Episode 350
praaanggg....
Hok, hok, hok...
"Bagassss..." teriak Nindi.
Lelaki berwajah aristokrat itu dipenuhi peluh dan darah, juga darah tersebut terlihat berceceran di lantai. Dia menahan sakit yang tak tertahan pada jantungnya, sedari tadi dia memukul dada letak jantung itu berada, berharap bahwa sakit itu bisa berkurang atau jika itu memungkinkan lebih baik dia mati saja.
"Tunggu di sini, aku akan segera ke kamar Wilona meminta obat penawar sakitmu," ucap Nindi dengan air mata bercucuran dengan wajah yang panik.
Nindi berlari dengan jarak bangunan yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama. Dia berlari pada pukul 02.00 dini hari, dimana semua penghuni rumah bak kastil tersebut tengah tertidur pulas. Hanya beberapa penjaga yang tidak peduli dengan salah satu tuannya berlarian pada jam tersebut. Mereka akan tetap diam. Tanpa sebuah perintah mereka tidak akan bergerak berang seinci pun dari tempat mereka semula.
Nindi berlari hingga tiba disalah satu bangunan yang masih dalam wilayah kastil tersebut. Dia mendorong sebuah pintu yang menjulang tinggi tanpa memperdulikan ucapan para penjaga yang meminta maaf karena saat itu nyonya mereka sedang istirahat tidak bisa diganggu.
"Maaf nyonya, saya tidak bisa membuka pintu ini karena......."
Nindi menajamkan tatapannya kepada bodyguard tersebut. Di balik wajahnya yang pucat, dia sangat geram mendengar ucapan itu. Bodyguard yang mendapat tatapan Nindy hanya bisa menunduk pasrah.
"Aku adalah nyonya utama di sini, istri pertama tuanmu Bagas Abraham, jangan menghalangiku," ucap Nindi tegas.
Nindi membuka dengan tenaga yang ekstra, dia berlari menaiki anak tangga dan menuju kamar utama. Sebelum Nindi tepat berada di hadapan pintu kamar utama, dia jelas mendengar suara ******* seorang wanita dan seorang pria yang sedang bercinta. Mata Nindi membulat sempurna, dia berjalan dengan pelan dan membuka sedikit cela pada pintu kamar tersebut.
Nindi melihat dua orang yang sangat dikenalnya. Lelaki itu adalah Adrian, kakak iparnya dan wanita yang berada dibawah kungkungannya saat ini adalah madunya, Wilona. Dia sangat geram, bagaimana mungkin mereka tega menghianati Bagas.
Selama ini, Nindi hanya menerima laporan dari para pelayan di tempat tersebut jika Wilona berselingkuh dengan Adrian tapi Nindi tidak percaya, ditambah para pelayan menceritakan semua kejahatan Wilona yang menyukai hura-hura dan pulang larut malam membuat semuanya terbukti hanya dengan satu kesalahan fatal.
Tidak ada cara lain, Nindi membuka pintu kamar tersebut dan masuk ke dalam kamar. Adrian dan Wilona yang saat itu tengah asyik bercinta harus kaget dengan kedatangan Nindi yang tiba-tiba. Awalnya Adrian panik, tapi Wilona yang sudah terampil dengan kejahatan tidak memiliki rasa takut sama sekali karena dia merasa sebagai istri kedua, dia lebih berkuasa. Di tambah lagi dia adalah menantu pilihan di rumah tersebut.
Adrian menutupi dirinya dengan selimut sedangkan Wilona tanpa busana berjalan dengan santai meraih jubah tidurnya yang berserakan di lantai dan memakainya di hadapan Nindi tanpa rasa malu.
"Ada apa kau datang di jam seperti ini?," tanya Wilona.
"Aku tidak ingin basa-basi, serahkan obat penawar sakit itu, penyakit bagas kambuh."
"Hahaha kenapa harus diselamatkan, bukankah kau membencinya karena berpoligami?," timpal Wilona.
Nindi diam, dia masih mengingat bagaimana dulu saat Bagas menikah dengan Wilona, bagaimana Bagas meminta persetujuannya tanpa rasa bersalah, bagaimana Bagas tidak sedikit pun berkomentar terhadap keluarganya yang menginginkan dia untuk melakukan poligami.
Bagas hanya diam saat itu. Walau akhirnya Nindi bisa terima alasan dibalik alasan poligami karena Nindi sakit dan tidak bisa memberi keturunan keluarga Abraham, tapi dia juga membutuhkan Bagas berada disampingnya untuk memberi dukungan.
"Itu bukan urusanmu, cepat serahkan obat penawar itu dan aku akan menutup mata untuk apa yang kau lakukan saat ini," ucap Nindi.
"Hahaha berani sekali kau memerintahku."
"Aku bisa saja memberikannya tapi, sekarang kau harus memintanya dengan bersujud di kakiku," ucap Wilona dengan sinis.
Air mata Nindi mengalir. Tidak ada pilihan lain. Nindi akhirnya menuruti apa yang Wilona ucapkan untuk menolong Bagas yang saat itu sedang sekarat. Baginya, keselamatan Bagas yang paling penting.
Nindi bisa saja meminta bantuan mertuanya untuk obat penawar tersebut tapi sampai saat ini dia belum memiliki bukti bahwa Wilona meracuni Bagas dan hanya dia yang memegang kendali atas tubuh Bagas. Sayangnya, Nindi tidak memiliki bukti dan juga mertuanya lebih mempercayai Wilona daripada siapapun, termasuk Bagas sendiri.
Bagas adalah anak kedua dari istri pertama, dia mendapatkan kekuasaan untuk menjadi Direktur perusahaan Abraham, semua itu karena kegigihannya membuat kakeknya memilih Bagas sebagai pemegang tongkat estapet kekayaan keluarga Abraham.
Dengan kasus yang sama, Ibu Bagas adalah seorang wanita biasa tapi tangguh. Hanya karena dia belum hamil saat usia pernikahannya memasuki tiga tahun, kakek Sutomo menikahkan Abraham dengan wanita bernama Monica dan itu membuat ibu Bagas, Ningrum, meninggalkan rumah dan negara tersebut.
Saat dia dinyatakan hamil, Kakek Sutomo menyesal dan meminta Ningrum kembali, tapi Ningrum menolaknya. Dia lebih memilih hidup sendiri di negara Kanguru dibanding harus kembali ke negara yang dianggapnya adalah rumah ternyata adalah neraka. Kakek Sutomo akhirnya memberikan syarat untuk membawa Bagas ikut bersamanya dan dibesarkan dengannya karena dia telah bertekad akan menjadikan Bagas sebagai ahli waris kekayaan Sutomo.
"Tak....."
"Tak...."
"Tak...."
Langkah Nindi yang berlarian memasuki kamar utama Bagas. Dia melihat suaminya itu terbaring dengan wajah yang lesu dan darah yang masih mengalir dari sudut bibirnya.
"Bagas, cepat minum ini," ucap Nindi dengan panik.
Dia segera meraih air dalam gelas yang terletak di atas nakas yang tidak berada jauh dari kingbad Bagas. Dia membantu Bagas untuk minum pil tersebut kemudian merebahkan dengan pelan tubuh Bagas kembali. Dia terlihat pulas setelahnya. Nindi pun melihat itu sudah merasa tenang, dia kembali berjalan ke Bungalao tempat dia yang seharusnya.
Kawasan rumah Abraham layaknya kastil memiliki beberapa bangunan yang terpisah dalam satu wilayah dengan jarak yang tidak terhitung jauh, semuanya bisa di jangkau dengan berjalan kaki santai atau dengan menggunakan buggy car. Bangunan utama di huni oleh Bagas, ayahnya Abraham, Monica istrinya dan Denada bibi Bagas. Sedangkan Adrian lebih memilih bangunan yang terpisah sama halnya dengan bangunan yang dimiliki oleh Nindi dan Wilona.
Semua keluarga akan berkumpul pada saat makan malam dan sarapan saja.
...----------------...
Ke esokan harinya, Wilona dengan glamour memasuki ruang kerja Bagas. Dia dengan senyum sumringah karena dia tahu akan ada acara makan malam yang diadakan oleh para pengusaha dan dia merasa Bagas akan memintanya untuk menghadiri acara makan malam perusahaan tersebut, karena saat ini publik lebih mengakui Wilona sebagai nyonya Bagas Abraham dibanding Nindi istri pertama yang seorang anak yatim, sedangkan Wilona dari keluarga yang terpandang.
"Hi sayang, bagaimana kabarmu?," ucap Wilona yang memasuki ruangan tanpa di persilahkan dan memeluk Bagas.
Bagas lalu menghempaskan tangan Wilona hingga membuat dia terjatuh. Dia kaget dengan perlakuan Bagas karena sejauh ini mereka hanya bertegur sapa saat acara makan malam dihadapan kedua orang tuanya. Dengan tatapan yang nanar dan jijik, Bagas meraih lembaran yang disimpannya dalam laci meja kerja kemudian melemparkan tepat di hadapan Wilona.
Wilona meraih lembaran tersebut dengan berdiri tegak. Dia kemudian membaca lembaran tersebut dengan mata yang membulat.
"Cerai?? apa kau sudah gila?."
"Aku bahkan sangat waras," timpal Bagas dengan geram.
"Kau tidak bisa menceraikanku."
"Kenapa? kau pikir aku tidak mengetahui semua kejahatan dan kebusukanmu?" ucap Bagas.
"Kau menyakiti wanita yang aku cintai, kau juga berselingkuh dengan kakakku sendiri bahkan kalian melakukannya, menjijikan!".
"Tidak Bagas, kau tidak bisa menceraikanku, Aku Wilona Sanjaya, kau camkan itu!," timpal Wilona.
"Kenapa tidak? Abraham Corp akan baik-baik saja tanpa nama Sanjaya," ucap Bagas tegas.
Sehari sebelum Bagas kembali, dia telah mendapat kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan raksasa di luar negeri, karena itu dia sudah tidak membutuhkan bantuan Sanjaya untuk menstabilkan perusahaan karena ulah Adrian yang membuat perusahaan hampir bangkrut karena kepemimpinannya.
Adrian menghamburkan uang dan membuat perusahaan kehilangan kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan asing akibatnya, Abraham Corp harus menjual beberapa saham kepada Sanjaya dengan syarat, Wilona harus menjadi menantu Abraham.
Akhirnya Wilona dinikahkan dengan Bagas pemegang kekuasaan selanjutnya karena Abraham sudah terlanjur kecewa dengan sikap Adrian. Harusnya Wilona menikah dengan Adrian. Sehari setelah pernikahan Wilona mengetahui bahwa Bagas telah memiliki seorang istri yang selama ini tidak pernah di publikasikan oleh pihak keluarga Abraham karena latar belakang wanita tersebut adalah seorang yatim piatu.
Wilona marah dan akhirnya dia melakukan banyak kejahatan di rumah tersebut, termasuk menindas Nindi, pelayan dan selingkuh dengan Adrian.
"Sekarang kamu pergi dari rumah ini," teriak Bagas.
Wilona dengan geram meninggalkan rumah bergaya Eropa tersebut, dia bersumpah akan membalas penghinaan yang diberikan oleh Bagas. Dia bukannya tidak mencintai Bagas tapi selama ini Bagas hanya menjadikannya pion dan mengabaikannya sebagai salah satu nyonya di rumah tersebut.
Kebutuhan kemewahan Wilona terpenuhi tapi dia tidak membutuhkan itu. Dia menginginkan Bagas, perhatiannya dan cintanya.
Lamborgini Gallardo Spyder, tengah melenggang dengan kencangnya di jalan raya tanpa peduli rambu lalu lintas. Baginya, hukum itu bisa dilanggar karena kekuasaan yang dimiliki oleh ayahnya. Tiba-tiba ditengah perjalanan Wilona semakin menaikkan pijakan pedal gas untuk meluapkan amarahnya membuat salah satu pengemudi dari arah berlawan sedang menuju ke arahnya tanpa memperdulikan accident akan terjadi.
Braaaagggggggghhh
Dentuman keras kecelakaan akhirnya terjadi, Wilona dinyatakan meninggal dalam kecelakaan tersebut.
...----------------...
"hoammmmmm.... akhirnya novel ini berakhir," ucap Nuhume.
Kenalkan, dia seorang penulis novel yang sedang naik daun pada salah satu platfom novel online, semakin banyak jumlah pembaca semakin banyak pun jumlah hatersnya. Banyak yang menghujat novel Nuhume karena sudah memiliki banyak episode namun pemeran utama masih belum bahagia sesuai para pembaca harapkan. Karena tekanan pembaca dan kalimat kebencian kepada penulis, Nuhume memutuskan untuk mengakhir novel tersebut dengan membuat pemeran antagonis meninggal di akhir cerita.
"Sepertinya aku butuh liburan dulu," gumam Nuhume dengan merenggakan tangannya.
Dia tersenyum dan sesekali bersenandung, dia mencari beberapa rekomendasi tempat wisata untuk liburan akhir pekan di applikasi biru. Saat Nuhume sibuk dengan membuka beberapa aplikasi, kilat dan guntur saling beradu di atas langit sana.
Hujan deras tiba-tiba menyelimuti kota tersebut. Tirai jendela ruangan melambai seperti halnya adegan horor dalam film. Nuhume bergelidik dan berlari kecil masuk kedalam kamarnya dan bersiap untuk terlelap.
"Hmmm, syukurlah, saat ini hujan. Udara akan bersih dan tidurku pasti nyenyak," gumam Nuhume.
Dia kemudian menyalakan lampu tidur dan menarik selimut hingga akhirnya terlelap. Di luar, udara sedang tidak baik-baik saja, seakan memberi petanda bahwa sesuatu akan segera terjadi. Nuhume pun mulai merasa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya dan benar saja, dia sedang dalam mimpi yang buruk bertemu dengan Wilona, tokoh antagonis dalam novelnya.
"Wi..wi-lonaa,".
"Kenapa kau membunuhku? kenapa kau mengorbankanku?," ucap Wilona dengan mata yang tajam.
"Ti-tidak, bukan begitu, seharusnya kau memang mati sejak awal karena kau mengganggu pemeran utama pria dan wanita,".
"Tidak!!! aku adalah pemeran utama wanita, bukan wanita lain. Bagas adalah milikku," teriak Wilona kemudian melangkah dan mencekik Nuhume.
"Arrrrgggggggh, tolonggggggg," teriak Nuhume.
Dia terbangun dengan peluh di wajahnya. Dia tidak percaya bisa bermimpi bertemu dengan Wilona. Dia mengusap wajahnya kasar dan meraih gelas yang tidak jauh berada didekatnya, leher Nuhume terasa tercekat dan kering tapi sialnya gelas itu kosong. Tidak ada pilihan lain, dia mengatur nafasnya untuk sejenak menenangkan diri dan berjalan menuju arah dapur untuk mengisi gelas kosong tersebut.
Pranggg.....
Suara pecahan kaca membuatnya terjingkat dari tempatnya. Nuhume akhirnya berjalan menuju sumber suara dan benar saja, dia melihat ada sosok wanita dengan memunggungi dirinya. Wanita yang menggunakan gaun hitam dan rambut yang terurai, kaki jenjangnya sangat terlihat jelas dengan tubuh bak model. Dengan ragu Nuhume berjalan dan mendekati wanita tersebut.
"Permisi, anda siapa? bagaimana anda bisa masuk kedalam aparte......".
Wanita itu berbalik, membuat Nuhume menjatuhkan gelas yang di tentengnya. Kilat dan guntur di langit semakin beradu, menambah suasana semakin mencekam. Adegan horor mulai terjadi. Kali ini wajah wanita yang berada dalam mimpi tersebut terasa nyata tepat berdiri dihadapan Nuhume. Tangan Nuhume bergetar hebat dan mulutnya terasa ngilu untuk mengungkapkan apa yang dilihatnya. Sesekali Nuhume menggelengkan kepala sebagai petanda dia sedang bermimpi atau yang berada dihadapannya saat itu benar nyata?
"Ka-kau.... kenapa bisa berada di sini?," ucap Nuhume gagap.
"Cepat, lakukan yang aku inginkan. Hidupkan aku kembali," ucap Wilona dengan tatapan tajam.
"Ti-tidak mungkin, kau hanya fiksi, da kau bukan pemeran utama wanitanya," timpal Nuhume gugup.
"Ahh ini cuma mimpi, aku harus berani," batin Nuhume.
"Tidak, akulah pemeran utamanya. Bagas milikku," ucap Wilona dengan memberi tatapan tajam kembali.
Wilona mendekat dengan wajah yang pucat, sedangkan Nuhume mengambil langkah mundur. Wilona tetap memaksa untuk membuat Nuhume membuatnya hidup dalam dunia novel. Benar saja, laptop yang tadinya berada di meja kini tiba-tiba hidup dengan sendirinya dan menampilkan lembaran kosong tepat dihadapan Nuhume.
Wilona kembali memaksa Nuhume untuk menulis. Raut wajahnya kini telah berubah, mata hitamya semakin pekat dan disudut bibirnya sudah mengalir deras darah segar diwajahnya.
"Apa kau tidak lihat, karena ulahmu aku seperti ini, kau harus ikut bersamaku," ucap Wilona dengan tersenyum sinis.
Nuhume melangkah mundur dan berlari untuk menghindari Wilona, tapi Wilona semakin mendekat. Nuhume tidak percaya bahwa mimpinya serasa nyata. Wilona kembali menunjuk laptop yang saat ini tiba-tiba berada di tangan Nuhume.
Dia kembali memaksa Nuhume untuk mengubah cerita tersebut. nuhume masih menolak dan membuat Wilona geram. Dengan tatapan yang tajam, Wilona dengan cepat berpindah tepat dihadapan Nuhume dan ingin mencekiknya tapi Nuhume berlari dengan cepat, hingga akhirnya Nuhume tanpa sengaja kakinya tergelincir. Dia terjatuh dari ketinggian lantai 10 di apartemen miliknya.
"Aaaaaaaaaaaaaaa," teriak Nuhume.
"Nyonya..."
"Nyonya..."
"Bangunlah," bisik salah satu pelayan.
Nuhume akhirnya terbangun dengan wajah yang penuh peluh dan nafas yang masih terengah-engah.
"Untung cuma mimpi, hufffff....." gumam Nuhume.
Dia merebahkan dirinya kembali dan sperskian detik dia spontan membuka mata. Nuhume melihat setiap sudut dalam ruangan tersebut, dia baru teringat bahwa saat itu dia tidak sedang berada di kamarnya. Ruangan itu penuh dengan warna yang elegan, nuansa pink kamar milik Nuhume tidak ada sama sekali. Di tambah saat itu dia mengenakan gaun pernikahan dengan brand ternama terlihat jelas 'Dior' tengah melekat ditubuhnya.
"Dimana aku?," gumam Nuhume dengan wajah yang menyiratkan kebingungan.
Dia berjalan kesana-kemari dan akhirnya berdiri tepat di depan cermin. Dia memperhatikan secara mendetail pernak-pernik serta fasilitas yang berada dalam ruangan tersebut.
"Apakah ini masih dunia mimpi? ya ampun.. kerenn.." gumam Nuhume.
Dia berlarian dengan gaun menjuntai kemudian dia menyentuh beberapa fasilitas yang selama ini dia impikan berada dalam ruangan tesebut. Dia juga mengecek kamar mandi yang berada dalam kamar. Yang benar saja, semua yang Nuhume inginkan berada dalam mimpinya. Kamar mandi yang luas, sebuah ruangan khusus yang berada dalam kamar tidur, kamar khusus penyimpanan tas, heels dan gaun untuknya.
Saat Nuhume sedang menikmati semua pemandangan yang membuatnya takjub, pintu ruangan berbunyi sebagai petanda seseorang akan memasuki ruangan tersebut. Nuhume terdiam dan mengalihkan pandangan ke arah langkah sepatu pantopel yang berirama memasuki ruangan. Langkahnya seolah membuat waktu berjalan lambat selama beberapa detik. Kini postur tubuh dengan balutan jas yang sudah dipastikan milik perancang desain ternama sedang berdiri dihadapannya.
Wajah aristokrat dengan mata yang tajam, alis yang lebat dan bibir yang tipis. Rahangnya terlihat kokoh dan tegas. Nuhume terdiam, terpaku sperskian detik tak percaya bahwa lelaki impian yang dia gambarkan pada karya novelnya kini berdiri tepat dihadapannya.
"Bagas Abraham," gumam Nuhume kemudian tersenyum manis.
Nuhume dengan riang mendekati Bagas dan mengelilingi tubuhnya. Dia berdecak kagum dengan hasil karyanya sendiri, dia terlihat lebih sempurna saat berada didepan mata. Nuhume menyentuh jas dan juga pipi Bagas, dengan senyum riang dia menarik pipi tersebut, hingga lelaki yang berada dihadapannya itu memegang tangan Nuhume dengan tegas serta tatapan mata yang sinis.
"Apa yang kau lakukan?," tanya Bagas dengan suara yang berat dan serak.
"Astaga, dia bisa bicara, mimpi ini memang luar biasa," teriak Nuhume.
Dia kemudian ingin memeluk Bagas karena sangat bahagia bahwa dia bisa menyentuh lelaki idamannya walau dalam dunia mimpi, pikirnya!. Tapi sayang, Bagas akhirnya menahan kepala Nuhume yang sudah ingin memberinya pelukan dengan jari telunjuk, karena tinggi Nuhume hanya sebatas dada Bagas, dia sangat mudah untuk ditaklukan walau dengan jari telunjuk.
"Jangan menyentuhku," ucap Bagas.
"Hm, dasar sombong. Harusnya aku menciptakanmu dengan watak yang sedikt lebih ramah ya, hmm ini semua salahku," ucap Nuhume dengan mengusap dagunya.
"Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," tanya Bagas dengan alis yang saling bertaut.
"Tidak masalaah, tapi hmmm bolehkah aku melihat otot perutmu?," tanya Nuhume dengan girang.
Nuhume tahu bahwa tubuh Bagas sangat atletis karena dia sendiri yang menulis bagaimana paras dan tubuhnya yang sempurna. Dia tertawa riang dan kembali ingin mendekati Bagas tapi Bagas menghindar kemudian melanjutkan langkahnya dengan duduk di sebuah sofa yang terletak tidak jauh dari posisi mereka berdua. Bagas meraih segelas wine dan sesekali meneguknya.
"Anyway, dari apa yang kau kenakan hari ini. Haaa aku ingat, kau akan menikah dengan Wilona? benar kan?," ucap Nuhume yang melangkah ke arah Bagas.
Bagas yang mendengar itu berdecih, dia tidak menyangka bahwa wanita yang berada dihadapannya ini bertingkah aneh, semua laporan dari sekretaris kepercayaannya itu tidak benar. Dia mengatakan bahwa Wilona adalah wanita yang cuek, arogan dan suka memanipulasi keadaan.
Dia bahkan memiliki watak yang keras dan susah diatur, dia agresif dan juga suka dengan dunia glamour. Saat itu, Bagas menunggu umpatan dan amarah Wilona karena pesta pernikahan mereka tidak semegah pesta pernikahan artis Holywood yang diinginkannya sejak awal. Bahkan banyak pihak keluarga Wilona yang menyayangkan pernikahan tersebut, tapi Bagas tidak peduli. Baginya, pernikahan mereka hanya sebatas bisnis, tidak lebih.
"Apakah kau tidak marah karena pesta pernikahan kita tidak semeriah yang kau inginkan?," tanya Bagas.
Nuhume terdiam dan berpikir sangat keras, dia masih bingung dengan percakapan yang terjadi dalam ruangan itu, tapi bagaimanapun dia berpikir bahwa dia sedang berada didalam mimpi jadi dia akan mengikuti alur yang terjadi.
"Marah? untuk apa marah?, aku bahagia bisa menikah denganmu," timpal Nuhume.
Bagas terlihat geram, rahangnya mengeras dan dia dengan cepat melangkah kehadapan Nuhume. Dia memberi tatapan yang mematikan membuat Nuhume terdiam. Bagas menjelaskan bahwa sebesar apapun usahanya untuk memiliki Bagas itu tidak akan berhasil karena Bagas mencintai istri pertamanya.
"Istri pertama???," tanya Nuhume spontan kaget.
"Jadi maksudnya aku di sini menjadi istri kedua?,".
"Tunggu.. ini adalah mimpi... jadi aku sekarang menjadi Wilona? kenapa aku bisa mimpi memerankan tokoh novelku sendiri? hm...." gumam Nuhume yang sibuk dengan dirinya sendiri.
Bagas yang melihat itu kembali merasa aneh dengan Wilona, tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Di tambah beberapa ucapannya yang tidak jelas dan juga tingkahnya yang tidak seperti biasa. Wilona yang dikenalnya akan menghancur semua barang mewah yang berada dalam ruangan tersebut dan meminta pesta pernikahan diulang kembali sesuai konsep yang dia inginkan.
Konsep yang telah disepakatinya bersama dengan WO (wedding organazior) ingin mengundang artis Hollywood dan tanpa Wilona sadari dibatalkan oleh Bagas sendiri.
"Apakah kau pura-pura tidak tahu tentang posisimu sendiri?"
"Sudahlah, tinggalkan aku sendiri, aku mau tidur dan tidak ingin berada dalam mimpi ini lagi," ucap Nuhume kemudian berjalan memasuki ruang ganti pakaian.
Bagas kembali kebingungan, bagaimana bisa dia terusir di malam pernikahannya, seharusnya adegan itu terbalik. Bagas yang akan mengabaikan Wilona dan menghinanya sedemikian rupa agar Wilona meniggalkan rumah tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!