NovelToon NovelToon

Kutukan Istri Kelima Mr. Min Suga

Hilangnya Janin Dalam Rahim

Kericuhan nampaknya kembali terjadi di kediaman sebuah keluarga konglomerat hari itu,

"Apa yang terjadi? kenapa Jini bisa sampai terjatuh? apa yang para pelayan lakukan? siapa yang membersihkan ruangan nya hari ini?"

Para pelayan hanya terdiam menunduk, tak ada satu orang pun yang berani mengangkat suara termasuk Nyonya Min ibu kandungnya.

"Jawab! kenapa kalian hanya diam saja?" pria itu nampak melangkah perlahan serta memperhatikan satu persatu wajah dari para pelayan di rumahnya.

"Tapi hari ini belum ada yang memasuki ruangan kamar Nyonya Jini, Tuan ...,"

"Apa bibi yakin? Jini bahkan hingga kehilangan bayinya karena kecerobohan kalian! mengaku lah! atau aku akan memecat kalian semua!"

"S-saya Tuan! saya yang membereskan kamar Nyonya Jini tadi pagi, Nyonya Kim meminta ...,"

"Apa?? kau?"

Pria berwajah pucat dingin itu kembali terbelalak,

Sementara Hwang Yuna, gadis itu hanya tertunduk dengan ketakutan.

"Bibi Mirah! tolong ajari pelayan baru itu untuk bekerja dengan benar! aku tidak ingin dia kembali membahayakan nyawa para istri ku!"

"Baik Tuan Muda! saya sungguh mohon maaf atas kelakuan Yuna!"

Pria itu pun berlalu diikuti oleh para istri nya.

"Yuna! kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan mu!" Nyonya Min akhirnya membuka suara dan berdiri dihadapan salah satu pelayan barunya begitu putra kesayangannya telah berlalu.

"B-baik Nyonya, saya sungguh mohon maaf."

"Jangan hanya meminta maaf! ingat karena kecerobohan mu, kau telah membunuh calon penerus keluarga ini!"

"Saya sungguh mohon maaf!" gadis itu kembali berucap tertunduk dengan nada lirih.

...***********...

Bagaimana ini? bagaimana jika sampai diriku di pecat dari sini? aku harus bekerja dimana lagi? bagaimana dengan biaya pengobatan ayah di kampung?

Yuna kembali tertunduk lesu, berkali-kali gadis itu menghela nafas dalam dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Yuna! kau disini?"

"Iya bi?" gadis itu menghentikan pergerakan tangannya, serta terperanjat seketika dan menghampiri sang pelayan senior.

"Antar dan rapikan seluruh pakaian kerja Tuan Muda di dalam almari putih di kamarnya setelah kau membereskan itu semua! kau paham kan?"

"Baik bi, akan saya kerjakan dengan benar kali ini, tapi ...,"

"Ada apa Yuna?"

"Apa saya akan dipecat?" gadis itu tampak menatap lemah manik mata bibi Mirah.

"Kau tenang saja, semua itu kecelakaan! tidak sepenuhnya salah mu bukan?"

Bibi Mirah tampak mengusap lembut bahu Yuna, wanita itu nampaknya mengerti akan kecemasan pelayan baru yang menjadi bawahan nya.

"Bagaimana keadaan Jini sekarang Oppa? bolehkah aku ikut ke rumah sakit?"

"Tidak Wen, lagipula aku ingin istirahat malam ini! keluarga Jini juga sudah bersama nya, jadi diriku bisa merasa sedikit lebih tenang."

"Jadi kau tidak akan ke rumah sakit malam ini Nak? jika seperti itu, biar Wendy pergi bersama ku untuk menyambangi Jini di rumah sakit!" Nyonya Min tampak menyela percakapan antara menantu juga putranya.

Min Suga, satu-satu anak pewaris dari keluarga konglomerat itu nampak tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Kami pergi dulu Oppa! beristirahat lah," Wendy melambaikan tangannya setelah ia mengecup mesra pipi sang suami.

Haaaaaaghh, kenapa semua jadi serumit ini?

Pria itu kembali mengacak-acak rambutnya, sebelum akhirnya kembali melangkah memasuki kediaman besar nya.

"Bayi itu bahkan tak menginginkan untuk tinggal di rumah ini? kenapa selalu seperti ini?" Suga nampak bergumam seorang diri sembari merebahkan tubuh letih nya di sofa ruang tengah.

Tuan sedang tidak dikamar nya? ini saatnya diriku membereskan semua pakaiannya,

Gadis pelayan baru itu kembali melangkah cepat menuju kamar majikan nya,

"Oppa! kenapa tidur disini? bukankah lebih baik kita bermain di kamar ku?" Irene nampak membelai lembut paras tampan sang suami.

"Diam lah! kau membuatku semakin pusing!"

"Tapi aku merindukanmu Oppa!"

"Aku sedang lelah! kau pergilah tidur!" pria itu pun beranjak pergi, dan meninggalkan istri ketiganya seorang diri.

Sementara itu di sisi lain, Kimberly sang istri pertama hanya terdiam mematung memperhatikan suami juga madu nya.

"Almari putih? tapi yang mana? tiga almari putih dalam satu kamar? aku harus memeriksa nya satu per satu, jangan sampai kembali membuat kesalahan Yuna! atau Tuan Muda itu akan kembali mengomel padamu," gadis itu kembali berbicara seorang diri meskipun ia sibuk mondar-mandir memeriksa almari baju.

Yuna mendongak, pandangan matanya melayang kesana-kemari demi menemukan tempat pakaian dengan jenis serupa.

"Apa lagi yang dia lakukan?" pria berwajah pucat itu kembali memperhatikan gerak-gerik si pelayan.

"Kenapa harus ada banyak almari? apa satu almari besar tidak cukup? orang kaya memang suka menghambur-hamburkan uang nya,"

"Siapa maksud mu yang suka menghamburkan uang?"

Apa? apa dia sudah kembali?

Tubuh Yuna kembali nampak kaku, ia sama sekali tak menyadari bahwa Min Suga telah berdiri di belakangnya.

"Tuan?"

"Apa yang kau lakukan? kau pelayan baru disini, tapi kenapa kau ini lancang sekali?" wajah datar kembali tertampil dari seorang Min Suga.

"S-saya hanya mencoba untuk merapikan pakaian milik Tuan, bibi Mirah yang menyuruh saya untuk kemari, maaf ...,"

Dia? gadis yang sungguh sederhana.

Pria itu kembali berbicara dalam hati sebelum akhirnya berlalu memasuki kamar mandi.

"Hey kau! tolong siapkan beberapa buah untuk ku setelah pekerjaan mu itu selesai!"

Min Suga nampak kembali melangkah keluar dengan mengenakan bathrobe di tubuhnya.

"B-baik Tuan!" Yuna, gadis itu lagi-lagi berucap terbata dengan tetap menundukkan kepalanya.

Terima kasih Tuhan, ternyata dia tak lagi memarahi ku karena telah membuat salah satu istrinya celaka, tapi kenapa Nyonya Jini bisa sampai terjatuh? aku bahkan telah memastikan bahwa lantai ruangan kamarnya telah mengering dengan semoga, apa aku masih kurang teliti?

Kabut Pagi Di Area Taman Kota

Yuna terlihat membungkuk, ia kembali memeriksa dan tampak celingukan saat mengacak lemari pendingin yang begitu besar dihadapan nya.

Buah apa yang Tuan Muda inginkan? disini terlalu banyak macam buah.

"Kau! gadis kampung! apa yang kau lakukan?"

"Nyonya? apa Nyonya membutuhkan sesuatu?"

"Siapkan teh hangat untuk ku! ingat teh hijau hangat tanpa gula! bawa ke ruang tengah! kau paham?"

"Baik Nyonya! saya mengerti,"

Wanita dengan postur tinggi serta tubuh yang begitu molek itu kembali melangkah meninggalkan Yuna di dapur.

Nyonya Kimberly, dia ternyata sekuat itu? aku sungguh merasa iba padanya,

Pandangan Yuna nampak tak beralih dari sang wanita cantik ternama,

"Yuna! apa Tuan Muda menginginkan sesuatu? dia kembali memanggil ku dan menyuruh ku untuk mencari mu!"

"Aaa, Zena! maaf, bisakah kau mengantar kan ini untuk Tuan Muda? aku harus menyiapkan teh hangat untuk Nyonya Kim!"

"Baiklah, tak apa ...,"

"Terima kasih Zena!"

"Sudah lah! kau tak perlu sungkan, lagipula kita sama-sama bekerja di rumah ini bukan?"

Yuna tersenyum lega, selain bibi Mirah, Zena merupakan orang kedua yang nampak berperilaku begitu hangat padanya, itu membuatnya sedikit merasa bahagia saat merindukan keluarga nya.

"Kenapa kau lama sekali?"

"Maaf Nyonya,"

Kimberly tampak memperhatikan pergerakan Yuna yang tengah menyajikan teh hangat untuk dirinya.

"Segera pergi dari sini! aku tak ingin melihat gadis kampungan seperti mu! cara berpakaian mu itu membuat mataku sakit!"

"Tunggu! apa kau benar-benar dari pelosok?" wanita itu kembali melontarkan pertanyaan dengan nada remeh dan semaunya.

"Saya? saya memang dari kampung Nyonya." Yuna kembali menanggapi kalimat majikan nya dengan tertunduk.

"Heeemm, pantas saja! pergilah!"

"Kau pelayan baru! aku butuh berbicara dengan mu!" suara seseorang nampak menghentikan percakapan antara Kimberly dan juga Yuna.

Min Suga nampak muncul, dan melangkah perlahan menuruni anak tangga.

"Oppa? kenapa belum beristirahat juga? apa kau masih marah padaku?"

Suara lembut dari Kimberly nampak nya tak jua meluluhkan kekerasan hati Min Suga yang tengah berselisih paham dengan nya, pria itu justru kembali berlalu dan menarik Yuna untuk mengikuti langkahnya.

"Apa yang kau lakukan? kenapa meminta orang lain untuk memasuki kamar ku?" wajah datar dengan suara berat itu pun mampu membuat siapapun bergidik ketakutan.

"Maksud Tuan?"

"Bukankah aku meminta dirimu untuk menyiapkan buah untuk ku?"

"I-itu ..., saya tadi harus melayani Nyonya terlebih dahulu Tuan! saya takut Tuan akan marah jika menunggu terlalu lama, jadi saya meminta bantuan Zena untuk mengantar pesanan ke kamar Tuan."

"Kau tahu? tidak semua pelayan di rumah ini bisa memasuki ruang kamar ku, terlebih tanpa se izin dariku!"

"Saya minta maaf Tuan, saya sungguh tidak bermaksud untuk berbuat lancang seperti ini ...," sorot mata tajam dari sang putra majikan kembali membuat Yuna tertunduk dengan rasa bersalah.

"Haaaaaaghh! siapkan ulang buah untuk ku! aku akan menunggumu di kamar!"

"A-apa? tapi Tuan!"

"Kau ingin membantah? apa kau bersedia di pecat? sudah berapa banyak kesalahan yang kau lakukan hari ini?"

Yuna akhirnya kembali bungkam, ia bahkan tak berani menatap sang putra majikan.

Kenapa dia menyebalkan sekali? kenapa selalu meminta ku untuk melakukan pekerjaan secara berulang-ulang? hanya karena dia mampu menggaji ku, bukan berarti dia boleh bertindak semena-mena seperti ini bukan?

Lagi-lagi Yuna hanya mampu mengungkapkan kekesalannya dalam hati.

Fajar kembali menampilkan cakrawala berwarna oranye kekuningan, dinginnya langit malam pun telah berlalu dan berganti dengan sejuknya udara pagi.

"Yuna! kau pergilah ke pasar tradisional di sekitar area lingkungan ini, kita kehabisan beberapa stok buah dan bahan makanan lainnya! pastikan kau mengunjungi kedai yang telah ku tulis dalam buku catatan! jangan sampai membuat kesalahan! aku mengandalkan mu,"

"Baik bi,"

Bibi Mirah nampak memberikan instruksi dengan tegas pada para bawahannya tak terkecuali pada Yuna,

Dengan menenteng tas belanjaan di tangan kirinya, gadis manis dengan rambut lurus bergelombang itu akhirnya melangkah dengan mantap menuju pasar tradisional yang diberitahukan oleh sang pelayan senior.

"Apa benar ini jalannya?" Yuna tampak kembali melangkah dengan keraguan saat tak mendapati pasar di sekeliling nya.

Kabut pagi yang masih nampak begitu tebal membuat gadis itu sedikit kesulitan untuk melayangkan pandangan menuju ke seberang taman.

Bruugh,

"Aaaawwwhhhh!"

"Maaf, apa kau baik-baik saja? aku sungguh tak sengaja! apa kau terluka nona?"

"Tidak apa-apa Tuan! maaf tidak seharusnya juga saya berhenti dan mematung disini," Yuna nampak kembali bangkit dan mengabaikan uluran tangan dari seorang pria yang telah menabrak tubuhnya.

"Saya permisi!" gadis itu kembali menunduk dan berlalu dengan melangkah cepat.

"Tunggu ..., nona!"

Pria bertubuh tinggi itu nampak kembali menahan langkah Yuna dengan mendahului langkahnya.

"Apa kau tinggal di sekitar sini? sepertinya baru kali ini aku melihat mu!"

Haruskah aku berbicara dengan nya? tapi dia orang asing bukan?

"Maaf saya harus segera pergi Tuan! permisi!"

"Hey, nona! tunggu!" pria itu kembali mencoba mengejar langkah Yuna, namun ia kembali terhenti karena suara dari dering nada gawai miliknya.

Jangan kelayapan kemana-mana! apa kau tak ingin mengunjungi kakak mu?

Sebuah pesan singkat nampak terlampir di ponsel pria itu, namun ia kembali mengacuhkan nya dan kembali beralih pandang menatap Yuna yang semakin tak nampak di pelupuk mata.

"Aaaaaghh! kenapa dia berlari, apa wajah ku begitu menyeramkan baginya?"

...********...

"Mirah! dimana gadis itu?" suara melengking dari Nyonya Min seketika membuat pelayan senior itu tergopoh-gopoh menyambangi Nyonya Besar di kediaman itu.

"Maaf Nyonya saya tidak mengerti?"

"Pelayan baru yang kemarin membuat kericuhan di rumah ini! apa dia kabur?"

Seluruh pelayan di dapur nampak menghentikan aktivitas mereka, dan kembali memperhatikan sang Nyonya Besar.

"Tidak Nyonya, Yuna saya tugaskan untuk berbelanja ke pasar tradisional di area lingkungan ini. Apa Nyonya membutuhkan sesuatu?"

"Kau membiarkan dia pergi seorang diri bi?"

Min Suga, putra sang pewaris tahta itu pun turut muncul dan melontarkan pertanyaan dengan wajah datarnya.

"I-iya Tuan Muda, saya pikir Yuna cukup cerdik untuk menemukan suatu tempat! dia bahkan mampu menemukan kediaman ini hanya melalui petunjuk pesan suara dari saya, jadi saya sengaja meminta nya untuk keluar pagi ini,"

Min Suga pria itu seketika berlalu pergi dari hadapan ibu juga para pelayan di rumahnya.

Ada apa dengan Oppa? kenapa dia terlihat begitu serius?

Wendy yang baru selesai berolahraga dan baru memasuki rumah akhirnya kembali mengikuti langkah suaminya dengan terburu-buru.

"Oppa! apa terjadi sesuatu? apa Jini sudah bisa kembali hari ini?"

"Bukankah kau semalam dari rumah sakit bersama ibu? apa kau tak menanyakan keadaan nya?"

"A-aku,"

"Aku harus pergi sekarang!" pria pucat itu kembali membanting pintu mobil dan melajukan mobilnya seketika.

Apa yang terjadi? kenapa sepertinya Oppa memendam amarah seperti itu?

Rahim Lemah Jini

Sepanjang mengendarai mobilnya, Min Suga tampak melayang kan tatapan matanya kesana-kemari, raut wajah yang semula terlihat selalu dingin beku itu kini nampak dilanda kecemasan.

Gawai yang bergetar di dalam saku kantong nya kembali membuat pria itu tak fokus, dan memilih untuk menepikan kuda besinya.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?"

Aku membutuhkan dirimu Oppa, kenapa kau tak hadir tadi malam?

"Jini, maaf! aku sungguh terlalu lelah sehingga tak bisa kembali ke rumah sakit tadi malam! kau sudah baik-baik saja bukan?"

Mungkin nanti sore dokter sudah mengizinkan ku untuk kembali ke rumah, Oppa akan menjemput ku kan?

"Ehm- ..., akan ku hubungi dirimu lagi nanti Jini! maaf, aku sedang berada di jalan sekarang!" atensi pria itu nampak teralihkan seketika oleh paras manis dari seseorang.

Dijalan? Oppa? apa kau ...,

Sambungan terputus secara sepihak,

Jini nampak kembali menghela nafasnya begitu dalam, raut wajah kecewa nampak begitu nyata pada paras cantiknya.

"Ada apa Jini? apa nak Suga tak bisa kembali kemari untuk menjemput mu sore ini? apa dia terlalu sibuk?"

"Tidak ayah, Oppa masih berada dijalan! mungkin dia akan datang kemari."

"Kenapa kau ini ngotot sekali Nak? kenapa kau mau menikah dengan pria yang telah memiliki banyak istri sepertinya?" sang Ayah nampak turut kesal dengan perlakuan Suga terhadap putrinya.

"Tapi dia selalu berlaku adil padaku dan juga istrinya yang lain ayah!"

"Adil? lihat lah untuk berbicara dengan mu saja dia tampak enggan dan terkesan tak memiliki waktu seperti ini! apa itu yang dikatakan adil?" suara sang Ayah kembali menggema di ruang kamar rumah sakit.

...*******...

Sebuah mobil berwarna silver nampak menghentikan langkah Yuna, gadis itu pun terhenti dengan raut wajah penuh tanya.

Ekspresi gadis bermata hazel itu kembali menegang saat mendapati pria dingin yang melangkah mendekat sekaligus menyambar dengan kasar pergelangan tangannya.

"Darimana saja kau ini? apa kau tahu semua orang menunggu mu di rumah?"

"Tuan, tolong lepas! saya akan segera kembali pulang sendiri." Yuna tampak menarik kasar genggaman tangan sang putra majikan dari pergelangan tangannya.

"Apa kau tersesat? kenapa lama sekali?"

"Saya tidak tersesat Tuan! hanya saja terlalu banyak barang yang harus saya dapatkan di pasar, dan letak kedai antara satu dan lainnya cukup berjauhan, jadi saya sedikit kesulitan."

Pria itu kembali diam dan memperhatikan Yuna dari ujung kaki hingga kepala, sebelum akhirnya kembali berujar tanya,

"Benarkah kau mengingat jalan untuk kembali pulang ke rumah ku?"

Yuna mengangguk tanpa ragu, gadis itu juga nampak tersenyum untuk menyembunyikan rasa takutnya pada sang majikan.

"Saya permisi Tuan! bibi Mirah mungkin sudah menunggu saya," Yuna kembali melangkah dengan menenteng belanjaan di kedua tangannya tanpa menghiraukan tatapan dari putra majikan nya.

Ternyata dia memang cukup cerdik, meskipun berasal dari kampung! dia terlihat cukup tenang untuk beradaptasi di tempat baru nan riuh seperti ini, apa diriku terlalu meremehkan nya?

Tanpa ia sadari, senyum simpul tampak terukir indah di wajah yang semula selalu terlihat dingin sebelumnya.

Dengan busana santai nya, Min Suga nampak menuju rumah sakit tanpa ragu, pria itu juga menyambangi dokter yang menangani Jini untuk memastikan kondisi serta meminta informasi perihal kepulangan istri ke empat nya.

"Oppa! kau kemari?" Jini seketika tersenyum cerah dan menghamburkan pelukan pada suaminya.

"Tentu saja! aku datang untuk menjemput mu,"

"Bukankah jadwal kepulangan ku masih nanti sore?"

"Tak apa! aku sudah memastikan semuanya pada dokter yang menangani mu sebelumnya, dan dia mengizinkan untuk diriku membawa mu pulang sekarang,"

Tuan Willy nampak terdiam, pria paruh baya itu nampak enggan untuk bertegur sapa dengan Min Suga, menantunya.

"Ayah! maaf saya harus segera kembali pulang dan membawa Jini bersama saya! ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan."

"Baiklah! yang penting putri ku bahagia bersama mu!"

Kepulangan Jini pagi itu kembali mendapatkan sambutan hangat dari seluruh penghuni rumah mewah di kediaman suaminya,

"Ternyata itu bukan sebuah kecelakaan, hanya rahim mu saja yang lemah!" Nyonya Min nampak bergumam sembari melayangkan tatapan matanya pada sang menantu.

Diriku harus kembali memeriksa gadis pelayan baru itu, siapa tahu dia bisa menjadi harapan bagiku? aku tak ingin menyerah sampai disini, kutukan itu pasti tak selamanya terjadi.

"Ibu, aku akan mengantar Jini ke kamar nya terlebih dahulu,"

"Baiklah Nak! segera temui Ibu di ruang tengah, jangan lupakan tentang perkataan ibu sebelumnya!"

Min Suga, pria berwajah pucat itu kembali menghela nafas dengan rona kekhawatiran.

"Apa Oppa baik-baik saja?" Jini akhirnya membuka suara saat mendapati suaminya yang terlihat berjalan diam sepanjang menuju ruang kamar nya dengan tatapan kosong.

"Kau beristirahat lah! jangan memikirkan apapun, aku menyayangimu!"

"Terima kasih Oppa! aku juga sangat mencintai mu,"

Kedua insan manusia itu nampak tersenyum dan saling menggenggam jemari tangan satu sama lain,

"Maaf Tuan dan juga Nyonya, Nyonya besar meminta saya untuk membawa dan merapikan ini semua di kamar Nyonya Jini, apa saya boleh masuk?"

Kehadiran Yuna di ambang pintu membuat pasangan suami istri itu nampak terkejut,

"Masuk lah Yuna! kau bisa merapikan nya sekarang," Jini, wanita itu mengalihkan perhatian nya dan tersenyum menanggapi kalimat pelayan di rumah suaminya.

"Terima kasih Nyonya Jini,"

Dengan cekatan Yuna membongkar sebuah koper, mengeluarkan serta memilih dan menata kembali beberapa pakaian ganti milik Jini ke dalam almari di ruangan kamar sang majikan.

"Oppa, kenapa kau menjemput ku lebih awal? apa ada sesuatu? atau dirimu memang merindukan ku?" Jini kembali melontarkan pertanyaan pada sang suami yang justru nampak diam seribu bahasa.

"Ibu meminta ku untuk segera menjemput mu!"

"Maaf karena tak bisa mempertahankan janin dalam kandungan ku, Oppa! aku sungguh minta maaf,"

Pergerakan tangan Yuna seketika terhenti, gadis itu nampak merasa bersalah karena tragedi kecelakaan yang menimpa majikan wanita nya.

Semua itu terjadi karena diriku, apa Nyonya Jini bisa memaafkan ku?

"Jangan pikirkan kembali tentang hal itu, lagipula kondisi rahim mu memang terlalu lemah! aku tak ingin membuat mu semakin terbebani karena keinginan ibuku Jini," pria itu kembali berucap dengan jelas, cukup jelas untuk terdengar dan sampai di telinga semua orang dalam ruangan tersebut.

"Oppa, kau tak marah padaku?"

Min Suga hanya tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya,

"Kau beristirahat lah sekarang, ingat untuk tidak melakukan aktivitas berat apapun untuk beberapa hari ke depan! kau paham?"

"Baik Oppa!" senyum indah nampak tersungging wajah cantik Jini, wanita itu merasa bahagia karena perlakuan hangat dari sang suami.

Tak berselang lama, Yuna turut beranjak dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan Jini.

"Yuna! tolong kau tutup pintunya, aku ingin tidur sekarang,"

"Baik Nyonya," gadis itu pun menuruti semua perintah sang majikan dan berlalu dengan santun.

"Kita harus bicara!"

Langkah kaki Yuna kembali terhenti, gadis itu juga nampak terkejut saat mendapati Min Suga yang tiba-tiba nampak muncul dan berdiri dihadapan nya dengan wajah datar.

"Tuan! kenapa selalu membuat saya terkejut seperti ini?"

"Kenapa? apa yang salah? ini rumah ku! dan aku berhak muncul dimana pun aku mau!"

Yuna hanya mampu menghela nafas perlahan sembari mengusap dadanya,

"Apa Tuan membutuhkan sesuatu? saya sudah merapikan dan memilih baju-baju milik Tuan bukan? saya bahkan menyelesaikan nya tadi malam?"

"Siapa yang mengizinkan mu untuk berbicara sebanyak ini?"

"Maafkan saya Tuan," gadis itu berucap lemah, ia juga kembali tertunduk dengan wajah cemas.

Sementara Min Suga, pria itu justru menikmati saat melihat pelayan baru nya nampak ketakutan.

"Ibu meminta dirimu untuk menemui nya di ruang tengah! sepertinya kau akan dimintai pertanggungjawaban!"

"Pertanggungjawaban?" gadis kampung bermata hazel itu pun kembali menatap wajah putra majikannya.

Bagaimana ini? apa Nyonya besar akan benar-benar memecat ku dari sini?

Tuhan , tolong bantu lah hamba mu ini,

"Lekas turun sekarang! atau Nyonya besar di rumah ini akan semakin memaki dirimu dengan kasar!"

"B-baik Tuan!"

Lamunan Yuna nampak buyar seketika, gadis itu juga terlihat buru-buru menuruni anak tangga hingga membuat ia hampir terjatuh karena tubuhnya yang gemetar.

"Mmmmmmhhh" teriakan Yuna nampak tertahan.

"Kau ini sungguh ceroboh sekali!" jemari kekar itu nampak telah membelenggu tubuh ramping dari sang pelayan baru.

"M-maaf, saya sungguh minta maaf Tuan!" Yuna kembali melepas dekapan tangan sang putra majikan dari tubuhnya dan kembali melangkah cepat untuk menghindar dari tatapan tajam seorang Min Suga.

Apa dia tak ingin mengucapkan terima kasih padaku? dasar gadis culun,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!