Di ujung tertinggi Gunung Shan. Sebuah perguruan hebat berdiri kokoh di atas sana. Tidak dapat terhitung berapa usia perguruan ini. Dan tidak ada yang tahu sudah berapa Generasi perguruan ini lewati. Tetapi sampai sekarang Perguruan Tian Kong masih tetap exsis di dunia persilatan ini.
Bahkan sekarang Tian Kong sudah menjadi satu-satunya perguruan yang menjaga wilayah perbatasan antar dua Negeri. Yaitu Yuan dan Ming. Tian Kong terletak jauh diatas puncak Gunung Shan. Ratusan bahkan Ribuan pemuda pemudi dari seluruh penjuru Negeri ingin datang dan berlatih ilmu bela diri di perguruan yang memiliki julukan.
"Sekolah Langit."
Disini siapa pun yang datang akan dilatih dan di didik secara exlusif seperti pelatihan bagi seorang pendekar. Nantinya siapa pun yang akan lulus dari perguruan ini. Maka dia akan menjadi pendekar hebat Perbatasan. Itu lah julukan bagi murid yang telah lulus dari Tian Kong.
...
Siang hari ini. Di bawah cakrawala biru. Salah seorang murid laki-laki yang masih sangat muda dan tampan, sedang berada di ruangan perpustakaan yang luas, tapi cenderung cukup pengap.
Disana Feng Li Qian tengah duduk bersandar pada sebuah kursi. Diantara kedua tangan nya dia memegang sebuah kitab yang terbilang sangat tebal halamannya. Di lihatnya setiap halaman secara berkala. Bibir manisnya yang tebal itu membaca setiap urutan kata yang tertulis didalam kitab tersebut.
Raut wajahnya sangat serius ketika membaca itu. Tidak sekali pun dia menoleh atau melihat kearah lain. Dia hanya tetap fokus pada satu titik penglihatan, yaitu pada kitabnya saja.
"Dage!"
Suara manja terdengar ke dalam ruangan yang sunyi dan sepi ini. Suara yang seperti sedang merengek tersebut dibuat oleh seorang murid perempuan yang usianya bisa dikatakan lebih muda dari Feng Li Qian.
Murid yang sangat kekanak-kanakan ini bernama Zhuge Liying. Dia adalah adik seperguruan Feng Li Qian. Dia murid yang cukup manja dan sangat merepotkan. Namun, jangan di lihat dari luarnya saja. Biar pun Zhuge Liying itu sangat manja, tetapi tingkat kekuatannya tersebut menyamai tingkat kesaktian Feng Li Qian. Yaitu berada di Level Kultivasi 5.
"Dage!
Zhuge Liying masuk kedalam ruangan ini. Dia datang dengan wajah kesal saat mendekati Feng Li Qian yang tengah asyik membaca tersebut.
" Dage! Sejak tadi aku sudah mencari mu kemana-mana. Seluruh tempat sudah aku datangi. Tetapi ternyata kau berada disini!" kesal dari bibir Zhuge Liying, dan dia pun sedikit merengek seperti anak kecil dihadapan Feng Li Qian.
Walau Zhuge Liying telah datang kesana dengan membawa keributan, tapi fokus Feng Li Qian dalam membaca tidak goyah. Feng Li Qian masih tetap fokus terhadap apa yang sedang dibacanya tersebut.
Melihat Feng Li Qian yang mengacuhkan dirinya. Membuat Zhuge Liying semakin kesal terhadap laki-laki yang sangat suka dengan warna putih tersebut.
"Percuma saja aku capek-capek mencari mu ke tempat ini, dan membuat keributan yang heboh. Ternyata responpon mu kepada ku tetap saja acuh. Kau masih tetap fokus terhadap buku mu itu." merengut wajah Zhuge Liying Karena diacuhkan oleh Feng Li Qian.
"Sebenarnya kitab apa yang sedang kau baca ini. Sampai-sampai aku murid yang cantik ini diacuhkan begitu saja oleh mu?"
Diambil dengan cepat kitab yang berada di genggaman tangan Feng Li Qian. Kitab itu tiba-tiba saja berpindah tangan kepada orang lain. Karena Zhuge Liying yang mengambilnya dengan sangat cepat.
"Eh!"
Feng Li Qian hanya bisa pasrah ketika kitab miliknya di kuasai oleh adik seperguruannya tersebut. Terlihat Zhuge Liying membaca kata-kata yang tertulis didalam kitab tersebut.
"Teknik dasar jurus pedang Dewa," di bacanya dengan keras dan bersuara lantang.
Feng Li Qian hanya terdiam duduk di kursinya. Dan dia memperhatikan Zhuge Liying yang sedang membaca tersebut.
"Pertama. Atur pernafasan mu. Kedua! Atur Kuda-kuda mu. Ketiga! Kuatkan pergelangan tangan mu. Keempat! Biarkan jiwa mu bersatu dengan pedang milik mu. Kelima! Atur semua pergerakan pedang mu...
" Keenam! Jika tahap satu sampai kima sudah di kuasai, maka perlahan mulailah gerakkan pedang mu. Ketujuh! Tahap yang terakhir. Yaitu fokuskan pikiran mu terhadap satu lawan. Jika kau sudah merasakan pergerakan lawan. Maka seranglah dia dengan satu ayunan pedang."
Zhuge Liying membacanya dengan suara sekeras mungkin. Dia membiarkan Feng Li Qian mendengar suaranya yang nyaring tersebut. Langkah kaki Zhuge Liying bergerak tidak mau diam.
Zhuge Liying tidak mau berdiam diri dalam satu tempat. Maka dari itu saat sedang membaca Zhuge Liying bergerak kesana kemari. Mondar- mandir sambil bibirnya yang merona tersebut membaca.
"Ha! Ini sangat membosan kan!" di tutup olehnya kitab yang sedang dibacanya tersebut.
Raut dan mimik wajahnya terlihat sangat tidak asyik. Zhuge Liying merasa bosan dengan kitab yang lembarannya sangat tebal tersebut.
Dia yang sedang berdiri pun memandang wajah Feng Li Qian yang masih terduduk dikursinya tersebut.
"Dage!"
"Hm? Ada Apa?"
Feng Li Qian menanggapinya dengan santai dan tenang. Dia terlihat sangat berwibawa saat menanggapi tingkah manja Zhuge Liying itu.
"Aku ini tidak habis pikir. Sebenarnya seperti apa otak yang ada di dalam pikiran Dage? Bagaimana bisa Dage membaca kitab setebal kitab ini?" tuturnya kepada Feng Li Qian, sambil tangan kanannya mengangkat-angkat kitab tersebut.
Zhuge Liying pun duduk asyik diatas meja, dengan kedua kakinya yang diayun-ayunkan oleh nya tersebut. Ke depan ke belakang, dengan tempo yang cukuo cepat.
"He! Kau pikirkan saja sendiri!" Jawaban yang sangat singkat dari Feng Li Qian. Dia pun terbangun dari kursinya, sambil tangan kirinya mengacak-acak rambut Zhuge Liying.
"Aaaa!" merengeknya yang tidak terima. Zhuge Liying yang duduk diatas meja pun terlihat sangat kesal ketika rambutnya yang di kuncir meninggi itu harus diacak-acak oleh kakak seperguruannya sendiri.
Feng Li Qian pergi melangkah meninggalkan Zhuge Liying.
"Hub!"
Zhuge Liying turun dari atas meja yang tidak berdosa dan tidak bisa berbicara itu.
"Dage, ingin pergi kemana?" berteriak menanyainya.
"Aku ingin menemui paman guru. Tadi dirinya memberi perintah, agar semua murid tingkat empat dan lima pergi menemuinya di ruangan pertemuan."
Feng Li Qian menjawab teriakan dari Zhuge Liying tadi. Feng Li Qian tidak berbalik badan melihat kebelakang. Dia tetap berjalan kedepan, tanpa perlu melihat kembali kebelakang. Karena itu tidak perlu, nantinya itu akan menyia-nyiakan waktu saja.
"Dage, tunggu! Aku juga ingin ikut dengan mu!"
Bergegas Zhuge Liying pergi mengikuti Feng Li Qian. Dia berjalan terburu-buru karena langkah kaki Feng Li Qian yang sangat cepat itu.
**Di dalam ruangan pertemuan. Di ruangan yang luasnya 100 meter× 200 meter ini, sedang diadakan sebuah pertemuan yang cukup serius. Disana sudah ada petinggi dari Tian Kong. Gugu hebat dengan para murid senior telah berkumpul di dalam satu ruangan.
**Pertemuan yang bisa di katakan cukup rahasia ini belum bisa di mulai tanpa ada kehadiran Zhuge Liying dan Feng Li Qian.
"Dimana mereka? Sampai-sampai disaat ada pertemuan sangat penting seperti ini mereka datang terlambat?!" kesal salah seorang guru.
Guru itu bernama Yi Kong Si. Biasa di panggil dengan sebutan guru Yi. Dia yang berdiri berdampingan dengan Shangguan Yun. Selaku guru disana, sikap Yi terbilang cukup tidak menggambarkan seorang guru. Yi memiliki sifat tidak sabar terhadap sesuatu.
Ketika Zhuge Liying dan Feng Li Qian yang sampai sekarang belum tiba juga di ruangan ini. Sikap Yi cukup tidak tenang. Diantara semua orang yang hadir, hanya guru Yi lah yang terlihat sangat gelisah.
Dia berdiri mondar-mandir seperti setrikaan yang sedang panas. Dan mungkin semua guru bahkan para murid pun cukup tahu bahwa guru Yi Kong Si ini sangat tidak menyukai Zhuge Liying dan Feng Li Qian.
Sebenarnya tidak tahu apa penyebab guru Yi ini tidak suka, dan cenderung membenci Zhuge Liying dan Feng Li Qian? Mungkin rasa benci ini bisa diartikan bahwa Yi Kong Si sangat menyayangi dan mencintai Zhuge Liying dan Feng Li Qian. Namun, cara pengungkapan sayangnya yang berbeda dengan yang lain
Bukan hanya guru Yi saja yang gelisah menunggu kedatangan dari Zhuge Liying dan Feng Li Qian. Namun, Shangguan Yun pun merasakan hal yang serupa dengan guru Yi. Namun, cara dab sikap yang di tunjukan Shangguan Yun sangatlah berbede dengan guru Yi.
"Dimana kalian? Bukan kah sejak tadi aku sudah memerintahkan kalian untuk segera datang ke ruangan ini?" cemasnya yang berkata pada batinnya sendiri.
Selaku orang yang memanggil mereka untuk datang kemari, membuat dirinya dilanda rasa cemas. Shangguan Yun mulai berpikir yang aneh-aneh tentang kedua murid nya tersebut.
"Jangan kalian bisa pikir aku tidak tahu apa yang kalian lakukan diluar sana? Jika saja kalian tertangkap basah melakukan sesuatu di luar perguruan ini. Maka aku tidak segan-segan untuk menghukum kalian!" tutur Shangguan Yun didalam batin.
Hati yang sangat kecil dan rapuh itu, mengoceh dan menggerutu dengan sendirinya di dalam sana. Raut wajahnya memang diam dan biasa saja. Namun, coba lihat di dalam hatinya. Pasti Shangguan Yun sedang mengeluarkan semua kekesalan nya tersebut.
Disana pun telah hadir Yue Yi, dan Shangguan Ye. Mereka berdua adalah putra, putri dari ketua Shangguan Yun itu sendiri. Yue Yi anak terakhir dari Shangguan Yun. Dan sedangkan Ye adalah putra pertama guru Shangguan.
Keduanya adalah teman karib Zhuge Liying dan Feng Li Qian. Mereka tumbuh dan besar bersama-sama di perguruan ini. Namun, yang membedakan adalah tingkat ilmu bela diri mereka masih dibawah Zhuge Liying dan Feng Li Qian. Mereka sama-sama berada di tingkat empat.
"Da Jie! Dimana kau?" nergumam dengan suara kecil.
Wajah Yue Yi pun di sembunyikan oleh tangan kanannya yang menekuk. Lalu dia bergumam mencemaskan keberadaan Zhuge Liying dimana?
"Kalian ini memang sangat menyebalkan. Jika bukan karena kalian adalah murid tingkat lima. Maka sudah habis kalian ku marahi."
Kedua nya masih menunggu. Dan kedua guru serta oetinggi yang lain pun masih menunggu. Dimana orang yang sedang di tunggu-tunggu ini?
Benarkah mereka pergi ketempat lain terlebih dahulu,
hingga diantara mereka lupa bahwa hari ini ada pertemuan?
...
Beberapa menit telah berlalu. Disaat kedua kaki sudah pegal menunggu. Saat tubuh mulai merasa bosan karena terus-menerus berdiri. Akhirnya yang di nanti-nanti datang juga. Kedua murid yang sama-sama tingkat lima ini, mulai memasuki ruangan rapat.
Tanpa rasa bersalah mereka masuk saja dengan santai. Walau terbesit sedikit di pikiran Zhuge Liying dan Feng Li Qian tentang keterlambatan mereka tersebut.
"Memberi Hormat kepada Ketua!" kompak keduanya memberi hormat.
"Memberi hormat kepada Guru dan para oetinggi!"
Zhuge Liying dan Feng Li Qian pun duduk tersungkur saling berdampingan. Kedua memberi salam hormat kepada Ketua dan guru, serta para petinggi kainnya.
Wajahn mereka tertutup lenggan yang menekuk kedepan, dengan sebuah pedang yang mereka pegang di tangan masing-masing.
"Iya. Berdirilah!" perintah dari Shangguan Yun.
Zhuge Liying dan Feng Li Qian pun berdiri kembali. Mereka berdua berdiri bersama-sama dengan Yue Yi serta Shangguan Ye.
Dari situasi ini. Semuanya saling diam. Yue Yi tidak menyapa kakak pertama seperguruannya tersebut. Dan begitu pula dengan Ye yang juga tidak menyapa Feng Li Qian.
Para pendekar muda ini sadar bahwa situasi ini sangatlah tidak tepat untuk saling berbicara, atau pun menyapa. Jadi ke empat pendekar muda itu lebih memilih untuk diam terlebih dahulu, dari pada mereka harus membuat keributan.
"Baik semuanya telah ada." kata ketua Yun untuk mengawali perbincangan ini.
"Hari ini ada pertemuan rahasia diantara kita. Aku memanggil kalian para murid tingkat lima dan empa ke ruangan pertemuan ini, untuk membahas sebuah misi baru untuk kalian semua."
"Apa? Sebuah misi? Jadi benar ini oertemuan yang membahas tentang misi baru kita?"
Zhuge Liying tiba-tiba berbicara. Dari mimik wajahnya yang bulat itu terkihat dia sangat senang ketika membicarakan soal misi baru yang akan di tugaskan kepada mereka semua.
"Iya. Tugas kali ini terbilang cukup sulit. Karena kalian harus pergi ke luar dari ibu Kota... Dan lebih tepatnya kalian akan menjalani misi di Negeri Yuan."
"Apa Yuan?"
Terkejut semuanya. Yue Yi, Ye, Feng dan Zhuge sama-sama menunjukan expresi wajah terkejut. Raut mereka langsung saja berubah ketika mendengar bahwa mereka akan menjalani tugas di Negeri Yuan.
"Iya Yuan. Lebih tepat nya di Desa Ping. Sebuah Desa terpencil di bagian timur dari Negeri Yuan."
"Menurut kabar burung dan desas- desus berita yang beredar. Di desa itu pangeran ketiga di asing kan."
"Di asing kan?" bertanya Feng Li Qian yang heran.
"Mengapa pangeran mahkota di asing kan di sebuah desa yang jauh dari istana?" terheran-heran dia dengan kabar miring tersebut.
"Iya ketua. Bagaimana bisa seorang putra mahkota di asing kan dari istananya sendiri? Ini tidak bisa dimasuk kan dalam nalar pikiran manusia?"
Kedua murid ini memang sangat cerewet, dan banyak bicara. Shangguan Yun saja belum selesai menjelaskan mereka sudah memotong penjelasan tersebut dengan banyak nya pertanyaan.
"Ini semua masih belum jelas. Kaisar Yuan belum mengirimkan alasan tentang kabar burung tersebut kepada perguruan ini. Tapi menurut penerawangan dan telepati ku. Aku melihat bahwa pangeran ketiga benar-benar di asing kan disana."
"Menurut kabar. Bahwa setiap malam pangeran ketiga selalu pergi dari dalam kabarnya. Lalu ketika pagi saat pangeran ketiga selalu di dapati telah membunuh pelayan wanita nya sendiri."
"Dalam hal ini, setiap ditanyai pangeran ketiga selalu menjawab. Bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Ketika dia yang selalu pergi dimalam hari pangeran ketiga tidak sadar bahwa dia telah pergi dari kamar."
Shangguan Yun pun menjelaskan nya panjang lebar kepada Zhuge Liying, Feng Li Qian, Yue Yi, Shangguan Ye. Dan para murid yang sangat pintar ini menyimak setiap penjelasan tersebut.
Mereka mendengarkan setipa kata-kata yang terucap dari bibir ketua Yun tersebut. Seperti seorang murid yang seharusnya mendengarkan setiap penjelasan danri guru nya. Dan juga seperti seorang yang lebih muda yang seharusnya mendengarkan setiap nasihat dari orang yang lebih dewasa.
Jadi sudah sepatutnya dan seharusnya mereka menyimak dan mendengarkan setiap kata-kata yang terucap dari guru-guru mereka.
"Lalu apakah ketua tahu siapa dalang di baling masalah ini semua?"
Tahu Tidak ya?
Berpindah ke tempat lain.
Ternyata aku tidak mati.
Chen He telah berpindah tempat, Dia tidak lagi duduk tersungkur di tengah jalan raya. Sekarang Chen He tengah duduk diatas sebuah sofa panjang di dalam ruangan.
Rungan ini nampak tidak asing jika di lihat lebih lanjut. Chen He memandang ke semua arah, pirasatnya mengatakan bahwa Dia tahu dengan jelas tempat ini. Namun Dimana Chen He pernah melihatnya?
"Kemana saja kau pergi? Mengapa jam baru pulang?" Tiba-tiba terdengar amarah kecil dari seorang wanita yang datang untuk mendekat.
Tuk. Tuk.
Suara langkah kakinya yang mendekati ku.
" Bagaimana kau bisa kembali dengan kondisi buruk seperti ini!?" Tanya dengan kesal dari wanita yang cantik, berambut pendek dan wajah yang dirias dengan sederhana.
Dia adalah Hwang Xi Qi. Wanita muda muda berusia 30 tahun. Seorang ibu muda memiliki anak satu.
Hwang Xi Qi adalah bibi dari Hwang Chen He. Di berjalan dari arah dapur, untuk datang mendekat kepada keponakan nya tersebut.
Setibanya di dekat Chen He, dia pun segera duduk berdampingan dengan Hwang Chen He.
"Maap bibi!" Pinta ku memohon dan menunjukan raut wajah memelas padanya.
" Maap!" Jawab kesal bibi Hwang, dan memandang ku dengan mimik ketidak senangan hati.
"Bagaimana bisa aku memaafkan mu! Setiap hari kau selalu seperti ini! Kau pergi dengan kebahagian sebelum pajar datang, dan kembali ketika matahari tepat berada di ubun-ubun kepala dengan kondisi mu yang sangat buruk!" Lanjutnya yang memarahi ku.
Wanita ini adalah bibiku, Dia baik dan penyayang. Walau dia sering memarahiku, tetapi sebenarnya dalam hatinya dia sangat menyayangi ku.
"Tunjukan luka mu!" katanya yang meminta aku untuk mengukurkan tangan yang terdaota ada luka kecil.
Bibi Hwang ini meminta aku untuk mengulurkan tangan kanan ku yang sedikit tergores ini dan mengeluarkan setetes bercak darah. Aku sedikit menahan sejenak tangan ini, tetapi.
Ded.
Di tarik tangan kanan ku dengan cepat, karena aku yang tidak mau mengulurkan tangan ku. lalu Dia mulai membersihkan kotoran yang menempel di lengan ku, dan dengan lembut pula dia mulai mengobati tangan kanan yang sedikit terasa sakit ini.
Tes! Tes!
Di berikan setetes demi setetes obat merah pada goresan kecil yang memerah ini. Aku pun memperhatikan nya. Dia sangat sabar dan lembut saat sedang memberikan obat merah kepada luka ku ini.
Hu. Hu. Hu. Bibirnya yang berwarna merah tebal meniup luka goresan ini agar aku tidak merasakan perih.
Dengan penuh kasih sayang, Bibi ku ini mulai mengobati luka kecil itu, dan perlahan mulai membalut luka ini.
Helai demi helai oerban putih tipis ini menutupi setiap goresan yang yang mewarnai tangan kanan ku tersebut.
Di peganga tangan kanan ku dengan cepat, walau terasa cukup kasar. Namun aku tahu bahwa Dia sangat sayang pada ku, dan tidak ingin Aku terluka seperti ini.
" Setiap pagi kau selalu pergi dengan tersenyum dan penuh dengan harapan besarmu itu. " Kata Bibi dalam membalut luka.
"Tetapi, Mengapa setiap kau pulang selalu pulang dengan kondisi buruk seperti ini! Terluka dan selalu di tempat yang sama. Apa kau tidak bosan selalu seperti itu?" Menggerutunya sambil Mempertanyakan diriku ini.
Walau pun Dia nampak kesal dan menggerutu cenderung memarahi, tetapi aku paham perasaan nya.
"Maaf!" tidak ada kata yang bisa ku ungkapkan, hanya dapat memohon (Maaf) setiap saat, dan selalu membuatnya khawatir setengah mati.
" Sudahlah!" Mengelak, membuang pandangan lalu menyembunyikan wajah dan melepaskan tangan ku.
"Sebaiknya kau beristrirah. Pasti kau sangat lelah. Jadi istrirahat sejenak! Bibir akan pergi ke dapur lagi!" Lanjutnya berkata.
Hwang Xi Qi pun beranjak bangun dari sofa panjang itu. Lalu mulai melangkah pergi meninggalkan Chen He seorang diri lagi di atas sofa.
Luka pun telah di balut oleh perban, Bibi dengan cepat berdiri dari duduknya. Tidak berkata lagi Dia segera beranjak pergi dari sofa panjang ini dan pergi menuju dapur yang berada di araj jam 2.
Setelah bibi pergi, tinggallah aku seorang diri di ruangan yang luas ini.
Ha!
Membuang nafas dalam-dalam, lalu berbaring tubuh ke belakang lalu menekuk kedua tangan dan memandang ke langit-langit rumah.
Kedua tangan di lipat kebelakang dan di jadikan sandaran untuk kepala.
"Apa yang terjadi tadi? Siapakah laki-laki? Seorang laki-laki gagah berani dan hebat yang telah menyelamatkan ku dari maut? Pahlawan seperti Apa yang baru saja aku temui tadi?"
Bertanya-tanya. Aku Mempertanyakan hal yang baru saja terjadi siang tadi, sebelum aku tiba di ruangan ini.
Perasaan ku mengatakan bahwa baru saja diriku yang ingin mengakhiri hidup ini, tiba-tiba di tolong dan di selamat kan oleh seorang laki-laki misterius yang tidak sama sekali ku kenal.
Sosoknya sangat lah asing. Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas karena kesadaran ku yang tidak utuh itu. Aku masih setengah tersadar ketika super hero itu membaringkan tubuh ku di atas sofa ini.
Membayangkan pahlawan kesiangan itu membuat ku mengatuk.
"Kahaau!" membuka lebar-lebar mulut ini.
Kedua mata mulai mengantuk, kesadaran mulai melemah. Terasa angin pantai yang sejuk sedang meniupi ku, hingga rasa kantuk ini tidak dapat ku tahan lagi.
Karena mengantuk berat pandangan mulai mengkabur, sebaiknya di pejamkan saja, jangan biarkan rasa lemas ini berlama-lama di biarkan saja dan di pejamkanlah kedua mata ini.
Mulai tertidur dan terbawa dalam alam bawah sadar.
***
:
;
Di tempat yang jauh di sana, di pisahkan ruang dan waktu. Sebuah tempat yang berbeda tidak seperti Zaman sekarang.
Tempat itu masih di kelilingi oleh hutan-hutan lindung yang masih banyak di tumbuhi tanaman-tanaman bambu.
Ukurannya berbeda-beda dan suasana alamnya pun masih sangat alami. Udara yang di hirup pun masih sangat segar seperti suasana di dataran tinggi.
..
"Xiang An! Jangan lari kau!"
Berteriak dari seorang wanita berdandan aneh, pakaian nya seperti pendekar di masa dahulu, lalu dia berlari dengan tergesah-gesah dengan pedang tajam tergenggam erat di kedua tangan nya.
Krek... Krek...
Larinya sangat cepat saat melaju di atas hamparan daun-daun dan batang bambu yang telah kering.
Daun-daun berguguran diatas luasnya tanah ini. Wanita yang bernama Zhuge Liying ini berlari sangat cepat seraya meneriaki seseorang yang berpakaian serba hitam, dan cenderung sangat lebar ukurannya.
Karna terlaru cepat lajunya larinya itu, hingga tubuh Zhuge Liying yang berbalut pakaian berwarna ungu ke biruan itu harus terangakat sedikit keatas. Jadi, jika di lihat Zhuge Liying seakan-akan sedang melayang tidak menginjak tanah.
" Xiang An! Jangan coba-coba untuk kabur dari ku! Akan Ku h*bisi kau!" Tegasnya yang bernada tinggi.
Gadis belia 21 tahun itu meneriaki seseorang berjubah hitam dan bertopeng wajah hewan yang berlari cepat tepat di hadapan nya. Orang itu berusaha untuk lari menjauhi Zhuge Liying yang berada di belakangnya tersebut.
Hub. Hub. Hub.
Dengan jurus peringan tubuh, makhluk berjubah hitam dan bertopeng wajah itu melayang-layang di udara walau pun tadi dia sedang berlari cepat diatas permukaan tanah.
Namun, tubuh itu masih tetap seimbang di udara dengan cara meloncat-loncat ringan di menginbangi tubuh di udara.
Tek. Tek. Tek.
Di laluinya setiap batang bambu, lalu di pijakinya batang-batang bambu yang tumbuh meninggi Itu. Sesekali Dia pergi menoleh untuk melihat kebelakang.
Di lihatinya arah belakangnya. Hanya ingin memastikan seberapa jauh jarak dirinya dengan Zhuge Liying yang sejak tadi mngejarnya itu.
"Seperti Zhuge Liying sudah tidak mengejar ku lagi." Jubah hitam ini berkata setelah memastikan bahwa dia telah menjauh dari gadis belia berbaju Ungu ke biruan itu.
Hub.
Dia melayang semakin tinggi hingga ke puncak batang bambu yang paling besar. Lalu dia terhenti disana, dan kedua kakinya berpijak di antar dua btang bambu.
Ha!
Akhirnya Xiang An bisa bernafas dengan lega.
Diantara dua pijakan itu, dia berdiri dengan gagah dan sangat seimbang disana. Xiang An berpikir bahwa akhirnya dia bisa bernafas lega dan Lolos dari kejaran Zhuge Liying (Wanita yang sejak tadi mengejarnya itu), adalah sebuah keberuntungan dari Dewa untuk nya.
Namun sepertinya dugaan ini hanya bersifat sementara.
(Kau kira Zhuge Liying, selemah itu? Hingga tidak bisa mengejarmu? D*sar Tikus Tanah!).
Tiba-tiba tanpa sepengetahuan sosok berjubah hitam yang bernama Xiang An itu, Zhuge Liying telah berada tempat di belakang dirinya.
Seperti yang dilakukan Xiang An, Liying pun berpijak pada satu batang bambu. Dia berdiri dengan satu kaki di atas sebatang bambu kecil yang berada di belakang Xiang An.
Kedua tangan Liying mengepal erat kedua pedang, Lalu di buat simbol X dari kedua pedang, Dan.
...
Cling...!
Krek...!
Bersambung.
Apa yang terjadi pada Xiang An?
Lalu Apakah pedang Liying mengenai Xiang An?
Pertanyaan nya.
Xiang An Hidup atau mati ?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!