"Mas, berapa kali harus aku bilang? Aku gak mau hamil! Aku gak mau badanku jadi jelek gara-gara melahirkan anak! Aku gak mau orang-orang mengejekku karena bentuk tubuhku yang berubah. Apa pentingnya punya anak?! Kamu gak bahagia menikah sama aku?" Viona kembali menolak keinginan suaminya untuk memiliki anak, tanpa pernah menghiraukan permintaan Farhan.
"Vi, aku gak pernah peduli dengan penampilan kamu. Bagiku, kamu tetap cantik, apa pun yang terjadi. Aku tetap mencintai kamu!" Farhan mencoba menenangkannya.
"Bukan aku gak bahagia sama kamu, Mas. Aku bahagia, tapi aku juga ingin punya anak. Kamu tahu kan, aku ini anak tunggal, aku butuh penerus keluargaku," jelas Farhan.
"Kalau kamu bahagia, ya sudah. Gak usah terus bahas soal anak. Toh, kalau kita gak punya anak, kamu dan aku masih bisa tetap mesra," Viona menegaskan pendiriannya.
"Vi, kalau kamu gak bisa punya anak, aku bisa terima. Tapi masalahnya, kamu bukan gak bisa, kamu gak mau! Apa salah kalau aku meminta seorang anak dari istriku yang rahimnya sehat?" Farhan mulai kesal.
"Tidak, Mas! Aku gak mau, titik!" Viona menjawab tegas, kemudian pergi meninggalkan Farhan sendirian dengan kemarahannya.
Begitulah hubungan mereka sekarang. Pernikahan yang sudah berjalan 10 tahun penuh cinta dan kehangatan itu kini diwarnai oleh pertengkaran dan adu argumen. Tak ada lagi kehangatan seperti dulu.
Farhan sangat ingin memiliki anak sebagai penerus keluarganya. Dia adalah satu-satunya anak dari keluarga kaya, dan harapan orang tuanya untuk mendapatkan penerus bergantung padanya, meski tak pernah diutarakan langsung.
Namun, harapan itu tampaknya harus pupus karena Viona menolak untuk hamil. Setelah menjalani pemeriksaan, Viona dinyatakan sehat dan subur, namun dia tetap tak mau hamil karena khawatir tubuhnya berubah akibat proses kehamilan dan melahirkan.
Farhan sendiri dinyatakan subur dan mampu membuahi, tetapi masalahnya tetap pada Viona. Meskipun Viona melayani Farhan sebagaimana seorang istri, dia selalu memaksa Farhan menggunakan alat kontrasepsi agar sperma tidak masuk ke rahimnya.
Viona menolak ber-KB karena khawatir akan efek sampingnya yang bisa merusak bentuk tubuhnya. Farhan yang sangat mencintai Viona hanya bisa menurut, meskipun dia tak pernah merasakan kepuasan sepenuhnya.
Farhan tak pernah berpikir untuk berselingkuh atau menggoda wanita lain, meskipun banyak yang lebih cantik dari Viona. Baginya, Viona tetap satu-satunya.
Namun, hubungan mereka semakin hari semakin buruk. Rumah tangga mereka terasa hampa. Viona sering tak ada di rumah saat Farhan bangun, sibuk dengan dunia sosialitanya. Farhan terbiasa mengurus banyak hal sendiri tanpa mengeluh, karena kebutuhan rumah tangga sudah ditangani oleh pembantu dan asisten rumah tangga mereka.
Mereka hanya bertemu di malam hari, lalu bertengkar lagi soal anak. Tak ada lagi pelukan hangat, tak ada lagi ciuman mesra, dan tak ada lagi gairah di antara mereka. Mereka seolah bukan pasangan suami istri.
---
"Mas, kamu masih mau punya anak, kan?" tanya Viona tiba-tiba saat Farhan hampir terlelap.
Farhan langsung terbangun dan mendekat.
"Jangan salah paham. Aku lagi datang bulan. Maksudku, bukan aku yang akan hamil, tapi kamu bisa punya anak, meski bukan dari aku!" jawab Viona datar.
"Apa maksud kamu?" tanya Farhan bingung.
"Kamu bisa punya anak dari rahim wanita lain!" jawab Viona tegas.
"Apa? Jadi kamu minta aku menghamili wanita lain?" Farhan terkejut. Dia tak mau melakukan itu, bahkan meski Viona menolak untuk hamil.
"Iya, tapi lewat pernikahan dulu. Kamu harus menikahi dia, tapi tanpa cinta. Kalian hanya perlu melakukan hubungan badan untuk mendapatkan anak, lalu setelah proses itu selesai, kalian bisa bercerai," jelas Viona, membuat Farhan tercengang. Ide macam apa ini?
"Kamu gila, Vi? Mana ada hal seperti itu? Aku cuma mencintai kamu. Sudahlah, kalau kamu gak mau punya anak, gak perlu memaksakan diri dengan mengorbankan orang lain. Aku gak mau jadi orang jahat yang memanfaatkan rahim wanita lain untuk anakku, lalu menceraikannya. Itu gak adil!" Farhan sangat kesal dan kembali berbaring.
"Mas, kamu yakin gak mau punya anak? Orang tua kamu pasti marah kalau tahu kamu gak punya penerus. Mereka bisa memisahkan kita," Viona berusaha membujuk, takut kehilangan posisinya sebagai istri dari pria kaya.
"Kalau kamu yang hamil, aku cuma mau kamu!" jawab Farhan tegas.
"Mas, ayolah. Aku gak mau tubuhku berubah, ini juga demi kamu. Kalau kita punya anak dari wanita lain, aku tetap bisa menjaga tubuhku sempurna untukmu, tanpa perut buncit atau stretch marks. Ayolah..." Viona merayu Farhan sambil mengusap lembut kepalanya.
Farhan berpikir sejenak, lalu berkata, "Jadi, aku harus bagaimana?"
"Kamu tinggal cari wanita yang cantik dan butuh uang, tawari dia bayaran yang tinggi. Nikahi dia, dan setelah dia melahirkan anak kita, kamu ceraikan dia. Ini cuma kesepakatan, Mas. Gak ada yang dirugikan," kata Viona dengan percaya diri.
"Tapi Vi, kasihan dia kalau jadi janda," Farhan masih ragu.
"Mas, jangan terlalu baik. Toh, kita bayar dia, gak gratis!" Viona mulai kesal.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Tapi aku minta kamu memperlakukan dia dengan baik," Farhan akhirnya setuju.
"Oke, kamu gak perlu khawatir. Beri dia rumah dan fasilitas yang baik supaya dia bisa menjaga anak kita dengan baik. Tapi aku gak mau bertemu dengannya, hanya anaknya saja. Setelah semua selesai, pastikan dia pergi jauh. Aku gak mau dia mengganggu kita lagi. Kamu ngerti kan?" syarat Viona terdengar ringan, namun lebih baik jika mereka tak pernah bertemu.
Dengan berat hati, Farhan menyetujui permintaan istrinya, meskipun di dalam hatinya dia merasa seperti menjalankan perintah tanpa pilihan.
Bersambung...
[Esoknya]
Farhan terlihat sangat bingung. Haruskah dia mulai mencari wanita untuk dijadikan Ibu Pengganti seperti yang diminta Viona? Tapi, mana ada wanita yang mau hanya dijadikan penampung benih? Setiap wanita pasti menginginkan pernikahan yang sempurna, di mana keduanya saling mencintai, bukan hanya saling membutuhkan.
Namun, bayangan senyum dan tawa seorang anak menari-nari di pelupuk matanya, seolah melambaikan tangan agar dia memeluknya. Farhan pun mulai mengadakan pertemuan dengan beberapa wanita untuk menawarkan rencananya. Namun, semua wanita itu menolak. Kebanyakan dari mereka hanya membutuhkan uangnya dan tak ingin memberikan anak untuknya.
Farhan merasa sangat bingung dan hampir putus asa. Dia berjalan dengan gontai menuju toilet kantor. Di sana, secara tak sengaja, Farhan mendengar suara seorang wanita menangis di toilet. Terdengar jelas suara percakapan telepon yang sarat kesedihan dari dalam.
“Uang sebanyak itu bisa saya dapatkan di mana?” Suara wanita itu terdengar jelas dari luar.
“Iya, tapi itu nominal yang besar. Saya gak mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat!” Wanita itu terdengar terisak.
Kemudian, terdengar suara wanita itu mematikan teleponnya dan membuka pintu toilet. Farhan segera bersembunyi. Wanita itu keluar dengan mata sembab, dan Farhan mengenali gadis tersebut—dia adalah salah satu karyawatinya. Sebuah ide mulai terbentuk di kepala Farhan. Senyum kecil mulai mengembang di bibirnya.
---
“Meer, kamu dipanggil Pak Bos tuh!” kata Kinan, mengingatkan Ameera yang sedang fokus bekerja di depan laptopnya.
“Ada apa?” tanya Ameera dengan nada sedikit khawatir.
“Nggak tau, mungkin ada perlu,” jawab Kinan, yang juga tampak bingung.
“Ya sudah, aku kesana dulu,” kata Ameera sambil berdiri dan berjalan menuju ruang kantor Farhan.
Sesampainya di depan pintu, Ameera mengetuk beberapa kali hingga terdengar suara dari dalam yang mempersilahkannya masuk.
“Permisi, Pak!” ucap Ameera sopan saat memasuki ruangan.
“Silakan duduk,” jawab Farhan, sambil menunjuk kursi di depannya.
“Maaf, Pak. Bapak memanggil saya?” tanya Ameera sopan.
“Iya, saya panggil kamu. Maaf, mengganggu waktumu,” kata Farhan dengan ramah.
“Apa saya melakukan kesalahan dan harus dihukum, Pak?” tanya Ameera, sedikit takut.
“Kenapa kamu tanya begitu?” Farhan tampak heran.
“Soalnya, biasanya kalau dipanggil Bos, berarti ada kesalahan, Pak,” jawab Ameera dengan malu-malu.
Farhan tersenyum. Gadis ini rupanya terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. “Tidak, kerja kamu bagus, tidak ada alasan buat saya menghukum kamu.”
Ameera tampak bingung. “Lalu, kenapa saya dipanggil, Pak?”
“Saya tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu di toilet. Apa kamu sedang butuh uang banyak?” tanya Farhan dengan tenang, membuat Ameera sedikit malu.
“I-i-iya, Pak,” jawab Ameera dengan gugup.
“Tidak usah malu. Saya hanya ingin menawarkan kesepakatan pada kamu,” ujar Farhan dengan nada serius.
“Kesepakatan apa, Pak?” Ameera masih bingung.
“Kamu bisa mendapatkan uang yang kamu butuhkan, tapi dengan satu syarat,” jelas Farhan.
“Syarat apa, Pak?” tanya Ameera, semakin tak mengerti.
“Kamu harus mengandung anak saya,” jawab Farhan tenang.
Ameera terkejut dan membulatkan matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Orang yang dikenal baik dan ramah seperti Farhan, ternyata meminta sesuatu yang tidak mungkin.
“Maksud Bapak, saya harus hamil anak Bapak?” tanya Ameera dengan suara gemetar.
“Iya,” jawab Farhan.
“Tapi, Pak, saya gak mau. Ini sama saja seperti melacurkan diri saya demi uang. Saya minta maaf, Pak, tapi saya masih bisa cari uang dengan cara yang halal,” jawab Ameera sambil bangkit hendak pergi, namun Farhan menahannya.
“Jangan berpikir negatif dulu. Saya tidak meminta kamu mengandung anak saya tanpa pernikahan. Saya akan menikahi kamu secara siri, yang sah secara agama. Saya bukan orang jahat, Meer. Saya butuh seorang anak, dan kamu juga butuh uang. Kita saling membutuhkan,” Farhan mencoba menjelaskan dengan tenang.
“Tapi, Pak, tetap saja saya merasa seolah menjual diri saya demi uang,” jawab Ameera tetap menolak.
“Tolong saya, Meer. Saya mohon. Saya akan memberikan apapun yang kamu butuhkan, menjamin kehidupan kamu dan orangtua kamu. Saya janji,” Farhan memohon dengan sungguh-sungguh, berharap Ameera berubah pikiran.
Ameera terdiam. Dia teringat pada orangtuanya, terutama ayahnya yang sedang sakit dan membutuhkan operasi segera. Nominal biaya yang dibutuhkan sangat besar, dan dia tahu dirinya tak akan mampu membayarnya sendiri.
Setelah berpikir sejenak, Ameera mengangguk. “Baik, saya setuju. Tapi dengan satu syarat. Tolong bayar biaya operasi Ayah saya saat ini juga. Nyawa beliau sedang dalam bahaya,” jawab Ameera akhirnya.
“Tentu saja, saya akan membayar biaya operasinya. Saya sangat berterima kasih karena kamu bersedia membantu saya,” jawab Farhan dengan wajah berbinar.
“Kalau begitu, kita ke rumah sakit sekarang, sekalian kamu juga cek kesuburan,” kata Farhan dengan nada penuh antusias.
“Iya, Pak. Saya siap-siap dulu,” jawab Ameera.
“Baik. Saya akan menunggu di luar. Segeralah menyusul,” ujar Farhan, memerintah dengan lembut.
Ameera segera kembali ke ruangannya, membereskan barang-barangnya. “Kamu mau ke mana, Meer?” tanya Kinan, penasaran karena Ameera belum waktunya pulang.
“Aku mau ke rumah sakit dulu, Nan. Aku pulang duluan, ya,” jawab Ameera singkat sambil terburu-buru pergi.
Sesaat kemudian, Ameera sudah berada di dalam mobil Farhan yang melaju menuju rumah sakit. Setibanya di sana, mereka langsung menuju kamar ayah Ameera di lantai 10. Ameera segera menghampiri ayahnya, yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
“Ayah, Meera sudah datang. Maaf Meera baru sempat ke sini,” ujar Ameera sambil mencium tangan ayahnya dengan penuh kasih sayang.
“Meera, putriku. Jangan khawatirkan Ayah. Biaya operasinya terlalu mahal, lebih baik kita pulang saja,” jawab ayahnya dengan nada lemah.
“Ayah, Meera sudah dapat uang untuk operasi Ayah. Ayah pasti sembuh,” ujar Ameera, berusaha meyakinkan ayahnya.
“Benarkah?” tanya ayah Ameera, sedikit tak percaya.
“Iya, Ayah. Meera janji semuanya akan baik-baik saja,” jawab Ameera dengan senyum.
Farhan yang berdiri di belakang Ameera tersenyum sambil memperkenalkan dirinya pada ayah Ameera. Setelah berbicara sebentar, mereka keluar dari kamar untuk mengurus segala keperluan operasi ayahnya.
Bersambung...
Farhan dan Ameera keluar dari kamar rawat Ayah Ameera,mereka berjalan menuju ruangan lain untuk memeriksakan kesuburan Ameera,dan hasilnya positif,Ameera dinyatakan sehat dan bisa hamil,satu titik terang mulai terlihat bagi Farhan,dia memiliki harapan besar terhadap Ameera.
Farhan menyelesaikan pembayaran biaya operasi Ayah Ameera,juga biaya rawat inap selama di rumah sakit dan akan dilaksanakan operasi secepatnya.
Farhan kemudian mendatangi kembali Ayah Ameera untuk melamar Ameera,bagaimana pun juga Ameera adalah seorang gadis yang masih memiliki keluarga,sudah sepatutnya Farhan melamar Ameera secara baik-baik meski pernikahan mereka hanya untuk seorang anak,bagi Farhan Ameera tetap memiliki hak untuk mendapatkan pinangan sebelum pernikahan.
Ayah Ameera seolah tak percaya jika putrinya akan dinikahi pria kaya yang juga bosnya,dia bersyukur karena akhirnya harapan untuk melihat putrinya menikah segera terwujud,pria senja itu bersedia untuk menjadi wali bagi pernikahan Ameera dan Farhan,mereka berencana untuk menikah setelah operasi selesai dan Ayah Ameera bisa dibawa pulang.
Cukup lelah untuk seharian ini,Farhan seharian berada di rumah sakit untuk mengurus berbagai hal,dan dia bisa bernafas lega karena telah mendapatkan calon Ibu Pengganti yang akan melahirkan bayinya.
*****
"Mas,kamu udah dapet calon istrinya?" Tanya Viona tiba-tiba saat mereka makan malam bersama.
"Ya,sudah!" Jawab Farhan sambil menikmati makanannya.
"Dia cantik?" Tanya Viona ingin tahu.
"Cantik,kan perempuan!" Jawab Farhan simple.
"Sama aku cantikan mana?" Tanya Viona lagi.
"Cantikan kamu Vi,gak usah nanya yang aneh-aneh deh,cuma kamu yang paling cantik buat aku" jawab Farhan lagi menatap tajam istrinya.
Viona tersenyum mendengar jawaban Farhan,dia merasa dirinya yang paling cantik.
"Dia seperti apa?" Viona kembali bertanya.
"Dia baik,ramah,sopan,tutur katanya juga halus,awalnya dia nolak,tapi dia butuh uang banyak buat operasi Ayahnya,jadi dia mau.Aku juga udah bawa dia ke dokter,udah diperiksa hasilnya positif,dia bisa hamil" Farhan menjelaskan agar istrinya tak bertanya lagi,Farhan merasa sangat lelah karena seharian berjalan keluar masuk di rumah sakit,dia tak mau terus mendapatkan pertanyaan dari istrinya.
"Syukurlah,aku harap kamu gak jatuh cinta sama dia,Mas!" Ucap Viona penuh harap,dia juga tak mau jika suaminya mencintai wanita lain,karena itu akan membuatnya tersingkir dari posisinya sebagai istri pria kaya dan juga menantu konglomerat.
"Ya nggak lah,aku mencintai kamu kok!" Jawab Farhan tersenyum,berusaha untuk tetap manis di depan istrinya,meski sebenarnya Farhan mulai jengah dengan Viona yang menurutnya tak menghargai dia sebagai suami.
Malam itu,Farhan tidur lebih awal karena lelah,dia tak bercengkrama lagi dengan istrinya setelah makan malam usai.
Viona yang melihat suaminya telah terlelap,bangkit dari tempat tidurnya,mengambil ponsel dan berjalan menjauh dari kamarnya.
Dia menghubungi seseorang di seberang sana,entah siapa,namun sepertinya orang yang dihubungi Viona adalah seorang pria.
"Iya Sayang,maaf ya,tadi Mas Farhan masih bangun soalnya!" Ucap Viona.
"Aku kangen Yang,kapan kita ketemu lagi?" Tanya pria itu.
"Nanti ya,Mas Farhan akan menikah lagi,dan aku sama kamu bisa bebas berduaan,Mas Farhan bakal tinggal sama perempuan itu selama dua minggu setelah menikah dan dia baru akan pulang dua minggu kemudian,kita bisa bebas di rumah ini!" Jawab Viona sedikit berbisik,takut ada yang mendengar obrolannya.
"Hmmm oke lah,aku gak sabar nunggu hari itu!" Balas pria itu.
"Aku juga!" Balas Viona senang.
Mereka mengobrol semalaman seperti dua sejoli yang tengah jatuh cinta,tanpa disadari bahwa pembantunya sejak tadi mendengarkan percakapan mereka,tak mau ikut campur,pembantu di rumah Viona lalu pergi seolah tak tahu apa-apa.
Rupanya Viona telah berselingkuh dari Farhan,pria malang itu tak tahu apapun tentang kebusukan istrinya,yang dia tahu bahwa istrinya setia dan mencintainya.
Viona mempunya rencana lain dibalik mengizinkan suaminya menikah lagi,dia juga akan menikmati romansa penuh cinta bersama selingkuhannya di rumah itu sementara Farhan tak di rumah,sangat licik!
Bukan hanya jalan bersama,tapi mereka sudah berhubungan sangat jauh,mereka sering melakukan hubungan suami istri di hotel,dan yang paling mencengangkan adalah,Viona membiarkan pria itu mengeluarkan sp*rma nya di dalam rahim Viona,dan Viona sendiri tak takut karena dia selalu meminum pil KB sebelum berhubungan,sehingga dia tak akan hamil.
Viona berbohong soal dirinya yang tak ingin ber KB,padahal dirinya sudah menggunakan obat itu selama beberapa bulan ke belakang setelah berhubungan dengan selingkuhannya,Viona mau melakukan apa saja untuk pria itu.
Viona tak memiliki hasrat lagi kepada Farhan,padahal suaminya itu sangat rupawan dan bertubuh atletis,tapi karena dibutakan cinta,Viona tak melihat Farhan sebagai suami yang sempurna,baginya Farhan hanyalah lelaki bodoh yang mau diperbudak olehnya atas nama cinta.
*****
[1 Minggu Kemudian]
Setelah operasi selesai dan Ayah Ameera bisa dibawa pulang dengan keadaan sehat,hanya perlu menunggu pemulihan,Farhan dan Ameera melaksanakan akad nikah di rumah Ameera yang sederhana,pernikahannya tertutup hanya dihadiri beberapa tetangga dan juga saksi.
Acara pernikahan dilakukan secara siri mengingat perjanjian Farhan dan Ameera yang hanya akan menikah secara agama saja,karena Farhan telah terdaftar sebagai suami Viona di pengadilan.
Farhan telah duduk bersila di depan penghulu dan Ayah Ameera untuk akad nikah,sementara Ameera masih di kamarnya sedang di dandani sebagai pengantin wanita.
"Nak Farhan sudah siap?" Tanya penghulu.
"Siap,Pak!" Jawab Farhan mantap,dia seolah mengulang kembali pernikahannya dengan Viona dulu.
Akad nikah pun dimulai tanpa kehadiran Ameera yang akan keluar setelah akad nikah.
Farhan menjabat tangan Pak Haris,Ayah dari Ameera dan mulai melafalkan ijab qobul sesuai syari'at Islam.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ameera Humaira Zahwa binti Bapak Haris dengan mas kawin uang tunai senilai 200 juta,cincin berlian seberat 2 gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!" Farhan dengan lantang mengucapkan itu tanpa keraguan dan gugup sediktipun.
"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu kepada para saksi yang hadir.
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
Jawab mereka.
"Alhamdulillah" ucap semua orang,mereka pun berdo'a setelah akad selesai.
Ameera di panggil oleh penghulu untuk keluar,Ameera pun keluar dari kamarnya dengan mengenakan kebaya putih bertabur payet,sangat cocok dengan bentuk tubuhnya yang ramping dan tinggi,wajahnya di rias tipis tak berlebihan,membuat Ameera tampak sangat cantik malam itu.
Farhan terpesona melihat gadis yang kini telah menjadi istrinya itu,dia tak berkedip saat memandangi Ameera yang berjalan mendekat padanya dengan anggun.
Kini mereka telah berhadapan,Ameera meraih tangan kanan Farhan dan mencium punggung tangannya takzim,tangan kiri Farhan mengusap rambut Ameera lembut.
Mereka sah menjadi sepasang suami istri di mata agama.
Malam itu juga Farhan mengajak Ameera untuk tinggal di rumah baru mereka,dimana rumah itu yang dijanjikan Farhan untuk Ameera.
Usai melangsungkan akad nikah dan menjamu tamu seadanya,mereka pun langsung pergi ke rumah baru beserta Ayah Ameera.
Lokasi cukup jauh dari tempat tinggal Ameera sebelumnya,Farhan sengaja memilih tempat yang jauh agar tak ada yang curiga dengan pernikahan mereka yang terkesan mendadak.
Tiba di rumah itu,Pak Haris tampak takjub melihat megahnya rumah itu,lebih megah dari rumah mereka,meski bagi Farhan rumah ini tak sebanding dengan rumahnya.
"Maasyaallah Nak,ini rumah kamu?" Tanya Pak Haris takjub.
"Iya Pak,ini rumah Ameera sekarang,lebih tepatnya rumah kalian" jawab Farhan ramah.
"Megah sekali" pujinya lagi, Ameera tersenyum melihat Ayahnya yang sangat senang.
Farhan mengajak mereka masuk, Farhan membantu mendorong kursi roda Pak Haris untuk masuk ke dalam.
Farhan menunjuk satu persatu ruangan dan kamar di rumah itu,Pak Haris dan Ameera mangut-mangut mengerti.
Ameera mengantarkan Pak Haris ke kamarnya yang berada tak jauh di samping kamarnya,rumah itu hanya satu lantai,namun megah.
"Ini beneran rumah kita Meer?" Tanya Pak Haris masih tak percaya.
"Iya,Yah,ini rumah kita" jawab Ameera dengan senyum mengembang.
"Alhamdulillah akhirnya kita punya rumah yang layak,Ayah bersyukur karena kamu mendapatkan jodoh yang baik,Ayah harap pernikahan kalian penuh kebahagiaan dan lenggeng" Pak Haris menyertakan do'a untuk putri tercintanya.
"Aamiiin,makasih Pak!" Balas Ameera.
Ameera membantu Pak Haris naik ke atas ranjangnya,dan menyelimuti Ayahnya itu.
Setelah dipastikan Ayahnya tidur, Ameera pun keluar dari kamar itu.
Ameera bingung harus masuk ke kamar Farhan atau tidak,dia sangat canggung,karena Farhan adalah CEO di kantornya.
Ameera telah berdiri di depan pintu kamar bercat putih itu yang mana itu adalah kamar mereka.
Ameera menghirup nafas dalam lalu membuangnya dan mengetuk pintu kamar perlahan.
'tok tok tok' suara pintu kamar di ketuk.
"Masuk Meer!" Sahut Farhan dari dalam kamar.
Ameera memutar gagang pintu,perlahan membuka pintu kamar,dia melihat Farhan sudah duduk di pinggiran tempat tidur dengan memainkan ponselnya.
"Masuklah,gak usah sungkan" pinta Farhan dengan mengulas senyum.
Ameera masuk dan mendekat.
"Maaf ya,aku balas chat Viona dulu tadi" ucap Farhan,lalu menyimpan ponselnya di atas nakas.
Farhan mendongak,menatap Ameera yang berdiri di depannya dengan gugup.
Farhan kagum dengan kecantikan dan keindahan tubuh Ameera,dimana gadis itu hanya gadis biasa yang tak melakukan perawatan mahal,sedangkan Viona bisa mendapatkan semua kesempurnaan fisiknya hanya karena rutin perawatan mahal setiap bulan.
"Kemarilah" Farhan menjulurkan tangannya agar digapai Ameera,memintanya untuk duduk disamping Farhan.
Ameera menyentuh tangan Farhan dan Farhan menggenggam tangan Ameera erat,dia lalu menuntun tangan Ameera supaya mendekat dan duduk di sampingnya.
"Kamu gak usah gugup,toh kita suami istri sekarang" ucap Farhan lembut.
"Gugup Pak,karena baru pertama saya berada di kamar yang sama dengan laki-laki" jawab Ameera gugup.
"Jangan panggil Pak,panggil Mas saja,dan bahasa kamu jangan formal lagi,kita suami istri sekarang,gak enak dengarnya" pinta Farhan.
Ameera mengangguk paham,memang tak seharusnya Ameera memanggilnya Bapak lagi,karena Farhan pun masih muda dan tampan.
"Meer,kamu takut?" Tanya Farhan,karena Ameera tak menatap matanya sejak tadi.
"Nggak Pak,eh Mas,cuma belum terbiasa aja" jawab Ameera masih gugup dan tak berani memandang Farhan.
"Kalau begitu,berbalik dan tatap aku!" Pinta Farhan.
Ameera memberanikan diri berhadapan dengan Farhan dan menatap matanya,saat mereka bertatapan mata,jantung mereka berdebar kencang, seolah tengah jatuh cinta.
"Mata kamu indah Meer" ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Farhan saat menatap mata Ameera.
Ameera juga menatap mata Farhan,dan menatap lekat wajahnya, Ameera kagum karena Farhan sangat tampan,hidung mancung dan alis sedikit tebal.Sungguh Viona sangat beruntung memiliki Farhan,itulah yang ada di benak Ameera saat ini.
Tangan Farhan menggapai kepala Ameera dan melepaskan sanggul di kepala Ameera pelan,kini rambut Ameera terurai dengan indah,Farhan merapikannya dengan jari-jarinya.
Farhan mengusap wajah Ameera lembut,pipi gadis itu sangat halus hingga membuat tangannya tak ingin berhenti mengelus.
Farhan mendekatkan wajahnya,kini wajah mereka sangat dekat nyaris tanpa jarak,Ameera semakin gugup.
Farhan mendaratkan kecupan di bibir Ameera yang ranum,membuat Ameera kaget dan mebulatkan kedua matanya tak percaya jika kini dia telah mendapatkan ciuman pertamanya.
Tak ada balasa dari ciumannya membuat Farhan melepaskan ciuman itu.
"Kamu belum ikhlas,kan,Meer?" Tanya Farhan sedikit kecewa.
"Baiklah,kamu pasti butuh waktu juga,kalau begitu kita tidur ya!" Farhan tersenyum lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menjauh dari tempat tidur,dia merasa jika Ameera tak menginginkannya,dia tak boleh memaksa,butuh waktu bagi seorang gadis untuk memantapkan diri menyerahkan jiwa raganya terhadap pria yang baru dinikahinya.
Ameera pun sadar,kegugupannya membuat Farhan kecewa,dia melihat pria itu seakan menahan kekecewaannya dengan berusaha tetap tersenyum.
Ameera kemudian berdiri dan berjalan mendekat ke arah Farhan,sudah waktunya dia melakukan tugasnya.
Ameera memeluk Farhan dari belakang dan meminta maaf karena tadi,Farhan tak kalah kaget karena Ameera berani memeluknya seperti itu,dia pikir jika Ameera tak akan pernah mau melakukan hal semacam itu.
Farhan berbalik,mereka berhadapan,tatapan mata mereka kembali bertemu.
"Maaf Mas,tadi aku merasa seperti mimpi,karena itu ciuman pertamaku!" Ucap Ameera menyesal.
"Aku siap kok!" Tambahnya dengan mengulas senyum.
Farhan menyunggingkan senyum,tangannya kembali menyentuh wajah Ameera dan mendaratkan kembali ciuman di bibir Ameera,kali ini Ameera membalasnya.
Farhan kini tak bisa mengendalikan dirinya lagi,dia tak melepaskan ciumannya dari Ameera,tangan-tangannya mulai menggapai pinggang Ameera dan menariknya hingga tubuh mereka menempel.
Farhan merasa ini malam pertama bagi mereka,sudah sepantasnya mereka menikmatinya,untuk saat ini Farhan tak ingin mengingat Viona,baginya keberadaan Ameera saat ini cukup untuk melepas rindu pada Viona.
Farhan mulai semakin liar,dia menerobos mulut Ameera dengan lidahnya dan memainkan lidahnya di dalam sana.
Ameera melepaskan ciuman Farhan dan menatap pria yang tampak sangat bergairah itu dengan sedikit rasa penasaran.
"Inikah yang namanya malam pertama?" Ucapnya dalam hati.
Farhan tak mau menunggu lagi,hasratnya sudah sangat memuncak,dia membopong tubuh Ameera dan menidurkannya di atas kasur.
Farhan kembali mencumbui Ameera dengan liar,dia tak bisa menahan dirinya lagi atas gadis ini.
Farhan mengarahkan tangan Ameera untuk membuka kancing bajunya,Ameera menurut,dia membuka satu persatu kancing baju yang dipakai Farhan hingga terbuka,tampaklah tubuh depan Farhan yang kekar dengan perut yang kotak-kotak sempurna.
Ameera melongo melihat tubuh pria tanpa ditutupi kain tepat di depan wajahnya.
Farhan menggapai baju kebaya yang dikenakan Ameera,dia membuka kancing kebayanya hingga terbuka,tampak dua gundukan kenyal berukuran standar itu yang masih dibungkus rapi oleh bra berenda berwarna putih.
Ameera malu dan menutupinya dengan tangan.
"Jangan malu Meer,aku suamimu" ucap Farhan dengan menyingkirkan tangan Ameera yang menutupi keindahan itu pelan.
Farhan membuka seluruh baju yang dikenakan Ameera hingga tersisa bra dan ****** ***** yang yang menempel.
"Mas,boleh tutup pakai selimut? Bukanya di dalam aja ya,aku malu" pinta Ameera dengan menutup dua bagian sensitifnya dengan tangan,Farhan mengerti,gadis ini sangat pemalu.Farhan menarik selimut dan menutupi tubuh Ameera yang hampir polos itu dengan selimut.
"Auwww!" Rintih Ameera.
Farhan mulai memasuki Ameera dan Ameera semakin kesakitan,Farhan tak tega,dia mengusap air mata Ameera lembut dan menciumi bibir gadis itu.
"Maaf Meera,tapi aku sudah tak tahan lagi" gumamnya dalam hati,Farhan tak mau berlama-lama lagi,dia segera menuntaskan keinginannya yang telah lama tak dia dapatkan dari Viona,hingga membuatnya sangat menikmati permainan itu.
Kamar itu dipenuhi dengan suara *******,erangan dan lenguhan yang menggema,Farhan merasakan puas setelah air mani nya ditumpahkan di dalam rahim Ameera,yang belum pernah dirasakan selama bersama Viona.
Farhan sangat puas,tubuhnya terkapar lemas setelah permainan yang cukup lama,tubuhnya dipenuhi peluh bekas kenikmatan surga dunia yang baru dia rasakan seumur hidupnya,untuk pertama kalinya Farhan tak perlu melepas miliknya ketika mencapai *******,kali ini dia benar-benar bisa menumpahkan cairan kenikmatannya itu di dalam.
Farhan mengatur nafasnya yang terengah-engah,Ameera pun sama,meski sangat sakit pada awalnya,tapi dia merasakan kenikmatan yang sama untuk pertama kalinya.
Farhan menarik tubuh Ameera hingga ke pelukannya,dia mengecup bibir ranum itu,dan memeluk Ameera hingga mereka tidur bersama dalam keindahan malam pertama.
Farhan benar-benar lupa akan Viona,dia tak memikirkan keraguan bersama Ameera,dia pun lupa bahwa dirinya sangat mencintai Viona dan tak ingin berpaling darinya.
Tampaknya hati Farhan mulai berubah haluan,sejak menatap mata Ameera langsung,Farhan merasa hatinya berdebar,tak seperti pada Viona yang hatinya terasa hampa saat bertatap mata.
Ini pernikahan kedua baginya,tapi terasa seperti pernikahan pertama.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!