NovelToon NovelToon

Jangan Lagi Menangis Mama

Jangan menangis lagi ya ma,,

Dinda tersenyum getir menatap ketiga buah hatinya yang kini beranjak remaja,bahkan anak pertamanya sudah berusia 19 tahun.tak terasa bulir air matanya mengalir membasahi pipinya yang masih tampak kencang meski usianya sudah tidak lagi muda.

Mama menangis lagi?

tanya Nabila sambil mengusap air mata di pipi ibunya dengan jari jari lentiknya, Galang dan Azriel pun mendekat pada ibunya,

"kalian cepat sekali besar" ucap Dinda sambil tersenyum dan menyentuh wajah putra dan putrinya satu persatu

"maafkan mama tidak bisa memberikan kalian kebahagiaan yang lebih"lanjutnya sambil terisak

Galang,Nabila dan Azriel serempak memeluk ibu mereka,ibu yang telah dengn susah payah membesarkan mereka,mereka adalah saksi hidup dari usaha keras Dinda memperjuangkan mereka hingga bisa menyelesaikan sekolah sementara ayah mereka sama sekali tidak memiliki andil apapun selain hanya memberikan mereka kesempatan dilahirkan.

Galang menatap wajah sendu ibunya

"ma,mama adalah harta yang kami punya,tanpa mama kami tidak akan bisa seperti ini,memiliki ibu seperti mama adalah anugerah untuk kami,mama adalah segalanya " lirihnya sambil mendekap erat sang bunda

"Mama jangan menangis lagi,kami janji nanti kami akan membahagiakan mama seperti mama selalu membahagiakan kami" Azriel putra bungsunya ikut mendekap erat Dinda

"mama harus bahagia ya,gak boleh sedih lagi" Nabila kembali mengusap air mata ibunya lalu ikut larut dalam dekapan bersama 2 saudaranya.

Dinda tersenyum melihat ketiga buah hatinya,perlahan membelai lembut rambut dan wajah mereka satu persatu.

"terima kasih anak anak ku" lirihnya

"sekarang kalian harus lebih mandiri dan berjuanglah untuk diri kalian sendiri,kalian anak anak hebat,mama yakin kalian akan menjadi anak anak yang sukses" ucapnya pelan dengan senyuman

"kami janji ma,setelah kami sukses,yang akan kami bahagiakan pertama kali adalah mama dan oma"ucap Galang yakin

"mama percaya sayang,semoga kalian sukses,kalian anak anak kebanggaan mama"

ucapan ucapan yang saling menguatkan antara ibu dan anak,,

"sekarang kalian istirahat ya" ucapnya

"mama juga hrus istirahat,jangan capek capek karena kami masih butuh mama" sahut Nabila sambil tersenyum yang dibalas anggukan oleh Dinda.

satu persatu mereka beranjak memasuki kamar masing masing,Dinda pun melangkah menuju kamarnya,namun dirinya msih belum ingin tidur,netranya masih begitu terang,Dinda duduk bersandar di ranjangnya,menerawang dalam lamunan,ingatannya kembali pada 20 tahun silam dimana cerita pahit hidupnya dimulai.

***

"Aku hamil kak" sambil berurai air mata Dinda duduk bersimpuh di kaki Yoga,kekasihnya.

"yakin itu anak aku?" jawab Yoga dengan senyum sinis

"maksud kakak apa? gak pernah ada yang nyentuh aku selain kakak" Dinda makin terisak

"ya kan kamu banyak temen cowok,masa iya sih cuma aku?" Yoga menatap tajam ke arah Dinda

Sinda pun tanpa rasa takut balas menatap tajam mata Yoga,seakan ingin mencongkel mata itu dan meremasnya,hatinya terasa begitu sakit,seperti disayat sayat sembilu mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Yoga.

dadanya terlihat naik turun menahan gejolak emosi, Yoga membuang pandangannya ke sembarang arah.

"gugurkan" hanya satu kata itu yang terluncur keluar dari bibirnya namun mampu membuat dunia Dinda serasa hancur.

"udah segede ini gimana cara ngegugurinnya kak?"teriaknya menahan emosi

Dinda benar benar merasa kalut,satu sisi dirinya takut pada keluarganya dan disisi lain dia pun takut kehilangan Yoga,sosok yang begitu dicintainya,dan karena rasa cinta yang terlalu itulah,dirinya pun sanggup melakukn segalanya termasuk menyerahkan mahkotanya.

kini Dinda hanya bisa menyesali kebodohannya,namun meski begitu dirinya tetap tak bisa memungkiri keinginannya untuk dinikahi,karena rasa cintanya yang begitu besar pada ayah dari calon bayi yang dikandungnya itu.

"lalu mau kamu apa?" teriak Yoga

"nikah kak,nikahi aku" Disty berucap lirih sambil menggenggam lengan Yoga

Yoga terdiam penuh kebimbangan.

"kita coba dulu gugurin,kalo gak bisa baru kita pikirin cara lain" Yoga menatap Dinda dalam, jemarinya mengusap air mata kekasihnya itu,dalam pikirannya yang kalut tetap saja muncul hasrat birahi setannya hingga mengajak Dinda untuk melakukan dosa kembali.

"jangan kak,aku gak mau lagi,aku takut" tolak Dinda

"kan udah hamil juga,udahlah,sekali ini aja ya sayang,setelah ini kakak janji nggak lagi"bisiknya sambil tersenyum manis namun penuh nafsu

akhirnya Dinda menuruti kemauan Yoga dan kembali larut dalam dosa yang seharusnya tidak mereka lakukan lagi.

nafsu sang iblis

"tau kenapa ibu memanggilmu datang kesini?" tanya Zaida

Dinda menggeleng sambil terus tertunduk takut.

Bagaimana Dinda merasa tidak takut berhadapan dengan Zaida,Zaida adalah ibu kandung Yoga, dan dahulu Zaida tidak menyetujui hubungan mereka, masih jelas teringat di benak Dinda saat Zaida dengan lantang mengusirnya hanya karena ada kekasih lama Yoga datang kerumahnya,Zaida tidak menyukai Dinda karena menganggap Dinda masih terlalu belia,datang selalu dengan seragam sekolahnya sementara Yoga sudah tidak lagi bersekolah.

usia Dinda dan Yoga terpaut 5 tahun dan Zaida merasa Dinda sangat tidak pantas untuk anaknya saat itu,apalagi dirinya sudah begitu akrab dengan kekasih lama Yoga yang bernama Neneng,seorang gadis keturunan jawa yang tutur kata serta sikapnya sangat santun,sementara Dinda hanyalah bocah yang sama sekali tidak mengerti apa apa.

Dinda berasal dari Sumatra sama seperti keluarga Yoga,jadi pembawaan yang tidak begitu santun terasa sudah biasa bagi mereka,namun saat menemukan tutur kata yang halus dan santun tentu akan memberi nilai plus dimata orang tua bukan? begitulah yang dirasakan oleh Zaida

keinginannya untuk menjadikan Neneng sebagai menantunya begitu besar,tapi harus kandas kala mendengar Yoga putranya lebih memilih Dinda,namun tak ada yang bisa dirinya lakukan selain diam,karena Zaida tau betul bagaimana keras kepala putranya itu.

menentang keputusannya hanya akan memperkeruh keadaan,bisa jadi justru Zaida yang akan dibencinya,namun karena sudah terlalu menyayangi Neneng,Zaida secara terang terangan menunjukkan rasa bencinya pada Dinda,bahkan pernah dengan tega mengusir Dinda dari rumahnya saat gadis itu bertandang,bahkan sampai detik inipun,saat berhadapan,rasa tidak suka itu tetap ada,namun ditutupinya demi kasih sayangnya pada sang putra.

Kembali Zaida menatap wajah Dinda seksama

"betul kamu sedang hamil?" telisiknya

Dunda mengangguk cepat,namun tetap tertunduk,tak berani sedikitpun mengangkat kepalanya untuk menatap Zaida

"berapa bulan?" selidik Zaida lagi

"Di-Dinda gak dateng haid sudah 5 bulan bu" jawab Dinda dengan takut takut.

terdengar suara Zaida menghembuskan napas kasar.

"sampai selama itu? apa kamu gak kerasa ada perubahan di badan kamu?" tanya Zaida dengan nada sedikit tinggi

Dinda kembali menggeleng pelan

"memang selama ini Dinda haid nya gak teratur bu" jawab Dinda pelan

"bodoh"sentak Zaida

Dinda terus tertunduk,bingung harus berbuat apa.

sebenarnya Yoga sudah berusaha untuk menggugurkan kandungan Dinda,tapi selalu gagal,berbagai cara sudah dilakukannya,mulai dari memberikan minuman yang sudah diberinya berbagai campuran untuk meluruhkan kandungan, namun tak ada yang membuahkan hasil, hingga dirinya menyerah dan memilih memberitahukan tentang kehamilan Dinda pada ibunya sebelum kandungan Dinda semakin membesar.

"sekarang,kamu mau menikah sama yoga? karena kalau untuk digugurkan dengan usia kandungan yang sudah cukup besar,itu sulit dan tentu saja beresiko" ucap Zaida dengan hati hati

Dinda hanya terdiam menyimak kata demi kata yang keluar dari mulut Zaida.

"kamu siap jika harus menikh sekarang?" tanya Zaida tanpa menatap ke arah Dinda

Dinda terpaku sesaat

"se-sekarang bu?" tanya nya gugup

"iya sekarang,siap" tanya Zaida lagi

tak ada yang bisa dipikirkan Dinda lagi selain menuruti semua yang dikatakan Zaida,karena dirinya tak memiliki pilihan lain,jika mengatakan hal itu pada ibunya tentu sang ibu akan marah,itu yang begitu ditakutkn Dinda,kemarahan keluarganya.

Dia hanya mencari perlindungan dari Yoga karena selama ini dirinya memang tidak dekat dengan sang ibunda,karena kesibukan sang ibu.

"baiklah kalau begitu,kamu diam disini,tunggu disini jangan kemana kemana,dengar?" perintah dari Zaida cepat di angguki oleh Dinda

Zaida melangkah keluar kamar meninggalkan Dinda sendirian diam dalam kekalutan,di kamar Yoga inilah semua berawal,kejadian bejad yang begitu cepat,hingga membuat dirinya kini hamil.

itu adalah yang pertama kali dalam hidupnya,karena selama ini tak pernah ada laki laki yang dekat dengannya sedekat Yoga,hanya Yoga yang berani menyentuhnya,menciumnya bahkan merenggut keperawanannya.

Dinda tertunduk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya,tak kuasa menahan tangis,menyesali kebodohannya,dirinya terlalu polos hingga dengan mudahnya menuruti hawa nafsu.

"kamu kenapa ?" tiba tiba seseorang memegang bahunya

"kak Yoga" Dinda langsung memeluk pemuda yang begitu dicintainya itu,namun tak demikian dengan Yoga,baginya Dinda hanyalah tempat dirinya melampiaskan nafsu bejatnya saja.

semenjak mereka melakukan hubungan terlarang itu,Yoga merasa senang karena dirinya yang berhasil merenggut keperawanan Dinda,awalnya dia mempercayai bahwa Dinda hanya miliknya,namun melihat pergaulan Dinda yang begitu luas,membuatnya sedikit sanksi.

bisa saja setelah hilang perawan,Dinda berani melakukannya dengan laki laki lain,bisa saja kan? begitu yang ada dipikiran pemuda pengangguran itu.

"kenapa aku disuruh nunggu disini kak?"tanya Dinda

Yoga mengangkat kedua bahunya, "udahlah tunggu aja" sahutnya sambil menghenyakkan bokongnya di atas sofa tepat di sebelah Dinda,kamar Yoga memang cukup mewah,ada sofa,televisi,tape recorder lengkap dengan sound sistem ukuran besar,ranjang ukuran king size dan berbagai pernak pernik penghias kamar,membuat siapa saja yang berada disana akan merasa betah berlama lama,apalagi diiringi alunan musik dari tape recorder,hal yang jarang ditemukan di kamar pemuda dari kalangan biasa.

ya,Yoga dan keluarganya berasal dari kalangan berada,ayahnya bekerja sebagai seorang pelaut yang bekerja di kapal asing,Dinda jarang bertemu dengan ayahnya Yoga karena beliau lebih senang kerumah saudaranya daripada berdiam dirumah saat sedang tidak melaut.

Yoga menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa,Dinda pun ikut menyandarkan tubuhnya mendekat pda Yoga,seketika lembut wangi parfum sang kekasih menggelitik ujung hidungnya,membuat birahinya meningkat,segera direngkuhnya tubuh berisi milik Dinda,menghidu aroma parfum yang sejak tadi mengganggu pernafasannya dan membuatnya seperti terhipnotis untuk menyecap tubuh pemilik parfum itu,dengan menggila Yoga mencium bibir Dinda kemudian tangannya bergerilya menjelajhi setiap inci tubuh Dinda,Yoga benar benar dibuat mabuk dan tak menyadari perbuatannya,gegas mengunci pintu kamar dan kembali mendekati Dinda untuk melanjutkan aksinya tadi,kembali direngkuhnya tubuh padat berisi itu ke dalam pelukannya,Dinda menerima dan membalas perlakuan Yoga dengan penuh rasa cinta yang bergelora di dadanya,merasa tersanjung setiap kali Yoga memperlakukan dirinya dan tubuhnya dengan begitu lembut,hingga saat matanya telah sayu,Dinda menyebut kata "i love you" namun tak mendapat jawaban dari Yoga yang seperti orang kesetanan melahap rakus tubuh Dinda,Dinda merasakan itu adalah cinta,padahal sebenarnya tidak,itu bukanlah cinta,itu hanyalah nafsu yang dihasut setan,nafsu yang tak akan bisa dikontrol oleh manusia yang seluruh hatinya sudah dikuasai iblis.

tidak ada rasa cinta dilampiaskan dari hubungan yang tidak halal,Dinda yang polos begitu mudah dikelabui oleh kata cinta yang sebenarnya semu atau bahkan palsu.

Rumah Bapak penghulu,,

tok,,tok,,tok

pintu kamar diketuk kencang dari luar,untungnya Yoga dan Dinda telah menyelesaikan perbuatan mereka sejak tadi hingga tak menyisakan jejak apapun.

kriettt,

pintu pun dibukakan oleh Yoga

"lagi ngapain kalian?"tanya Zaida sambil melongokkan kepalanya ke dalam kamar

"apaan sih bu? orang gak ngapa ngapain juga" jawab Yoga ketus

"terus itu kenapa pintu pake dikunci segala?" sahut Zaida tak begitu saja mempercayai ucapan putranya

"barusan Yoga sakit kepala terus tiduran,males aja kalo ada yang gangguin" jawab Yoga lagi sekenanya dengan mengulum senyum

"awas kamu macam macam ya" Zaida memelototkan matanya

"macam macam juga gk papa kali,lagian kan udah jadi juga" sahutnya santai sambil melirik sekilas ke arah perut Dinda

Zaida mendelik tak suka dengan jawaban putranya kemudian mengalihkan pandangannya pada Dinda

"sekarang kalian berdua siap siap,kita pergi kerumah orang yang akan menikahkan kalian berdua"

"apa?!" Dinda dan Yoga serempak terlonjak kaget

"koq buru buru sih bu?" baru juga dikasih tau semalem

"hei Yoga,kalo ngomong itu dipikir pake otak,kamu itu sudah menghamili anak orang,apalagi dia ini masih anak sekolah,kalau kita kembalikan dia ke orang tuanya,pasti kamu akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan,mau kamu masuk penjara lagi?" jelas Zaida panjang lebar

Yoga bergidik ngeri,pengalaman dipenjara adalah pengalaman paling pahit selama hidupnya.

dirinya pernah dipenjara karena kasus tawuran saat dia masih bersekolah,kasusnya menjadi berat karena dirinya kedapatan membawa senjata tajam di dalam tasnya,hingga dia harus menerima hukuman yang lebih lama dibandingkan teman temannya,beruntung sang ibu begitu menyayanginya hingga rel menghabiskan uang jutaan rupiah demi membebaskan dirinya dari hukuman lalu karena hal itulah dirinya enggan untuk meneruskan sekolah lagi.

"tapi,Dinda masih sekolah bu" jawab Dinda dengan tertunduk

"lalu,kamu tetap mau sekolah dengan perut yang besar karena hamil nantinya?"jawab Zaida dengan nada mengejek

Dinda menggeleng pelan,

"kalian nurut ajalah,jangan banyak omong" ucap Zaida

"ayo ikut ibu" Zaida keluar kamar lebih dahulu,diikuti oleh Yoga dan Dinda

dikuar kamar sudah ada bi Rugai,adik ipar Zaida yang juga akan mengantarkan mereka ke tempat yang sudah disepakati berdasarkan hasil rembukan bersama Zaida dan adiknya yang tinggalnya di belakang rumah mereka.

dengan langkah pasti mereka berempat berjalan menuju jalan raya untuk menaiki mobil mereka yang dititip di garasi dekat jalan raya karena akses jalan perkampungan menuju rumah mereka sangat kecil sehingga tidak memungkinkan menyimpan mobil dirumah,hanya sepeda motor yang bisa masuk kerumah,sementara mobil dititipkan di garasi garasi yang sengaja di bangun di pinggir jalan raya untuk memudahkan warga sekitar dan tentu saja dengan imbalan untuk biaya penitipan dan penjagaan.

dengan menaiki mobil pribadi milik keluarganya,Zaida melajukan kendaraan roda empat itu menuju ke kampung sebelah.

sampai di tujuan mereka berempat pun turun,kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju rumah seseorang.

Sampai di sebuah rumah panggung yang di depannya terpampang plang P3N mereka pin berhenti.

"Assalamualaikum" Zaida mengucapkan salam

tak lama kemudian terdengar jawaban seorang wanita dari dalam rumah

"Waalaikumsalam" jawabnya sambil membukakan pintu

sejenak ibu itu hanya terdiam memperhatikan ke empat tamu yang tampak asing di matanya namun saat matanya tertumpu pada Yoga dan Dinda,raut wajahnya pun berubah ramah kembali

"cari bapak ya? silahkan masuk,bapak ada di dalam" ajaknya sambil mempersilahkan tamu tamunya untuk masuk.

ke empat tamu itu pun masuk mengikuti langkah wanita tadi

tak lama keluarlah seorang pria berumur setelah wanita yang menyambut tamu tadi menghilang dibalik pintu

"ada perlu apa ini?" tanya bapak itu setelah bersalaman dengn para tamunya

"begini pak,kami ingin menikahkan anak anak kami ini,tapi orang tua anak perempuan tidak menyetujui keputusan kami" jelas Zaida

bi Rugai menganggukkan kepalanya membenarkan sementara Yoga dan Dinda terdiam dengan kening berkerut,tak mengerti apa maksdu dan tujuan dari ucapan Zaida barusan.

lelaki tua itu kemudian mengangguk anggukan kepalanya mengerti

"berapa usia anak perempuan dan laki laki ini?" tanya nya kemudian

"yang laki laki anak saya umurnya 22 tahun pak dan yang perempuan ini umurnya 17 tahun" jelas Zaida lagi

"17 tahun?" ulang bapak itu

Zaida mengangguk meyakinkan

"umur 17 tahun sebenarnya belum boleh kalau dia terhitung masih sekolah,tapi karena ini mendesak dan ingin disegerakan daripada terjadi hal yang tidak tidak,maka sebaiknya kita segerakan" ucap pria tua itu lagi.

Zaida bernapas lega

"lalu bagaimana selanjutnya pak" tanya Zaida lagi

"baiklah,besok perwakilan dari calon mempelai pria ikut saya untuk menemui orang tua wanita dirumahnya" jelas pria itu

"bawa yang perlu kalian bawa sebagai pinangan" jelasnya lagi

"dan untuk sementara waktu,gadis ini tinggal disini sampai keluarganya menyetujui pernikahan mereka" ucap pria itu lagi

Zaida dan bi Rugai mengangguk angguk tanpa banyak bertanya lagi lalu segera pamit untuk pulang.

tinggal Dinda juga Yoga yang hanya planga plongo tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.

mereka tak tahu jika saat ini yang mereka datangi adalah petugas P3N atau yang biasa disebut penghulu,,di satu daerah di Sumatera,tradisi ini sudah lumayan lumrah sejak jaman nenek moyang mereka,jika sepasang muda mudi ingin menikah tetapi terhalang restu orang tua maka jalan tengahnya mereka akan naik ke rumah P3N untuk menjadi juru bicara mereka pada keluarga sekaligus meminta untuk di nikahkan secepatnya.

ini sama hal nya dengan istilah kawin lari,namun bedanya mereka dijalan yang tepat yaitu mendatangi rumah penghulu secara baik baik dan meminta sang penghulu untuk mengurusi ijab qabul mereka nanti saat penghulu sudah mendatangi keluarga mereka dan tanggal pernikahan sudah disepakati kedua belah pihak.

sepeninggal Yoga,Zaida dan bi Rugai,Dinda terdiam membisu,tenggelam dalam kebingungan,tak mengerti apa yang harus diperbuat dirumah itu,terlebih dirinya pun tak mengerti mengapa dia bisa berada dirumah itu,sungguh kepolosan yang hakiki.

"sini dek,malam ini kamu tidur sama kakak ya" ucap Ida,putri dari si bapak penghulu,gadis yang usianya di atas Dinda itu menyodorkan baju ganti pad Dinda yang sejak tadi berdiri dengan tatapan kosong.

seolah mengerti kegundahan gadis belia di hadapannya itu,Ida menuntunnya duduk di atas ranjang miliknya.

"kamu sedang hamil ya?" tanya Ida yang membuat Dinda tersentak,lalu kemudian menunduk malu

"gak papa,ini sudah sering terjadi tapi kayanya kamu masih sekolah ya?" tanya Ida lagi

Dinda hanya mengangguk pelan mengiyakan,

"ya udah gak papa,udah terlanjur,itu memang salah tapi nanti kamu bisa perbaiki,berdoa saja orang tuamu merestui dan memudahkan jalanmu untuk menikah ya" ucap Ida sambil menepuk pelan bahu Dinda

Dinda terdiam kemudian terisak pelan,membuat Ida merasakan iba,Ida seperti sedang melihat adiknya,lalu dengan penuh kelembutan Ida memeluknya untuk memberikan ketenangan.

Dinda merasa ada yang melindunginya saat ini,pelukan seorang kakak perempuan yang tidak pernah dirasakannya selama ini karena yang dimilikinya adalah seorang kakak laki laki yang tidak begitu dekat dengannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!