NovelToon NovelToon

Bumantara

Bab 1 Jagaddhita

Jagaddhita sebuah negeri yang makmur dan kaya dibagian paling selatan Eunoia, pelayaran, pertanian, perdangan dan pariwisata semuanya sangat maju dan tersusun rapi bahkan negeri ini menjadi salah satu negeri terkaya di Euonia.

Mungkin kalian bertanya apa itu Eunoia maka akan aku jelaskan.

Ada tiga benua besar didunia ini, kekaisaran Jagaddhita yang memiliki wilayah terluas dan termakmur dibenua Eunoia.

Kekaisaran Gahyaka kekaisaran yang memiliki kekuatan militer paling besar dibenua Tara, dan yang terakhir adalah kekaisaran suci, tempat dimana paus dan pendeta tinggal.

Dan Jagaddhita adalah pusat segala pemerintah di Euonia, mungkin kalian bertanya mengapa pusat pemerintahan ada di paling ujung benua.

Jawabannya sederhana karna kaisar ke-20 yang membawa Jagaddhita ke dalam kejayaan begitu mencintai tanah kelahirannya, dan para keturunan nya menghargai keputusan itu, dan tetap menjadikan Jagaddhita sebagai pusat pemerintahan.

Siapa yang menyangka negeri yang paling miskin itu akan menjadi negeri termakmur dimasa depan, dan yang menjadi Kaisar saat ini adalah keturunan Kaisar dan menjadi orang ke- 25 yang memimpin Eunoia yaitu Kaisar Wistara bramanty pandita.

Kaisar pandita memiliki tiga orang Putra dan lima orang putri, dua dari Nareswasi dan tiga selirnya salah satu nya adalah.

Adhistia Indari jannitra seorang putri dari seorang wanita yang tidak dikenal, menurut gosip yang beredar putri Histia adalah anak hasil hubungan gelap raja, dengan seorang pelayan namun, tidak ada yang tau kebenarannya sama sekali.

Histia menatap nyalang wanita yang berdiri didepannya.

"Ugh,"

"Praya sialan! Sudah ku katakan jangan ikut campur urusanku!"

"..."

"Memangnya kau siapa ku sampai ikut campur dalam urusan ku!"

Wanita cantik itu menghela nafas lelah, ia menatap Histia dan meletakkan teh nya diatas meja yang sudah di isi dengan beberapa dessert.

"Adik sudah ku katakan seorang Tuan Putri harus memiliki sopan santun dalam tutur katanya," Histia mendecih saat mendengar perkataan wanita itu.

"Dan mungkin kau lupa aku adalah walimu," wanita itu menatap teh Chamomile di depannya, ujung matanya menatap Histia yang terlihat mengibarkan bendera perang padanya.

"Wali? Aku tidak sudi kau menjadi waliku!"

"Walaupun kau tidak mau tapi keputusan Ayah sudah bulat,"

"Dan aku dengar dari Nyonya Palesa kau bolos kelas lagi yah, bahkan kau mengikat nya."

"..."

Histia diam ia menatap malas kakak tertuanya.

"Suruh siapa dia sok melarang ku," cicit Histia.

Wanita cantik itu menghela nafas lelah, mengurus Adik ke-tiga nya itu membutuhkan kesabaran ekstra apalagi melihat perlakuan nya yang tidak mencerminkan keluarga kerajaan.

Dia adalah pembuat masalah terbesar di Jagaddhita, satu tahun yang lalu ia meledakkan dapur karna makanan yang dihidangkan tidak sesuai dengan keinginan nya.

Ia juga pernah menghancurkan pesta teh seorang Nona bangsawan karena Nona itu menyebalkan.

Lalu ia juga menghancurkan debut seorang nona bangsawan, gara-gara hal itu pihak kerajaan mendapatkan banyak tekanan.

"Prajurit bawa Histia ke kamarnya, dan kurung dia selama satu minggu,"

Mendengar itu Histia ingin protes.

"Apa! Praya sialan! Jangan asal menentukan hukuman!"

"Hukumanmu menjadi satu bulan, Adik aku harap setelah masa hukuman mu selesai kau bisa merenungkan apa kesalahan mu,"

Wanita anggun itu mengibaskan tangannya, dan para prajurit segera membawa Histia ke kamarnya. Tanpa memperdulikan Histia yang terus memberontak. Dan mengeluarkan kata-kata kasar.

Praya garvita isvara dia putri tertua dari 8 bersaudara dan dia adalah anak pertama dari Prameswari saat ini.

Praya terkenal memiliki kecantikan luar biasa, dengan rambut hitam dan mata berwarna hazel ia juga dikenal sebagai putri yang memiliki citra yang baik.

Dia selalu membantu rakyat tanpa memandang kelas mereka.

Ia juga tidak pernah jijik bersentuhan dengan rakyat jelata, atau membantu pengemis yang ada di jalanan. Reputasi Praya sangat baik di masyarakat.

Apalagi Praya hebat dalam segala hal, sastra, berkuda, menyulam, dan bermain pedang.

Bahkan gara-gara itu banyak orang yang mendukungnya untuk menjadi Kaisar dibandingkan dengan saudara kembarnya yang tidak kompeten. Dan pembuat masalah.

Namun sayangnya kekaisaran tidak menerima anak perempuan menjadi pemimpin, walaupun Praya anak pertama ia harus menyerahkan tahta pada adiknya yang lahir beberapa menit setelahnya.

Hanya karna ia seorang wanita.

"Histia," Praya memijat keningnya lelah, tugas nya sudah banyak dan harus ditambah dengan menjaga adiknya yang pembuat masalah itu.

Kalau orang lain pasti lebih memilih mati daripada menjaga Histia yang pembuat masalah.

"Tuan putri," Praya menatap pelayan.

"Ada apa?"

"Ada rumor baru tentang Tuan Putri ke-tiga," mata lelah itu menatap pelayan yang terlihat lebih tua dari Praya, seakan mengerti tatapan Praya pelayan itu kembali melanjutkan perkataannya.

"Katanya Tuan Putri ke-tiga sering bermain dengan para Ksatria,"

"Biarkan saja, toh rumor seperti itu sudah biasa,"

Ada banyak rumor buruk tentang Histia di kalangan bangsawan dan rakyat, dan rumor-rumor tergolong buruk seperti contohnya Histia memiliki ruangan khusus dimana dia sering menyiksa para pelayan.

Rumor juga mengatakan Histia memiliki kutukan, atau yang terbaru Histia sering bermain dengan para Ksatria.

Praya sering kali membantu Adiknya itu terbebas dari rumor, namun setiap Praya membersihkan rumor yang lama, rumor baru akan tumbuh lebih besar.

Hal itu juga yang membuat Praya lelah karna mengurusi rumor yang mengerubungi adik nya itu.

"Lagipula Anak itu tidak peduli dengan rumor tentang nya,"

Pintu kamar Histia tiba-tiba di buka dengan keras.

Praya yang sedang meminum teh nya di kagetkan dengan Adiknya yang tiba-tiba membuka pintu dengan kasar.

"Praya! Berikan aku uang!"

'Hancur sudah masa depan Kekaisaran ini.'

...***...

Histia menatap pintu kamarnya dengan marah, pintu itu pintu yang menghalangi kebebasannya. Harusnya dia sudah masuk ke hutan kabut namun kakaknya bergerak dengan cepat dan menangkapnya. Dan ia harus berakhir dengan di kurung sebulan penuh.

"Praya wanita sialan itu, aku pastikan dimasa depan aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri,"

Pintu kamar Histia di buka dari luar.

Histia menatap Pelayan yang baru masuk itu dengan tatapan permusuhan.

"Tuan Putri anda harus makan,"

'Pelayan sialan ini, aku akan membunuhnya juga,"

"Singkirkan sampah itu dari hadapan ku!"

"Tuan Putri ini perintah tuan Putri pertama," Histia dengan terpaksa mengambil makanan itu, pelayan itu tersenyum saat melihat Tuan Putri ke-tiga begitu patuh.

Namun ekspetasi dipatahkan saat Histia melemparkan sup panas itu ke wajah Pelayan itu.

Histia melempar piring itu ke wajah Pelayan dan jatuh ke lantai, Pelayan itu berteriak kesakitan.

"Akhhh panas," Pelayan itu berlutut dibawah kaki Histia, para Ksatria yang mendengar suara keributan menerobos masuk.

Mereka begitu terkejut saat melihat wajah pelayan yang terlihat memerah, dan yang lebih mengejutkan lagi Histia tetap duduk tenang ditempatnya seakan-akan menikmati pertunjukan itu.

'Iblis,' pikir dua prajurit itu, Histia menatap keduanya tajam.

Mereka menelan silvanya dengan susah payah, saat mendapatkan tatapan tajam dari Histia.

"Berani sekali kalian menerobos masuk tanpa izin ke dalam kamar Tuan kalian, apakah kalian ingin dihukum?"

Para prajurit itu segera berlutut mengabaikan pelayan yang masih mengaduh kesakitan.

"Cih kalian tau kan perasaan ku sedang tidak baik dan kalian malah membuat masalah!"

"Ampuni kami tuan Putri! Kami bersalah!"

"Pergi! Dan bawa Pelayan itu pergi dari kamarku!"

Para prajurit segera membawa pelayan itu keluar mereka takut tuan mereka melakukan hal yang lebih gila pada pelayan malang itu.

"Kekaisaran sialan," Histia menghembuskan nafas nya lelah, ia merasa seperti burung yang dikurung dalam sebuah sangkar yang dipenuhi oleh emas dan permata.

Walaupun ia pembuat masalah keluarganya tetap memberinya fasilitas yang mewah seperti saudara dan saudari nya yang lain.

Gaun yang selalu baru, ruang sepatu yang selalu penuh, perhiasan dari berbagai negeri. Membuat wanita manapun iri dengan kehidupan nya.

Namun dibalik semua kemewahan yang istana berikan padanya ada harga untuk membayarnya, yaitu nyawa, hidup ditempat ini berarti kau siap mengorbankan nyawa.

Karena bisa saja kau meminum teh beracun, atau pembunuh bayaran yang selalu mengincar mu. Dan yang paling berbahaya, rasa iri dari saudara mu.

Hidup ditempat ini membuat Histia tidak bisa mempercayai siapapun, karena bisa jadi orang yang dekat dengannya, keesokan harinya akan menodongkan pedang ke lehernya.

"Huft dia semakin menjadi-jadi dasar Ular,"

***

"Bagiamana dengan dia Praya?"

"Histia baik-baik saja Ayahhanda, saya hanya mengurungnya," pria itu menatap Putrinya.

"Pastikan anak itu baik-baik saja Praya, jangan biarkan dia terluka sedikitpun," Praya mengangguk kepalanya.

"Baik Ayahanda saya akan menjaga Adik dengan baik,"

"Pergilah, tiga hari lagi Pangeran Mahkota kekaisaran Gahyaka akan datang,"

"Baik Ayahanda, jaga diri anda baik-baik,"

Praya menatap pintu ruangan kerja ayahnya dengan tatapan marah.

'Dasar tua bangka sialan,'

Ia pergi sambil menahan amarahnya, Kaisar saat ini Wistara bramanty

pandita adalah Kaisar paling bodoh.

Sangat berbeda dengan para Kaisar sebelumnya, di luar Pandita memang terkenal sebagai Kaisar bijaksana, ide-idenya membuat Jagaddhita semakin makmur. Membuat rakyat semakin menyanjung nya.

Namun, semua itu hanya topeng, topeng yang coba ditutupi oleh Kaisar. Sebenarnya semua ide-ide itu adalah ide Praya semua pekerjaan Ayah nya adalah hasil kerja keras Praya.

Semua hal di Jagaddhita adalah hasil pemikiran Praya, namun Ayahnya mengambil itu semua Praya harus menelan pil pahit itu, kerja kerasnya di ambil oleh sang Ayah.

Praya berjalan dengan anggun melewati setiap lorong istana, sampai ia sampai di istana tempat nya tinggal.

Praya menatap tumpukan buku di kamarnya, ia mengambil salah satu buku dan membacanya.

"Sebentar lagi semuanya akan selesai bersabar lah."

Bab 2 (Sarang ular)

"Sebentar lagi semuanya akan selesai bertahan lah,"

...***...

Naga salah satu hewan legenda yang dibenci oleh seluruh dunia, pasalnya Naga pernah menjadi teror paling menyeramkan di seluruh dunia, atau lebih tepatnya dua ratus tahun lalu.

Dulu manusia pernah berperang dengan Naga yang mengakibatkan dunia kacau, apalagi para Kaisar dan Paus yang ikut menghilang saat bencana itu terjadi.

Para manusia yakin kalau orang-orang yang menghilang itu dibunuh oleh Naga.

Gara-gara perang yang tidak adil itu setengah, dari populasi manusia harus melenggang nyawa, Kekaisaran hancur satu demi satu, perang yang menyeramkan itu akhirnya selesai saat Kaisar ke-20 Jagaddhita, berhasil mengalahkan naga yang kejam itu.

Sejak saat itu pula Kaisar ke-20 di puja oleh seluruh dunia, buku-buku tentang nya sangat laris di pasaran, bahkan banyak yang membuat patung dirinya, dan memajangnya dirumah untuk membuang kesialan.

"Dengan memakannya manusia akan memiliki keabadian sama seperti mereka, mahluk suci yang dicintai dan diberkati oleh Dewata,"

"Yang sakit akan sembuh, yang mati akan hidup kembali, dan kematian akan membenci mereka yang memakannya,"

"Aku harus memakannya," mata Praya mengelap.

"Keabadian, aku harus mendapatkannya apapun resikonya rencana ini harus berhasil."

Praya melanjutkan bacaan nya.

"Namun untuk mendapatkannya bukanlah hal yang mudah, tidak ada satupun senjata yang bisa melukainya tidak ada satupun racun yang bisa membunuhnya hanya benda itu yang bisa,"

"Bunga dari gunung yang hilang,"

Praya merebahkan tubuhnya ia kembali menatap catatan itu, catatan yang berisi tentang kebenaran yang sesungguhnya, sejarah yang dicoba ditutupi.

"Aku masih tidak mempercayai nya."

...***...

Praya mengunakan baju berbahan satin halus berwarna putih biru dengan, sedikit renda di ujung bajunya, yang menonjolkan bagian tulang selangka nya ditambah dengan hiasan selendang di kedua tangannya.

Serta, kalung safir yang membuat lehernya terlihat jenjang dan terlihat menawan.

Praya menatap pantulan dirinya di cermin, hari ini keluarga dari Kekaisaran Gahyaka akan datang untuk menghadiri pesta ulang tahun Praya.

'Dia akan datang kan?' Praya sedikit merapikan rambutnya.

"Tuan putri anda terlihat sangat mempesona,"

"Itu benar, tuan putri adalah wanita paling tercantik di Euonia," Praya tertawa kecil mendengar pujian para pelayan itu.

"Kalian berlebihan masih banyak wanita cantik diluar sana," para pelayan terlihat sedikit merajuk.

"Itu tidak benar tuan putri tidak ada satupun Nona Bangsawan yang bisa menyaingi kecantikan tuan putri,"

"Alangkah beruntungnya pria yang bisa menikah dengan tuan putri,"

Praya menatap pantulan dirinya di cermin, ia kemudian menatap para pelayan yang dari tadi terus memuji nya.

"Aku akan terlambat kalau kalian terus menahan ku seperti ini," para pelayan itu sedikit terkejut kemudian mereka meminta maaf.

"Maaf karena kami menghambat tuan Putri,"

"Kami berdosa tuan Putri,"

Praya mengangkat tangannya kemudian berdiri meninggalkan kamarnya.

"Tidak apa-apa."

...***...

Praya menatap Adik-adiknya, pakaian Adik-adiknya terlihat sangat mewah dengan batu permata yang menghiasi seluruh gaun mereka, jangan lupakan wajah mereka yang didandani begitu menor.

"Kakak pertama seharusnya kamu memakai pakaian yang sedikit lebih mewah,"

"Harsa benar Kakak, atau Kakak butuh bantuan kami untuk berdandan?" para Putri yang lain juga mengangguk setuju.

"Terimakasih atas bantuannya Adik, aku akan memikirkan saran kalian," Praya tersenyum, ia melihat Histia yang juga berpakaian mewah, dengan balutan gaun berwarna merah.

Dan perhiasan yang lebih sedikit dari saudarinya yang lain.

"Adik aku senang kau ikut dalam penyambutan ini," Histia menatap Praya sekilas, setelah itu pandangan kembali fokus pada rombongan kereta Kuda yang sudah terlihat.

"Kalau kau tidak mengancam ku, aku tidak akan datang dan membuang-buang waktu seperti ini."

...***...

Beberapa hari sebelumnya

"Aku tidak mau! Pokonya aku tidak datang Praya!"

"Adik, seluruh keluarga akan datang menyambut keluarga Kekaisaran Gahyaka, kamu juga harus datang adik atau reputasi mu semakin buruk,"

"..."

Histia mendecih

"Aku kan bukan bagian Keluarga ini jadi kehadiran ku tidak terlalu berguna dan tentang reputasi toh itu sudah buruk dari awal,"

Praya menggemgam tangan Adiknya.

"Histia kau tidak usah mendengar kan perkataan Selir ke-dua, kau adalah Adikku dan kau adalah keluarga kami,"

"..."

"Lagipula bukankah aku masih dihukum? Ini baru tiga hari berlalu," Praya tersenyum.

"Masa hukuman mu sudah selesai Adik,"

"..."

"Adik kalau kau tidak mau datang maka aku akan menutup jalan rahasia mu," Histia membelalakkan matanya.

"Sejak kapan kau tau!" Praya tertawa.

"Adik aku mengetahui semua yang terjadi di istana ini, jadi kau akan datang kan?"

Histia mengeram marah.

"Baik! Aku datang, sudah puas kan!"

...***...

"Benda itu kau sudah selesai merendamnya kan?"

Gestara tersenyum, ia menyerahkan sebuah kotak kepada Praya, Praya membuka kotaknya didalamnya terdapat sebuah belati dengan ukiran yang indah.

"Sudah direndam dengan baik,"

"Aku tidak menyangka butuh waktu selama ini," Praya menghela nafasnya, dan menutup kembali kotak itu.

"Itu karna dosisnya sangat sedikit Praya, andaikan dosisnya sedikit lebih banyak mungkin hanya butuh satu tahun untuk merendam nya," Praya menyimpan kembali belati itu, untung saja Praya sudah mengusir para pelayan jadi tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Tidak ada yang tau tentang ini selain kita kan?" Gestara tertawa.

"Semuanya aman Praya," Praya mengangguk.

Gestara pradeepa putra mahkota kekaisaran Gahyaka saat ini, dia memiliki rambut berwarna merah dengan mata berwarna hijau.

Dia adalah orang terlicik yang Praya tau dan begitu terobsesi pada Praya, dia akan melakukan apapun untuk membuat Praya bahagia. Ia bahkan tidak segan membunuh Keluarga nya kalau Praya yang memintanya.

"Dan tentang dia apa kau bertemu lagi dengannya?" Praya menggelengkan kepalanya.

"Aneh, dia hanya muncul sekali setelah memberikan catatan itu,"

"Iya, dia memang aneh, setelah menyerahkan benda ini dia pergi begitu saja, padahal ini fakta luar biasa tapi kenapa dia tidak tertarik dan malah memberikannya padaku,"

"Mungkin kau memang pantas untuk mendapatkannya Praya,"

"Praya aku mencintaimu," Praya menatapnya.

"Aku tau."

...***...

Histia menatap malas pria didepannya pria dengan tampang bodoh yang selalu tersenyum.

"Histia apa kabarmu?"

"Buruk," pria itu tertawa canggung.

"Aku senang karna kau ikut menyambut ku Histia,"

"Bisakah kau pergi, aku malas meladeni mu," kata Histia dengan sengit.

"Kenapa? Aku juga ingin mengobrol denganmu Histia,"

Rambut merah dan mata yang berwarna hijau, merupakan ciri khas Kerajaan Gahyaka dan pria yang berdiri di depan Histia adalah orang penting.

"Gestara, lebih baik kau membuntuti Praya seperti biasanya," Histia pergi dengan marah, padahal tadinya ia ingin bersantai di taman namun sayang keinginan nya itu harus lenyap karna serangga pengganggu.

Ia bahkan tidak sopan dengan Gestara yang notabenenya putra mahkota memang Histia pembuat masalah nomor satu.

'Dasar Ular cobra,'

Histia segera berbalik meninggalkan Gestara setelah Histia pergi Gestara mendatarkan wajahnya. Ia menatap Histia dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Monster itu."

...***...

Hariku sangat buruk, itu karna aku harus ikut dalam menyambut Keluarga kekaisaran Gahyaka, sialan bukankah itu membuang-buang waktu.

"Datang mah datang saja kenapa harus disambut segala sih,"

"Dasar Keluarga haus perhatian, sepenting apa sih keluarga Kaisar," para pelayan diam saat mendengar Histia yang menggerutu, mereka berharap kalau Histia tidak menjadikan mereka bahan pelampiasan.

Pelayan itu terlihat begitu gugup sampai berbicara pun ia terbata-bata.

"Tuan putri ingin menggunakan perhiasan yang mana." aku menatap kotak perhiasanku, tidak ada yang menarik sungguh namun aku harus tetap memilih.

Aku memilih kalung dari Rubby yang terlihat cocok dengan gaunku, para pelayan segera memasangkan kalung pilihanku dileher ku yang jenjang.

...***...

'Coba lihat mereka, dandanan yang begitu menor, astaga apa mereka ingin berjualan perhiasan? Dasar,'

"Kakak pertama seharusnya kamu memakai pakaian yang sedikit lebih mewah,"

kali ini aku setuju dengan mu Harsa lihat walaupun gaunku, tidak selebar Putri putri manja itu namun, tetap saja ini mewah dibandingkan dengan gaun itu.

'Terlihat seperti gaun tidur,'

"Harsa benar kakak, atau kakak butuh bantuan kami untuk berdandan?"

'Lihatlah sebegitu kerasnya ia mencoba menjadi Putri yang sederhana, sudahlah aku malas mendengar para Ular ini berbicara, membuang-buang waktu.'

Langit hari ini begitu cerah tidak ada satupun awan yang menutupi langit, membuat suasana terasa sedikit panas.

Seharusnya, waktu seperti ini dihabiskan dengan bermalas-malasan dikamar, atau berendam bukan malah melakukan penyambutan yang merepotkan seperti ini. Aku merasa seperti sedang dihukum.

Tidak-tidak menjelajah lebih seru.

Omong-omong, si pembuat masalah nomor dua tidak terlihat, apa dia melakukan sesuatu lagi yah. Atau hah kasian sekali.

'Tunggu kenapa aku malah memikirkan anak itu, tidak berguna sama sekali tidak berguna lupakan lupakan,'

"Salam kepada Bulan kekaisaran dan para Puteri,"

"Selamat datang di Jagaddhita Putra Mahkota Gestara, bagiamana perjalanan mu?"

"Perjalanan saya menyenangkan yang mulia Nareswari, banyak tempat-tempat indah yang saya lihat selama perjalanan,"

Hah bertambah lagi Ular dalam istana ini. Coba lihat tampang busuk nya benar-benar, apa yang tampan dari wajah itu sih. Bahkan kusir istana lebih baik darinya.

"Aku ingin mengobrol lebih banyak dengan Putra Mahkota bagiamana dengan jamuan teh esok hari?"

'Hmm apa mereka akan membahas tentang pernikahan? Ya ini kan sudah waktunya bagi Praya untuk menikah, dia kan sudah tua,'

"Terimakasih atas undangan minum teh nya yang mulia, saya pasti akan datang."

Ya ya ya bisakah kalian melanjutkan mengobrol nya didalam saja? Ini sangat membosankan, ah kapan semua ini selesai.

Nareswari tertawa kecil.

"Aku menunggumu putra mahkota."

...***...

"Kenapa kau kesini pembuat masalah?"

Hai hai Matcha disini kerasa cepet banget gak sih alurnya? Enggak lah santai part awal memang harus dibuka dengan masalah biar para pembaca betah. Btw ada fakta unik di cerita Bumantara ini yaitu Bumantara mengalami 3 kali revisi besar-besaran woah.

Dan tiga revisi itu bener-bener ngubah alur secara keseluruhan, mulai dari tokoh yang harusnya muncul jadi gak ada, tokoh yang gak punya peran penting jadi punya peran penting.

Nanti aku kasih tau apa aja yang berubah kita bahas itu di fakta-fakta berikutnya.

Oke sampai jumpa di part selanjutnya.

Bab 3 (Anvaya raespati)

"Kenapa kau kesini pembuat masalah!"

...***...

"Kenapa kau kesini pembuat masalah!" pria berambut hitam itu terkejut karna kedatangan Histia yang tiba-tiba.

Mereka saling menatap tajam.

"Kau pun pembuat masalah Anvaya,"

"Huh,"

"Kau sudah bebas?" Pria itu bertanya saat melihat Histia yang duduk disampingnya, Histia melihatnya sekilas lalu melihat bulan purnama, yang terlihat sangat indah malam itu.

Dengan langit malam yang dipenuhi oleh bintang, membuat hati siapapun tenang melihat ciptaan Dewata itu.

"Praya membebaskanku, dan kenapa kau tidak ikut menyambut Ular itu? "

"Untuk apa aku datang toh yang jadi tokoh utamanya tetap Kakak,"

Anvaya raespati loka, Putra mahkota kekaisaran Jagaddhita yang memiliki rambut hitam yang mencolok dan ditambah dengan coklat yang terlihat begitu indah.

Dengan tinggi semampai dan tubuh yang kekar membuat Anvaya terlihat sangat mempesona, dan menempati posisi nomor satu sebagai calon menantu idaman.

Walaupun dia Putra mahkota yang terkenal sebagai pembuat masalah dan bodoh.

Namun, gelar Putra mahkota bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Membuat siapapun ingin menjilat nya, demi kepentingan pribadi.

Namun, dibalik itu semua ada banyak pihak yang tidak setuju dengan Anvaya yang menjadi Putra mahkota, mereka, lebih mendukung kakaknya yaitu Praya yang menjadi Putri mahkota.

Namun, tentu saja hal itu tidak diungkapkan secara terang-terangan. Mereka hanya membicarakan di perkumpulan sosial.

Anvaya sendiri tidak suka menjadi Putra mahkota, dia lebih setuju Kakaknya yang menjadi Putri mahkota namun, tentu saja tidak semudah itu mengubah tradisi yang sudah menyatu, dengan tulang dan daging.

Mengubah tradisi sama dengan tidak menghargai para leluhur.

"Sudah berhasil masuk ke hutan itu?" Histia menggeleng.

"Aku belum bisa masuk, Praya selalu berhasil menangkapku,"

Mereka berdua memilih diam, dan menikmati suasana hutan yang nyaman dan tenang, hutan istana ini adalah tempat dimana Histia dan Anvaya menghabiskan waktu setelah menghadapi hari yang penuh intrik.

Jarang nya, ksatria ditempat ini semakin membuat Histia dan Anvaya bebas, menjadi diri mereka sendiri tanpa perlu ditekan oleh banyak pihak.

Tidak ada yang tau kalau dua pembuat masalah terbesar di Euonia memiliki hubungan yang baik.

Histia: Siapa yang memiliki hubungan baik dengan siapa!ಠ益ಠ

Anvaya: Hey sialan jaga kata-katamu aku tidak dekat dengan pembuat masalah ini!ಠ益ಠ

Histia: Sadarlah kau juga pembuat masalah Anvaya!(ノಠ益ಠ)ノ

Anvaya: Kau!(ノ`Д')ノ彡┻━┻

Matcha: udah woy(┛◉Д◉)┛彡┻━┻

Anvaya melemparkan sebuah pedang ke samping Histia.

"Angkat pedangmu dan berlatih bersamaku," Histia menaikkan alisnya.

"Tidak mau aku lelah mau tidur saja,"

Anvaya menarik tangan Histia dengan paksa. "Bangun dan berlatih lah dasar Babi pemalas."

"Bajingan ini! Siapa yang kau bilang Babi pemalas!"

Anvaya tertawa remeh.

"Tentu saja kau, oh apa sekarang kau mulai buta,"

Histia mengeram marah, dan meraih pedang itu membuang sarungnya dengan asal dan mulai menyerang Anvaya dengan sembarangan.

Sring

Sring

Bunyi dari kedua pedang itu, bergema di seluruh hutan Istana.

Anvaya terus menangkis serangan Histia, dengan santai melihat Anvaya yang terlihat bermain-main membuat

Histia kesal bukan main.

"Kau!"

"Histia kau terlalu mudah terpancing emosi, gara-gara itu banyak celah terlihat dari seranganmu, kalau aku musuhmu sudah pasti kau akan mati adikku,"

Sring

Sring

Histia kembali menyerang.

"Siapa yang adikmu! Dengar kita bukan saudara jadi jangan menggunakan kata-kata menyebalkan itu,"

"Oh, kenapa kau tidak suka? Dengar adik kita berbagi darah yang sama itu berarti kau adikku kan,"

"Jangan bertingkah menjijikkan seperti Praya Anvaya!" Histia menarik nafasnya dengan kasar dan semakin serius menyerang Anvaya.

Anvaya tersenyum tipis melihat gerakan pedang Histia, yang mulai rapi melihat itu Anvaya sedikit serius dan mengimbangi permainan Histia.

'Aku tau kau memang berbakat lebih berbakat dari aku dan kakak namun, emosi mu tidak pernah stabil Histia kau mudah terprovokasi dengan lawanmu, dan hal itu menjadi kelemahan terbesar mu,'

Histia mendecakkan lidahnya kesal, ia menghapus peluh di keningnya, mengambil nafas dan kembali menyerang Avanya lagi.

'Pria tidak berguna apanya, Anvaya dia pria yang berbakat dalam seni bela diri dan pedang, sayang nya pontensi mu tidak pernah diperhatikan justu rumor buruk mu yang orang-orang tau, ini mungkin sedikit berlebihan namun aku merasa kau lebih cocok menjadi swordmaster dibanding menjadi seorang Kaisar.'

Akhhh

Avanya mengarahkan pedang ke leher Histia.

"Kau kalah lagi Histia," Histia menatap Anvaya lalu menatap sekitarnya.

"Sial, aku jatuh karna akar pohon," Anvaya duduk disebelah Histia dan menatapnya yang terlihat masih menggerutu.

"Sudah aku katakan fokus, kau sangat bodoh Histia,"

"Berisik!"

Avanya tertawa dan membantu Histia berdiri.

***

"Aku dengar kau menghukum pelayan itu yah,"

"Iya, Tikus itu sudah terlalu lama hidup nyaman,"

Histia merebahkan tubuhnya di rerumputan hutan, ia tidak memikirkan apakah bajunya akan kotor atau tidak. Pandangan Histia kosong ia menatap Anvaya.

"Kenapa aku bisa melupakan masa kecilku Anvaya? Kenapa aku tidak memiliki ingatan masa kecil?"

Avanya, menatapnya ia mengusap kasar rambutnya dan menatap Histia.

"Apa kau ingin mendengar nya Histia?" Histia mengangguk, Avanya menarik nafas panjang.

"Saat umur kita 15 tahun aku tidak sengaja menemukan sebuah perkamen tentang sihir," Histia mendengarkan dengan fokus.

"Saat itu kita yang penasaran mencoba mantranya,"

***

"Histia lihat aku menemukan sesuatu yang hebat," Histia yang sedang bermain dengan kelinci segera berbalik, dan menatap Anvaya yang terlihat berkeringat karna berlari.

"Kakak memangnya apa yang kau temukan? beri tau aku beri tau aku," kata Histia dengan bersemangat, Anvaya tersenyum, melihat tingkah Histia yang terlihat sangat bersemangat Anvaya menarik Histia menjauh, agar tidak ada yang menggangu mereka.

"Aku menemukan peralatan sihir Histia," kata Anvaya yang berbisik kecil, mendengarnya membuat Histia bersemangat.

"Kakak tunjukkan padaku aku mau lihat sihir kak," Anvaya menatap sekeliling, setelah dirasa aman kemudian ia membuka alat sihir yang ia sembunyikan di dalam bajunya.

Histia menatap kagum buku dan alat sihir itu, ia hanya pernah melihatnya dalam buku, dan dongeng ia tidak pernah sekalipun melihat buku sihir apalagi penyihir. Ada satu alasan kenapa para penyihir menghilang

dari dunia.

Itu karna mereka dihabisi oleh Naga mungkin, ada beberapa penyihir yang selamat namun, mereka memilih menutup diri dari dunia.

"Kakak tunjukkan sihir padaku aku mohon," Histia memasang puppy eyes agar kakaknya, mau menunjukkan sihir padanya melihat adiknya yang begitu ingin melihat sihir, akhirnya Anvaya membaca salah satu halaman yang ada di buku.

"Ini bahasa apa kak?" Tanya Histia yang bingung.

"Ini bahasa yang biasa digunakan di kekaisaran suci,"

Histia ber oh ria karna ia tidak bisa membaca bahasa kekaisaran suci.

"Kakak bisa membacanya?" Anvaya mengangguk. Ia pernah belajar tentang bahasa kekaisaran suci beberapa kali, dan membuat nya sedikit paham.

"Müqəddəs külək tanrısına, bu zavallı insanın xatirəsini sil, uşaqlığını unutdur, heç bir xatirəsi olmayan onu sevindir, dərdini unutdur və ona bəxş et yeni həyat."

Anvaya terus mengulang mantra itu walaupun, ia sedikit kesulitan di beberapa kata, namun saat melihat arti beberapa kata Anvaya yakin Matra ini akan membuat siapapun bahagia. Semakin sering Mantra itu diucapkan, semakin terang cahaya yang ada ditongkat sihir membuat Histia lagi-lagi kagum padanya.

Bommm

Bunyi ledakan terdengar di taman belakang Istana.

"Akhhhh," mereka berdua tiba-tiba terpental oleh kekuatan yang sangat kuat, Histia menabrak pohon dibelakangnya dengan cukup keras sedangkan Anvaya terpental beberapa meter ke belakang.

Tiba-tiba cairan merah kental keluar dari mulut Anvaya dan Histia, seluruh tubuh Anvaya sakit, namun ia tetap memaksakan tubuh untuk bergerak dan, memeluk adiknya yang terlihat sangat kesakitan.

"Sakit kakak sakit sekali,"

Histia menangis, Anvaya datang dan memeluk tubuh adiknya ia juga menangis, karna gara-gara dia adiknya terluka.

"Maafkan kakak Histia, maaf gara-gara kakak kau terluka," pandangan Anvaya memburam namun, sebelum matanya benar-benar tertutup ia dapat melihat ada dua yang mendekat ke arah mereka.

"Ayah,"

Mantra itu, memang membuat bahagia namun ada ada bayarannya yaitu, orang yang terkena mantra itu akan kehilangan ingatannya, dan akan tertidur dalam waktu yang lama.

"Bagiamana ini Paus apa putriku baik baik saja?"

"Yang mulia tuan Putri akan baik-baik saja hanya saja ia akan tertidur dalam waktu yang lama, dan akan kehilangan ingatannya,"

Mendengar itu Anvaya menagis kencang.

"Ayah gara-gara aku Histia terluka,"

"Andai aku tidak menunjukkan sihir itu Histia pasti baik-baik saja," Pandita segera membawa putranya itu kedalam pelukannya.

"Putra mahkota tenang saja tuan Putri ke-tiga akan baik baik saja ia hanya akan tertidur sedikit lebih lama."

***

"Setelah itu, kau tertidur selama 10 tahun Histia dan seperti kata Paus kau, kehilangan semua ingatanmu dan hidup sebagai orang yang baru dan benar-benar berbeda,"

"Lalu bagiamana dengan buku sihir itu?"

"Paus menghancurkannya, dan rahasia itu tetap aman tidak ada yang pernah mengetahui kalau kau kehilangan ingatan mu, kita benar-benar beruntung karna saat itu Paus sedang mengunjungi Kekaisaran,"

Histia terdiam setelah mendengar itu ada pertanyaan lebih besar dalam benaknya.

"Kapan pertama kali aku masuk istana?"

"Kau dari kecil sudah ada diistana namun, Ayah menyembunyikan mu karna tau ada banyak orang yang mengincar nyawamu saat itu, demi keamanan mu hanya aku, Ayah dan penasehat kerajaan yang tau keberadaan mu,"

Histia mengangguk.

"Syukurlah aku tidak dekat dengan putri lain,"

"Apa dia membuat pergerakan yang aneh?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!