Vop Rara
Apakah ini yang namanya jatuh cinta ?
Setiap kali aku melakukan kegiatan apapun, wajahnya selalu terbayang di benakku dan setiap aku mengingatnya jantung ini berdebar kencang.
Namanya Reno, orang yang menyamar menjadi pengemis tua selama 3 bulan itu ternyata orang yang begitu tampan dan perfeksionis.
Dia sengaja menyamar hanya ingin bisa dekat dengan aku yang selalu membantu orang yang lemah dan kekurangan.
Dia juga menyatakan cintanya padaku saat aku memergoki penyamarannya.
Saat dia tanya "maukah kamu menikah denganku?" Aku hendak menjawab ya.
Tapi lamunanku terhenti saat sebuah telapak tangan menyentuh lenganku.
"Ibu ngapain sih? Kaya sedang jatuh cinta lagi aja."
Deg
Seperti ada batu besar yang menghantam jantung ini saat anak tiriku memanggilku dengan wajah penuh penasaran.
Uhuk uhuk
Aku tersedak mendengar pertanyaan anak tiriku di depan ayahnya yang tanpa ekspresi saat sarapan pagi.
Raka Anak tiriku sigap membantuku seperti biasanya, dan suamiku selalu acuh seperti biasanya juga.
Seketika rasa bersalahku muncul lagi, saat ingat kejadian kemarin.
Flash back on
Seperti biasa aku pergi ke sekolah SMA dengan naik sepeda dari salah satu komplek perumahan mewah di kota ini.
Tak terasa sudah hampir 5 tahun aku tinggal bersama keluarga Pak Toni sebagai istri sah yang dirahasiakan.
Aku juga masih sekolah, kini hampir lulus SMA.
Awalnya Pak Toni menikahiku hanya butuh seseorang yang cocok dengan anak kandungnya.
Ibunya pak Toni menyuruh anaknya menikah agar ada yang bisa merawat pak Toni segi lahir maupun batin dan menggantikan almarhumah istrinya yang meninggal saat melahirkan.
Mungkin saat melihatku pertama kali Ibunya pak Toni sedikit ragu, tapi entah alibi apa yang disampaikan oleh Pak Toni sehingga aku yang saat itu SMP kelas 2 bisa menikah dengan duda satu anak itu.
Walaupun kami suami istri yang sah secara hukum, nyatanya pak Toni belum pernah menyentuhku selama 5 tahun usia pernikahan ini, mungkin karena bucin banget sama almarhumah istrinya.
Saat awal-awal pernikahan aku selalu mencoba menjadi istri yang baik untuk suamiku itu, namun suamiku itu menolak perhatianku secara halus.
Aku juga dulu merasa bodo amat lagian dulu waktu menikah masih usia SMP, masih acuh tak acuh masalah perasaan, sibuk kerja cari duit, yah walaupun masih SMP, nggak ada yang mengira aku semuda itu karena wajahku yang nampak tua dan tubuhku yang tinggi dan bertulang pundak besar.
"Pernikahan ini hanyalah sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan, anakku membutuhkan sosok seorang ibu dan kamu membutuhkan uang, untuk hubungan suami istri hanyalah sebuah sandiwara di depan ibuku."Begitu Pak Toni menjelaskan hubungan dalam keluarga kecil ini.
Aku juga menikah karena uang yang dijanjikan pak Toni untuk biaya penyembuhan ibuku keluargaku satu satunya, tapi 2 tahun pernikahan kami, ibu pun pergi.
Seperti biasa aku memberi seberapa jumlah uang kepada pengemis yang duduk di pinggir jalan.
Aku melakukannya karena mereka mengingatkan nasibku sebelum berjumpa Raka anak tiriku, aku adalah seorang penjual minuman keliling di lampu merah.
Sekarang adalah saat yang menegangkan bagiku karena beberapa hari lagi akan ada pengumuman kelulusan dan aku bukanlah orang yang pandai untuk hal belajar, selalu dihantui oleh mimpi buruk dimana aku tidak lulus.
Padahal aku sangat semangat untuk lanjut ke universitas idamanku.
Hal itu selalu membuatku banyak ngelamunin apa yang akan aku lakukan jika aku tidak lulus nantinya.
Namun saat hendak menyebrang jalan seorang pengemis tua yang selalu menundukkan kepalanya berlari untuk mendorongku agar tidak tertabrak mobil.
Saat itulah topi compang campingnya terlepas membuat penyamarannya terbuka.
Deg
Dalam keadaan terduduk setengah terbaring dipinggir jalan itu mataku terpesona oleh kecantikan wajah pria itu, seolah waktu berhenti dan suara bising kendaraan yang lalu lalang hilang entah kemana aku sungguh terpesona dengan kulit putihnya, bibir ranumnya, hidung mancungnya, mata jernihnya, dan rambut hitamnya.
Apakah ini adalah penjelmaan Malaikat pencabut nyawa? Kenapa begitu tampan?
"Ini tipe aku banget."Hatiku berbicara.
Setelah beberapa lama terjerat dalam pesona pria mempesona, aku baru sadar sesaat kemudian setelah entah berapa lama pria dihadapanku ini mengguncang tubuhku dengan memegang keras kedua lenganku.
"Hei nona apa kamu tidak apa-apa!?"teriaknya keras.
Aku terperanjat dan seketika aku kembali ke dunia di pinggir jalan dimana suara kendaraan bermotor terhenti akibat ada mobil yang keluar jalur.
"aku baik-baik saja."jawabku sedikit menunduk malu karena baru sadar telah melongo seperti orang idiot, aku merasakan suhu mukaku naik sepertinya sudah merah semerah tomat karena malu, ini memang sungguh memalukan.
Ternyata suara klakson berbunyi bergantian akibat adanya kemacetan, sungguh memekakkan telinga.
Aku berpikir lalu kemana pendengaranku barusan saat...
"Hei sikutmu berdarah!"teriak pria itu seraya menggendongku tanpa bertanya terlebih dahulu.
Aku pun tak sadar dengan sikutku itu sehingga aku menyentuh dengan tanganku sendiri rupanya seragam lengan panjangku pun sudah robek.
Aku tidak tahu apa tujuan pria ini menyamar, dan kini aku sedang di dalam mobil mahal yang sama seperti mobil suamiku.
Lalu berhenti di depan rumah sakit terdekat.
Pikiran ku masih melayang nggak bisa mengerti apa sebenarnya yang terjadi sekarang.
Deg
Aku baru teringat jika ada sesuatu harus menghubungi suamiku, kalau tidak ibu mertuaku akan mengomelinya nanti.
"Pak Toni, aku terjatuh dan sekarang ada di rumah sakit Tiara."ketik tanganku dalam chat untuk suami palsuku.
Pasti dia akan datang walaupun dengan sangat amat terpaksa.
dan sebentar lagi pasti sekertarisnya akan membalas chat ku dengan hp nya karena perintah bosnya, kadang suruh nunggu 3 jamlah kadang nunggu sampai malamlah.
Setelah perawatan aku hendak bertanya kepada seorang penyelamat yang mengantarku ini, tentang apa maksudnya berpenampilan seperti pengemis.
Namun sebelum ada satupun kalimat yang keluar dariku dia duluan menceritakannya padaku.
Saat aku duduk di kursi tunggu rumah sakit,dia sengaja berlutut dihadapanku.
"Syukurlah kamu tidak apa-apa, aku sangat cemas dengan keadaanmu, kenalkan namaku Reno, aku sedang mencari calon istri dan setelah beberapa waktu ini aku rasa kamu sesuai dengan yang saya inginkan sebagai seorang istri, mungkin ini terlalu mendadak tapi kita bisa menjalaninya pelan-pelan setelah kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri, jadi maukah kamu menikah denganku? tentunya setelah lulus sekolah."penjelasan yang singkat dan to the poin banget, tapi aku suka.
Hatiku sangat senang mendengar ucapan orang dihadapanku ini, ternyata memang benar, tidak ada rasa cinta sama sekali antara aku dan pak Toni, dulu awalnya aku sedikit sakit hati atas perlakuan Pak Toni yang selalu mengacuhkan kehadiranku, tapi kini entah kenapa aku merasa rupanya dulu bukan cinta tapi sebatas ingin melakukan hal yang sesuai sebagai seorang istri namun semua itu salah, karena aku yakin sekarang inilah aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama, dan lidahku hampir menjawab ya jika sesuatu tidak terjadi kemudian.
"aku..." Tiba-tiba Ucapanku terpotong.
"Ayo kita pulang!"Suara rendah dengan nada mendominasi itu datang tiba-tiba seperti hantu.
Deg
Ucapanku terpotong dengan kalimat dari seseorang yang tidak terpikirkan olehku sebelumnya.
Suamiku Pak Toni yang tidak pernah berbicara denganku sebelumnya tiba-tiba mengeluarkan suaranya untuk mengajakku pulang dari jarak 10 langkah.
Kenapa tidak ada pesan dulu, biasanya juga kan sungguh nunggu beberapa lama baru dia datang, tapi giliran ada kejadian romantis seperti barusan,,
"Aaaaah.. Menyebalkan!!!" teriakku di dalam hati.
Sebenarnya Entah sejak kapan dia berada di sana dan apakah dia tau apa yang barusan dikatakan oleh Reno? Kenapa aku merasa kepergok sedang selingkuh.
Padahal Pak Toni tidak pernah menganggap aku ada sebelumnya.
Kemudian Pak Toni berjalan dengan gagahnya seperti biasa menuju ke arah kami lalu berkata hal yang mengagetkanku.
"Kamu bisa menjelaskan hubungan kalian nanti, tapi sekarang anak dan mertuamu sedang mencemaskan keadaan mu di rumah."Lanjutnya seraya menarik tanganku kemudian setengah menyeretku untuk pulang meninggalkan Reno tanpa memberikan kesempatan kepadaku untuk memberikan penjelasan kepadanya sang penyelamat dari negri dongeng.
sebelum masuk mobil Pak Toni aku mencoba memberanikan diri untuk menjelaskan.
"Ak Aku tidak mengenal dia sama sekali." Ucapku sedikit teriak membuat genggaman tangan Pak Toni terlepas dan berbalik ke arahku.
"apa yang aku katakan barusan?" Ucapku dalam hati, Padahal kan dia tidak akan peduli sama sekali.
Aku menunduk malu karena merasa telah berpikir kalau pak Toni benar-benar ingin tahu penjelasan dariku.
Padahal nyatanya setelah itu dia kembali acuh naik ke mobil tanpa ekspresi seperti biasanya.
Di dalam mobil, Pak Toni tidak berbicara denganku lagi.
Hingga sampai di rumah, dia berbincang kepada ibunya yang sengaja datang untuk melihat keadaanku, lalu pergi meninggalkan rumah untuk melanjutkan pekerjaannya di kantor.
Ternyata penjelasan yang diminta olehnya tadi hanya pormalitas seperti biasa.
Aku yakin setelah ini dia tidak akan berbicara denganku lagi.
Hais aku terlalu kepedean sih, toh Pak Toni tidak pernah memikirkan hubungan antara aku dengan dia itu sebagai pasangan sama sekali.
Saat jam menunjukkan pukul setengah 12 malam aku semakin yakin kalau kehadiranku tidak berkesan sama sekali untuk Pak Toni.
Dengan demikian jika aku meminta cerai kepada Pak Toni mungkin dia akan setuju.
Kalau begitu aku akan menunggu kepulangannya di ruang utama.
Sekarang juga aku harus berani untuk meminta cerai darinya agar aku bisa menjalani kisah asmaraku sendiri.
Sambil menunggu Pak Toni si gunung es itu aku menyalakan TV tanpa volume, dan menyiapkan beberapa cemilan.
Lalu perhatianku tertuju pada album poto yang berbaris rapi di dalam lemari kaca di bawah TV.
Aku kembali melihat lembaran poto sepasang kekasih yang saling mencintai itu, dimana pak Toni nampak sangat bahagia bersama mendiang istrinya.
Di tempat yang berbeda dan begitu indah dan romantis, dengan penuh rasa cinta, sosok dalam poto itu menyombongkan keromantisan mereka.
Selang beberapa saat kemudian terdengar suara mobil yang masuk pintu gerbang berhenti di depan rumah dan lanjut ke belakang rumah.
Aku pun menutup album poto tersebut.
Kemudian suara pintu utama pun terbuka dan nampaklah Pak Toni yang masuk dengan menarik dasinya agar sedikit longgar, matanya yang menunduk masih belum menyadari keberadaanku, dia nampak begitu lelah setelah bekerja seharian.
Tiba saat Pak Toni melewati kursiku dia berhenti sejenak melihat kearahku sebentar dan melanjutkan perjalanannya menuju ke lantai atas.
Memang tidak peduli seperti biasanya.
Namun ketika dia telah menuju beberapa anak tangga aku memberanikan diri untuk berbicara.
"Pak Toni, aku mau cerai !!"Ucapku dengan nada sedikit tinggi tapi dengan volume yang rendah.
Brak
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!