NovelToon NovelToon

Lachata Toko Calon Istri

Hidupku terlalu semrawut

Terlihat seorang pria terburu-buru memasuki kantornya akibat terlambat bangun dan terjebak kemacetan. Ia langsung saja berlari menuju ruangannya. Ternyata sang manajer sudah menunggunya di depan pintu.

"Baguuus (bertepuk tangan) udah di kasih cuti satu Minggu, masih mau nambah juga ??" ucap sang manajer.

"Aiishh !! Aku belum terlambat ko, masih ada dua menit lagi" jawabnya.

"(Melengos) awas aja kamu ya, kalau besok terlambat !" kata manager itu sambil memasuki ruangannya.

Kemudian pria itu pun mengikutinya.

"Tenang aja pak Yoshi Arsenio Djohan"

"Bagaimana kerjaanmu ? Sudah beres ? Tak usah merayu kalau kamu belum mengerjakan tugas sesuai target"

"Marah-marah terus anda ini pak, mending lihat ini (menunjukkan sebuah foto)"

"Lachata ??"

pria itu langsung membungkam mulut manajernya.

"Huuustttttt !! Jangan keras-keras atuh pak Yoshiiiii...."

"Cuih.. Cuih.. Cuihhh... Asin tanganmu Rel ! Cuih..."

"Lagian pak Yoshi ngomongnya kenceng banget"

"Lha emang kenapa ??"

"Anda tau tempat ini kan ?"

"(Menatap Farel sambil mengernyitkan dahinya) nggak tau"

"Aisshhh !! Masa ga tau sih"

"Kamu kasih tau sekarang atau kamu aku pecat !! Buang-buang waktu kamu ini"

"Ahh ! Anda ini ga seru !! (cemberut)"

"Farel !! (Berteriak)"

Farel yang kaget sontak saja menutup kedua telinganya sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba ada suara hp berdering. Farel langsung duduk ke tempat kerjanya dan segera membuka laptopnya.

"Halo........"

Terdengar Yoshi membuka percakapan itu kemudian ia lanjutkan pembicaraan sambil keluar dari ruangannya.

"Huuufh !! Itu orang galaknya minta ampun, pantas saja perempuan pada kabur semuanya" gumam Farel di depan layar laptopnya.

"Ngomong apa kamu !!"

DEGGG !!

"Emmm.... Anu pak !!"

Tiba-tiba saja Yoshi menjewer telinga Farel dengan sangat keras dan Farel pun sontak berteriak.

"Aaaaa... Ampun pak Yoshi, ampuuun !!"

"Diem kamu ya !! Di kira nanti saya lagi nyiksa kamu !"

"Emang iya ko pak"

Langsung saja Yoshi pun melotot ke arah Farel.

"Hehe... Sudah dong pak Yoshi, sini duduk, saya mau jelasin sesuatu..."

Yoshi pun duduk tapi tidak di samping Farel, ia duduk di kursinya yang sedikit berjarak dengan asistennya itu.

"Ko jauh-jauh sih pak, kan susah nanti ngejelasinnya"

"Tinggal ngomong aja susah amat !"

"Ok... Gini pak..."

"(Memotong pembicaraan) Oh gitu. Baiklah"

"Belum ngomong pak Yoshi"

"Oh belum ??"

"Jangan becanda paaak !! Serius dikit lah"

"Oke, lanjutkan" ucapnya sambil menyeribit kopinya.

"Lachata adalah sebuah kota dimana di sana terdapat gedung yang di namakan toko calon istri"

"Ukhuuk-ukhuukk !!"

"Pak Yoshi ga apa-apa ???"

Yoshi terlihat kaget mendengar kalimat yang di ucapkan asistennya itu. Kalimat itu terdengar sangat aneh di telinganya.

"Kamu ini ngimpi ??"

"Pak, saya serius"

"Maksudnya nyindir saya yang udah mau di langkahi nikah sama adik saya ??"

"Bukan gitu pak !! Ah susah jelasinnya kan jadinya"

"Ya terus maksud kamu apa ??"

Farel tersenyum. Yoshi menatap aneh ke arah Farel.

"Nggak !! saya bisa cari calon sendiri !! Dan lagi pula ! Bentar lagi adik saya nikah, saya bukan nggak laku, cuma belum sempat nyari aja ! Paham kamu !!!"

"Iya pak tapi......."

"(memotong pembicaraan) saya sibuk dan nggak ada waktu buat ngurusin hal-hal seperti itu !!"

"Tapi dalam hati kecil pak Yoshi pasti butuh kasih sayang kan pak, hehe"

Yoshi hanya melirik saja ke arah Farel.

"Disana kita bisa memilih kriteria calon istri yang kita inginkan"

"Terus kamu mau pamerin calon istrimu itu ke saya ??"

"Dengerin dulu pak ! Bisa ga sih"

Yoshi pun terdiam.

"Disana terdapat enam lantai, dan masing-masing lantai mempunyai kualitas yang berbeda, semakin tinggi lantainya akan semakin mahal dan berkualitas pula calon istri tersebut. Dimana saat pertama kali memasuki pintu itu ada tulisan anda hanya bisa mengunjungi toko ini sekali saja"

Yoshi mulai sedikit penasaran.

"Ketika kita mulai memasuki pintu pertama, kita akan di perlihatkan informasi tambahan dan persyaratannya. Saat memilih calon istri kita tidak boleh turun atau kembali lagi ke lantai yang sudah kita kunjungi kecuali untuk keluar dari toko itu"

"Hah ?? Ko gitu ??"

"Iya pak, di lantai pertama kita akan di jelaskan bahwa di lantai itu berisi para gadis yang rajin bekerja dan taat kepada Allah"

Yoshi mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lantai kedua berisi gadis yang rajin bekerja, taat kepada Allah, dan senang kepada anak kecil"

Yoshi mulai senyum-senyum sendiri. Farel sedikit melirik, kemudian ia melanjutkan pembicaraannya.

"Lantai tiga berisi gadis yang...."

"Tunggu Rel, semuanya gadis ??"

"Iya pak, gadis semuanya...."

"Oke, lanjut"

"Lantai tiga, berisi gadis yang rajin bekerja, taat kepada Allah, senang kepada anak kecil, dan sangat cantik"

Mata Yoshi berbinar.

"Waaah, makin tinggi lantainya makin keren juga ya kualitasnya"

"Betul pak, sampai sini sudah tertarik ???"

Tiba-tiba ekspresi wajah Yoshi langsung berubah, yang tadinya senyum-senyum kini menjadi datar kembali.

"Saya ada pertemuan keluarga (melihat jam tangannya) saya harus pergi" ucap Yoshi.

"Oh gitu pak ? Baiklah, kalau pak Yoshi tertarik, kabari saya pak, saya antar pak Yoshi ke sana, langsung saya yang nyupirin" ucapnya sambil jaga image.

Yoshi hanya menoleh sebentar kemudian pergi meninggalkan Farel. Ia pun pulang kerumah dan keluarganya sedang menunggunya di sana.

"Maaf, maaf terlambat" ucap Yoshi dengan gerak tubuh menghormati tamunya.

Di sana terdapat calon suami dari adiknya berserta keluarganya. Kedatangan mereka ke rumah Yoshi untuk bersilaturahmi sekaligus memilih desain undangan pernikahan.

Yoshi sebagai anak pertama sekaligus pengganti dari ayahnya, karena ayahnya telah wafat harus ikut serta dalam pertemuan keluarga kali ini, walaupun kerjaan harus ia telantarkan.

Walaupun cukup sepele, apalagi bisa saja memilih undangan lewat video call atau sejenisnya, namun Yoshi lebih memilih untuk sebuah pertemuan sebagai solusi terbaik. Supaya jika ada yang keberatan bisa langsung diutarakan dengan jelas.

"Gini kak, tadi Jess dan mas Wisnu udah milih warna navy, tapi mama dan ibu suka yang warna gold, kalau ayahnya mas Wisnu sih ngikut saja katanya"

Seketika itu pikiran bertambah ruwet. Sebenarnya ia masih kepikiran dengan ucapan-ucapan Farel di kantor tadi.

"Emmmm.... Ada warna lain ??" tanya Yoshi.

"Udah gold saja" ucap calon mertuanya Jessica.

"Enggak dong Tante, navy kan yank ??" tanya Jessica kepada Wisnu.

Yoshi garuk-garuk kepala padahal nggak gatel.

"Warna maroon kayaknya lebih keren deh !" ucap Yoshi dengan nada lebih tinggi karena suasana di sana sedikit gaduh.

"Nah, cocok !" kata ayahnya Wisnu sambil melakukan tos dengan Yoshi.

Semua yang disana melongo dan terheran-heran.

"Maroon ??"

"Pilihannya kan navy atau gold ?? Ko maroon ??"

"Lebih mewah iya kan pak Anas ??" kata Yoshi.

"Betul, waaah, cocok sekali saya ini dengan nak Yoshi ini"

"Mewah dari mana pa ?? Yang ada malah terkesan terlalu glamor"

"Gold lebih glamor"

"Pokoknya Gold !"

"Navy dong maaa..."

"Huuufh !! Di kantor debat terus sama Farel, di sini ko lebih parah lagi ya ?? Haduuuuuuhh...." ucap Yoshi dalam hati.

"Maroon, maroon !! maroon, maroon !!" ucap pak Anas seolah-olah menyerukan yel-yel.

Yoshi pun berdiri dan mengikuti kata-kata pak Anas sambil berjoget daripada ia ikut pusing.

"Maroon, maroon !! Maroon, maroon !! Maroon, maroon !!"

Antara benar dan salah

***

"Ekhemm !! Rel !"

Farel yang sedang fokus pada kerjaannya sambil nyanyi-nyanyi ga jelas masih belum menoleh saat di panggil Yoshi.

"Farel Elfianto !"

"Ehh ! Iya pak Yoshi, ada yang bisa saya bantu ?"

"Kamu lagi ngapain sih !! Di panggilin ga nyaut-nyaut"

"Tadi katanya ada meeting besok pagi, ya ini lagi di buat dulu presentasinya"

"Itu"

"Apa ?? Mau lihat sekarang presentasinya ? Belum jadi pak Yoshi"

"Bukan, yang kemarin itu..."

"Kemarin yang mana ? Kemarin kan nggak meeting, terus cuma ada laporan........."

"(Memotong pembicaraan) Lachata"

Farel langsung menutup mulutnya dan sedikit tersenyum ke arah Yoshi, kemudian ia berdiri dan mulai berjalan mendekati Yoshi.

"Jadi ?? Sudah tertarik ?"

"Emmm.... Bukan, cuma itu... Apa namanya ?"

"Jangan gugup gitu ahh pak, santai aja. Mau di antar sekarang ke sana ??? Hehe"

"Ngaco kamu !!"

"Oke, mau tanya tentang apa ?"

Baru saja Yoshi mau membuka mulutnya tapi Farel sudah mendahuluinya.

"Kita kan berteman udah lama nih pak, dari sejak SMA kan ? Kuliah juga bareng, satu universitas ya kan ? Cuma pak Yoshi wisuda duluan, sayanya masih di semester ganjil, hehe. Jadi kayaknya saya paham kriteria pak Yoshi ini kayaknya ada di lantai lima deh pak"

"Sok tau anda ini !!"

"Ehh, ga percaya, ayo atur waktu dan tanggal, kita let's go" ucap Farel dengan begitu semangat.

Yoshi terdiam. Sepertinya ia masih sedikit ragu.

"Kenapa pak Yoshi ??"

"Tanggal merah masih jauh Rel"

"Hahaha, cieee yang udah nggak sabar"

"Hishh !!! (melengos)"

"Kemarin saya jelasinnya baru lantai tiga kan pak ? Sebenarnya lantai empat juga sudah sangat cukup kalau di jadikan calon istri, tapi lantai lima lebih menggoda"

"Kan ada enam lantai ??"

"Betul ! Tapi saran saya pak, cukup di lantai lima ! Jangan pernah naik ke lantai enam ! Jangan pernah !! Paham pak Yoshi ??"

"Kenapa ??"

"Ga usah banyak tanya, dengerin apa kata saya kalau ga mau nanti berujung penyesalan"

"Apaan sih, ga jelas"

"Abis nikahannya Jessica kita ke Lachata, oke ??"

Yoshi hanya tersenyum.

"Pak Yoshi ini kalau sudah tersenyum, gula dan madu pun lewaaaat. Senyumannya itu muaniiiiiss sekali"

"Bahaya kamu ini !! Udah kerja ! Kerja !"

Sambil beranjak dari tempatnya tadi Farel menjawil dagunya Yoshi sambil senyum-senyum.

PLAAAKKKK !!

Akhirnya buku pun melayang di kepalanya Farel.

"Aduuuuuh, pak Yoshi jangan galak-galak dong, karena jodoh adalah cerminan diri kita sendiri pak, nanti kalau pak Yoshi galak, istrinya gimana ??"

"Cermin itu memantulkan bayangan yang terbalik, jadi kalau saya galak, otomatis nanti saya dapat istri yang penyayang dong"

"Ehh... emang iya kah pak ??? (berpikir sejenak) Salah dong"

"Udah-udah ! Kerja"

***

Malam harinya Yoshi sedang santai sambil ngopi di dekat kolam dan menatap layar laptopnya. Kemudian datanglah Jessica menghampirinya.

"Kak"

"Hemmm"

"Kakak masih gamon ga sih sama kak Amel ?"

"Hah ??"

"Pura-pura nggak denger"

"Kalau nggak kenapa ?? Masih banyak ko yang lebih baik dari pada Amel"

"Syukurlah kalau sudah bisa move on"

"Hmm"

"Kalau nanti kakak punya calon, carinya jangan jauh-jauh ya kak, kasihan mama"

"Salah kamu juga, ngapain kamu nyari yang jauh"

"Ko nyalahin aku ? Udah jodohnya"

"Nah, ya sama. Jauh atau dekat kalau emang jodoh gimana lagi"

"Please lah kak ! Kasian mama nantinya"

Yoshi terdiam.

"Dan satu hal lagi, aku mohon, kakak juga harus cepet-cepet nikah"

"Ko maksa ?"

"Kakak tau harusnya tau apa alasan aku mutusin buat nikah tahun ini !"

"Nggak tau tuh"

"Mama udah pengen punya cucu kak !! Nggak liet tuh semua teman-teman mama tuh udah punya cucu semua ! Aku masih terlalu muda kak kalau buat ngomongin pernikahan sebenarnya kak! Aku masih 22 tahun"

"Ya udah batalin aja semuanya !! Ribet amat !"

"Enak banget kakak ngomong !! Semua udah di siapkan dengan matang, dan tinggal tunggu hari H aja ! Ngapain di batalin ?? Mau buat aku malu ? Salah kakak juga yang udah cukup umur tapi nggak nikah-nikah"

"Kamu nyalahin kakak ?? Harusnya kamu tau sebesar apa trauma kakak gara-gara Amel ! Salahin tuh Amel !!"

Jessica terdiam.

"Kak, aku......"

"Udahlah"

"Kak, maksud Jess...."

"Mau di belikan anak kecil berapa biar di jadikan cucu sama mama ?? Berapa? Ngomong !! Biar nanti ku cariin !! 10 ??"

"Kak ! Bukan masalah seberapa banyak cucu itu ada sekarang. Tapi orang tua tuh pengen melihat anaknya bahagia, bisa lihat anaknya menikah......"

"(Memotong pembicaraan) menikah nggak jamin bisa buat seseorang bahagia !! Di luar sana (menunjuk ke arah luar) banyak orang yang sudah menikah kemudian bercerai ! Apa itu bahagia !!"

"Kak......"

"Nikah tuh buat seumur hidup !! Sekali doang !! Prinsip kakak gitu ! Kalau nggak mau serius, nggak bisa setia ! Buat apa ??"

Jessica hanya bisa diam.

"Kalau mama mau kayak gitu ? Ngomong sini sama kakak ! Kakak lebih baik pergi dari rumah ini daripada harus di paksa nikah cepet-cepet !"

Yoshi pun pergi meninggalkan Jessica dan masuk ke kamarnya. Mamanya yang ternyata sedari tadi memperhatikan mereka hanya diam. Kemudian pergi setelah Jessica melihat ke arah mamanya.

"Ma....."

Jessica pun segera berlari mengejar mamanya.

"Jess minta maaf ma"

"Mama nggak Jess maksa Jess buat cepet-cepet nikah hanya karena mama udah pengen punya cucu"

Jessica terdiam.

"Kalau Jess belum pengen nikah cepet-cepet kenapa Jess terima lamaran Wisnu ? Harusnya Jess bilang, Jess belum siap, Jess masih pengen menikmati masa muda Jess, Jess masih pengen bebas kesana kemari tanpa ada halangan seorang suami"

Jessica menundukkan kepalanya.

"Jess sendiri yang memutuskan keputusan ini kan ?? Apa ada paksaan dari mama ?? Mama juga awalnya syok mendengar Jess mau nikah, sedang Jess baru 22 tahun, kenal sama Wisnu juga baru 2 bulan, belum ada malah, terus sekarang marah-marah sama kak Yoshi mengatas namakan mama ?? Jess tau nggak ? Mama kecewa sama Jess"

"Ma... Jess......."

"Mendingan batalin pernikahannya"

DEGG !!

Mama pun pergi meninggalkan Jessica sendiri. Air mata Jessica pun mulai menetes.

"Ternyata benar, ujian menjelang pernikahan pasti ada, entah rasa ragu, rasa kecewa, bahkan perdebatan antar keluarga. Bukan gitu maksud aku ma, bukan gitu. Aku juga tau kak Yoshi masih punya trauma gara-gara di selingkuhi sama Amel, walaupun udah pacaran 5 tahun lebih. Makanya aku buru-buru nikah supaya kejadian kak Yoshi nggak terulang di aku. Dan supaya kak Yoshi tau, perempuan itu butuh kepastian, bukan hanya di janjiin nikah, nikah, nikah, tapi nggak kunjung tiba pernikahan itu. Iya, aku tau ko waktu itu posisi kak Yoshi belum stabil dalam kondisi keuangan, makanya kak Yoshi minta waktu sedikit lagi buat bisa menikah, ahhh ko jadi rumit ya ? Aku di posisi salah apa bener sih ini ?"

Traveling yang aneh

Beberapa bulan kemudian

***

Di bandara.

"Ga ada yang ketinggalan kan Rel ?"

"Amaaan"

"Oke kalau gitu"

"(Bertepuk tangan) ga sabar aku pak pengen ke sana lagi, tapi sayangnya udah nggak di izinkan masuk ke toko itu"

"Harusnya waktu itu perginya tuh ngajak-ngajak"

"Kan nyari pengalaman dulu pak"

"Ini di luar kantor kenapa manggilnya masih PAK terus sih ??"

"Hehe, kalau orang Jawa bilang WIS KELAMBE alis sudah terbiasa"

"Halah !! Kan udah di bilangin, di luar kantor ya kita teman biasa, bukan lagi partner kerja"

"Ah, bisa di atur itu"

"Oh iya, ko selama ini kamu belum ngenalin calon istrimu ke aku sih ??"

"Hehe, anu...."

"Kenapa ?? Takut ya ? Kalau nantinya dia malah suka sama aku ?"

"Nggak gitu ??"

"Santai aja, aku bukan orang seperti itu ko"

"Iya paham, tapi...."

"Tapi apa ??"

Farel terdiam. Yoshi pun tak melanjutkan pertanyaannya. Kemudian mereka menaiki pesawat selama beberapa jam.

"Nanti ingat kata saya ya pak ? Kalau sudah sampai di Lachata, jangan ke lantai enam"

Yoshi hanya melirik saja. Tak lama mereka sampai pada tempat penyewaan mobil dan motor.

"Harus Rel ??"

"Silahkan kalau jalan kaki"

"Ya bilang dong, kan kita bisa bawa dari rumah"

"Hahahah"

"Ketawa lagi"

"Pak, nyewa satu motor ya ??" teriak Farel pada salah satu bapak-bapak di sana.

"Ko motor Rel ??"

"Mobil ??"

"Iya lah, panas ini !"

"Pak, mobil saja katanya" teriak Farel lagi.

Yoshi melihat-lihat beberapa mobil di sana. Rata-rata mobil Jeep.

"Yang ke sini orang kaya semua ya Rel ??" tanya Yoshi.

"Aku miskin juga bisa ke sini ko"

Tiba-tiba salah satu bapak-bapak di sana menghampiri mereka dan memberikan kunci mobil.

"Dari mana mas ?"

"Jakarta pak"

"Kayaknya mas yang satu ini pernah ke sini ??" tanya bapak-bapak itu.

"Hehe, iya pak bener"

"Loh ?? nggak bisa gitu dong mas"

"Saya anu... Ini... Apa namanya... Cuma nganterin ini... Teman saya ko pak"

"Oh, nganterin. Kirain mau nyari calon istri lagi"

"Nggak berani lah pak"

Yoshi hanya tersenyum melihat kegugupan Farel.

"Ayo pak. Perjalanan masih jauh" ucap Farel sambil memainkan kunci mobil itu.

Yoshi pun heran.

"Jauh ??"

"Iya" jawab Farel sambil memasukan beberapa jerigen bensin dan air.

"Buat apa Rel ??"

"Perjalanan kita masih dua hari pak Yoshi"

"Dua hari ???"

"Iya"

"Busyeettt... Terus tadi kenapa kamu pesannya motor ??"

"Kalau pesan motor ya pesan dua pak, saya satu dan anda satu. Lumayan sedikit berhemat. Tapi pak Yoshi bilang mobil aja, ya udah"

"Emang berapa biayanya kalau pakai mobil ?"

"Dua hari 5 juta" jawab bapak-bapak di sana.

"Oalaaah"

Farel hanya tersenyum. Kemudian Yoshi pun membayarnya lalu mereka mulai berangkat.

"Murah pak cuma segitu, di sini ga ada angkot, ga ada bis"

"Gila kali, pendapatan mereka aja udah cukup banyak, tapi untuk fasilitas umum ko nggak di perhatikan, minimal perbaikan jalan lah dulu, ini tuh udah kayak lagi jalan di sungai yang mengering tau nggak Rel ? Batu semua"

"Ngomel-ngomel terus pak Yoshi ini"

Kemudian Farel memutar lagu di dalam mobil itu untuk menemani perjalannya.

"Kalau lapar gimana Rel ?"

"Ada warung makan, tapi masih jauh"

"Aishhh... Gini amat mau cari calon istri"

"Hahaha... Anda kira mudah ??"

"Kamu ngerjain aku Rel ?"

"Mana berani saya paaakkkk"

"Bisa-bisa pulang ke rumah tulang-tulang saya udah remuk semua Rel"

"Tenang pak Yoshi, nanti kalau udah sampai di toko, semua rasa cape anda hilang seketika"

"Sok tau"

"Memang tau ko"

"Lagian kamu ngapain sih cari calon istri jauh amat gini ?"

"Pak Yoshi yang terhormat, saya itu pengen banget punya anak perempuan nantinya, nah di sini nih, 78% semua ibu akan melahirkan anak perempuan"

"Gimana gimana ?? Jadi rata-rata orang sini anaknya perempuan ??"

"Kurang lebih begitu lah pak"

"Terus kekurangan pria gitu ??"

"Ga juga, kan masih ada 22% pria di sini"

"Nah itu dia, pria-pria di sini bisa menikahi lebih dari 10 wanita ??"

"Ngawur pak Yoshi ini, saya aja nggak boleh datang ke toko itu dua kali, itu tandanya menikah juga cukup sekali".

"Mereka sengaja di perjual belikan karena di sini kekurangan pria ??"

"Bisa jadi gitu sih pak Yoshi, saya sendiri kurang mendalami pemahaman tentang kota ini"

"Ini kota atau desa ??"

"Entah lah, sepertinya nggak masuk peta"

"Tapi di lihat dari beberapa segi, semuanya makmur ya Rel ?? Mobil aja keren semua, tadi tempat sewanya juga cukup megah, luas"

"Bener pak, mungkin kekurangannya masih ada di struktur jalan"

Yoshi menghela nafas, sedikit heran dengan kota itu. Sesekali ia melihat pemandangan di sepanjang jalan itu. Udaranya sangat segar, apa lagi masih begitu asri dengan pepohonan yang rindang dan rumput yang hijau. Beberapa bunga liar bermekaran menambah rasa takjub bagi siapa saja yang melihatnya.

"100 meter lagi ada rumah makan pak, mau singgah dulu ??"

Yoshi menoleh.

"Selain di situ ada lagi nggak ??"

"Nggak ada, adanya jauh banget, 500 meter kayaknya baru ada lagi"

"Hahahaha"

"Ketawa mulu"

"Traveling yang aneh Rel"

"Singgah dulu ya pak, udah mau malem ini"

"Ada tempat istirahatnya nggak ??"

"Ada"

"Berapa semalem ??"

"Perjam hitungannya"

"Haduuuh ya ampun, udah kayak ***** aja kita ini Rel"

"Bisa kasar juga pak Yoshi ternyata omongannya, hahaha"

Setelah memarkirkan mobilnya, mereka pun mulai memasuki rumah makan itu. Yoshi tersenyum melihat tempat itu nggak jauh beda dengan yang di Jakarta.

"Pakai AC Rel ??"

"Keren kan pak ?? Setelah ini jalanannya nggak kayak tadi, udah mulus"

Yoshi benar-benar di buat terheran-heran.

"Ko ada ?? Tempat sebagus ini tapi nggak masuk peta, nggak di kenal banyak orang juga ? Kecuali orang-orang tertentu saja ?"

"Itu lah keunikan kota ini pak, kalau banyak yang tau, nanti rusak ke aslian kotanya"

"Kamu tau dari siapa soal tempat ini Rel ?"

"Dari om aku yang suka main wanita itu loh"

"Lah ?? Ke sini nggak bahaya ta ?"

"Kan dia duda"

"Oh iya ya, tapi kan yang di takutkan malah main-main di sini"

"Nggak bisa Rel, nantinya kan pas mau pilih calon istri harus pakai KTP asli, ketahuan nantinya semua data pribadi kita, kita udah pernah nikah atau belum, gitu"

"Ko gitu ??"

"Ya makanya, tadinya om aku mau main-main, tapi ternyata di sini nggak bisa. Sekarang dia udah insaf kayaknya"

"Om kamu dapat istri dari sini juga ?"

"Iya, katanya dapat di lantai empat kalau nggak salah, liat gadis di sana langsung deh katanya udah nggak sabar buat nikah lagi"

"Berarti nggak semua lantai dia lihat dong kalau cuma di lantai empat ??"

"Nggak lah, katanya sebenarnya dia naksir sama gadis di lantai dua, tapi kan nggak boleh balik lagi ke lantai sebelumnya kalau udah lewat, ya udah deh, nemu yang cantik lagi, langsung aja dia, nggak mau melewatkan kesempatan"

"Hahahaa, lucu sumpah Rel, haduuuh"

"Ingat !! Jangan ke lantai enam !!"

"Ehh, kasihan nggak sih sama gadisnya kalau misalkan dia tuh nggak suka sama kitanya ??"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!