NovelToon NovelToon

Sebatas Pengganti

dr. Kevin Fadila

Kevin adalah seorang dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Dia adalah dokter yang banyak dikagumi di rumah sakit tempatnya bekerja, selain tampan dan cerdas dokter Kevin adalah seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya.

Kevin sudah sukses di usia mudanya. Kevin memiliki kepribadian introver dan terlihat dingin, namun di sisi lain dia adalah orang yang penyayang. Kevin belum lama ini ditinggalkan oleh istrinya yang baru 2 tahun ia nikahi.

Pernikahan dokter Kevin bukan sesuatu yang terjadi atas dasar suka sama suka melainkan perjodohan antar keluarga. Kevin terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya, meskipun dia harus mengorbankan perasaannya, dan hidup dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai.

Namun seiring berjalannya waktu dengan kesabaran dan ketulusan Sita, iapun luluh dan bisa menerima serta mencintai istrinya. Bukan hal mudah, Sita harus menunggu selama 1 tahun untuk mendapat cinta suaminya.

Setelah mereka saling menerima, dokter Kevin menjadi seseorang yang berbeda, ia lebih terbuka dan mudah tersenyum, padahal sebelumnya dia adalah orang yang kaku, keluarga pun merasakan perubahan itu. Tak lama kemudian Sita mengandung buah cintanya dengan dokter Kevin, rasanya kebahagiaan tak mau pergi dari kehidupan mereka.

Setelah melewati suka duka mengandung, hari ini adalah momen yang paling ditunggu oleh dokter Kevin dan Sita istrinya. Kevin dan istrinya menuju rumah sakit, mereka sudah menghubungi keluarga masing-masing, mereka pun datang satu persatu. Semua keluarga berkumpul untuk menyambut cucu pertama mereka, karena Kevin dan sita adalah anak tunggal jadi kehadiran anak mereka sangat dinantikan.

Sita dan Kevin akan memiliki anak kembar berjenis kelamin perempuan. Waktu yang dinanti pun telah tiba, saatnya Sita masuk ke ruang operasi termasuk Kevin untuk menemani istrinya, selama proses persalinan Kevin tak henti-henti berdoa dan memberi dukungan serta kekuatan untuk sang istri, sambil sesekali dia mencium kening sita.

"Sayang bertahanlah demi anak-anak kita, setelah ini kita akan hidup bahagia bersama mereka, aku akan menjadi orang yang paling bahagia memiliki kalian," ucap Kevin sambil menggenggam jari jemari istrinya.

Sita pun tersenyum menanggapi ucapan suaminya .

"Mas jika aku berhasil melahirkan mereka, dan di tengah prosesnya aku harus kalah, Aku ikhlas mas, yang terpenting kamu sudah menerima aku dan anak-anak kita!".

"Apa maksud kamu sayang? kamu pasti baik-baik saja, kamu akan melewati ini semua dengan selamat, kita akan berkumpul bersama-sama " ucap Kevin meyakinkan

"Aku bahagia karena mas sudah menerima aku, aku hampir putus asa dan ingin menyerah. Mas, kehamilan ku sejak awal mengalami sedikit masalah, seandainya hal buruk itu benar terjadi, aku titip mereka kepadamu, rawat dan didik mereka dengan baik, katakan pada mereka bahwa aku sangat menyayangi mereka. Carilah istri yang baik untukmu dan juga baik untuk anak-anak kita, aku ikhlas jika kamu memperkenalkan istri barumu sebagai ibu mereka sejak awal,"ucap sita sambil meringis menahan sakit.

" Sayang, apa yang kamu bicarakan? jangan berbicara yang tidak tidak, semuanya akan baik-baik saja" sahut Kevin sambil mengelus perut sita yg kesakitan.

Setelah obrolan panjang mereka dokter pun akan melakukan proses operasi sesar, karena satu dan lain hal yang membuat Sita tidak bisa melahirkan secara normal. Selang beberapa waktu anak Kevin dan sita pun lahir, namun tim dokter sedikit panik karena kondisi sita yang mulai menurun, perlahan detak jantung Sita melemah, dokter yang menangani Sita pun segera melakukan tindakan, sementara Kevin yang terlihat panik disuruh keluar oleh dokter.

"dokter Kevin sebaiknya anda keluar saja, percayakan kepada kami, dan berdoalah kami akan melakukan yang baik untuk menyelamatkan istri anda,"

Tanpa penolakan Kevin pun pergi meninggalkan ruang operasi, dia memahami kondisi saat ini, karena dokter membutuhkan konsentrasi dalam merawat pasiennya.

Waktu berlalu sangat lambat, kemudian suster berlarian dari ruang operasi, dan tak lama membawa alat pacu jantung, hal tersebut menambah kepanikan Kevin dan keluarga. Setelah sita melahirkan, anak-anaknya langsung ditangani suster, dan disimpan di ruang bayi, Kevin belum sempat melihat anak-anaknya, karena kepanikan yang dihadapi saat ini.

Tak lama kemudian dokter yang menangani Sita keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana, dok. Keadaan istri saya?" tanya Kevin kepada dokter yang menangani Sita.

"Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik, namun nyawa ibu sita tidak bisa kami selamatkan," sahut dokter memberikan penjelasan kepada keluarga almarhumah.

Seketika dokter Kevin menarik kerah baju dokter tersebut.

"Apa maksud dokter, ini semua bohong kan, dokter pasti bercanda bagaimana mungkin Dia meninggalkan saya dan anak-anak?" tanya Kevin yang tak mempercayai kepergian istrinya

"Maafkan saya dokter Kevin, saya tidak berbohong. Seperti yang kita ketahui sejak awal, perdarahan berat ini bisa terjadi disebabkan oleh masalah plasenta selama kehamilan istri anda, semoga dokter bisa ikhlas dan tabah menerima kenyataan. Saya permisi dulu," dokter pun pergi setelah memberikan kabar duka itu kepada keluarga.

Dokter Kevin dan keluarga nampak terpukul, terutama Kevin yang baru mencintai istrinya, namun harus menerima pil pahit, karena ditinggalkan sita untuk selamanya, begitu pun anak-anak yang belum sempat melihat ibunya.

"Mengapa kau tega menghukum ku seperti ini, baru sebentar aku merasakan hidup bahagia bersamamu,dan mencintaimu, kenapa kamu harus meninggalkan ku secepat ini, apa ini hukuman untukku karena mengabaikan mu cukup lama,? " ucap Kevin dengan tangis yang menjadi

Ibu Kevin memeluk anaknya.

"Nak, semua ini sudah kehendak yang di atas, berdoalah untuk istrimu, kamu harus tegar demi anak-anak mu, mereka masih membutuhkanmu,"ucap mama Diana yang mencoba menenangkan kevin.

Tak lama kemudian, ibu mertua dan ayah mertuanya pun menghampiri Kevin.

"Ini bukan salahmu nak, ini takdir yang harus kamu terima, sita selalu mengatakan kalau Dia bahagia selama pernikahan kalian, dia tak pernah sedikit pun menyesal telah kami jodohkan denganmu, kamu harus kuat demi anak-anak mu," ucap kedua orang tua sita, memberikan kekuatan untuk menantunya.

" Terima kasih, sudah menerima dan mencintai anak kami," ucap ayah dan ibu sita di sela-sela pelukan mereka.

Kevin pun menangis kembali, mengingat apa yang dikatakan mertuanya, dia menyadari bahwa tak sedikit pun Sita menceritakan sikap Kevin yang dingin selama pernikahan mereka. Kevin nampak menyesal karena mengabaikan istrinya cukup lama.

Waktu berlalu begitu saja, setelah kepergian Sita, Kevin dengan duka mendalamnya berusaha tegar demi anak-anaknya. Kevin memutuskan membawa anak-anaknya pulang ke rumah yang dia tinggali dulu bersama Sita, Kevin tak mengijinkan anak-anaknya dibawa oleh orang tua Kevin, maupun orang tua sita.

Kevin menepati janjinya pada sita untuk merawat dan mendidik anak-anaknya, meskipun Kevin tak yakin bisa melewati semua dengan mudah.

Nadya Rahman

Nadya Rahman adalah anak dari keluarga sederhana, sama seperti Kevin yang merupakan anak tunggal, Nadya juga seorang anak tunggal. Ayah Nadya bernama Dyaka Rahman, dan ibunya bernama Nabila Yusuf. Keduanya adalah seorang guru sekolah menengah atas (SMA), sedangkan Nadia adalah mahasiswi semester akhir yang sedang menyelesaikan kuliahnya.

Naasnya Nadya harus kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan, orangtua Nadya berpamitan untuk mengikuti seminar pelatihan guru di kota Bandung, pada saat itu Nadya meminta ikut, namun kedua orang tuanya menolak, karena itu adalah acara yang diadakan sekolah, bukan family gathering. Nadya pun mengikuti nasihat orang tuanya.

Di perjalanan pulang, keduanya mengalami kecelakaan, bus yang ditumpangi orangtua Nadya terguling, hal itu menyebabkan korban meninggal, dan yang menjadi korban meninggal itu adalah orang tua Nadya.

Nadya begitu terpukul dengan kabar yang diterimanya, tidak ada sanak saudara yang memberikan kekuatan kepadanya, hanya ada tetangga dan sahabat-sahabatnya yaitu Hilda dan Aisyah.

Nadya mengantarkan jenazah kedua orang tuanya ke pemakaman umum. Pada hari itu duka bukan hanya milik Nadya, di hari yang sama ada seorang wanita yang meninggal, usianya masih sangat muda.

Terdengar dari pelayat yang membicarakan kematian tersebut .

"Kasihan ya, masih muda sudah dipanggil yang maha kuasa, belum sempat melihat anak-anaknya tumbuh besar. ucap salah satu pelayat

"Iya ya, dia hanya mengantarkan anaknya ke dunia, setelah itu dia harus pergi," sahut pelayat lainnya

"Benar ternyata melahirkan itu perjuangan hidup dan mati,"sekilas begitulah obrolan para pelayat yang membicarakan kematian wanita muda yang baru melahirkan.

Anak bayi yang baru dilahirkan itu senasib dengan Nadya, mereka sama-sama ditinggalkan orang tuanya, hanya saja nasib Nadya lebih baik.

Setelah acara pemakaman Nadya pulang ke rumah, dalam keadaan berduka teman-temannya tidak meninggalkannya sedikitpun. Hilda dan Aisyah menemani Nadya, karena mereka tak ingin di situasi saat ini Nadya merasa sendirian.

Kesedihan masih terlihat di wajahnya, tak bisa dipungkiri bahwa kehilangan kedua orang tuanya membuat Nadya bersedih. Nadya tidak pernah mengetahui asal usul kedua orangtuanya, selama ini keduanya selalu menutupi identitas keluarga masing-masing.

"Terkadang aku berharap, kalau mereka adalah anak orang kaya yang terbuang,"

Nadya kini hidup sebatang kara, tidak ada harta berlimpah yang orangtuanya tinggalkan, hanya ada rumah sederhana yang dipinjamkan oleh kepala sekolah, rumah pinjaman yang sewaktu-waktu bisa diambil.

Memikirkan nasibnya Nadya seolah diperlakukan tidak adil oleh hidup, Nadya harus memutar otak untuk bisa melanjutkan hidupnya, karena saat ini Nadya harus bertahan hidup.

"Nad, kamu jangan merasa sendirian, ada aku dan Aisyah yang akan selalu menemani kamu ," ucap hilda membuka pembicaraan

"Iya, Nad. Kami akan selalu ada untuk kamu sampai kapanpun," sambung Aisyah

"Terima kasih karena kalian selalu ada untukku, berkat kalian aku tidak merasa sendiri lagi," sahut Nadya pada keduanya

"Iya,Nad. Kamu tak perlu sungkan sama kita berdua. Apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Hilda disela obrolannya.

" Aku harus mencari pekerjaan tambahan untuk biaya hidup ku, dan juga biaya kuliah yang sebentar lagi akan selesai,"ucap nadya menyahuti pertanyaan Hilda.

"Jika rencanamu seperti itu kami akan mendukungmu, nanti aku tanya sama ibuku, apa ada pekerjaan paruh waktu untukmu,"ucap hilda memberi dukungan pada nadya

"Nanti aku bantu tanya sama ayahku, apa di toko kuenya membutuhkan pegawai," sambung Aisyah yang ingin ikut membantu.

Nadya terharu karena teman-temannya begitu peduli pada Nadya, tanpa banyak tanya Hilda dan Aisyah pun memeluk Nadya, mereka memahami perasaan sahabatnya.

"Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku" ucap Nadya pilu.

Kantin Rumah Sakit

Setelah kepergian orang tuanya, Nadya harus bekerja untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi, meskipun sebelumnya dia bekerja sebagai guru les, namun itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Nadya.

Kini Nadya bekerja disebuah kantin rumah sakit, pekerjaan ini ia dapatkan dari orang tua Hilda, kebetulan ibunya bekerja sebagai koki di kantin rumah sakit.

"Ibu, terima kasih sudah memberikan Nadya pekerjaan ini, aku amat sangat bersyukur telah bertemu dengan orang-orang baik seperti ibu dan Hilda,"ucap nadya sambil menahan tangisnya.

"Sama-sama, nak. Ibu jiga bersyukur bisa membantu kamu, ibu berharap kamu tetap semangat ya," sahut ibu Hilda yang sudah menganggap Nadya seperti anaknya.

Keadaan kantin hari ini cukup sibuk, Nadya nampak kewalahan melayani pengunjung yang datang, ibu iin yang melihat pun merasa kasihan, hari pertama masuk sudah disibukkan dengan pekerjaan.

"Jika pengunjung sudah sepi, sebaiknya kamu beristirahat dulu, Nad. Jangan sampai kamu kelelahan karena kesibukan hari ini," ucap Bu Iin yang menyuruh Nadya beristirahat

" Baik, Bu. Setelah kantin cukup sepi Nadya akan istirahat,"sahut Nadya kepada ibu iin.

Di ruang istirahat kantin, ibu iin mendapat telepon dari dokter Kevin. Dia meminta dibawakan beberapa menu makan siang keruangan nya.

"Bu, hari ini saya tidak datang ke kantin, saya sangat lelah karena pasien hari ini cukup banyak, tolong bawakan beberapa menu hari ini ke ruangan saya, saya belum sempat makan siang," Pinta dokter Kevin melalui telepon.

" Baik dok, nanti saya akan menyuruh petugas kantin untuk mengantarkannya," sahut Bu iin

"Baik, Bu. Jangan lama-lama ya, takutnya jam istirahat saya keburu habis,"

"Baik, dok." dokter pun menutup teleponnya.

Setelah ibu Iin menutup teleponnya, dia segera menyiapkan pesanan dokter Kevin, tak lama ibu Iin memanggil Nadya yang sudah menyelesaikan makan siangnya.

"Nadya, ibu boleh minta tolong tidak,? "tanya ibu Iin sungkan.

Nadya pun menyahut permintaan ibu Iin .

"Iya, Bu. mau minta tolong apa?".

"Tadi ibu mendapat telepon dari dokter Kevin kalau dia minta dibawakan makan siang, mungkin hari ini dia sibuk melayani pasien," penjelasan ibu Iin pada Nadya.

"Iya, Bu. Aku mau kok, ibu kasih tahu saja ruangannya nanti biar aku yang antar,"

"Terima kasih ya, ibu jadi merepotkan kamu. Kamu naik lift saja ke lantai 5, tanya ke petugas yang berjaga di sana, bilang saja kamu mencari ruangan dokter Kevin, suster pasti tahu,"

"Baik, Bu. Aku langsung ke sana"

Nadya segera pergi ke tempat yang sudah ibu Iin sebutkan, Nadya membawa menu makan siang pesanan dokter kevin. Selang beberapa menit dia sudah sampai di lantai 5, Nadya segera mendatangi petugas yang berjaga di sana.

"Maaf, sus. Aku mau tanya ruangan dokter Kevin di sebelah mana ya?" tanya Nadia kepada petugas yang berjaga.

"Dokter Kevin yang mana? soalnya di sini dokter Kevin ada dua, yang pertama dokter spesialis anak, dan yang satunya dokter spesialis jantung, jadi kamu cari dokter Kevin yang mana? "tanya suster kepada Nadya.

Nadya sedikit kebingungan karena dia tidak mendapat informasi mengenai dokter Kevin, ibu Iin hanya memberikan informasi gedung yang berada di lantai 5 ini saja.

"Haduh saya lupa tanya lagi" sahut Nadya yang kebingungan

"Memang ada perlu apa kamu mencari dokter Kevin? "tanya suster di sela kebingungan Nadya

"Ini sus, saya diperintahkan mengantar makan siang untuk dokter Kevin" jawab Nadya

"Oh seperti itu, seharusnya kamu pastikan dulu dokter Kevin mana yang akan kamu tuju ."

"Baik sus, saya akan kembali ke kantin untuk bertanya kembali kepada ibu Iin".

Ketika Nadya akan kembali ke kantin salah satu dokter yang bernama Kevin melewati tempat jaga para suster.

"Tunggu, Mbak. Sepertinya itu dokter Kevin," panggil suster menghentikan langkah Nadya yang akan kembali ke kantin. Nadya pun menoleh dan menghentikan langkahnya

"Baik, Sus,"

Suster menghentikan dokter Kevin yang akan menuju ke ruangannya.

" Maaf,dok. Apa dokter memesan makan siang hari ini? "tanya suster kepada dokter Kevin.

Dokter Kevin yang dituju sedikit kebingungan.

"Saya baru saja kembali dari kantin, dan saya tidak pesan makan siang untuk dibawa ke ruangan saya" jawab dokter Kevin singkat kemudian dia kembali ke ruangannya.

"Mbak sepertinya dokter Kevin yang dimaksud itu adalah dokter spesialis anak deh, soalnya dokter Kevin yang barusan lewat tidak memesan makanan dari kantin,"

"Baik, Sus. Kalau begitu saya minta ditunjukkan ruangan dokter Kevin yang spesialis anak, soalnya takut keburu habis jam makan siangnya,"

"Kamu lurus saja dari sini, terus belok kanan, ruangan dokter Kevin ada di pintu kedua nanti di situ tertulis nama beliau, dokter spesialis anak, Kevin Fadila."

"Baik, Sus. Terima kasih, maaf sudah merepotkan,"

"Tidak masalah, ini bagian dari tugas saya. Hati-hati ya Mbak, semoga keluar dari sana Mbak baik-baik saja," celetuk suster sambil tertawa

Nadya sedikit tidak mengerti apa yang suster itu ucapkan, dan dia pun melanjutkan tugasnya untuk mengantar makan siang ke ruangan dokter Kevin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!