NovelToon NovelToon

SECRET

1. PROLOG.

***

ANNARA PUTRI

Mungkin hidup adalah pengalaman paling berharga baginya. cobaan demi cobaan, rintangan berat mana lagi yang belum wanita itu hadapi beberapa tahun terakhir. terjatuh, terluka, menangis, semua itu telah Annara lalui seorang diri.

Apakah Anna, begitu orang-orang memanggil namanya pernah hampir menyerah melalui semuanya? tentu saja. bahkan sempat terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidup saking tak kuatnya melalui cobaan kalau itu.

karena Anna melaluinya seorang diri. tanpa siapapun dan orang-orang yang menyayanginya sekali pun.

Tapi pengalaman hidup yang begitu berkesan menjadikan Anna semakin dewasa. berparas cantik dengan rambut panjang semampai, tak ada yang menyadari bahwa wanita itu tumbuh dari segala cobaan berat semasa mudanya.

Apalagi kini, Anna harus terlihat kuat dan bijak di depan khalayak umum terlebih lagi Arion, putra semata wayangnya. di depan putranya itu, Anna yang sebenarnya rapuh berlagak kuat dan tangguh hanya karena atak ingin mendapatkan belas kasihan putranya. karena hanya kepada Anna, Arion bergantung. hanya kepada Anna Arion mendapatkan kasih sayang.

SEAN WIJAYA

Menjadi pemimpin Perusahaan di usia muda, membuat Sean tumbuh menjadi seorang pria yang sedikit tegas. tuntutan dunia bisnis membuat Sean selalu berpikiran jauh ke depan.

Apa yang keluar dari mulutnya bak sebuah titah yang tak bisa di bantah.

di bawah kepemimpinannya, tentu saja Perusahaan berkembang begitu pesat. semua orang hanya memuji sosoknya. tampan, pintar dan berkharisma tapi adakah yang ingin tau bagaimana masa lalunya? tidak!

Dituntut untuk menjadi pemimpin Perusahaan milik keluarga, Sean muda seperti kehilangan masa mudanya. kala teman-temannya sibuk nongkrong sana-sini, berteman dengan siapa saja, mencari jati diri masing-masing, Sean justru telah bergelut dengan buku-buku bisnis untuk memperluas pengalamannya, sibuk membaca dan tenggelam dengan dunia yang seharusnya tidak menjadi dunianya.

Karena usianya itu, Sean banyak sekali melakukan kesalahan. pemikirannya yang masih labil, membagi antara pekerjaan dan percintaan, sungguh hal yang sulit. dan karena itu juga menjadi awal bencana dalam hidupnya.

***

Semua berawal ketika Sean dan kekasihnya berdebat.

"Kita sudah membahas hal ini bukan?".

dibawah rintik hujan, Sean menatap lekat manik mata gadis di depannya.

Annara. gadis yang telah mengisi hari-hari Sean yang begitu membosankan. mungkin jika tidak ada Anna, Sean tidak akan semangat untuk menjalani kehidupannya apalagi pekerjaannya.

"Aku sudah bilang bukan? tunggu... tunggu sebentar lagi Yan..." ucap Anna menjelaskan.

dari sorot matanya, jelas Anna tidak ingin ada perdebatan diantara mereka. apalagi masalah yang mereka debatkan bukanlah masalah yang berat. selalu itu-itu saja yang mana justru semakin membesar kapan saja.

"Tunggu 1 tahun lagi... aku hanya ingin mengasah kemampuan melukis ku lagi Yan... hanya 1 tahun, setelah itu terserah bagaimana keinginan mu...". Anna mencoba untuk bernegosiasi dengan kekasihnya.

Kalau di tanya apakah Anna mencintai Sean? tentu saja. Hanya ada pria itu di dalam hati Anna selama ini. hanya Sean yang selalu punya tempat tersendiri di hatinya.

tapi kali ini berbeda. Anna hanya meminta waktu 1 tahun lagi untuk mencoba mengasah kemahirannya dalam melukis.

hanya 1 tahun saja waktu yang Anna minta tapi kekasihnya itu seperti enggan mengabulkan permintaan Anna.

"Tidak!" tolak Sean.

membayangkan terpisah jauh dari Anna, membuat Sean kesal. bagaimana ia bisa melalui semua itu?

apalagi permintaan Anna cukup tak masuk akal.

Luar negeri? ck... decak Sean kesal.

"Kenapa kamu kekanak-kanakan sih Yan!" ucap Anna dengan nada tinggi. kali ini Sean benar-benar keterlaluan baginya.

"Aku hanya pergi setahun, setelah itu juga kembali kesini... kenapa tidak boleh? aku mencintai seni Yan... aku ingin semua orang mampu melihat hasil goresan tanganku...".

Anna, mungkin menjadi salah satu orang yang beruntung di bidang seni lukis.

kali ini ia berkesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan luar negeri dalam periklanan produk anak-anak. dimana Anna digandeng untuk melukis sesuatu yang bisa menarik konsumen terutama anak-anak.

tak banyak orang yang bisa melakukan itu.

tapi melihat tanggapan Sean, Anna semakin sedih.

"Kekanakan?" tanya Sean sambil mengerutkan keningnya. kesal dengan uacapa Anna barusan. perusahaan sudah banyak masalah ditambah dengan Anna yang menambah masalah.

Sean benar-benar kesal. kesabarannya benar-benar habis kali ini.

"Ya, kekanakan... apalagi lagi yang bisa mendeskripsikan tingkah mu saat ini selain kata kekanakan? ha?" tantang Anna.

bahkan ketika mengatakannya, sudut matanya mulai menggenang. ia kira Sean akan selalu mendukung keputusannya, tapi nyatanya tidak.

"ANNA!" bentak Sean tanpa ragu sedikit pun.

dan tentu saja hal itu membuat Anna terkejut dan memejamkan matanya sesaat. butiran air mata itu lolos dari sudut matanya. menetes jatuh ke tanah di bawah sana.

"Aku hanya tidak mau kamu pergi Ann... tetaplah disini, aku bisa mencarikan perusahaan iklan yang mau menggunakan keahlian lukismu... tapi aku mohon, jangan pergi... jangan pergi Ann... atau...".

Sean tak bisa meneruskan kalimatnya. tangan pria itu perlahan mendekat hendak menyeka mata Anna.

"Atau apa?". hingga pertanyaan Anna membuat tangan Sean hanya tergantung di udara. dan perlahan jatuh kembali di samping badan pria itu.

"Atau hubungan ini akan benar-benar berakhir..." jawab Sean datar. sebenarnya ucapannya hanya gertakan saja. Sean tidak benar-benar berpikir sampai sejauh itu. "Berakhir sampai disini...".

Anna membulatkan bola matanya. terkejut dengan ucapan Sean barusan.

semudah itu dia mengatakannya? batinnya terluka.

air mata kian membasahi wajah Anna malam itu.

"Sean...".

"Pilih salah satunya... tetap disini atau berakhir sampai disini..." tantang Sean.

Anna masih terdiam tak bergeming.

"Bodoh..." umpat Sean.

Entah kenapa perkataan Sean barusan benar-benar membuat Anna terluka. atau mungkin situasinya saja yang membuat Anna menjadi sensitif hanya karena dibilang bodoh.

"Baiklah kalau itu mau mu..." jawab Anna tanpa berpikir sedikitpun. toh tidak ada gunanya bagi Sean bersanding dengan gadis sebodoh Anna.

"Kita akhiri saja hubungan ini..." lanjutnya.

Hiks...

"Oke...".

Malam itu menjadi saksi bahwa hubungan yang Sean dan Anna jalin selama ini berakhir begitu saja.

Sean yang tak peduli dengan keadaan Anna, memilih fokus pada pekerjaannya. sedangkan Anna, gadis itu pergi meninggalkan negara asalnya demi mengejar mimpi menjadi seorang pelukis.

Tapi bencana kembali menerpa hidup Anna. sebulan setelah tiba di Amerika,

"Hooekk...".

Anna berlari menuju ke kloset. memuntahkan seluruh isi perutnya disana.

Apa-apaan ini?

batinnya kebingungan. dan setelah sedikit baikan, Anna bergegas berlari menuju ke ranjangnya. memeriksa kalender di ponselnya dan terduduk di lantai dengan tangan bergetar.

"Kenapa harus sekarang? hiks..." tangisnya pecah.

***

2. Sang Pelukis.

HAPPY READING...

***

Anna bergegas mengemas peralatan lukis. memasukkannya ke dalam tas kecil berwarna biru. terlihat begitu panik karena di kejar waktu yang seperti berputar begitu cepatnya.

"Sayang... cepat sedikit makannya...". sesekali pandangan Anna tertuju pada sofa di ujung sana.

anak laki-laki kecil tengah menikmati sepotong roti dengan selai cokelat kesukaannya. tak ada raut panik bahkan bersalah sama sekali. terus mengunyah perlahan tak memperdulikan sang Mama yang beradu dengan waktu.

"Arion, dimana tempat pensil mu?" tanya Anna lagi. mengacak-acak tumpukan peralatan lukis di samping meja belajar putranya.

sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, membuat Anna hanya bisa menghela nafas penuh kesabaran.

Astaga..

"Arion, apa sudah selesai?" tanya Anna lagi. menenteng tas milik putranya dan langsung berkacak pinggang.

"Belum..." jawab anak kecil berusia 4 tahun itu dengan polosnya. karena masih kecil, Arion tidak tau bagaimana membagi waktunya.

seperti saat ini, ada acara lomba melukis di salah satu Mall yang diikuti anak-anak pra sekolah sepertinya. dan Arion tentu saja ikut andil memeriahkannya.

Bakat seni Anna benar-benar menurun pada putranya itu. walaupun tergolong masih kecil, bakat Arion benar-benar sudah tampak. banyak event melukis yang diikuti oleh Arion selama setahun belakangan. bukan karena desakan Anna, tapi karena keinginan Arion sendiri.

dan semoga event melukis kali ini, Arion kembali mendapatkan juara.

"Makan di mobil saja... kita sudah terlambat..." ucap Anna sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

Jalanan Ibu kota benar-benar padat seperti biasanya. walaupun sudah lewat jam berangkat bekerja, tapi tetap saja tak ada lenggang sedikitpun. Anna mengemudikan mobilnya perlahan. beradu dengan kendaraan lain sambil sesekali mengawasi putranya yang meneruskan sarapannya.

"Nanti usahakan mewarnai nya dengan hati-hati ya sayang... biar dapat juara..." ucap Anna menyemangati putranya.

hati ibu mana yang tidak bahagia melihat putranya tumbuh sehat, pintar dan berbakat seperti Arion. Anna begitu bangga. Walaupun dulu, ia bahkan sempat berpikir untuk tidak memberi kesempatan bagi Arion melihat dunia ini.

Hamil di luar nikah, Anna tak tau apa yang menjadi penyemangat hidupnya saat ini. hingga dengan yakin melahirkan dan membesarkan Arion seorang diri.

banyak sekali cibiran yang Anna dapatkan selama ini, tapi semuanya seperti hilang ketika melihat wajah Arion yang begitu tulus tersenyum kepadanya.

Arion bak obat untuk Anna. penyemangat hidupnya hingga sekarang kebahagiaan Anna hanyalah Arion, putra semata wayangnya.

Tak terasa mobil hitam yang dikendarai Anna telah tiba di parkiran Mall yang cukup terkenal di Ibukota.

Ibu dan anak itu turun sambil bergandengan tangan dan menampakkan senyum ketika orang-orang menyapanya.

"Kak Anna...". sapa orang-orang yang mengenali wajah Anna.

Bagaimana tidak, hampir semua anak-anak dan orang tua mengenali Anna. Sang pelukis yang wajahnya kerap kali muncul di sebuah iklan televisi. banyak sekali produk yang memilih lukisan Anna dalam iklannya. terutama produk anak-anak. dan Anna memiliki tempat tersendiri dalam hati anak-anak di negeri ini.

Bukan hanya itu saja, Anna juga kerap kali melukis untuk buku cerita anak. walaupun baru saja kembali sekitar 2 tahun yang lalu, karir Anna benar-benar bisa dibilang cemerlang. kecintaannya terhadap seni lukis benar-benar membuat kehidupan Anna membaik.

"Halo..." sapa Anna dan tersenyum kepada semua orang disana.

Tak ada yang tau bagaimana kehidupan pribadi seorang Annara, si pelukis negeri ini. Anna benar-benar menjaga privasi kehidupannya dari konsumsi publik. karena yang semua orang tau, Anna adalah seorang wanita yang memiliki seorang anak laki-laki.

Ya... itu saja yang mereka tau tentang Anna.

Di tempat lain.

Seorang pria dengan setelan jas berwarna Navy baru saja tiba. berjalan masuk ke lobby sebuah gedung pencakar langit dengan diikuti seseorang di belakangnya yang mungkin saja adalah Asisten pribadinya.

masih dengan wajah datar tanpa ekspresi, Pria itu semakin berjalan masuk. menggunakan Lift khusus petinggi perusahaan untuk menuju ke lantai dimana ruangan Presdir berada.

Dia adalah Sean.

"Jam berapa acaranya?" tanya Sean sesaat setelah masuk ke dalan ruangan Presdir dan duduk di kursinya. bersiap dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini.

"Kita bisa datang saat puncak acaranya... saat pembagian hadiah untuk juara mewarnai nanti, begitu yang dikatakan penyelenggara event kemarin.." jawab asisten yang mulai memilah beberapa berkas dan menaruhnya di atas meja.

Sean mengerti. menganggukkan kepalanya dan tenggelam dalam pekerjaan sampai beberapa jam kedepan.

---

"Mama...".

"Ya?". Anna segera beranjak dari tempat duduknya. menghampiri Arion yang berdiri sambil menggendong tas birunya.

"Ada apa Arion?".

Terlihat jelas wajah putranya itu tengah murung entah apa penyebabnya. tidak seperti saat mereka tiba beberapa saat yang lalu.

Ditanya seperti itu, Arion tak menjawab. pandangannya hanya tertuju pada sekelilingnya. dimana ada banyak sekali anak seusianya yang juga tengah mempersiapkan alat-alat lukisnya dibantu dengan orang tua mereka. senyum anak-anak itu seperti menunjukkan betapa bahagianya isa bersama orang tua di acara seperti ini.

Anna menghela nafas. seperti paham apa yang tengah membuat risau putranya itu. hatinya cukup sesak melihat Arion murung melihat pemandangan sekitar. dimana mungkin anak laki-laki itu iri melihat anak lain bersama dengan kedua orang tua mereka.

"Mau Mama bantu menyiapkan semuanya?" bujuk Anna. berjongkok di depan Arion sambil menampakkan senyum indah. Jangan merasa sendirian Arion.. kamu punya Mama... begitu hati Anna bicara.

"Hmm...". Arion menganggukkan kepala dan terukir senyum di sudut bibirnya.

"Ayo Mama bantu...".

Keduanya pun berjalan berbaur dengan anak-anak lain. menyiapkan posisi duduknya sambil menata alat-alat lukis di atas meja yang telah Anna siapkan dari rumah.

Anna telah mengalungkan tag name di leher Arion. "Semangat ya..." ucapnya menyemangati.

"Apa Mama sibuk setelah ini?" tanya Arion dengan polosnya.

Sejenak Anna mengerutkan keningnya. mencerna pertanyaan dari putranya itu dan langsung menjawab, "Tidak... Mama tidak sibuk... Arion butuh sesuatu?".

"Ayo bermain disana Ma..." tunjuk Arion pada lantai atas Mall tersebut. karena disana ada banyak sekali permainan anak-anak. sudah lama sekali Anna tidak membawa Arion bermain disana karena terlalu sibuk.

"Oke... setelah acara ini selesai ya..." jawab Anna. apapun keinginan Arion, Anna berusaha untuk mewujudkannya. semuanya demi Arion, demi kebahagiaan putranya itu.

"Hem..".

Arion kembali bersemangat mendengar perkataan Anna.

dan benar saja mood Arion kembali lagi. anak kecil itu selalu tersenyum dan mulai berbincang dengan teman di sampingnya. sedangkan Anna kembali ke tempat duduk yang sudah di siapkan sambil mengamati Arion dari kejauhan.

Sebagai seorang orang tua tunggal, Anna benar-benar harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan Arion. seperti sekarang ini, hanya karena ingin menemani putranya Anna rela membawa pekerjaannya disana.

mencoret-coret Tab di pangkuannya sambil sesekali menatap ke arah putranya.

***

3. Permen.

***

Acara melukis masih berlangsung. Arion masih sibuk mewarnai gambar di atas mejanya dengan penuh hati-hati. Acara kali ini begitu meriah, ditambah dengan banyak sekali hadiah untuk membuat suasana jati anak-anak tidak jenuh.

Anna masih tenggelam dalam pekerjaannya. sejak beberapa jam terakhir hanya duduk dan mengamati Tab di pangkuannya.

bahkan tak menyadari bahwa Arion tengah berlari menghampirinya. menabrak tubuh Anna dan memeluknya dengan erat.

"Astaga..." ucap Anna terkejut.

Menghentikan pekerjaannya dan fokus melihat Arion. "Sudah selesai?" tanya Anna penasaran. bahkan ia tak sempat melihat bagaimana hasil karya putranya barusan.

"Sudah... Mama bagaimana kalau Arion kalah?". celoteh anak kecil penuh keraguan.

Arion tak tau apakah gambarnya bisa mendapatkan juara atau tidak.

"Kalah menang tidak masalah bukan? Mama akan tetap membawa Arion bermain nanti..." jawab Anna.

Ia bukan sosok Ibu yang menuntut Arion untuk menjadi juara. Anna hanya mengajari Arion untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan belajar berani berbaur dengan anak-anak yang lain. karena Anna juga sadar, Arion tak memiliki seorang teman pun di rumah. terlebih lagi mereka tinggal di Apartemen. Arion hanya sering menghabiskan waktunya dengan melukis ataupun menonton televisi. bahkan ketika Anna harus bekerja, Arion tinggal dengan seorang pengasuh yang memang Anna pekerjakan untuk membantunya di rumah.

Tapi walaupun begitu, Arion tumbuh menjadi anak yang baik. tak pernah sekalipun usil ketika berbaur dengan anak seusianya seperti sekarang.

"Arion..." panggil seorang anak yang mampu membuat Arion dan Anna sama-sama menengok ke arah sumber suara.

"Halo..." sapa Anna dengan ramahnya.

"Ayo main.." ajak gadis kecil seusia Arion sambil menampakkan senyum indah di bibirnya. gadis berponi yang entah siapa itu seolah mengenal Arion. Anna juga tidak tau siapa gadis kecil itu, tapi ia yakin kalau gadis itu adalah salah satu anak yang juga ikut memeriahkan acara pagi ini.

"Ma, Boleh?" tanya Arion hati-hati. sama seperti anak lainnya, Arion juga ingin bermain dengan yang lain.

"Iya..." ucap Anna yang langsung membuat Arion senang. meloncat-loncat dan meninggalkan Anna untuk bermain dengan anak-anak lain.

Bersamaan dengan itu, Acara melukis hari ini telah sampai di puncak acara.

semua orang terlihat antusias untuk melihat siapa yang akan menjadi juaranya. bahkan banyak orang tua yang berharap bahwa anak mereka lah yang menjadi juara.

termasuk juga Anna. entah kenapa tangannya berkeringat dengna detak jantung yang berdegup kencang.

Di atas panggung, seorang MC tengah berbincang dengan seseorang yang cukup penting. mungkin saja sponsor dari event melukis kali ini, betul pikir Anna. karena ia tidak bisa melihat lebih dekat karena sesaknya orang-orang yang memenuhi tempat itu.

"Arion...". Anna celingukan mencari putranya yang entah sejak kapan sudah hilang dari pengawasannya. Anna hanya takut Arion tersesat atau justru terhimpit orang-orang di depan sana.

"Arion..." panggil Anna lagi. tapi tak kunjung menemukannya.

"Permisi..." ucap Anna sambil sesekali membelah kerumunan. "Maaf ya Pak.. permisi..". dimana anak itu..

Saat Anna tengah sibuk mencari, beda lagi dengan Arion.

anak laki-laki kecil itu justru terlihat senang bermain petak umpet dengan anak-anak lain. termasuk dengan anak perempuan yang tadi mengajaknya.

sembunyi di sudut-sudut tempat itu, juga tempat lain yang sulit untuk di ketahui.

Hingga, Buuggg...

"Aww...". Arion tak sengaja menabrak seseorang. menyentuh keningnya sambil mendongak untuk melihat siapa orang yang ia tabrak barusan.

pandangan Arion seketika tertuju pada wajah pria dewasa di depannya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria dewasa di depannya. sedikit membungkuk untuk melihat wajah Arion dari dekat. memastikan bahwa anak kecil yang menabraknya tidak terluka.

"Jangan lari-larian di tempat ramai seperti ini...bahaya".

Sedangkan Arion hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. tangannya terus saja menyentuh keningnya. sedikit nyeri karena mungkin saja membentur ikat pinggang yang dikenakan pria dewasa di depannya tadi.

"Sini aku lihat...". membuat Arion mendekat dan memperlihatkan keningnya.

"Siapa namamu?".

"Arion..." jawabnya dengan nada khas anak-anak.

"Hanya sedikit memar... mau permen?" tanya pria itu sambil merogoh saku jas yang dikenakan.

Arion menggelengkan kepalanya.

"Tidak mau? kenapa?".

tentu saja pria dewasa di depannya penasaran. apa alasan anak bernama Arion itu tidak mau menerima permen pemberiannya.

"Kata Mama tidak boleh menerima pemberian dari orang asing, termasuk permen juga..." jawab Arion. padahal Arion tergiur dengan permen susu di depan matanya. hanya saja Arion ingat perkataan dari Mamanya yang melarang menerima pemberian orang tidak di kenal.

jawaban Arion membuat pria dewasa itu tersenyum. paham dengan situasi saat ini.

"Mama mu benar, tapi kamu menyukai permen ini bukan?" selidiknya. lihatlah bagaimana cara Arion menatap lekat permen itu. berbinar tapi takut untuk mengambilnya.

Arion mulai goyah.

Sesekali ia mengangguk pelan tapi tak bisa berbuat apapun.

"Ambilah.." perintahnya.

Pria dewasa itu kembali menyodorkan permen lebih dekat ke arah Arion.

Beberapa detik, tak ada pergerakan dari Arion.

Anak yang pintar... batinnya bicara.

"Bagaimana kalau aku menutup mata dan ambil permen ini lalu pergi? aku tidak akan melihatnya bukan?" tawarnya lagi.

Tapi tanpa terduga jawaban Arion justru semakin membuatnya tercengang.

"Mencuri? tidak! aku tidak mau mencuri...". Arion jelas menolak. bahkan sampai mundur beberapa langkah menjaga jarak dari pria dewasa itu.

"Mencuri itu dosa..." lanjutnya.

"Pak, mengambil apapun tanpa sepengetahuan orang sama dengan mencuri..." sela Asisten yang berada di belakang pria itu sambil teranyum geli.

Agghh.. iya juga...

"Bukan- bukan seperti itu maksudku...".

Agghh... bagaimana aku menjelaskannya sih... pria dewasa itu bingung menjelaskan pada Arion.

"Ambilah nak... nih...". Asisten itu pun bergerak. mengambil permen dari tangan bosnya dan langsung menyerahkannya kepada anak laki-laki di depannya itu.

tanpa basa-basi dan tertele-tele, semua terselesaikan.

"Kembalilah ke orang tuamu sekarang..." pintanya dengan lembut.

Arion tersenyum bahagia menerima permen pemberian pria tak dikenal itu. "Hm..." mengangguk pelan dan berucap, "Terimakasih Om...". lalu berlari meninggalkan tempat tersebut.

Lucu sekali... batin pria dewasa itu sambil menatap kepergian Arion yang semakin menjauh.

"Apa anda tidak mau memiliki yang seperti itu Pak?" goda Asisten kepada Bosnya.

"Diam!" jawab Bosnya dengan sewot.

Ck...

Anna lega melihat Arion yang berlari dari kejauhan. "Darimana saja kamu? Mama kebingungan mencarimu Arion.." keluh Anna. sbil menampakkan wajah marahnya. tapi tetap tidak meninggikan nada bicaranya sedikitpun.

"Maaf Ma..." sesal Arion. tadinya ia hanya ingin bermain dengan anak-anak lain.

"Sudah tak apa-apa, tapi lain kali bilang sama Mama dulu ya.. jangan seperti ini lagi, Mama sampai bingung mencari anak Mama ini..." menoel hidung Arion saking gemasnya.

"Dan apa itu?" tunjuk Anna pada sesuatu yang Arion genggam di tangan kanannya.

"Permen...".

"Siapa yang memberi?" selidik Anna.

"Tadi Ma, Arion bertemu Om-Om yang baik... lalu Arion diberi permen ini...". Arion bercerita sambil menggandeng tangan Anna mendekati panggung acara yang telah mereka tinggalkan beberapa saat yang lalu.

"Benarkah?".

"Hm..".

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!