Hari gini belum pernah pacaran, nggak gaul. Ketinggalan jaman, jaman old, idih nggak laku.
Mungkin sering kali kita mendengar orang lain mengatakan hal seperti itu, bahkan terlalu sering. Namun apa daya bagi seorang Bias, gadis dengan perawakan kecil, tinggi semampai, iris mata berwarna abu-abu yang cenderung dengan tatapan dingin, terhias cantik dengan bulu mata lentik yang membuat siapapun ingin mengecap dirinya sebagai 'milik nya'. Mungkin orang mengira gadis seperti dirinya yang terlihat sempurna akan memiliki banyak pacar, atau setidaknya mantan pacar dimana-dimana. Nyatanya Bias jauh dari kata itu, ia tidak pernah jatuh cinta, dengan siapapun, atau laki-laki manapun selama 17 tahun ia hidup di bumi.
Bias Amelous Amarta, dimata nya semua terlihat sama, ia anggap sama, perempuan atau laki-laki semuanya berstatus sama. Sebatas teman, sahabat. Musuh? Mungkin ada yang ia cap seperti itu. Seorang laki-laki yang tak sengaja ia temui, saat gadis itu tengah berlibur ke pantai. Hidup yang awalnya biasa saja, kini mulai berubah, 180° berbeda dari sebelumnya. Hadirnya membawa cinta, kata yang sebelumnya tak pernah Bias kenal. Juga, luka, yang bersamaan datang menghantam hati nya.
Ternyata tak selamanya penuturan orang itu salah, kadang ada benarnya, terlebih saat ia mendengar, siapa yang berani jatuh cinta, maka harus siap terluka. Sama hal nya dengan Bias, disaat ia mulai luluh, hati nya kian melunak bahkan melembut, ternyata luka yang diperoleh, hubungan yang tak ada status ternyata mampu membawa luka itu datang lebih dulu menghampirinya.
Lantas, tidak adakah orang lain, mengapa harus dia, mengapa harus laki-laki itu yang menjadi alasan nya terluka, bahkan membuatnya jatuh cinta dalam waktu bersamaan. Brengsek? Kata yang pas mewakili sosok nya, lalu mengapa takdir begitu kejam padanya, melabuhkan hati nya pada sosok seperti dirinya, pada sosok yang ternyata ahli dalam mematahkan hati nya.
Jika boleh meminta, Bias hanya ingin membenci, juga bermusuhan dengan nya. Ternyata hati nya begitu keras, egois, karena terus menolak untuk melakukan hal itu. Berlagak seolah tidak perduli dengan kehadiran nya, dalam hati ingin sekali menyapa nya, dan Bias benci dengan hal itu.
Siapa yang tak kenal dengan seorang laki-laki populer, terkenal dikalangan teman-teman sekolah nya, ataupun luar sekolah. Laki-laki pemilik wajah tampan, rahang tegas, iris mata coklat hangat yang terlihat teduh, juga anak sultan yang tajir melintir, pemilik sejuta pesona. Berhasil menyandang status sebagai penakluk sekaligus penjahat wanita, yang selalu berhasil mematahkan hati karena sifat playboy nya.
Menurut Alvaro Bagus Sanjaya, wanita hanya sekedar mainan, budak cinta yang dengan gampang nya ia dapatkan, hanya karena fisik juga harta, dengan cepat langsung terpikat. Berlagak layaknya hewan peliharaan, selalu setia bahkan mengekor kemanapun majikan nya pergi.
Hingga seorang gadis datang, yang membuatnya menarik semua kata-kata juga kesombongan nya, gadis aneh, menyebalkan setiap kali bertemu dengan nya. Ternyata berhasil menjungkir balikkan hidup nya, merubah segala hal di hidupnya, menghilang kan semua pikiran negatif nya, membuatnya berakhir menyandang status budak cinta Bias, hal pertama kali yang terjadi seumur hidup nya.
Musuh? Kata yang pas menggambarkan kedua nya, setiap kali bertemu selalu bertengkar, beradu mulut tanpa kenal situasi. Aneh nya ada rasa yang menggelitik, setiap kali bertengkar dengan nya, ada rasa yang berbeda setiap kali menatap wajah nya, ada rasa yang timbul setiap kali melihat senyum indah nya.
Jatuh cinta? Mungkin hal itu benar-benar terjadi di hidupnya, bahkan kini di rasakan oleh nya, hal yang sebelumnya tak pernah sekalipun hadir dan di rasakan nya.
****Kalau kalian suka sama cerita ini, tolong apresiasinya disetiap part. Untuk sedikit menghargai.
Terima kasih❤**
Aku tidak tahu ia Malaikat atau Devil, yang pasti, aku terselamatkan.
***
Orang lain mungkin akan merasa senang, riang bahkan sumringah jika tengah berada di pantai, suasana khas yang tak lagi asing, suara kicau burung camar, debur obak, bau air asin yang menyengat, terik matahari yang membakar kulit, jangan lupakan langit biru yang kini tampak membentang luas di angkasa.
Tetap saja hal itu hanya menggangu, bahkan sangat membosankan untuk seorang seperti Bias, mungkin jika ia bisa menolak, tanpa pikir panjang ia akan dengan senang hati memilih untuk tidak ikut pergi, lebih baik rebahan santai di rumah, menghabiskan stock film juga cemilan di kulkas nya, membayangkan nya saja membuat Bias hampir saja ngiler. Mustahil hal itu akan dikabul kan oleh teman-temannya, mereka selalu memaksa, mendesaknya agar tetap ikut dan harus menuruti keinginan teman-temannya, meski ia sangat sayang karena membuang waktu emas nya.
Hari ini adalah hari yang Bias anggap sebagai hari penderitaan untuk nya, terdampar ditepi pantai dengan matahari yang kini terasa menyengat kulit nya, membuat nya berkali-kali menggerutu, kesal karena harus merasakan hal yang tak di sukainya, dan kehilangan waktu berharganya untuk rebahan. Berbeda dengan nya, teman-temannya terlihat sangat menikmati liburan nya, asik bermain ditepi pantai tanpa perduli dengan nya yang kini hanya diam mematung ditepian menatap lurus kearah air laut.
Tanpa aba-aba dua orang laki-laki datang menghampirinya, menarik pergelangan tangannya membawanya ke tepi pantai, tentu saja ia terkejut bahkan tak sempat berbuat apa-apa. Berontak pun sia-sia, berteriak pun tak berguna, karena teman-temannya malah asik tertawa melihat ke arah nya, kejam memang.
Seketika rasa dingin terasa jelas menyentuh kulitnya, nafas nya semakin sulit untuk bernafas, sadar baru saja ia terjatuh ke dalam air, air laut yang kini terasa asin saat menyentuh bibirnya. Tubuhnya memang cukup ringan, namun ia tak pandai berenang, hanya suara yang kini diandalkan oleh nya, lagi-lagi tak ada yang membantunya, berpikir jika ia tengah bercanda sekarang, padahal ia sudah berjuang, kewalahan menahan obak yang terus menerjang tubuh kecil nya.
"Tolongin gue, woy denger nggak si!" Suara nya terdengar kesal karena tak mendapatkan respon.
"Pura-pura kan, nanti ujung-ujungnya balas dendam" Ucapan salah satu teman laki-laki nya membuat gadis itu bertambah kesal, terlebih saat mendengar gelak tawa dari mereka.
Padahal ia tengah bersusah payah menggerakkan kaki nya berusaha untuk mencapai tepian, nqmun mereka menganggap seolah dirinya tengah bercanda. Merasakan tubuhnya kian melemah karena kelelahan, membuatnya tanpa sadar mulai mengendurkan pertahanan nya, sebentar lagi mungkin nafasnya akan benar-benar habis, dan ia tenggelam setelahnya. Mungkin bagi sebagian orang ini tidak terlalu dalam, namun berbeda dengan orang yang tak pandai berenang sepertinya.
🌊
Ternyata hari yang di tunggu akhirnya tiba, membuat ketiga laki-laki yang kini tengah berjalan ditepi pantai terus sumringah, tingkat percaya diri nya terlihat jelas saat mereka melangkah perlahan seraya menikmati pemandangan ditepi pantai. Mereka terlihat hanya mengenakan kaos oblong juga celana bokser, jangan lupakan kaca mata hitam yang kini bertengger rapih di hidung mancung nya, dengan rasa percaya diri, tak ada malu sedikit pun terdengar godaan yang terlontar dari mulutnya setiap kali bertemu dengan gadis yang tengah berlalu lalang melewatinya.
"Bias!" Teriakan seorang gadis terdengar menyeruak masuk kedalam indera pendengaran, membuat mereka terlihat mengedarkan pandangannya, hingga tatapan nya terjatuh pada seorang gadis yang kini terlihat, tenggelam, kata yang seketika terlintas di pikiran mereka, membuat mereka seketika panik. Terkecuali Alvaro, yang kini asik menikmati pemandangan, sedikitpun tak merasa terusik dengan sekitarnya.
Rangga Adi Pangestu, laki-laki itu reflek berteriak, menepuk keras bahu Alvaro hingga membuat sang empunya mendengus kesal. "Liat ****! Itu cewek kecebur!" Tak ada jawaban dari Alvaro. "Tenggelem woy!" Teriak David Leo Afandi yang tak kalah panik dari Rangga, bahkan laki-laki itu tanpa bersalah menepuk keras kepala Alvaro membuat sang empunya seketika menatapnya tajam.
"Bacot lo berdua!,," Mendengar Alvaro yang kini kesal membuat keduanya tak kalah kesal, padahal mereka hanya berniat baik memberitahu nya. "Lo nggak liat,," Keduanya terlihat menautkan alis bingung menatap Alvaro. " Temen nya aja ketawa, jadi, lo berdua nggak usah heboh, kenal aja nggak!" Sambung Alvaro terdengar kesal, keduanya hanya ber-oh-ria menanggapi ucapan nya.
Rangga terlihat manggut-manggut dengan mata yang terus fokus memperhatikan ke tempat sebelumnya. "Bener, sapa tau lagi buat content youtube yak" Ucap Rangga diangguki David disampingnya, "Baru nge-eh gue" Timpal David, seraya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, begitupun Rangga yang kini mengekor disamping nya.
Baru saja mereka akan membuka suara, menatap ke arah Alvaro, namun sosok nya seketika menghilang, dan terlihat berlari dengan langkah cepat, sadar dengan arah tujuan nya, membuat David menatap Rangga dengan alis yang tertaut. "Si Alvaro mau ikutan bikin content juga?" Terdengar ringisan yang lolos dari mulut David, karena Rangga baru saja mendaratkan kepalan tangannya.
" "
"Lo berdua apa-apaan?!" Sadar dengan teriak kan Tarisa yang baru saja kembali dari toilet, membuat teman-temannya mengalihkan pandangannya, menatap ke arah gadis yang kini terlihat cemas.
Tarisa Deviana, siapa yang tidak mengenalnya, gadis cantik juga populer karena salah satu anggota pemandu sorak sekolahnya, sekaligus sahabat Bias sejak masuk ke sekolah menengah pertama hingga sekarang. "Si Bias mah pura-pura Tar" Mengapa tidak ada satupun yang membantunya, berpikir jika ia tengah bercanda, bahkan dengan nyawanya sendiri.
Apa gue beneran bakal mati konyol kaya gini. Pikir Bias, karena matanya kini sudah terasa perih, tubuhnya tak lagi bergeming, mungkin sebentar lagi ia akan benar-benar mati di tempat ini. Pandangan nya kian meredup, meski terus berusaha mempertahankan kesadaran nya yang perlahan semakin menghilang. Hingga samar-samar ia merasakan seseorang baru saja memeluk tubuhnya, berpikir apakah ia benar-benar sudah mati sekarang.
Penasaran, membuatnya berusaha untuk mengembalikan kesadarannya, mengerjapkan matanya berusaha melihat siapa sosok nya, namun tak tampak, hanya samar-samar, mungkin kah malaikat tampan kini tengah membawanya, mendekap erat tubuhnya, dan menghilangkan kesadaran nya, hanya gelap tak lagi tampak apa-apa.
Tarisa benar-benar khawatir dengan keadaan sahabatnya, tak ada satupun yang berniat membantu, bukan nya ia tak mau, hanya saja ia juga tak bisa berenang sama seperti nya. Samar-samar matanya menangkap sosok seorang laki-laki yang dengan cepat menceburkan diri kelaut, berenang mendekat ke arah Bias, membuatnya tanpa sadar menghela nafas lega, akhirnya ada yang menolong sahabat baiknya.
Gadis itu dengan cepat melangkah, menghampiri Bias yang terlihat ditepi pantai bersama seorang laki-laki yang posisinya membelakangi Tarisa, rasa penasaran membuat gadis itu mempercepat langkahnya, namun kalah cepat karena laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkan Bias yang tergeletak sendiri ditepi pantai.
"Dimana, dia dimana?" Sesaat setelah Tarisa mengguncangkan tubuh Bias, seraya memberikan pertolongan pertama untuk menyadarkan gadis yang kini tak sadarkan diri. Bias langsung bangkit, mengedarkan pandangannya menatap fokus sekelilingnya, berusaha mencari seseorang yang sempat menyelamatkan diri nya.
"Gue nggak tau, tadi langsung pergi pas gue jalan kesini" Bias terlihat menghela nafas berat, bangkit dari duduk nya, begitupun Tarisa, juga melakukan hal sama dengan nya. Kedua teman laki-laki nya terlihat datang, tatapan nya berubah cemas, berusaha membantu Bias yang hanya dibalas tampang kesal oleh nya.
"Ini semua gara-gara lo berdua!" Spontan keduanya terlihat menundukkan kepala, saat Tarisa kembali mengomel tak kunjung berhenti, bahkan terus melemparkan tatapan tajam.
"Gue nggak papa" Ucapan Bias membuat gadis disamping nya seketika mendongak menatap kearahnya. "Nggak papa apanya? Lo hampir mati Bias!" Ucap Tarisa tidak terima.
"Maaf, kita bener-bener minta maaf Bi" Ucap Adit, diangguki Riyan disamping nya. Keduanya terlihat menyesal, bahkan menatapnya cemas, hal itu membuat Bias tak tega saat melihatnya. Hanya senyum yang terlukis, berusaha sekuat mungkin dihadapan teman-temannya.
"Gue baik-baik aja, nggak perlu khawatir" Ucapan Bias membuat mereka mendongak, tersenyum menatapnya. "Gue ganti baju dulu, kalian lanjut aja sama yang lain" Sambung Bias, sebelum gadis itu beranjak pergi dan menghilang dari pandangan Tarisa, membuat gadis itu seketika bingung, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bias.
Ternyata baru pertama, gue ketemu buaya, senarsis lo.
***
Pakaian Alvaro kini terlihat basah kuyup, kaca mata yang sebelumnya ia kenakan pun tak tahu kemana pergi nya, laki-laki itu baru saja datang menghampiri kedua teman nya yang kini terlihat santai, dengan sekaleng soda di masing-masing tangan nya. Alvaro yang melihatnya seketika kesal, melemparkan tatapan tajam ke arah keduanya karena sedikitpun tak perduli dengan keadaan nya yang kini berakhir mengenaskan.
"Sial, lo berdua!" Alvaro terdengar kesal, dengan tangan yang kini merebut soda milik Rangga, kalau saja tadi ia tak melihat gadis itu benar-benar tenggelam, mungkin ia tidak akan berakhir seperti sekarang, penampilan nya persis seperti anak kucing yang baru saja tercebur ke dalam selok-kan. "Santuy dong mas nya" Ucapan David berhasil membuatnya di buahi tatapan tajam Alvaro, membuat laki-laki itu seketika nyengir kuda menatap nya.
"Tenang-ambil nafas-yang dalam-tahan, jangan di keluarin" Ucapan nyeleneh Rangga membuat laki-laki itu dengan cepat mendaratkan kepalan tangan nya tepat di kening Rangga yang tak bersalah, David seketika mengambil langkah mundur, takut-takut akan terkena sasaran Alvaro yang kini tengah murka, mengedarkan pandangan, memperhatikan sekeliling nya, hingga matanya menangkap seorang gadis cantik berpakaian sexy tengah berjalan ke arah mereka. Seketika keduanya terlihat mengikuti arah tatapan David, mengerjapkan matanya saat melihat apa yang baru saja David lihat.
"Kuy, taruhan kuy" Celetuk Rangga tiba-tiba bersemangat, membuat mereka mengeryit menatapnya bingung. "Maksud lo?" Tanya mereka bersamaan, terdengar kompak membuat Rangga terkekeh mendengarnya.
"Biasa,," Ucapan menggantung Rangga membuat mereka tak sabaran, sekaligus kesal. "Gue traktir makan sepuasnya,,," Seketika senyum cerah terlukis di wajah kedua teman nya, sumringah saat mendengar ucapan nya. "Itu,, kalo Alvaro berhasil bikin tu cewek kecantol sama dia" Sambung Rangga, mematahkan hati keduanya, menekuk kembali wajah cerah nya.
"Tapi,," Ucapan David membuat mereka kesal saat menatapnya, karena tak kunjung melanjutkan ucapan nya."Gue sih,, Yes" Teriak David tiba-tiba, membuat Alvaro yang berada disamping nya seketika menutup kedua telinga nya. "Oke,, siapa takut" Ucap Alvaro akhirnya menanggapi, dengan rasa percaya diri yang tinggi, laki-laki itu segera beranjak, pergi berjalan kearah gadis yang sempat menjadi topik hangat mereka, jarak nya sudah hampir dekat, reflek Alvaro berdehem.
Seorang gadis terdengar meringis, membuat Alvaro spontan berusaha membantunya, gadis yang menjadi incaran nya, ikut mendongak menatap balik ke arahnya. Alhasil membuat kedua temannya, bersemangat, ber-wih-ria setiap kali melihat tindakan Alvaro.
"Sorry, nggak sengaja" Mendengar ucapan maaf dari lelaki tampan di hadapannya, berlagak menyesal saat menatap gadis yang kini, mengulas senyum diwajah cantiknya. "Iya-gue-nggak-papa" Suaranya terbata-bata, gugup, karena Alvaro terus menatapnya, bahkan memperdalam tatapan nya, mendekat ke arah nya, menyerahkqn ponsel yang sempat terjatuh ke arah nya.
"Eh-makasih" Ucapnya terkejut, seraya meraih ponsel miliknya. "Sekali lagi, gue minta maaf" Gadis itu hanya mengangguk, dengan senyum yang tak kunjung pudar. Alvaro balik tersenyum, senyum hangat, tampan, laki-laki itu benar-benar sangat tampan, pikir sang gadis, yang tanpa sadar baru saja jatuh cinta pada seorang laki-laki yang kini menatapnya. "Gue duluan" Sebelum beranjak laki-laki itu jelas tersenyum licik,
Satu-dua--tiga! Di hitungan ketiga, Alvaro berbalik, menatap ke arah gadis yang baru saja memanggil nya. "Boleh-gue minta whatsapp, lo" Alvaro hanya tersenyum, senyum puas pastinya. Namun berhasil membuat sang gadis salah tingkah, bukan hanya pesona nya, namun laki-laki itu benar-benar tampan, salah satu idaman para wanita.
"Sorry,," Gadis itu mendongak, menautkan alisnya bingung. "Kenapa?" Alvaro lagi-lagi tersenyum dihadapan gadis yang kini menatapnya penuh harap. "Lo,,bukan-tipe-gue" Dengan santai Alvaro kembali melangkah, meninggalkan gadis yang kini menatapnya kecewa, bahkan kesal, merasa dipermain kan pastinya.
Dengan percaya diri, juga bangga, Alvaro kembali, ke tempat dimana kedua teman nya menunggu, hal biasa jika laki-laki itu mampu menyelesaikan tantangan nya, bahkan tak butuh waktu lama untuk nya. Gadis tadi, sudah tak tahu menjadi urutan berapa, tak sanggup untuk mengingat atau menghitung nya. David ber-tos ria, saat Alvaro sampai dihadapan nya, "Mantap mas bro!" Alvaro hanya menaik turunkan kedua alis nya bangga, seraya ikut ber-tos dengan nya.
Terdengar umpatan dari laki-laki disebelah nya, merasa kesal karena terus kalah dari sahabat nya. "Sial! Duit gue melayang, lagi" Rangga frustasi, sedangkan Alvaro tertawa puas melihat nya.
David menepuk pelan pundak Rangga, membuat sang empunya mendongak menatap kearah nya. "Udah tau, selalu menang, pake nantangin segala" Laki-laki itu terlihat menatapnya tajam, yang di tatap hanya nyengir kuda menampilkan sederet gigi rapih nya. Di tengah kemenangan, bersorak senang, juga ber-tos ria, tanpa aba-aba terdengar seorang gadis yang dengan santai nya menyela.
"Buaya" Terkejut, tentu saja hal itu dirasakan Alvaro, tak hanya laki-laki itu, kedua teman nya bahkan tercengang, lupa menutup mulut nya. Tanpa merasa berdosa, ataupun meminta maaf, gadis yang terlihat mengenakan floral dress berwarna putih selutut, dengan santainya kembali melangkah meninggalkan mereka.
Di sela langkah nya, ia kembali terhenti, mendengar suara laki-laki yang terdengar mengintruksi nya, bahkan kini terlihat menghampiri gadis yang kini menautkan sebelah alis nya. "Lo, ngomong apa tadi?" Tidak terima seseorang baru saja mengejek nya, membuat Alvaro terlihat kesal saat berada tepat dihadapan nya. Rasa kesal nya semakin bertambah, melihat sang gadis hanya diam, dengan tatapan datar ke arah nya, wajah tak menunjukkan ekspresi sedikitpun.
"B-U-A-Y-A!" Sang gadis mengulang ucapan nya, bahkan meng-eja nya perlahan, rasa kesal seolah menumpuk, hingga naik sampai ke ubun-ubun, karena gadis yang tak dikenal, datang mengusiknya. Belum sempat membalas, sang gadis kembali beranjak, tanpa sepatah kata terlontar dari mulut nya.
"Lo, kenal Al?" Rangga penasaran, saat kedua laki-laki itu datang menghampirinya, melihatnya yang kini mengacak rambutnya, frustasi bahkan terkejut dengan apa yang baru saja menimpa diri nya, untung nya, tak ada yang menyaksikan kesialan nya.
Seketika Alvaro terdiam, mematung, membuat Rangga yang kini disamping nya seketika bergidik, takut-takut terjadi sesuatu pada sahabat nya. "Dia, yang tadi gue tolongin" Jujur, Alvaro baru saja tersadar, berhasil mengingat wajah gadis yang baru saja ditemui nya, wajah yang sama, alasan dirinya berakhir mengenaskan dengan pakaian basah kuyup.
"A-N-J-A-Y" David Speechless, pelan meng-eja setiap kata yang keluar dari mulut nya, bahkan kini terlihat menganga dihadapan Alvaro. "Tapi, kaya nya dia nggak kenal, sama lo" Rangga berhasil membuat Alvaro lagi-lagi terdiam, berusaha mencerna ucapan nya, sekaligus penasaran.
Kenapa, dia nggak ngenalin gue. Pikir Alvaro, pandangan nya fokus, menatap lurus ke arah gadis yang kini semakin menjauh dari jangkauan nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!