Pengenalan Tokoh dan cerita..
Anindya Ayu Pramusita
Gadis kelahiran jogja, yang saat ini berumur 21 Tahun. Ayu sapaan akrab gadis itu. Bapak dan ibunya adalah seorang petani, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari Ibunya mengandalkan hasil dari toko kelontong kecil dirumahnya. Ayu berhasil lulus kuliah dengan beasiswa, Dia adalah anak yang pintar dan rajin setidaknya Ayu selalu mendapat peringkat 1-3 di sekolah menengah. Sejak sekolah menengah Ayu sudah belajar mengumpulkan uang sendiri, Dia berjualan pulsa dan menjadi reseller salah satu olshop pakaian. Kehidupan Ayu dan keluargnya sangatlah harmonis meskipun dengan keterbatasan ekonomi.
Suatu hari kemalangan menimpa keluarga Ayu, Ayahnya mengalami kecelakaan tabrak lari saat pulang dari sawah. Ia terpaksa berhutang pada rentenir untuk pengobatan sang Ayah dengan jaminan sawah yang dimiliki keluarganya. Pengobatan Ayah menghabiskan dana yang lebih besar dari perkiraan, mau tidak mau Ayu harus mencari jalan lain agar pengobatan Ayah tetap berjalan. Satu-satunya yang dimiliki keluarganya hanya tersisa rumah yang ditempati sehari-hari. Ayu tidak mungkin menjual rumah itu lalu dia meminta bantuan pada Tuan rentenir lagi.
" Hahaha, kau masih berani untuk meminjam uang lagi? Bahkan uang yang kau pinjam dulu tidak sebanding dengah harga sawahmu!" Kata rentenir itu dengan tawa mencemooh.
" Tuan saya mohon, saya akan melakukan apapun agar Tuan bersedia meminjamkan uang pada Saya. Menjadi budak Tuan saya juga tidak masalah," ucap Ayu memohon.
"Apa kau yakin dengan apa yang kau katakan?" tanya rentenir itu.
"Saya sangat yakin Tuan," Ayu masih berlutut di hadapan sang rentenir.
" Baiklah, bawa ini sebagai gantinya datang padaku seminggu lagi," kata Pak rentenir melemparkan segepok uang pada Ayu.
"Terimakasih, terimakasih Tuan."
Setelah mendapatkan segepok uang dari rentenir itu, Ayu meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumah sakit. Dilihatnya ibunya sedang bersender pada kursi yang berada di depan ruang ICCU, sesekali ibu terlihat menyeka air matanya dengan tanganya. Setelah membayar biaya operasi lanjutan sang Ayah, Ayu menghampiri Ibunya. Dia tidak mengatakan pada Ibu telah meminjam uang lagi dari rentenir.
‘Kira-kira apa yang akan Pak Rendra minta sebagai pembayar utang, apa Pak Rendra akan menjualku?kurasa itu tidak mungkin, meskipun seorang rentenir tapi Pak Rendra tidak sejahat itu. Buktinya dia tetap meminjammiku uang.’
Ayu menatap langit-langit kamarnya, dia merasa sedikit cemas, tapi dia tidak menyesal apapun yang terjadi nanti. Bagaimana pun hidup Ayahnya lebih penting dari dirinya. Cita-cita Ayu adalah kuliah S2 dengan beasiswa, kuliah lagi dan menjadi dosen. Saat kecil Ayu juga bercita-cita ingin sekali menjadi Guru. Tapi cita-citanya harus kandas, dia tidak bisa melanjutkan pendidikan S2 nya karena harus bekerja keras membanting tulang untuk membiaya hidupnya dan keluarganya, semenjak ayahnya terbaring dirumah sakit, Ayu menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Raka Rahardian Pratama
Pewaris tunggal Pratama Group, Pria matang dan mapan impian semua wanita. Satu-satunya Lelaki yang mendapat julukan suami Idaman Nasional. Sifatnya yang dingin dan tegas membuat Raka di takuti oleh para karyawannya. Di usianya yang sudah kepala tiga membuat hidup Raka tidak senyaman sebelumnya. Raka selalu di repotkan oleh permintaan Neneknya agar segera menikah, seringkali mama dan neneknya bahkan mengatur perjodohan atau kencan buta untuk Raka. Dia selalu muak dengan apa yang dilakukan Neneknya, wanita yang di temui Raka saat kencan buta tidak ada yang bisa memuaskan seleranya, para wanita itu sama saja matre dan kecentilan. Raka tidak pernah berfikir untuk menikah, baginya yang paling utama dalam hidupnya hanyalah bekerja, bekerja dan bekerja. Raka tidak punya waktu untuk memikirkan perempuan, semenjak ditinggalkan oleh kekasihnya beberapa tahun yang lalu Raka tidak pernah terlihat bersama wanita lagi. Dia memfokuskan diri untuk lebih memperkaya dirinya, dia mengembangkan perusahaan menjadi lebih maju dan unggul di dalam negeri. Perusahaan Raka pun banyak yang berada di luar negeri.
Suatu hari neneknya mengancam Raka jika dalam 1 bulan dia tidak menikah, maka dia harus menerima perjodohan dari neneknya dan menikah dengan wanita pilihan Neneknya. Untuk menghindari sang Nenek Raka memilih melakukan perjalanan bisnis di Jogja. Tak disangka perjalanan bisnis itu membawanya bertemu dengan gadis yang akhirnya akan menjadi istrinya.
Seorang lelaki paruh baya tengah berlutut di kaki Raka. “ Kesepakatan Apa yang kamu tawarkan?" sebuah kalimat keluar dari mulut Raka dengan nada dingin.
“Sa..saya akan memberikan seorang gadis pada Tuan,” ucap lelaki itu dengan ragu.
Raka terbahak mendengar ucapan dari lelaki paruh baya itu. “Kau pikir dengan kekuasaan yang aku miliki, aku tidak bisa mendapatkan wanita yang aku mau,”
“Tapi Tuan, Gadis ini berbeda, dia adalah gadis yang baik dan cerdas. Akan sangat cocok dengan Tuan!,” Lelaki paruh baya itu berusaha meyakinkan Raka.
“Aku ingin tau gadis seperti apa dia, sampai kau berani mengatakannya cocok denganku. Apa kau tau standar seleraku sangat tinggi?!”
“Ta-tapi Tuan,” ucap lelaki itu terbata-bata.
Sang sekertaris Raka yang bernama Leo menyerahkan kertas berisi foto dan informasi dari gadis yang dibicarakan lelaki itu.
Raka membelalakkan matanya melihat selembar kertas itu, dia menatap tajam pada Leo dan diangguki oleh Leo.
“Apa kau yakin bisa menyerahkan gadis itu padaku?,” tanya Raka dengan tajam.
“Saya yakin Tuan, Gadis itu berhutang pada saya, dia akan melakukan apapun yang saya minta,”
“Baiklah, aku tidak akan meruntuhkan hotelmu, kau masih bisa mengelola hotel itu, Bawa gadis itu padaku,” tegas Raka.
“Terimakasih.. Terimakasih Tuan, saya tidak akan mengecewakan Tuan,”
Begitulah kira-kira percakapan Raka dan si lelaki paruh baya, lelaki itu ingin mempertahankan hotel turun temurun milik keluarganya, sementara tanpa sepengetahuan lelaki Tua itu putranya telah menjual hotel itu pada Raka, Raka berniat membangun hotel baru di atas tanah itu. Tapi niatnya di hentikan dengan kesepakatan yang baru saja dia buat dengan lelaki paruh baya itu.
Leo merasakan aura berbeda dari Presdir Raka. Jika seperti biasanya Raka tidak akan dengan mudah mengabulkan permintaan orang lain.
“Leo cari tau lebih detail tentang gadis itu!”
“Baik Tuan Muda.”
‘Aku akan pulang membawa istri, nenek tidak akan bisa menjodohkanku. Dengan begitu aku bisa lebih fokus pada perusahaan tanpa dipusingkan oleh permintaan Mama dan Nenek.’
Raka memandangi foto dari gadis yang akan dia jadikan istri, gadis itu terlihat lusuh tidak modis, tidak cantik-cantik amat. Entah apa yang ada dipikirkan Raka, menerima gadis itu sebagai kesepakatan. Dia bahkan kehilangan uang milyaran, karena gagalnya pembangunan hotel yang baru saja dirancangnya. Dan sebagai gantinya dia mendapatkan gadis k lusuh.
Kisah Ayu dan Raka akan segera di mulai..
Dua hari yang lalu..
Ckittt.. Leo menginjak pedal rem mobil yang ia kendarai dengan mendadak saat tau hampir menabrak seorang wanita.
“Anda tidak papa, Tuan?” Leo menoleh ke arah Raka yang baru saja terpentok kursi bagian depannya. Raka sedang duduk seraya membaca laporan kerjaan di tab yang ia pegang, saat Leo tiba-tiba mengerem mendadak.
“Tidak papa. Coba periksa apa yang terjadi!”
“Baik, Tuan.” Leo pun turun dari mobil, menghampiri perempuan yang tadi hampir saja tertabrak mobilnya.
“Apa anda mau mati?!Kenapa menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri?” Teriak Leo pada perempuan yang masih berjongkok di depan mobil dengan posisi membelakangi Leo.
“Maaf, tuan. Jika saya tidak melompat ke jalan, kucing ini akan mati tertabrak mobil Tuan.” Kata perempuan itu berdiri membalik tubuhnya menghadap Leo dengan menggendong kucing dilengannya.
“Jadi, Anda melompat ke jalan hanya karena kucing?” Leo benar-benar tidak habis fikir, apa otak perempuan itu masih waras. Bisa-bisanya ia mempertaruhkan nyawanya hanya demi kucing.
“Iya.” Jawab Ayu polos. “Saya tidak tega melihatnya, kakinya terluka.” Ayu menunjukkan kaki si kucing yang memang sedang terluka. Kucing itu tadi jalannya pincang.
“Ya sudah. Lain kali harap lebih berhati-hati.”
“Baik, Tuan. Sekali lagi saya minta maaf.”
“Ada apa Leo?” Teriak Raka dari dalam mobil, Raka menurunkan kaca mobilnya mendongak ke luar.
Leo langsung berjalan ke arah bosnya begitu tau sang bos mendongakan kepalanya ke bagian luar mobil. Leo menceritakan detail kejadian itu.
“Maaf, Tuan sudah mengganggu perjalanan anda.” Ayu membungkuk sopan lalu berjalan minggir ke tepi jalan.
Raka membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobil berjalan menghampiri Ayu. “Apa anda terluka?”
“Eh. Em tidak, Tuan.” Jawab Ayu masih berdiri mematung di tepi jalan dengan menggendong si kucing. Ayu terpukau dengan ketampanan Raka.
“Sepertinya siku anda terluka.” Raka memperhatikan lengan siku Ayu yang memar tergores aspal.
Ayu langsung memandang lengannya, benar ada semburat warna merah muda bekas darah yang keluar di siku lengannya. “Ah, ini hanya luka kecil. Tidak masalah.”
“Luka besar berawal dari luka kecil Nona, jangan di anggap enteng.” Sahut Leo.
Raka langsung memberi isyarat pada Leo agar mengajak Ayu masuk ke dalam mobil.
“Mari Nona, kami akan mengantar nona untuk berobat.” Ajak Leo pada Ayu untuk masuk ke dalam mobil.
“Tidak, tidak perlu Tuan. Saya benar-benar tidak apa-apa.” Ayu menolak dengan sopan ajakan Leo.
Leo berbisik pada Ayu. “Tolong Nona ikut saja, jika tidak bos saya akan marah karena menganggap saya tidak becus dalam bekerja. Lagi pula saya juga hampir menabrak nona.” Lirih Leo dengan tatapan memelas.
“Tapi, saya benar-benar tidak apa-apa?” Kata Ayu yang tidak kalah lirih dari Leo.
“Itu kan menurut nona, tapi berbeda dengan pandangan bos saya.” Lirih Leo berbisik lagi pada Ayu.
Ayu dan Leo malah saling berbisik-bisik, membuat Raka kesal. “Leo!!” Ketus Raka.
“Iyaa, Tuan, Iya. Nona ini akan segera masuk mobil dan pergi kerumah sakit.” Dengan cepat Leo menjawab panggilan Raka, sebelum Raka menjadi murka.
“Mari, Nona.” Ajak Leo. “Tolong!Sekali ini saja, Nona.” Leo kembali berbisik pada Ayu.
Tidak ada pilihan lain, Ayu pun ikut masuk kedalam mobil bersama kucing dalam gendongannya. Leo membukakan pintu mobil bagian belakang, jadi Ayu duduk disebelah Raka yang sudah kembali lebih dulu ke mobil.
“Kerumah sakit!!” Titah Raka sang bos besar.
“Baik, Tuan.” Leo menghidupkan mesin mobil lalu melajukan mobil meninggalkan tempat itu.
“Tuan, siapa nama Tuan?” Tanya Ayu memajukan kepalanya mendekat ke celah antara kursi kemudi Leo dan kursi penumpang di sebelah Leo.
“Leo, Nona. Dan bos saya yang duduk disebelah Nona Tuan Raka, kalau anda?”
“Saya, Ayu. Em, Tuan Leo apa anda bisa mengatar saya kerumah sakit hewan saja?”
Raka menoleh ke Ayu, Ayu pun menyadarinya. “Dia lebih butuh dokter dari pada saya.” Kata Ayu menatap Raka yang juga menatapnya, Ayu menunjukkan luka kaki pada kucing yang digendong nya.
“Bagaimana, Tuan?” Leo melirik ke arah Raka lewat kaca depan.
“Turuti saja kemaunnya.” Balas Raka. Raka kemudian kembali fokus pada tablet yang berada di tangannya.
Setelah itu keadaan di dalam mobil sangat hening. Hingga mereka sampai di salah satu rumah sakit khusus hewan.
Butuh sekitar 1 jam untuk memeriksa si kucing, setelah mendapat pengobatan dan obat si kucing pun bisa di bawa pulang. Leo yang membayar semua biaya pengobatan si kucing, setelah berbincang sedikit dengan Ayu, Leo dan Raka meninggalkan Ayu. Ayu memang sengaja tidak mau diantar saat Leo menawarkan akan memberi tumpangan Ayu sampai kerumahnya. Bagi Ayu, Leo dan Raka sudah sangat baik mau membayar biaya pengobatan si kucing. Ayu tidak mau merepotkan Leo dan Raka lagi.
***
“Leo!”
“Iya, Tuan.”
“Dia sungguh gadis yang memeluk kucing itu kan?”
“Betul, Tuan.”
“Apa kau sudah dapatkan detail identitasnya?”
“Saya sudah mengirimnya ke email, Tuan.” Raka langsung memeriksa email dari Leo.
“Atur pertemuan secepatnya!”
“Baik, Tuan.”
Hari berikutnya adalah hari dimana Raka akan bertemu Pak Hendra bersama Ayu. Leo mengatur pertemuan itu di salah satu hotel terbaik yang ada di kota Jogja. Di sebuah ruang pertemuan sudah menunggu Pak Hendra dan Ayu. “Ayu!”
“Enggih, Tuan.”
“Kamu bisa memanggilku Pak Hendra saja. Ayu! Aku hanya mau menegaskan, aku tidak pernah memaksamu, kamu sendiri yang bilang akan melakukan apapun selama aku meminjamimu uang. Kamu masih ingat kan?”
Ayu mengangguk. “Iya pak. Ayu masih ingat, Ayu juga tidak terpaksa pak. Apapun akan Ayu lakukan demi Bapak.”
“Baiklah, kamu tenang saja Yu. Setelah menikah dengannya hidup keluargamu tidak akan sulit lagi, menukar kebebasanmu dangan kehidupan yang lebih baik untuk Orang tuamu bukankan tidak masalah?”
“Iya Pak. Ayu mengerti pak.”
Ceklek.. pintu ruangan itu terbuka menghentikan pembicaraan antara Pak Hendra dan Ayu. Nampak asisten Leo berjalan masuk keruangan, dan seorang laki-laki tampan lengkap dengan stelan jas menambah aura elegan pada laki-laki itu.
Pak Hendra dan Ayu pun berdiri menyambut kedua laki-laki yang baru saja memasuki ruang rapat.
“Silahkan duduk.” Ucap Raka mempersilahkan Pak Hendra dan Ayu untuk duduk kembali.
Setelah berbincang-bincang sedikit, pak Hendra pun meninggalkan Ayu bersama Raka dan Leo. Mereka akan membahas hal yang penting. Ayu menatap kepergian pak Hendra dengan sendu, ia merasa takut tapi berusaha menyembunyikan ketakutannya itu.
“Nona Ayu, anda pasti sudah tau garis besar dari pertemuan ini bukan?” Leo membuka pembicaraan setelah hening sesaat karena pak Hendra keluar.
Ayu pun mengangguk. “Iya, Tuan Leo. Pak Hendra sudah mengatakan pada saya.”
“Berapa hutangmu pada Pak Hendra?” Tanya Raka secara tiba-tiba.
“700 juta Tuan.”
.
.
Bersambung..
Netizen: Thor visual thor?
Author: Wait wait.. sik sik guys ..
“Hutang-hutang yang lain?” Tanya Leo.
“Tidak ada, Tuan.”
“Baiklah, Nona Ayu. Seperti yang anda tau, Tuan Raka dan anda akan melangsungkan pernikahan 8 hari lagi.”
‘Ya Allah, secepat itukah. Aku belum siap.’ Teriak batin Ayu.
“Baik, Tuan.”
Leo menyerahkan amplop coklat berisi perjanjian antara keduanya. “Silahkan dibaca Nona.”
Ayu menerima amplop itu dan mengeluarkan isinya yang tidak lain adalah lembaran-lembaran kertas putih yang sudah berisi ketikan tentang hal-hal yang harus di patuhi Ayu selama masa pernikahan. Kata per kata, kalimat per kalimat bait per bait dari perjanjian itu di baca oleh Ayu. Ayu sedikit melototkan matanya saat membaca bab yang menurutnya tidak sesuai untuk pernikahan di atas perjanjian.
‘Melakukan hubungan suami istri?’ Ayu melirik Leo.
“Ada yang mau ditanyakan, Nona Ayu?”
“Maaf Tuan Leo. Disini tertuli pihak II harus mau melakukan hubungan suami istri dengan pihak I, dan pihak ke II tidak boleh menolak jika pihak I ingin menyentuh pihak II. Maksudmu Bagaimana ya Tuan?”
“Nona Ayu, maksudnya adalah-.”
“Leo keluarlah!Aku akan bicara dengannya.”
“Baik, Tuan.” Leo langsung berjalan keluar ruangan itu.
Ayu memandangi Leo dan lalu memandangi Raka. Sekarang hanya ada Ayu dan Raka di ruangan itu. Entah mengapa Ayu merasa sangat gugup. Ia tidak tau harus berbicara apa. Ayu pun memilih diam sampai Raka yang lebih dulu mengajaknya berbicara.
“Ayu!Saya akan memanggilmu Ayu, karena usiamu lebih muda dariku.”
“Baik, Tuan.”
“Saya hanya butuh istri yang penurut, sebagai gantinya kau bisa minta apapun padaku. Uang kekuasaan atau apapun saya bisa berikan!” Kata Raka dengan sedikit penekanan.
Ayu hanya mengangguk menunggu Raka berbicara lagi.
“Untuk masalah yang tadi kamu sampaikan pada Leo, saya tidak suka menyentuh perempuan malam. Saya akan lebih senang menyentuh istri saya sendiri, apa kamu paham?”
Lagi-lagi Ayu hanya mengangguk.
“Kamu tidak perlu khawatir, jika pernikahan tidak berjalan lancar kita akan bercerai setelah satu tahun menikah. Dan apabila saat itu kamu hamil, walaupun bercerai kamu tetap akan mendapatkan hak asuh penuh atas anak. Kita akan membesarkan anak itu bersama meskipun bercerai. Dan saya juga akan memberi mu kompensasi yang tinggi setelah bercerai.” Ayu melihat Raka berbicara dengan serius, terlihat semua yang diucapkan Raka adalah tulus.
‘Ya, sudahlah. Tidak papa, yang penting kali ini kehidupan bapak dan ibu bisa lebih baik.’
“Ba-baik, Tuan.”
“Ada lagi yang mau kamu tanyakan?”
“Apa setelah menikah saya boleh bekerja?”
“Tidak!!”
“Ta-tapi, Tuan.”
“Tidak ada bantahan, kau tidak perlu bekerja. Saya akan menyokong keuanganmu dan keluargamu.”
‘Sepertinya aku tidak bisa membujuknya saat ini, aku bisa membujuknya pelan-pelan agar dia mengizinkanku bekerja.”
“Baik, Tuan.”
“Ya, sudah. Untuk detailnya bicarakan dengan Leo.”
Pertemuan itu berakhir dengan Ayu yang kalah telak. Dia tidak bisa membantah satu pun ketentuan yang sudah di tulis oleh pihak Raka. Dengan langkah lunglai Ayu kembali kerumah sakit. Disana ibunya tengah duduk di depan ruang ICCU. Keadaan Bapak sudah berangsur membaik, jika terus membaik maka bapak akan bisa segera di pindahkan ke ruang perawatan.
Seminggu berlalu Ayu sudah berbicara pada ibu jika dirinya akan segera menikah. Ayu beralasan sudah mengenal Raka semenjak kuliah dan sudah lama berpacaran dengan Raka. Ibu Ayu pun percaya ketika Raka datang sendiri untuk meminta restu padanya. Ibu merestui dengan syarat mereka harus menikah ketika bapak sudah sadar, Raka pun menerima syarat itu. Raka paham jika ibu ingin bapak sendiri yang menikahkan Ayu.
***
Hari pernikahan pun tiba, Raka dan Ayu menikah dirumah sakit tempat bapak dirawat. Dengan sekali tarikan nafas Raka mengucap ijab Qobul dan sah. Bapak nampak terharu melihat putri tunggalnya resmi menjadi istri orang. Bapak tak henti menyeka air matanya. Bapak dan ibu hanya berharap Ayu bisa bahagia dengan pilihannya itu.
Setelah pernikahan Raka kembali ke Jakarta, sementara Ayu akan menyusul setelah bapak keluar dari rumah sakit.
Satu minggu setelah pernikahan bapak sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ayu membawa Bapak dan ibu untuk tinggal dirumah yang baru, rumah itu adalah pemberian dari Raka sebagai mas kawin. Dan untuk rumah Ayu yang lama sudah Ayu jual, hasil dari jualan rumah dan warung kelontong Ayu gunakan untuk membeli Ruko. Ruko itu Ayu gunakan untuk mini market yang nantinya akan menjadi sumber penghasilan bagi bapak dan ibu. Selain itu Ayu juga membelikan ibu mesin jahit, yang ia tempatkan di bangunan sebelah ruko. Ibu bisa membuka jasa permak sekalian menjaga mini market. Ayu pun menyewa pekerja part time yang akan membantu ibu dan bapak. Barulah Ayu bisa tenang meninggalkan bapak dan ibu ke Jakarta.
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini genap satu bulan Raka dan Ayu menikah. Raka sama sekali tidak menghubungi Ayu, jika ada hal penting Leo yang akan menghubungi Ayu. Hari ini pula Ayu berangkat ke Jakarta. Pagi itu Ayu diantar bapak dan ibu pergi ke bandara Adisucipto.
“Hati-hati disana yo Nduk. Salam buat Raka dari bapak sama ibu.”
“Nggih, Bu.”
Ayu pun naik kepesesawat yang akan membawanya ke Jakarta, kota metropolitan dimana suaminya tinggal. Ayu tidak bisa menampik kesedihannya, ia terus-terusan menangis di dalam pesawat.
Sekitar pukul 9 pagi, Ayu sudah sampai di Jakarta. Ia kemudian menghubungi Leo.
“Ayu ..Ayu..” dari arah kejauhan ada sesosok wanita tua yang melambai-lambaikan tangannya kearah Ayu, nenek tua itu juga memanggil-manggil nama Ayu.
“Saya?” Ayu menujuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.
Nenek tua itu mengangguk. Ayu pun segera menghampiri nenek tua itu. “Anda mengenal saya, Nyonya?” Tanya Ayu dengan sopan begitu sampai di hadapannya.
“Ini nenek Nduk, neneknya Raka.” Kata nenek tua itu langsung menghambur memeluk Ayu.
“Nenek?”
“Iya, akhirnya kamu datang. Nenek sudah berencana menjemputmu karna tidak datang-datang.”
“Maaf, Nek. Ayu langsung kesini setelah memastikan keadaan bapak sudah stabil.”
“Nggak papa, yang penting bapakmu sudah sehat. Ayo, pulang sama nenek!”
Nenek membawa Ayu ke rumahnya. Dirumah itu hanya di huni oleh nenek. Papa dan mama Raka tinggal sendiri tapi lebih sering bepergian keluar negeri.
“Ayo masuk Nduk.” Nenek menggandeng lengan Ayu untuk masuk kedalam rumah.
Ayu pun mengikuti nenek, entah apa yang salah dengan Ayu para pelayan memperhatikan Ayu dengan tatapan sirik, karna baju yang digunakan Ayu terlihat sederhana.
“Nyonya, apa ini pembantu baru yang nyonya katakan?” Tanya seorang pelayan menghampiri nenek Lia.
.
.
.
Bersambung ..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!