa wanita yang ada di depan matanya.

"Aluna, apa benar itu kau?" Tanya Olivia dengan senyuman di wajahnya.

"Kak Oliv, bagaimana kabar mu. Aku sangat merindukanmu," Aluna berjalan mendekat hendak memeluk Olivia, tapi Olivia langsung menghentikan langkah Aluna.

"Sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengan ku, kabar ku sangat baik. Dan aku sudah menikah dengan seorang pengusaha kaya raya." Jawab Olivia dengan senyuman di wajahnya.

Aluna terdiam, tapi tatapan matanya langsung tertuju pada sosok pria yang sangat ia kenal.

"Abian?" Mulut Aluna mengucapkan satu nama yang pernah ada di kehidupannya.

Olivia tersenyum, ia memeluk Abian yang tersenyum manis kepadanya. "Iya, Abian suami ku sekarang." Jawab Olivia. Aluna terdiam, ia menatap Josep dan Diandra yang nampak diam.

"Aluna, kedatangan mu ke sini. Tidak kami harapkan, lagi pula kami tidak bisa menampung seorang pengangguran seperti mu di rumah ini. Jadi kau boleh keluar dari rumah ini dah jangan pernah kembali lagi ke sini." Jelas Josep yang bangkit dari tempat duduknya.

Aluna terdiam dengan tatapan mata yang marah, ia langsung berbalik tanpa mengatakan sepatah katapun.

Flashback off.

Bab 2 : Sama-sama frustasi

Aluna terdiam dengan tatapan mata yang masih kesal, di tangannya terdapat segelas wine yang terus ia minum untuk menghilangkan rasa kesal dan marahnya.

Cedrik berdiri melihat majikannya yang sudah minum terlalu banyak, "Nona, sebaiknya anda beristirahat. Besok anda masih memiliki banyak pekerjaan yang harus di tangani, dan untuk menghilangkan masalah tidak seharusnya dengan minuman." Jelas Cedrik yang merupakan kepala pelayan.

Aluna mengerutkan keningnya, ia sangat kesal dengan pria tua itu. Cedrik selalu mengatur tentang kehidupannya, meski Aluna tahu itu demi kebaikannya.

Aluna tidak peduli dengan perkataan Cedrik, ia sangat marah dan kesal. Terlebih lagi, Abian merupakan kekasihnya yang tiba-tiba hilang kontak 2 tahun yang lalu. Dan sekarang pria itu malah menikah dengan Kakak kandungnya sendiri.

Aluna bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan ke atas ranjang dengan tubuh sempoyongan. Para pelayan langsung membereskan semua kekacauan yang di buat oleh Aluna, tidak ada satupun pelayan yang protes karena mereka tahu bagaimana rasa sakit Aluna saat ini.

Di saat orang-orang sudah pergi, terdengar suara tangisan dari Aluna. Ia merasa sakit hati dengan sikap dan perilaku kedua orangtuanya, ia selalu berpikir apa salahnya hingga kedua orangtuanya sangat membenci nya sampai seperti itu.

Aluna berjanji menjaga martabatnya untuk Abian, tapi pria itu malah berpaling dan mengingkari janji mereka. Dan yang lebih parahnya lagi, Abian memilih bersama dengan Olivia yang merupakan Kakak nya sendiri.

Di tengah pengaruh alkohol Aluna memilih untuk tertidur, daripada terus memikirkan tentang orang-orang yang sudah mematahkan harapan nya.

Di tempat lain...

Seorang pria dengan kemeja putih kusut, kedua tangannya terus membantingnya semua barang-barangnya yang ada di hadapan matanya.

Rasa marah dan kesal terus memuncak, pria itu meluapkan semua amarahnya pada orang-orang di sekitarnya. Sebuah wine dengan kualitas terbaik di teguk hingga habis, "Antonio, jangan lakukan hal yang tidak berguna seperti itu." Seorang wanita paruh baya berjalan mendekati nya, ia menatap iba putra bungsu yang sangat ia manja kini dalam keadaan yang kacau balau.

"Bersabarlah Antonio, kita akan cari cara agar dirimu bisa membaik lagi." Naysilla kembali membujuk putranya yang tengah dilanda amarah yang luar biasa.

"Bagaimana bisa aku bersabar, aku kehilangan kemampuan ku sebagai seorang pria! Bagaimana bisa aku bersabar!" Teriak Antonio kesal.

Antonio seorang pengusaha muda berusia 32 tahun, ia merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Naysilla Kusuma putri dan Zaidan Kusuma Wardana.

Kehidupan Antonio sangat kacau, ia merupakan pria nakal yang sering bergonta-ganti wanita. Tidak sedikit wanita yang sudah ia tiduri dan hatinya di buat patah oleh Antonio, tapi pria itu tidak peduli sama sekali dengan para wanita yang menangis kepadanya bahkan sampai mengemis-ngemis layaknya orang gila.

Tapi kini Tuhan sudah menghukumnya, ia di nyatakan impoten saat seorang wanita menendang barang berharga miliknya hanya karena sakit hati pada Antonio.

Zaidan berdiri di depan pintu, ia menatap dingin putra bungsunya yang sudah seperti orang gila. "Naysilla, jangan kau manja anak seperti itu." Zaidan menarik istrinya agar menjauh dari Antonio.

"Tapi Mas, anak kita dia Impoten. Bagaimana masa depannya nanti." Naysilla menangis membayangkan masa depan Antonio yang hancur.

"Ini semua salahnya, dan kau Antonio. Sebaiknya kau merubah sikap playboy mu itu. Sekarang Tuhan sudah menghukum pria seperti mu, dan kini kau hanya perlu menerima takdir mu saja." Zaidan langsung menarik tangan Naysilla dan membawa istrinya keluar dari kamar Antonio.

Para pelayan pun di suruh untuk keluar, Zaidan meminta orang-orang agar tidak peduli dengan sikap dan tindakan Antonio yang sedang depresi.

"Mas, kenapa kau malah mengatakan hal seperti itu. Di saat seperti ini, kita harus memberikan dukungan untuk Antonio bukan malah membiarkannya depresi." Naysilla tidak terima jika Zaidan berkata hal seperti itu pada Antonio.

"Memberikan dukungan? Antonio memang pantas mendapatkan hukuman seperti itu, apa kau lupa berapa kali dia menyakiti hati wanita sampai ada yang menjadi gila. Dia sudah meniduri puluhan wanita, dan harusnya kau masih bersyukur setidaknya dia tidak terkena HIV." Jawab Zaidan yang langsung pergi meninggalkan Naysilla sendirian.

Naysilla hanya bisa menangis, ia tidak sanggup melihat penderitaan putra bungsunya.

Bab 3 : Solusi terbaik dari Emily

Aluna terbangun dari tidurnya, ia ingat jika hari ini ada rapat pemegang saham di perusahaannya. Tapi kakinya terasa berat dan tak sanggup untuk melangkah keluar dari kamar nya. Aluna kembali memilih memejamkan matanya, tapi suara ketukan pintu kamar terus terdengar membuatnya semakin marah.

"Masuk!" Teriak Aluna.

Cedrik dengan beberapa pelayan langsung masuk ke dalam kamar, ia menghela nafas saat melihat kamar sudah dalam kondisi yang berantakan.

"Nona hari ini anda harus menghadiri rapat," Cedrik kembali mengingatkan meski Aluna sendiri sudah tahu akan hal itu.

"Aku malas, sebaiknya suruh mereka untuk membatalkannya saja. Dan katakan jika aku sedang sakit," jawab Aluna dengan tangan yang menarik selimut tebal miliknya.

Cedrik hanya bisa mengikuti apa yang di katakan oleh Aluna, ia langsung menelpon sekertaris Aluna untuk membatalkan rapat tersebut.

....

Ditempat lain, Antonio tengah duduk dengan keadaan yang mengenaskan. Ia sangat depresi dan tidak bisa menerima kenyataan tentang dirinya yang di nyatakan Impoten.

Naysilla mengintip dari celah pintu, ia tidak bisa menahan rasa sedih di hatinya saat melihat keadaan Antonio yang seperti ini. Anak bungsunya yang tampan kini sudah seperti orang gila yang telah kehilangan akal sehatnya.

Pundak Naysilla di tepuk oleh seseorang, membuatnya terkejut. "Astaga, kenapa kau membuat Mama kaget." Jawab Naysilla dengan tangan yang memegang dadanya.

"Aku mendengar ada kabar buruk menimpa Antonio, apa yang sebenarnya terjadi?" Emily menatap penasaran Naysilla.

Selama beberapa bulan terakhir Emily sibuk mengurus rumah tangganya, terlebih lagi anaknya sudah mulai aktif.

"Emily, adikmu terkena musibah. Dia sekarang menjadi pria impoten. Bagaimana nasib Antonio sekarang, Mama sangat khawatir kepadanya." Jelas Naysilla.

"Mama tenang dulu, semuanya pasti akan terselesaikan. Tapi bagaimana sekarang keadaan Antonio? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Emily.

"Bagaimana baik-baik saja, dia Impoten dan yang jelas dia tidak baik-baik saja. Bagaimana jika kau pergi menemui Antonio dan menenangkan anak itu, kini dia sekarang sudah seperti orang gila yang kehilangan akalnya." Jelas Naysilla dengan mata yang berkaca-kaca.

Emily menatap pintu kamar bercat putih di depannya, tangannya memegang kenop pintu dan perlahan membukanya.

Ia menatap sosok Antonio yang tengah duduk dengan tatapan mata yang kosong, Emily bisa tahu jika keadaan Antonio sekarang sangatlah kacau.

"Antonio." Panggil Emily dengan senyuman di wajahnya, ia menatap iba Antonio yang seperti ini.

Antonio menatap tajam ke arah Emily, "Pergi!" Jawab Antonio, saat ini dirinya sedang tidak ingin di ganggu.

Tapi Emily tetap berjalan mendekat, ia bisa mencium bau alkohol yang menyengat dari Antonio. Emily bisa menebak jika pria itu pasti menghabiskan malamnya dengan minuman keras.

"Antonio, aku tahu kau sangat sedih. Tapi jangan sampai seperti ini, semuanya pasti akan ada solusinya." Jelas Emily.

Naysilla yang berada di luar kamar pun langsung masuk, "Benar yang di katakan oleh Emily, semuanya pasti akan ada solusinya. Ku mohon jangan melakukan hal seperti itu lagi," jawab Naysilla.

"Benar, Antonio. Sekarang teknologi sudah semakin maju, dan untuk operasi kelamin pun bukan hal susah. Karena sekarang kau sudah tidak bisa menjadi seorang pria, maka kau bisa menjadi seorang wanita. Dan aku yakin kau pasti akan menjadi seorang wanita yang sangat cantik sekali." Jelas Emily.

Perkataan Emily membuat Antonio semakin murka, ia yang seorang pemain wanita tidak akan pernah mau menjadi seorang wanita dan melayani pria hidung belang.

Naysilla pun langsung memarahi Emily karena memberikan solusi yang tidak masuk akal, di saat keduanya tengah berdebat. Antonio langsung bangkit dan mengusir kedua wanita yang terus membuatnya semakin marah.

"Antonio, ku mohon buka pintunya. Kita akan mencari cara agar kau bisa sembuh, Mama yakin kau bisa menjadi seorang pria lagi." Ucap Naysilla dengan tangan yang mengetuk-ngetuk pintu kamar Antonio.

"Sudah Ma, semuanya akan membaik. Antonio masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, sebaiknya kita tidak boleh menganggu pria itu." Jelas Emily yang menarik tangan Naysilla agar menjauh dari pintu kamar Antonio.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!