NovelToon NovelToon

Dibalik Cadar Yang Tersembunyi

Bab 1.

" jangan sentuh aku ustadz, " Evelyn menjauhkan tangannya saat tangan Akram hendak meraihnya.

" sudah berapa kali ku katakan jangan panggil aku ustadz, " ucap Akram.

Akram, pria tampan yang memiliki wajah ke arab-araban itu memang bukanlah seorang ustadz. Akram hanyalah seorang pengusaha dan juga dosen di sebuah universitas di jogja.

Akram kerap kali di panggil ustadz, karena ayahnya yang memang seorang kiyai dan pemilik pondok pesantren terbesar di jogja.

Meskipun orang-orang selalu memanggilnya ustadz, Akram selalu membantah jika dirinya bukanlah seorang ustadz.

" aku hanya ingin membantumu saja Evelyn," ucap Akram.

Evelyn menundukan kepalanya malu, memang sangat sulit untuk menaiki motor sport jika tidak berpegangan kepada sang pengendara.

" aku hanya tidak ingin ada fitnah ustadz, " ucap Evelyn malu-malu.

" kau itu calon istriku Evelyn, "

" hm. baiklah, tunggu.. "

Evelyn terdiam dan memperhatikan Akram yang sedang memakai sarung tangannya yang terbuat dari kulit.

" dengan begini kita tidak akan bersentuhan kan? " Akram mengulurkan tangannya pada Evelyn.

Dengan malu-malu Evelyn meraih tangan Akram dan mulai menaiki motor sport Akram yang terbilang cukup tinggi itu.

Agak susah memang, apalagi untuk wanita berjilbab panjang seperti Evelyn.

" jangan sampai kau jatuh Evelyn, jika hal itu terjadi aku yang di salahkan. " ucap Akram menggoda Evelyn.

Akram menyunggingkan bibirnya tersenyum setelah mengatakan hal itu pada Evelyn, kemudian menutup kaca helmnya dan mulai menarik tuas gas.

bruumm....

* * *

Tak butuh waktu lama akhirnya Akram dan Evelyn pun sudah sampai di pondok pesantren Nurul Hikmah yang merupakan milik ayah Akram.

" kenapa kau menjemput Evelyn dengan motor sport mu itu Akram? kau tau kan seberapa sulitnya seorang wanita menaiki motor setinggi itu, apalagi Evelyn yang berpakaian sangat tertutup seperti itu. " tegor Umi Kalsum, ibunda Akram.

" maaf umi, aku tidak punya waktu untuk mengganti motorku, saat umi meneleponku untuk menjemput Evelyn di kampus, aku sedang di proyek saat itu. " ucap Akram.

" kau itu selalu saja mencari alasan, ingat ndo kalian itu belum resmi menikah. " ucap Umi Kalsum mengingatkan.

" Akram tau Umi, " jawab Akram.

Umi Kalsum pun kini mengajak putranya masuk kedalam rumah. sedangkan Evelyn yang memang sudah sejak tadi di bawa uwa nya masuk kedalam rumah kiyai Hasan.

Di ruang tamu rumah kiyai Hasan kini sudah berkumpul pihak dari keluarga Evelyn dan juga ada kiyai Hasan dan beberapa pengurus santri yang memang sengaja kiyai panggil.

" apakah kita harus menunda pernikahan Evelyn dengan ustadz Akram, kiyai? " tanya pak Subondo yang merupakan uwa Evelyn.

" sepertinya masalah ustadz Akram dengan gadis itu semakin tersebar luas kiyai, saya takut akan mempengaruhi putri kami nantinya, " ucapnya kembali.

kiyai Hasan mangut-mangut mengerti akan kekhawatiran pak Subondo terhadap keponakannya.

" kami disini sudah berusaha mencari tahu tentang gadis itu pak Subondo, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda tentang gadis itu. bahkan Akram sendiri sudah mencari informasi mengenai asal usul gadis itu." ucap Kiyai Hasan.

" Gadis itu bergi begitu saja dari hotel paman, saya sendiri pun tidak mengetahui kemana dia pergi. " ucap Akram menjelaskan.

semua orang yang berada di ruangan itu saling menatap, mereka pun tidak tahu persis kejadian yang sebenarnya.

* *

satu minggu sebelumnya

Akram yang saat itu hendak keluar dari kamar hotelnya, tiba-tiba terdiam kala mendengar percakapan dua orang pemuda yang berada di samping kamar hotelnya. Nampaknya mereka sedang berusaha membuka kunci kamar hotel tersebut.

" Ayo cepat, gue udah gak sabar pengen nyicipin tubuhnya. " ucap seorang pria.

" sabar, gue juga pengen nikmatin tubuhnya yang seksi. " balas rekannya.

" hahah.. untung dia mabuk berat sampe pingsan kaya gini. kalo enggak udah habis kita di hajar olehnya. "

" hahah.. lo harus bertema kasih sama gue, gue yang membuat dia minum sampe mabuk kaya gini. "

" lo gak campurin perangsang kedalamnya kan? "

" gak sempet bro, baru 3 gelas saja dia udah teler kaya gini. "

" aahh sialan, coba aja kalo lo kasih obat perangsang di minumannya, pasti dia lebih menggoda bro. hahaha.. "

keduanya pun tertawa bersama, sedangkan sang gadis yang di maksud tidak bersuara sama sekali, sepertinya dia benar-benar mabuk berat dan tak sadarkan diri.

Akram yang mendengar hal itu geram, dan segera membuka pintu kamarnya, kemudian mendekati kedua pemuda yang sedang membopong seorang gadis berambut panjang.

" lepaskan wanita itu, " ucap Akram.

kedua pemuda itu pun kaget dan langsung menatap Akram, yang tiba-tiba menyuruh mereka melepaskan wanita yang mereka bawa.

" siapa lo, berani ikut campur urusan kita? " ucap salah satu dari mereka.

" saya tahu niat kalian, lepaskan dia atau saya lapor polisi. " acam Akram.

" hahah.. lapor polisi? emangnya lo punya bukti? " ucap pria itu menantang Akram.

Akram memutar rekaman suara yang sempat ia rekam dari ponselnya. Kedua pria itu pun kaget, kemudian saling menatap.

" Hajar dia, " ucap seorang pria berambut keriting.

bugghh... bugghh...

perkelahian pun tak terhindarkan di antara ketiganya. Beruntung Akram jago beladiri sehingga ia bisa dengan mudah mengalahkan para berandal itu, sehingga para pemuda itu lari kocar kacir meninggalkan gadis yang mereka bawa bersama Akram.

* *

Akram membawa gadis yang sudah tak sadarkan diri itu kedalam kamar hotelnya, dan menidurkan gadis itu di atas ranjang. namun..

hoek.. hoek..

Tiba-tiba gadis itu muntah dan mengenai baju Akram.

" aahh.. sial, setidaknya kau muntah di kamar mandi, " gerutu Akram kesal.

Namun sepertinya gadis itu benar-benar mabuk berat sehingga setelah memuntahkan isi perutnya, gadis itu kembali tertidur.

Akram mengibas-ibaskan bajunya yang terkena muntahan gadis itu, kemudian menatap kembali gadis yang sudah tertidur itu.

" aah sudahlah, lagi pula kenapa kau sampai semabuk ini. " ucap Akram.

Kini Akram pun berjalan menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya yang sudah kotor terkena muntahan gadis yang baru saja di tolong nya.

hari sudah semakin larut, Akram tak bisa tidur, apalagi gadis asing itu beberapa kali muntah, sepertinya dia meminum minuman dengan kadar alkohol yang tinggi, sehingga perutnya tak menima dan membuatnya terus menerus muntah-muntah.

" aku bahkan tidak tahu siapa kau sebenarnya, tapi kau merepotkan seperti ini. minumlah obat ini akan menghilangkan kadar alkohol dalam tubuhmu. " ucap Akram, kemudian menyuapkan sebutir pil pada mulut gadis itu, dan memberikannya air.

Gadis itu pun kembali tertidur setelah meminum obat yang di berikan Akram padanya. dan Akram pun membersihkan cairan bekas muntahan gadis itu.

setelah membereskan semuanya, kini Akram berdiri di samping ranjang, matanya tertuju pada sosok gadis cantik di hadapannya saat ini.

Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang merah merona. dan dengan nakalnya matanya terus menulusuri setiap inci tubuh gadis itu.

" astagfirullahalazim.. " Akram mengusap wajahnya sendiri.

" kau sudah menodai pandanganku, " ucap Akram. kemudian ia menarik selimut dan menyelimuti gadis itu.

Tak terasa hari sudah pagi, bahkan cahaya matahari pun sudah menerobos masuk kedalam celah-celah jendela yang tertutup tirai.

Akram terbangun dari tidurnya, dan langsung melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 7 pagi.

" astaghfirullah aku ketiduran, " ucap Akram.

kemudian ia beranjak memasuki kamar mandi hendak mengambil air wudhu, karena Akram belum menunaikan shalat subuh.

Setelah keluar dari kamar mandi, dan hendak melaksanakan Shalat subuh Akram melihat ranjang yang sudaah kosong, sepertinya gadis itu sudah pergi tanpa membangunkannya.

Bab 2

  " jadi, apakah ada solusi yang terbaik untuk masalah ini pak kiyai? " tanya pak Subondo.

   " bagaimana menurut bapak-bapak? " kiyai Hasan meminta pendapat para dewan santri yang hadir.

  " sebaiknya kita tunggu sebentar lagi kiyai, siapa tahu ada informasi tentang gadis itu, atau mungkin gadis itu akan datang sendiri meminta pertanggung jawaban ustadz Akram." ucap salah satu ketua dewan santri.

  kiyai menganggukan kepalanya mengerti. sementara di dapur Laila yang sedang mendengarkan perbincangan mereka, juga ikut berkomentar.

  " Jangan-jangan wanita itu adalah siluman yang menyamar sebagai manusia, " Ucap Laila.

  " hus.. ngawur kamu, mana yang begituan." bantah Umi Kalsum.

  Laila pun terkekeh, " iya bisa jadi Umi, kalo memang dia manusia. kenapa dia menghilang begitu saja? " ucapnya lagi.

  Umi Kalsum terdiam mendengar ucapan putri bungsunya itu. Ada rasa penasaran juga di hatinya mengenai siapa gadis yang bersama putranya kala itu.

   * *

  " begini saja, kita tunggu hingga 2 minggu kedepan, jika tidak ada informasi mengenai gadis itu, maka kita langsungkan pernikahan Akram dengan nak Evelyn. " ucap kiyai mengambil keputusan.

  semua orang mengangguk, menyutujui keputusan kiyai Hasan. Namun tidak dengan Evelyn, Evelyn takut jika pernikahannya dengan Akram di teruskan maka akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

    " maaf sebelumnya kiyai, jika suatu hari gadis itu datang, saya ikhlas melepaskan ustadz Akram, semoga ustadz Akram dan wanita itu menjadi pasangan yang mawadah warah, " ucapan Evelyn yang seperti itu membuat semua orang yang hadir di ruangan itu sangat kaget, tak terkecuali kiyai Hasan.

   " ustadz Akram berhak mendapatkan istri yang lebih baik dari saya, " ucap Evelyn merendah.

   " maksud kamu apa Evelyn? " tanya bu Sinta.

  wanita paruh baya yang merupakan uwa Evelyn itu membulatkan matanya menatap tajam Evelyn, ia sangat geram dan kesal mendengar ucapan Evelyn yang berani mengatakan hal itu kepada kiyai Hasan.

   " abah mengerti kekhawatiran nak Evelyn, kami juga sudah mencari informasi tentang gadis itu, bahkan Akram sendiri pun tidak miliki bukti apapun mengenai gadis yang bersamanya kala itu. " ucap kiyai Hasan.

   " maafkan saya yang sudah lancang kiyai, " ucap Evelyn sungguh-sungguh.

  kiyai Hasan menganggukan kepalanya mengerti dengan maksud Evelyn. " tak apa-apa nak Evelyn jangan khawatir, abah akan mencari solusi yang terbaik untuk masalah ini. "

   " tapi... " Evelyn yang ingin mengatakan sesuatu hal terhenti, kala bu Sinta langsung memotong ucapannya.

   " baiklah kiyai, kami akan menerima apapun keputusan kiyai, kami percaya kiyai Hasan akan menemukan solusi terbaik dari semua masalah ini. " ucap bu Sinta kepada kiyai Hasan.

   kemudian bu Sinta melirik ke arah suaminya, mengisyaratkan agar mereka segera pulang.

   " baiklah kiyai, kalau begitu kami permisi dulu, kami tunggu kabar baiknya kiyai. " ucap pak Subondo berpamitan.

   kiyai Hasan menganggukan kepalanya mengiyakan, dan akhirnya Evelyn beserta keluarganya pun pamit pulang dengan di antar supir kiyai Hasan.

   sementara di dapur lagi lagi Laila berkomentar mengenai sikap Evelyn dan bu Sinta.

   " Umi, sepertinya mba Evelyn menolak halus Mas Akram deh, liat saja cara bi acaranya sama abah. seolah menolak secara halus. tapi bu Sinta itu yang bersikeras meneruskan perjodohan ini. " ucap Laila.

   Umi Kalsum terdiam tak menanggapi ucapan putri bungsunya itu, sesungguhnya sejak tadi Umi Kalsum sudah memperhatikan Evelyn, sangat jelas dari sorot mata dan juga kegelisahan yang di tunjukan Evelyn, jika gadis itu menolak perjodohannya dengan Akram.

   " Umi hanya berdo'a yang terbaik untuk Mas mu La, " ucap Umi Kalsum, kemudian melenggang pergi kedepan rumah mengantar kepergian Evelyn dan keluarga.

   Laila terus saja ngedumel dengan pikirannya sendiri tentang Evelyn. Laila berfikir jika Evelyn tidak setuju dengan perjodohannya dengan sang kakak.

   * * *

   kini Evelyn dan juga keluarga sudah sampai di rumahnya, bu Sinta yang sudah kesal sejak tadi, kini mengeluarkan segala kemarahannya kepada Evelyn.

   " Evelyn, apa yang kamu ingin mempermalukan keluarga, heh? beraninya kamu berkata seperti itu di depan kiyai? seharusnya kamu itu bersyukur mendapat calon suami seperti ustadz Akram, tapi lihat lah apa yang kamu lakukan so soan ingin menolaknya, " ucap bu Sinta.

" maaf uwa, tapi aku masih ingin meneruskan kuliahku, aku juga ingin mengejar cita-citaku menjadi disainer. " jawab Evelyn.

" halah kamu ini, so soan ingin menjadi disainer. kamu itu hanya anak manja yang bisanya cuma menghabiskan uang orang tuamu saja. lebih baik kamu menikah saja, untuk apa sekolah tinggi-tinggi toh nantinya juga bakalan diam di rumah. " tandas bu Sinta dengan nada juteknya.

" pikiran uwa itu terlalu kuno uwa, jaman sekarang banyak ko wanita yang lebih sukses dari pada pria, " ucap Evelyn membela dirinya.

" tuh lihat kan Mas, keponakanmu itu sama saja seperti ibunya. coba saja kalau kamu nggak membawanya kesini, pasti dia tidak akan mau berpakaian seperti ini, " bu Sinta melirik sinis penampilan Evelyn yang sudah mantap berhijab bahkan Evelyn sekarang memakai niqab.

Evelyn terdiam tak menjawab ucapan bu Sinta, namun di dalam hatinya ia merasakan sesak yang begitu berat saat bu Sinta berkata merendahkannya.

" kamu sama mamahmu itu sama saja Evelyn. Bahkan mamahmu itu tidak bisa mengurus satu anak saja, bisa-bisanya dia membiarkan putrinya memperlihatkan auratnya kepada semua orang, menyedihkan. "

Saat ini Evelyn merasa dadanya sangat sesak, mendengarkan ocehan Bu Sinta yang selalu saja merendahkan Evelyn dan juga ibunya membuat Evelyn ingin segera meninggalkan rumah uwa nya itu.

Evelyn berusaha menahan air matanya, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan bu Sinta, " uwa boleh saja menghinaku semau uwa, tapi uwa tidak berhak menghina mamahku, " geram Evelyn, kemudian ia melenggang pergi masuk ke dalam kamarnya.

" heii, dasar anak kurang ajar kamu, " teriak bu Sinta. namun Evelyn yang sudah lelah tidak ingin berdebat lagi dengan uwa nya, Evelyn terus saja melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu.

Bu Sinta menatap sang suami, " kamu liat kan Mas, anak itu selalu saja membangkang. aku berdo'a semoga saja anak itu tidak memberikan aib untuk keluarga kita. " ucap bu Sinta.

" Sinta, jaga ucapanmu, Evelyn itu anak baik-baik. " ujar pak Subondo,

" kamu selalu saja membelanya Mas, "

* *

Evelyn sangat sedih, di dalam kamar yang berukuran 3X4 itu Evelyn mencurahkan segala isi hatinya, Evelyn menangis di atas bantal, air matanya terus mengalir membanjiri bantal yang menjadi tumpuannya saat ini.

Kata-kata bu Sinta sangat menusuk hatinya. ingin rasanya Evelyn segera pergi meninggalkan rumah uwa nya itu. Di saat seperti ini Evelyn teringat dengan mendiang sang ayah yang selalu membelanya, bahkan ayahnya tak pernah sekali pun membentak Evelyn sejak kecil.

" andaikan ayah masih hidup, aku tidak akan tinggal disini, hiks... "

bab 3.

Evelyn yang tengah berada di perpustakaan saat ini di kagetkan dengan Akram yang sudah berada di sampingnya. Akram duduk di hadapan Evelyn, sehingga membuat Evelyn langsung tertunduk tak ingin bertatapan langsung dengan pria yang merupakan calon suaminya itu.

" Evelyn kenapa kamu mengatakan hal itu sama abah kemarin? " tanya Akram to the point.

Evelyn sangat terkejut dengan pertanyaan Akram yang tiba-tiba seperti itu, Evelyn semakin menunduk dan tak berani mengangkat kepalanya.

" ustadz Akram berhak mendapat istri yang lebih baik dari saya ustadz. " ucap Evelyn pelan, namun Akram masih bisa mendengarnya.

" kamu tidak berhak memutuskan seperti itu sendiri Evelyn. Bagaimana jika saya tidak menyetujui usul gilamu itu Evelyn? " nada bicara Akram sangat tegas, sepertinya Akram sangat marah saat Evelyn mengatakan hal seperti itu.

" apakah ustadz marah? " tanya Evelyn hati-hati.

Akram terkekeh, " tentu saja saya sangat marah sama kamu. bahkan kamu tidak berbicara ataupun meminta penjelasan kepadaku, " ucap Akram.

" Evelyn, yang menentukan jodoh itu bukan manusia, tapi Allah. " Akram menjeda ucapannya, " jika Allah menghendaki kita tidak berjodoh, maka Allah mungkin saja gadis itu atau keluarganya akan mempersulit pernikahaan kita. tetapi jika Allah menghendaki kita berjodoh, apapun masalah yang kita hadapi saat ini, pasti mempudah jalannya. " pungkas Akram.

Evelyn terdiam mendengarkan ucapan Akram, dalam hatinya Evelyn membenarkan ucapan Akram. bahkan Evelyn sudah berusaha dengan keras menolak perjodohannya dengan Akram, namun semua usahanya nihil. kedua keluarga tetap memutuskan meneruskan perjodohan mereka.

' mungkin apa yang di katakan ustadz Akram itu benar, ' monolog Evelyn dalam hati.

" Maaf ustadz, " akhirnya hanya kata itulah yang dapat Evelyn utarakan.

" hemp.. " jawab Akram singkat. " kuliahmu sudah selsai? " tanyanya kembali yang di angguki Evelyn.

" baiklah, ayo aku antar kamu pulang Evelyn. " ucap Akram.

Mendengar Akram akan mengantarnya pulang, Evelyn segera menggelengkan kepalanya cepat. " hem..tidak usah ustadz, saya bisa pulang sendiri." Evelyn masih teringat terakhir kali Akram menjemputnya dengan motor sport nya, dan hal itu membuat Evelyn kesusahan menaiki motor besar Akram. Evelyn tidak ingin bersentuhan lagi dengan Akram seperti hari itu.

Akram terkekeh mendengar penolakan Evelyn. " tenang saja, aku bawa mobil. " ucap Akram.

mendengar kata mobil, Evelyn semakin kalang kabut, bahkan kedua tangannya bergetar tak karuan. bukannya takut, Evelyn justru merasa tak jika harus seatap dengan Akram.

jika itu orang lain, mungkin Evelyn akan menerima ajakannya. Tapi ini Akram, pria yang sangat di hormati di kalangan masyarakat. Evelyn merasa benar-benar sangat canggung jika di hadapan akram. bahkan saat ini saja Evelyn selalu waspada, takut jika menjadi fitnah diantara orang-orang di sekitarnya, padahal jelas-jelas Akram adalah calon suaminya.

melihat raut ketakutan Evelyn, justru Akram semakin terkekeh. dan membuat Evelyn mendongkak menatap heran kepada Akram.

" kenapa ustadz tertawa, apa ada sesuatu yang salah dengan saya? " tanya Evelyn menyelidik.

Akram semakin terkekeh, " tidak, aku hanya heran. apa se takut itu kamu padaku Evelyn? " ujar Akram.

Evelyn terdiam tak berani menjawab pertanyaan Akram.

" tenang saja, ada Laila bersama kita. " ucap Akram kemudian.

hufffttt...

Evelyn bernapas lega, lagi lagi hal itu di lihat oleh Akram dan tentu saja Akram terkekeh melihat tinggal evelyn yang terlihat menggemaskan baginya.

sedangkan Evelyn yang melihat Akram tertawa seperti itu merasa kesal dan juga heran. ' apa aku terlihat seperti badut yang pantas di tertawakan? kepada dia selalu tertawa seperti itu saat melihatku' batin Evelyn.

\* \*

sementara itu..

Dibawah terik matahari di area parkiran universitas, Laila terus saja mondar mandir di depan mobil hitam yang terparkir di belakangnya.

Sorot matanya terus mencari sosok Akram yang tak kunjung datang. Bahkan Laila sudah menunggu kakaknya itu hampir satu jam, setelah mereka menyelesaikan urusan mereka, dan Akram berkata akan mengambil barangnya yang ketinggalan di ruang dosen.

Laila benar-benar sudah bosan menunggu, gadis cantik berkerudung hitam itu mendengus kesal saat melihat sang kakak dari kejauhan.

" mas Akram, mas Akram itu benar-benar menyebalkan yah, mas dari mana saja? udah hampir satu jam aku nunggu mas disini seperti orang gila " ucap Laila kesal.

Namun Akram malah mengabaikan ocehan Laila yang sepanjang jalan kenangan itu, Akram justru menoleh kelakang dan mengajak Evelyn masuk kedalam mobilnya.

" ayo masuk Evelyn, " perintah Akram.

" ooohhh... jadi ini yang membuatku harus menunggu lama, bidadarimu mas Akram. " ucap Laila menyindir.

Evelyn merasa tidak enak, gara-gara dia Laila harus menunggu Akram sampai satu jam.

" maafkan aku Laila, ini semua salahku. " ucap Evelyn sungguh-sungguh.

" ini bukan kesalahanmu Evelyn, jangan menyalahkan dirimu sendiri. " balas Akram tak ingin Evelyn melahkan dirinya sendiri.

Akram pun melakukan mobil lnya setelah berdekatan kecilnya dengan sang adik. sebelum mengantarkan Evelyn pulang, Akram membawa Evelyn makan di restoran, tentu saja dengan Laila. jika tidak ada gadia itu Evelyn pasti akan menolak ajakan Akram.

* *

Tak terasa dua minggu telah berlalu begitu cepat, waktu yang di berikan kiyai kini sudah habis. Namun sampai saat ini tak ada tanda-tanda apapun mengenai gadis yang bernama Akram hari itu.

kedua keluarga pun merasa sangat senang, terutama bu Sinta sangat girang, akhirnya rencanya menikahkan Evelyn dengan ustadz Akram akan terwujud.

kedua keluarga sudah sepakat pernikahan Evelyn akan di adakan dia hari lagi. Namun, Evelyn harus menelan kekecewaan karena di hari pentingnya sang ibu tidak bisa menghadiri pernikahannya, karena saat ini mamah Evelyn sedang berada di luar negri demi mengurusi perusahaannya.

Evelyn sangat sedih, ia berharap jika sang mamah akan menghadiri pernikahannya yang akan di gelar dua hari lagi. namun apalah daya itu hanya harapan belakanyasaja.

sejak kepergian sang ayah 2 tahun yang lalu untuk selamanya, bu Rindri yang merupakan mamah Evelyn lebih menyibukan dirinya mengurus perusahaan peninggalan suaminya.

Bahkan bu Rindri harus menitipkan Evelyn kepada kakak suaminya yaitu pak Subondo. Dan hal itulah yang membuat Evelyn membenci ibunya, bahkan di hari pentingnya bu Rindi justru lebih memilih mengurusi pekerjaannya di luar negri, dari pada harus menghadiri pernikahan putri tunggalnya. Dan itulah yang membuat Evelyn semakin membenci sang ibu.

" Evelyn kamu jangan nangis, masih ada uwa bersamamu. Uwa tidak akan pernah meninggalkanmu seperi mamahmu itu, Uwa akan menemanimu sampai acara perrnikahanmu dengan ustadz Akram selesai. " ucap bu Sinta.

Inilah yang membuat Evelyn merasa aman tinggal bersama pak Subondo dan bu Sinta. Memang benar terkadang bun Sinta bersikap keras kepadanya, namun Evelyn tahu jika bu Sinta sangat laah menyayanginya.

Evelyn merasa sesak di dadanya saat ini, sehingga Evelyn tidak bisa lagi menahan air matanya. dan akhirnya buliran bening pun tumpah dan membanjiri kedua pipi chubby nya.

yah memang saat ini Evelyn tengah berada di kamarnya, dan Evelyn pun saat ini sedang tak memakai hijab dan niqabnya.

Bu Sinta memeluk Evelyn, membelai rambut panjang gadis itu mencoba menenangkannya.

" jika kamu ingin menangis, menangislah. kamu juga berhak bahagia Evelyn, " ucap bu Sinta.

Evelyn tak bisa berkata-kata apa-apa saat ini, Evelyn merasa jika dadanya sangat sesak. Evelyn hanya menangis dan bertumpu di dada bu Sinta, sedangkan bu Sinta saat ia sedang berperan sebagai seorang ibu yang akan melepas putrinya.

bu Sinta tak mengomel seperti biasanya, ataupun bersikap kasar pada Evelyn. Bu Sinta akan selalu berubah menjadi seorang peri saat Evelyn sedang benar-benar terpuruk.

seperti saat itu, saat ayah Evelyn meninggal. bu Sinta merangkul dan membawa Evelyn pergi dari pemakaman sang ayah. dan hari ini bu Sinta merangkul dan memenangkan Evelyn.

bu Sinta tahu jika saat ini Evelyn sedang benar-benar merasa kecewa kepada ibunya yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada pernikahannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!