Di sebuah benua bernama Algrainia, terdapat sebuah negara kuat yang disebut Kekaisaran Elgion.
Negara ini akan sangat sempurna - jika tidak secara terus menerus mengalami invasi di seluruh perbatasan mereka.
Tujuan negara-negara lain menginvasi sangatlah sederhana.
Mereka merasa iri. Mereka menginginkan tanah subur kaya milik Kekaisaran serta semua yang dimiliki negara paling besar di seluruh benua itu untuk diri mereka sendiri.
Ya, benar, mereka serakah. Hanya demi kekuasaan dan kekayaan, para petinggi negara-negara ini memaksa kekuatan militer mereka untuk menyerang Kekaisaran. Merugikan tak hanya diri mereka sendiri, tetapi juga rakyat mereka, serta penduduk kekaisaran yang tak berdosa.
Namun meski begitu, Kekaisaran tidak kalah dengan semua perang yang terus memanas di sekeliling mereka.
Selain karena perjuangan para prajurit, kesatria, serta penyihir di garis depan yang mempertaruhkan nyawa mereka demi keberlangsungan hidup keluarga mereka masing-masing, para petani juga berusaha untuk membantu kesejahteraan Kekaisaran dengan menjaga agar Kekaisaran tetap memiliki sesuatu untuk dimakan.
Seluruh Kekaisaran berjuang dalam kesulitan hingga akhirnya, pada suatu ketika, seorang pemuda datang ke medan perang sebagai kesatria Kekaisaran.
Pemuda ini sangat berbakat. Dia kuat, terampil, cerdik, bahkan cukup tampan.
Di kala perang semakin lama semakin bergerak kearah yang merugikan Kekaisaran, pemuda ini datang bagaikan cahaya harapan kokoh yang menuntun Kekaisaran menuju kemenangan sebagai penuntun jalan.
Pemuda ini selalu membawa kemenangan di medan perang manapun yang ia dikirim.
Pemuda itu bernama Zone. Zone Kursdizt. Dia adalah kesatria andalan Kekaisaran yang menyandang gelar terkuat dan tak terkalahkan. Sosok tak tergoyahkan yang telah berhasil menopang kekaisaran di kala dibutuhkan dengan cara yang hanya dia yang bisa lakukan.
4 tahun telah berlalu sejak pertama kali ia muncul. Zone saat ini telah ditugaskan sebagai Kesatria pribadi sang Kaisar itu sendiri.
Dia masih akan dikirim ke garis depan, tetapi itu hanya jika menuju medan perang yang mulai merugikan Kekaisaran saja.
Kesatria terkuat Kekaisaran menetap di Ibukota. Menunggu panggilan perang selanjutnya untuknya.
_
_
_
"7554!...7555!....7556!...7557!...7558!...7559!...7560!"
Di halaman sebuah mansion berlantai dua yang tidak berukuran kecil atau besar, kesatria terkuat - Zone - sedang mengayunkan sebuah pedang logam tumpul besar dan tebal yang bahkan jauh lebih besar dari seluruh tubuhnya.
Dia mengayun, mengayun, mengayun, mengayun, dan terus mengayun.
Ini adalah latihan harian bagi pria pirang berumur 24 tahun ini. Seluruh tubuhnya bahkan menjadi basah kuyup karena nya.
"10000!"
Butuh waktu sekitar 1 jam bagi Zone untuk menyelesaikan latihan nya.
"Fiuh..."
Menancapkan pedang besar berat itu ketanah, Zone berjalan kembali dan masuk ke dalam mansion.
Mansion itu memang tidak akan dapat menandingi mansion mewah para bangsawan. Namun, mansion itu tidak kecil. Dengan 2 ruang kamar di masing-masing lantai, 1 ruang tamu tempat tungku pemanas ruangan berada, 1 dapur, 1 kamar mandi beserta bak mandi besar untuk berendam, 1 ruang makan berisi meja panjang yang cukup untuk 8-12 orang, dan bahkan sebuah taman yang cukup luas di depan dan belakang mansion. Jujur, kemewahan ini sudah lebih dari cukup bagi Zone.
Ketika Zone sampai di dapur menuju kamar mandi yang ada di sana, Zone menemukan seorang gadis berpakaian pelayan dengan rambut coklat kemerahan - Marie - yang sedang menyusun piring berisi lauk makan untuknya.
"Ah, Tuan!" Marie menyadari keberadaan Zone.
"Apakah anda sudah menyelesaikan latihan harian anda?"
Zone mengangguk, berkata: "Hm. Apakah air nya sudah siap?" lalu berjalan melewati Marie dan langsung menuju pintu masuk Kamar mandi.
"Tentu saja, Tuan!"
"Begitu ya, terima kasih."
Setelah itu, Zone pun mulai membasuh tubuhnya dan berendam selama beberapa saat sebelum menyudahi mandi nya dan mulai berpakaian di kamarnya yang berada di lantai 1 dan akhirnya, kembali ke dapur dan mulai makan bersama pelayan Marie di meja kecil yang cukup untuk kedua nya.
Jujur, Zone hanya akan menggunakan ruang makan ketika tamu datang saja. Pada hari biasa, Zone akan makan secara normal di dapur tidak berbeda dengan kebanyakan orang biasa.
"Sudah sebulan... Sejak anda terakhir kali pergi ke medan perang, benar."
Ketika Marie sedang membersihkan piring dan merapikan kembali alat-alat makan, dia tiba-tiba saja mengungkit topik ini.
Zone sedikit ragu untuk membalas ketika dia melihat raut wajah Marie yang menampilkan kekhawatiran.
"Apakah anda akan segera pergi lagi?"
Sampai saat ini, Zone hanya pernah diberi hari bebas dari garis depan paling lama selama sebulan. Setelah itu, seorang pengantar pesan biasanya akan segera datang dengan surat yang memerintahkan Zone untuk segera pergi ke medan perang sesuai dengan apa yang tertera di dalam nya.
Zone merasa tidak enak dengan Marie, tetapi dia hanya bisa mengangguk pada pertanyaan nya. "Yah, jika perang masih belum juga usai, maka... Ya, kurasa kali ini juga aku harus maju untuk mendorong arus peperangan menuju kemenangan."
Marie tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Dia hanya menundukkan kepalanya, terlihat murung sembari melanjutkan pekerjaan nya.
Zone juga tidak bisa mengatakan apapun. Dia kembali kekamarnya. Merawat pedang miliknya.
Tanpa terasa, waktu telah berlalu. Di siang hari, bel pintu mansion Zone tiba-tiba saja berbunyi.
"Zone Kursdizt... Ada panggilan untukmu."
Seorang pria berjas tebal dan topi yang membuat dia tidak bisa melihat wajahnya adalah yang Zone temukan di balik pintunya. Pria itu menyerahkan sebuah amplop surat kepada Zone sebelum menghilang entah kemana.
"Marie," ucap Zone, menoleh kearah pelayan nya yang saat itu juga melihat kedatangan pria sebelumnya. "Maaf, aku akan pergi sekarang."
Wajah Marie terlihat seperti akan menangis, tetapi dia mengangguk pada Zone. Dia lebih tahu dari siapapun bahwa ini adalah tugas tuan nya. Zone mungkin akan mempertaruhkan nyawa di luar sana. Zone juga bahkan mungkin akan mengambil banyak nyawa yang belum tentu bersalah.
Jujur, Marie tidak rela membiarkan Tuannya pergi. Dia tidak ingin agar Tuannya berada dalam bahaya. Namun, Marie adalah pelayan. Dia tidak memiliki hak apapun untuk menghentikan Zone.
Menahan perasaan nya, Marie hanya dapat berkata: "Baiklah. Saya mohon, tolong berhati-hatilah, Tuan."
"Ya, pasti."
Marie tahu bahwa Zone adalah seorang Kesatria yang dijuluki sebagai yang terkuat dan sudah memenangkan banyak pertempuran.
Namun, itu tidaklah penting bagi Marie. Sekuat apapun Tuannya, Zone tetaplah hanya seorang manusia. Zone masih dapat terbunuh.
Memikirkan itu saja sudah membuat hati Marie terkoyak.
"Aku mungkin akan pergi selama beberapa bulan," ucap Zone, menatap khawatir pada Marie. "Apa kamu akan baik-baik saja sendirian? Aku akan pastikan untuk kembali pada saat Musim dingin tiba... Tapi..."
"Tidak apa-apa, Tuan! Saya memiliki teknik yang anda ajarkan kepada saya, jadi saya akan baik-baik saja selama lawan saya hanyalah pencuri biasa!" sela Marie, berpose kuat. Dia tidak ingin Tuannya mengkhawatirkan nya.
"Kalau begitu... Sampai jumpa di musim dingin nanti, Marie."
"Ya. Sampai jumpa lagi, Tuan!"
Dengan itu, Zone si kesatria terkuat pun melangkahkan kakinya menuju medan perang setelah beberapa waktu.
"S-sial... Jadi, inikah... Perisai kekaisaran, huh?... Dasar... Monster..." Dengan luka di sekujur tubuhnya, seorang pria berumur lebih dari 30 tahun an yang tampaknya adalah andalan sebuah negara yang saat ini sedang berperang di sisi barat Kekaisaran - Kerajaan Corlin - menghembuskan napas terakhir nya di atas pedang Ksatria terkuat Kekaisaran, Zone Kursdizt.
Zone menatap dalam diam pada tubuh lemas pria yang baru saja ia bunuh yang berbaring membentuk kolam darah kental di tengah medan perang yang gersang.
Zone memenggal kepala pria itu, mengangkatnya dengan tangan kirinya. "AKU SUDAH MEMENGGAL KEPALA PEMIMPIN MEREKA!"
"OOOOOOOHHHHHHHHH!!!" Teriakan semangat bergema dari arah pasukan Kekaisaran sementara keputusasaan muncul di wajah setiap prajurit Kerajaan setelah mendengar kata-kata Zone.
Namun, sementara kebisingan dan teriakan memenuhi udara medan perang di saat pasukan Kekaisaran mulai memburu prajurit Kerajaan yang mulai kabur dan telah kehilangan semangat tempurnya, Zone menatap seseorang yang sedang berhadapan dengannya dengan mayat pemimpin nya sebagai pemisah diantara keduanya.
"Kau tidak akan pergi?" tanya Zone kepada pemuda itu, mengangkat pedangnya kedepan.
"Bunuh aku..."
"... Hah?"
"AKU BILANG, BUNUH AKU, SIALAN!!" Air mata mengalir di wajah bernoda pemuda itu. "SUDAH TIDAK ADA HARAPAN LAGI! KAU SUDAH MEMBUNUH NYA! Harapan kami, mimpi, SEMUANYA!" Pria itu terlihat bahkan telah kesulitan untuk menyusun kata-kata dengan benar diantara tangisannya.
"Kerajaan lah yang memulai semua ini," ucap Zone, dingin. Zone tahu, bahwa pemuda dihadapan nya saat ini sama sekali tidak bersalah. Dia sama sepertinya, hanyalah seorang prajurit yang menjalankan tugasnya atas perintah atasan mereka. Namun, meskipun itu menyakiti hatinya sekalipun, Zone juga tidak boleh melunak di saat seperti ini.
Wajah pemuda itu berkerut amarah mendengar kata-kata Zone. Dia memelototi Zone, mengangkat pedangnya kearah Zone. "BAJINGAN!"
Pemuda itu menendang tanah di belakangnya. Menutup jarak antara mereka berdua. Dengan garis yang benar-benar menunjukkan betapa terlatih nya pemuda itu, dia mengayunkan pedangnya ke samping tubuh Zone, berniat untuk membelahnya.
"...!" Namun, sebelum Pemuda itu bahkan dapat menyelesaikan ayunannya, kedua tangan yang ia gunakan untuk memegang pedangnya telah terpotong dengan rapi tepat di pergelangan.
Selanjutnya, Zone mengatur kembali posisi nya, mendorong pedangnya untuk menusuk tepat kearah jantung pemuda itu.
"Arghh!" Pemuda itu memuntahkan darah dari tenggorokan nya. Tanpa bisa melakukan apapun sebagai perlawanan setelah pergelangan tangannya di potong, pemuda itu hanya bisa merintih kesakitan sesaat sebelum kematiannya.
"..." Zone mencabut pedangnya. Terdiam sesaat sebelum kembali ke garis depan dan membunuh lebih, jauh lebih banyak prajurit Kerajaan lagi dan lagi.
***
"Apa kau yakin tidak akan bergabung dengan mereka? Mereka akan senang minum dan bertukar cerita dengan idola mereka walau hanya sebentar, kau tahu?" Seorang pria paruh baya berpakaian militer, bangsawan yang menjadi komandan pasukan dalam perang ini, menunjuk kearah kelompok prajurit Kekaisaran yang saat ini sedang minum-minum di hadapan api unggun di dekat benteng perbatasan antara Kekaisaran dan Kerajaan ini.
Zone menolak tawaran Komandan. "Aku akan memilih kembali untuk saat ini. Aku akan membuat pelayan ku khawatir jika aku terlalu lama meninggalkan nya." Di punggung Zone terdapat sebuah ransel berisi semua barang-barang dan imbalan nya atas keikutsertaan nya pada pertempuran kali ini. Zone berniat untuk segera pulang setelah mencapai kota terdekat dan pergi bersama konvoi pedagang mana pun yang mungkin akan menuju ke Ibukota.
Komandan itu juga tak berniat untuk memaksa Zone. "Bagitu ya. Yah, kurasa itu juga akan buruk jika kau meninggalkan Ibukota terlalu lama juga, sih. Sampai nanti, Tuan Kursdizt."
"Begitu juga untuk mu, Tuan Dorbird."
Setelah saling mengucapkan salam, Zone membelakangi Komandan dan akhirnya berangkat menuju kota terdekat. Berjalan kaki, tentunya.
***
Berjarak sekitar 2 jam dari Benteng perbatasan dibangun, terdapat sebuah kota besar yang dulunya adalah tempat dari kedua negara untuk saling berdagang.
Kondisi kota tersebut cukup memprihatinkan karena perang, tetapi Zone tidak dapat melakukan apapun ketika dia hanya dapat berjalan melewati jalanan kota yang bahkan hampir tidak dapat diterangi lagi oleh lampu jalan yang berkedip dan hampir rusak. Di setiap sisi jalan, Zone melihat beberapa orang yang duduk termenung dengan pakaian yang kotor dengan tatapan mata yang tak bernyawa.
"Yah, setidaknya aku akan berdoa agar kondisi kota ini membaik setelah perang dengan Kerajaan usai." Walaupun dia tak memiliki wewenang apapun yang dapat membuatnya membantu warga-warga malang ini, Zone mengucapkan kata-kata doa untuk masa depan kota ini di dalam hatinya. Berharap keadaan ini akan terpecahkan setelah perang dimenangkan oleh pihak Kekaisaran.
Berjalan selama beberapa menit di jalanan yang sunyi dan penuh noda, Zone berhenti di hadapan sebuah bangunan dengan papan tanda berlambang kasur. Zone yakin tempat itu adalah sebuah penginapan, jadi dia memutuskan untuk menginap di sana untuk malam ini.
Lonceng bel pada pintu berbunyi bersamaan dengan saat Zone mendorong pintu dan melangkahkan kakinya kedalam bangunan itu. Benar saja, tempat itu adalah sebuah penginapan. Zone yakin akan hal itu setelah melihat beberapa orang yang masih minum-minum atau makan di bagian tempat makan Penginapan, walau tak sebanyak yang ia harapkan.
Memutar kepalanya, Zone menemukan seorang wanita yang bertugas untuk menerima pelanggan di balik meja, dan berjalan menghampirinya.
"Selamat datang, Tuan Ksatria! Apakah anda ingin menginap?" tanya wanita itu, tersenyum.
"Ya. Hanya satu malam." Zone mengangguk pada wanita itu, menaruh satu keping koin perak di atas meja, yang akhirnya di kembali kan oleh wanita itu menjadi 6 koin perunggu.
4 perunggu satu malam... Cukup mahal, pikir Zone, mengambil kembali kembaliannya, lalu mengikuti wanita itu ketika dia mengantar nya ke lantai dua bangunan dimana kamar untuknya tersedia.
"Kalau begitu, selamat malam, Tuan." Membungkuk, wanita itu pun meninggalkan Zone sendirian di hadapan pintu kamar yang memiliki nomor '016' pada nya setelah memberikan kunci kamarnya kepada Zone.
"Ya, selamat malam..."
Meninggalkan kata-kata itu di lorong yang remang-remang, Zone membuka pintu kamar dengan kunci yang diberikan kepadanya, lalu memasuki kamar.
Berbaring di kasur, Zone pun menutup matanya untuk hari itu.
***
Pagi hari, subuh, sebuah rombongan kereta kuda milik suatu perusahaan pedagang pergi keluar dari kota perbatasan. Diantara para penumpang dan pedagang, Zone ditempatkan di bagian paling belakang untuk menjaga Karavan.
Zone menawarkan jasanya untuk melindungi rombongan pedagang selama perjalanan mereka sebagai ganti para pedagang membiarkan nya untuk naik bersama mereka ke Ibukota. Ini adalah jenis kesepakatan yang sering terjadi antara para pedagang dan pejuang yang sedang berkelana. Sebuah Trade.
Zone juga akan diberikan makan secara gratis selama itu, jadi Zone berpikir itu lebih baik daripada dia harus mempersiapkan segalanya sendiri dari kereta, kuda, hingga bahkan bekal dan sumber daya lain yang dibutuhkan, mengingat Zone berniat untuk kembali pulang dengan cepat.
Kekaisaran itu sangat luas. Membutuhkan setidaknya 3 minggu sampai beberapa bulan untuk menuju Ibukota dari perbatasan seperti ini tergantung jalur dan keamanan selama perjalanan.
Sudah sekitar 1 bulan lebih telah berlalu sejak Zone dikirim ke perbatasan untuk memberikan bantuan pada perang dengan Kerajaan. Di waktu ini, cuaca daerah sekitar Kekaisaran akan mulai menjadi semakin dingin karena Kekaisaran akan menjadi jalur berikutnya dari imigrasi roh dan peri musim dingin sesuai dengan yang diprediksi oleh penyihir Kekaisaran.
Memikirkannya kembali sekarang, Zone bahkan beranggapan bahwa kemungkinan salah satu alasan terbesar dari dikirim nya dirinya kesini adalah untuk sesegera mungkin mengakhiri perang di daerah sini. Lagipula jika perang terus berlangsung bahkan di musim dingin, tak terbayangkan berapa banyak nyawa para prajurit dan kstaria yang akan hilang. Bukan ditangan manusia, namun karena penyakit dan keras nya cuaca.
"Musim dingin, ya..." Sementara masih mengingat berapa banyak nyawa yang telah ia renggut selama pertempuran kali ini, Zone menatap langit biru yang mulai di penuhi oleh roh-roh musim dingin - makhluk kecil berbentuk bola putih transparan - melayang di atas sana membentuk garis meliku panjang yang terus memanjang dari ujung cakrawala.
"Ini akan terus semakin dingin dan dingin... Fiuh~" Menyadari bahwa bahkan napas nya sekarang mulai membeku, Zone mengeluarkan mantel yang tak lupa ia beli di kota sebelum keberangkatan mereka sebelumnya.
Dengan pedang nya yang selalu siap di samping nya, Zone menjaga kewaspadaan nya tetap terjaga ketika dia menghangatkan dirinya di dalam mantel dan selimut berbulu.
-24 hari sejak hari keberangkatan, di jalan yang mendekat menuju Ibukota.
"___!" Zone menebas kepala makhluk kecil Humanoid - Goblin - yang menyergap dari semak-semak ke bagian belakang kereta. Ada beberapa puluh lagi dari mereka, jadi Zone terus menebas mereka satu demi satu hingga akhirnya tidak ada lagi Goblin yang terlihat masih berdiri di atas jalan kereta yang mulai tertutupi salju tipis. Ada banyak dari mereka juga muncul di bagian samping dan depan konvoi, tetapi Zone tahu akan ada pejuang dan penyihir lain yang mengalahkan mereka, jadi Zone hanya menyaksikan setelah menyelesaikan pekerjaan nya.
Di dunia ini, terdapat ancaman lain selain sesama manusia yang disebut monster. Mereka adalah makhluk-makhluk ganas berbentuk menyerupai manusia hingga hewan yang terbentuk sebagai akibat dari kontaminasi pada aliran sihir di beberapa area.
Mereka ganas dan kuat hingga semua orang akan langsung mengangguk jika ditanya apakah mereka ingin makhluk-makhluk ini menghilang atau tidak. Namun, selama sihir masih ada di dunia ini, itu adalah hal yang mustahil. Manusia setidaknya dapat mencegah fenomena serupa terjadi di dalam kota dengan memasang perangkat pemurnian aliran sihir atau menyewa penyihir ulung yang mampu membersihkan aliran sihir.
"Hm... Benar-benar sudah dingin di sekitar sini..." Mengibaskan darah Goblin dari pedangnya, Zone menutupi mulutnya dengan menggunakan Syal yang tak lupa juga ia beli untuk mengantisipasi datangnya musim dingin selama perjalanan.
"Aku senang aku membeli Syal ini sebelum cuaca menjadi lebih dingin." Sementara dirinya dan para pejuang lainnya mulai membereskan mayat-mayat Goblin dan membuangnya ke bagian dalam hutan, Zone tersenyum melihat beberapa orang yang menggigil karena betapa dinginnya udara akhir-akhir ini. Bersyukur karena dia telah lebih siap dari mereka.
"...Hm, haruskah aku membeli beberapa untuk Marie juga?"
Sementara Zone mulai mempertimbangkan untuk membawa oleh-oleh untuk pelayan nya yang menunggu di rumah, Zone tidak tahu, bahwa Tugas nya sebagai Ksatria terkuat kekaisaran akan dimulai sesaat setelah dia kembali ke ibukota.
"Syal seperti ini ataupun mantel pasti akan membuatnya senang."
"... Aku sedikit merindukan ini. Rumahku." Setelah melakukan beberapa proses administrasi dan mengantar sang pedagang ke perusahaan utama nya yang ada di Ibukota, Zone kini berada di hadapan pagar yang memisahkan antara Mansion pribadi nya dan distrik perumahan penduduk biasa. Pemandangan itu cukup menggetarkan hati bagi Zone yang telah terjebak di medan perang beberapa waktu yang lalu.
"Tuan Zone!" Pada saat itu, Marie yang sebelumnya tampaknya sedang menyapu halaman bagian belakang Mansion, datang menghampiri Zone dari balik gerbang setelah menyadari keberadaan Zone saat dirinya berniat untuk menyapu dan membersihkan halaman depan.
"Marie." Senyuman secara alami tumbuh pada wajah Zone ketika dia melihat sosok Marie yang sedikit tergesa-gesa untuk membukakan gembok gerbang untuk dirinya.
Setelah beberapa saat berlalu, Marie akhirnya berhasil membuka gembok dan gerbang. Berdiri dihadapan Zone, Marie tak dapat menahan perasaan khawatir nya lagi dan akhirnya, dia pun mulai meneteskan air mata. "Sa-saya... Saya bersyukur anda baik-baik saja, Tuan!"
Suara Marie sedikit tersendat-sendat. Menunjukkan betapa lega nya dirinya melihat Zone. Hati Zone pun merasa terhangatkan kembali melihatnya.
"Aku pulang," ucap Zone. Melingkarkan Syal coklat kemerahan bercorak tumbuhan dan bunga kepada Marie. "Maaf sudah membuatmu khawatir."
"Ya...!" Di tengah suasana dingin dimana salju terus turun, pasangan Tuan dan Pelayan itu mendekatkan dahi keduanya. Bagi keduanya, saat-saat itu adalah momen paling hangat pada hari itu.
***
"Jadi, perang sudah dimenangkan oleh Kekaisaran?"
"Hanya untuk di sisi barat, ya."
Setelah sambutan pulang hangat, Zone dan Marie kini sedang berada di ruang tamu, duduk dengan tungku pemanas di depan mereka. Zone duduk di sofa nya, sementara Marie sedang memanaskan air di tungku tersebut untuk menyeduhkan teh hangat demi tuannya yang baru saja kembali dari perjalanan panjang yang dingin.
"Bahkan sekarang pun, masih banyak daerah Kekaisaran yang terus di jajah oleh negara-negara lain. Kerajaan hanyalah salah satu dari banyak dari mereka."
"Hmm... Perang, ya. Itu terdengar tidak nyata bagi orang-orang seperti saya yang hanya mengetahui Ibukota... Meskipun, setelah melihat anda, Tuan, saya rasa ini memang masalah yang serius, benar."
Zone saat ini sudah membuka mantel tebal berbulu nya, digantikan oleh selimut yang hangat diatas pakaian kasualnya yang biasa. Untuk Marie... Dia masih setia memakai pakaian pelayannya, meski dengan tambahan Syal yang dibawa Zone untuk nya.
"Itu menunjukkan betapa kekaisaran mampu dalam menjaga moral rakyatnya. Normalnya, kebanyakan negara akan meningkatkan pajak pada rakyat mereka disaat seperti ini, yang pada akhirnya akan menghilangkan ketenangan dan kemakmuran. Paling buruk, bahkan negara itu pun pada akhirnya akan hancur dengan sendirinya setelah semua itu. Kekaisaran memang diberkati dengan pemimpin yang bijak, dan prajurit yang kuat, jadi hal semacam itu setidaknya sampai saat ini tidak terlihat seperti akan terjadi." Sambil mengawasi Marie yang sedang menuangkan air panas ke gelas berisi daun teh nya, Zone menjelaskan hal itu kepada Marie yang sepertinya tidak memiliki kesadaran penuh akan situasi yang saat ini sedang menimpa Kekaisaran.
"Kalau begitu, bukankah itu berarti bahwa kedamaian ini juga berkat Tuan Zone?" Marie terlihat sedikit bersemangat ketika dia mencoba untuk memastikan dugaan nya itu kepada Zone sendiri. "Maksudku, jika anda yang adalah Ksatria terkuat kekaisaran tak ada, bukankah perang akan berlangsung lebih lama dan menyiksa?"
Meskipun Marie menanyakan itu, dia tampak seperti sudah benar-benar yakin akan dugaan nya. Dia mendesak Zone dengan mendekatkan tubuhnya, dan itu membuat Zone yang sedang mencoba untuk meminum teh dengan tenang cukup kewalahan. "Uh... Yah, kurasa aku juga berperan cukup besar di bagian itu."
"Benar?! Sudah kuduga, Tuan Zone itu benar-benar orang yang luar biasa! Ehehe..."
"..." Sementara Marie terlihat bangga pada dirinya sendiri dan bersenang-senang, Zone terdiam sambil menyeruput tehnya. Wajahnya sedikit merah karena malu.
-Keesokan harinya.
Di waktu dimana matahari bahkan belum sepenuhnya menunjukkan dirinya, Marie si pelayan sudah selesai mencuci semua pakaian milik Zone dan dirinya. Di halaman belakang rumah, Marie menjemur semua pakaian dan kain yang sudah selesai dia cuci.
Meletakkan kedua tangannya di pinggangnya, Marie merasa sedikit bangga pada dirinya karena dia dapat menyelesaikan pekerjaannya beberapa menit lebih cepat dari pada sebelumnya.
"Hm... Setelah ini..." Melirik mentari yang muncul di cakrawala, Marie mengingat-ingat kembali apa yang harus dia lakukan setelah ini.
Karena hanya dirinya sendirilah yang mengurus Mansion ini sebagai seorang pelayan, pekerjaan Marie cukup banyak dan dia sibuk dengan nya setiap hari. Namun, dia tidak membencinya.
Menyapu, mengepel, mengelap jendela, mengatur furnitur, memasak, semuanya dilakukan pelayan setia Zone ini dengan senang hati. Alih-alih merasa letih, Marie menikmati dirinya sendiri dan bahkan bersenandung selama melakukannya. Gadis ini, benar-benar adalah pengikut paling setia dan satu-satunya milik Zone.
... Pada saat itu, Zone akhirnya bangun. Zone bangun lebih lambat dari biasanya karena dia telah diberikan cuti selama satu minggu sebagai imbalan dari kerja keras nya selama perang dengan Kerajaan.
Setelah bangun, Zone membasuh muka nya, minum segelas air, sarapan bersama Marie, lalu pergi keluar untuk lari pagi dan latihan pedang hariannya.
Hari-hari damai Zone dan Marie terus berlangsung dengan lambat dan tenang hingga akhirnya, hari kerja Zone kembali. Tak hanya itu, hari yang satu ini sepertinya cukup spesial karena alih-alih di tugaskan untuk menjaga sang Kaisar seperti biasa, Zone malah mendapat panggilan dari sang Permaisuri tepat setelah ia sampai di istana.
Mengikuti dibelakang rombongan ksatria wanita yang melayani tepat dibawah perintah Permaisuri itu sendiri, Zone dibawa ke bangunan lain yang dibangun di sisi yang lebih terlindung Istana. Sebuah tempat yang biasanya terlarang bagi pria manapun,
Bahkan tak perlu dipertanyakan lagi betapa mewahnya bangunan tersebut. Jika harus dibandingkan dengan istana itu sendiri, mungkin menyebutnya istana versi mini dapat dibilang cukup cocok.
Bangunan itu besar dan luas. Dibangun dengan tiga lantai secara keseluruhan, dengan bentuk persegi dengan satu sisi yang menjadi gerbang masuk dan bagian tengahnya dikosongkan dan menjadi taman yang indah penuh bunga-bunga yang langka tersusun rapi. Bangunan itu juga memiliki nama julukan lain dikalangan wanita bangsawan yaitu
Atas arahan para ksatria wanita, Zone dibawa ke depan sebuah ruangan yang ada di lantai 3. Dilihat dari dekorasi pintu dan penjagaan nya yang ketat saja, Zone sudah yakin bahwa siapapun yang berada di dalam ruangan ini adalah orang paling penting di tempat ini. Memikirkan itu, hanya Permaisuri lah yang dapat Zone pikirkan.
"Nyonya, Tuan Kursdizt telah tiba." Dihadapan pintu mewah tersebut, salah seorang ksatria wanita mengatakan itu hal itu sembari memberi beberapa ketukan pada pintu. Menunggu tanggapan dari pemilik ruangan tersebut.
"Bawa masuk." Lalu, sebuah suara indah yang memberikan kesan anggun dan bermartabat lah yang menjawab dari balik pintu.
""Baik!"" jawab kstaria wanita yang membawa Zone, bersamaan. Mereka membuka pintu dua sisi yang mewah tersebut, berbaris di kedua sisi dan membungkuk entah kepada Zone atau sebagai bentuk penghormatan bagi pemilik ruangan. Apapun itu, Zone yakin itu artinya dia sudah boleh masuk kedalam ruangan.
Berjalan ke dalam ruangan, hal pertama yang Zone lakukan adalah berlutut setelah menginjakan kakinya pada karpet merah bersulam emas yang tentu mahal. "Hamba anda, Ksatria Kekaisaran ini, Zone Kursdizt, telah tiba, Yang mulia Permaisuri."
Zone tidak menatap wajah pemilik ruangan tersebut saat berjalan memasuki ruangan. Namun, dari suasana ruangan itu saja, Zone sudah yakin akan hal itu.
"Angkat kepalamu," perintah sang pemilik ruangan, yang membawa Zone untuk mengangkat kepalanya dan akhirnya bertatap muka dengan wanita cantik berambut pirang dan mata merah - Permaisuri kekaisaran Elgion, Amertha Cor Elgion - Wanita tercantik dan terkuat di seluruh kekaisaran yang berdiri di puncak kekuasaan.
Zone tidak dapat melihat seluruh wajah sang Permaisuri dikarenakan wanita itu menutupi mulutnya dengan kipas merah keemasan nya. Zone hanya dapat melihat mata merah yang menilai dirinya dengan dingin dari atas ke bawah. "Hamba datang ke hadapan anda atas panggilan anda, Nyonya. Apakah ada yang bisa hamba bantu?"
Diantara Zone dan Amertha terdapat sebuah meja kayu beralas taplak meja yang terlihat mahal dengan banyak buku dan kertas diatas nya.
Karena selain meja itu dan sofa-sofa yang berjejer di kedua sisi ruangan tidak ada furnitur lain di ruangan itu, Zone yakin bahwa ruangan ini lebih seperti ruang kerja sang Permaisuri daripada ruang pribadi nya. Itu memberinya sedikit ketenangan, namun juga sedikit kegugupan karena itu juga berarti bahwa sang Permaisuri memiliki pekerjaan untuk nya.
Amertha tak langsung menjawab pertanyaan Zone. Amertha menggulung kipas nya, memperlihatkan bibir berlipstik merah yang menawan di balik nya sedang membentuk senyuman manis sehingga sedikit berlawanan dengan matanya yang tenang dan dingin. "Ksatria Kekaisaran, Zone Kursdizt."
"Ya!" Sebagai antisipasi atas kata-kata Amertha selanjutnya untuknya, Zone memasang wajah teguh yang serius.
"Aku memanggil mu kali ini tak lain dan tidak bukan adalah, tentu, karena aku memiliki suatu permintaan untuk dirimu seorang." Amertha mengatakan itu dengan nada ringan, tetapi matanya masih mencoba untuk menilai Zone.
Permintaan, ya...
Alih-alih 'perintah,' sang Permaisuri menggunakan kata 'permintaan' pada kalimatnya. Hal itu membuat Zone semakin gugup akan apa yang akan keluar dari mulut wanita terpenting di Kekaisaran ini.
Di Kekaisaran, 'Perintah' biasanya di berikan kepada seseorang setelah menilai bahwa seseorang itu mampu untuk melakukannya. Karena kebiasaan ini, 'Perintah' yang mustahil biasanya lebih jarang terjadi daripada yang siapapun pikirkan.
Namun, 'Permintaan' berbeda. Ini adalah kata permohonan. Sesuatu yang tak wajib. Namun, jika digunakan oleh seseorang sepenting Permaisuri, itu sama saja dengan 'Perintah.'
Jadi, sebuah 'Perintah' yang hampir mustahil bagi seorang ksatria terkuat akan diberikan kepada Zone pada saat ini.
"Permintaan ku bukanlah sesuatu yang serius," ucap Amertha, yang jelas-jelas membuat Zone yakin bahwa itu adalah sebuah kata-kata manis penuh kebohongan belaka.
"Bisakah kau, Ksatria andalan suami ku, untuk menjaga kedua putri kami dan mendidik mereka berdua agar dapat memperoleh tunangan yang baik?" lanjut sang Permaisuri.
"... Eh?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!