(-)
Cerita ini hanya sebuah imajinasi, yang ditujukan sebagai hiburan semata.
Apabila ada kesamaan nama penokohan, watak, ataupun gambar properti merupakan suatu unsur ketidak sengajaan.
Semua karakter didalam cerita tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan/watak tokoh yang menjadi Visual didalam dunia nyata.
Diharap bijak dalam menanggapi semua yang tertulis dalam cerita, baik itu tata bahasa, sesuatu yang bersifat mature ataupun tindak kekerasan.
Hargai karya penulis untuk tidak menjiplak/meniru tanpa izin dari penulis. Dan juga dimohon kebijakannya untuk tidak menyamakan dengan cerita lain.
Terima kasih.
-Vienna-
©2020
Pada akhirnya, musim sudah mulai berganti, mentari yang biasanya menghangatkan bumi kini jarang menampakkan sinarnya dipagi hari, udara yang datang mulai dingin membuat tubuh menggigil, menggigit masuk hingga ketulang. Sungguh, jika boleh meminta dia tidak ingin terlahir kembali dinegara yang memiliki empat musim tersebut.
Jang ReyNa, mengerjap pelan saat alarm dari ponsel berdering nyaring disisi ranjang tidurnya, menggeliat sejenak untuk menyesuaikan binar dari cahaya lampu tidur yang berpendar diatas nakas. Dia bahkan malas sekali bangkit dari ranjang yang akhir-akhir ini terasa sangat nyaman.
"Ah, kenapa cepat sekali" ucapnya sembari menurunkan selimut tebal dan hangat itu dari tubuh yang berbalut piyama tidur bergambar koya.
Sebenarnya pekerjaan dikantor hari ini tidak terlalu padat seperti beberapa hari lalu, semua berkas sudah ia selesaikan kemarin. Hanya cukup melayani pelanggan yang mengajukan Complain. Akan tetapi, ah, yang membuat Reyna malas adalah, hari ini sepertinya hujan akan turun. Reyna sangat tak menyukai hujan. Hujan adalah masalalu yang menorehkan kenangan pahit dalam benaknya.
Akan tetapi, semalas apapun dirinya, dia harus bangun membersihkan diri dan bekerja seperti biasa. Tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang ia emban atas ibu dan adik laki-lakinya yang masih duduk dibangku Menengah Atas sejak sang ayah meninggalkan mereka beberapa tahun yang lalu adalah kewajiban yang harus ia penuhi.
Melewati beberapa pohon tinggi yang sudah mulai menggugurkan daun sembari menyesap se-cup americano hangat dari tangan kanan, berharap pagi ini tidak membosankan dan membuat kedua matanya berat. Reyna kini berdiri menunggu lampu berubah menjadi hijau agar dia dapat berjalan keseberang untuk sampai dikantor asuransi tempatnya bekerja. Dengan tangan kiri yang menggenggam erat sebuah payung berwarna coklat muda sedikit lusuh—dia tak peduli pendapat orang yang melihat dengan tatapan risih. Dia hidup apa adanya, sederhana.
"iiissh... inilah alasan lain mengapa aku tidak suka hujan! " gumam Reyna sambil menutup payung dan mengibaskan air yang membasahi blazer hitam yang sedang dikenakan. Celana Jeans hitamnya juga turut basah diujung, namun ia pasrah, mau bagaimana lagi.
"Rey... "
Sapa suara alto jauh disana, Song Hyuji, sahabat dan juga teman kerjanya dikantor. Dia berlari kearah Reyna, yang membuat Reyna tak habis pikir tentang Hyuji bagaimana bisa dia berlarian diatas lantai licin dan basah karena percikan air hujan tanpa kendala, dengan heels setinggi 20 cm yang menumpu seluruh tubuh. Salah pergerakan sedikit saja bisa terjatuh dan menimbulkan banyak hal. Sakit tentu saja, malu, apalagi.
"Kenapa kau berlari seperti itu Hyu? "
"Hei,hei! Kau tau Rey, aku membawa kabar mengejutkan! " jawabnya antusias, membuat Reyna bergeleng heran, sepagi ini Hyuji itu sudah mendapatkan berita terhangat. Reyna sampai memicing guna membayangkan, bagaimana Hyuji sedang memasang telinganya mendengar berita itu dan membuat Reyna tergelak tawa pelan.
"Memangnya berita apa? "
"Hei, kau tau putra pemilik perusahaan yang kuliah diluar negri itukan? "
"Tidak! " sahut Reyna cepat menimpali.
"Kau benar-benar tidak tau? (dengan mata membola) memangnya kau ini datang dari Rimba? Bahkan dia terkenal dikalangan pebisnis senior! "
"Sudah katakan saja, tidak usah berbelit! "
Kali ini Hyuji yang tak habis pikir pada Reyna, kenapa ada gadis sedingin itu. Memang Reyna tipikal gadis yang tak suka banyak bicara atau mendengar sesuatu yang berbelit, dan satu lagi, dia gadis dingin yang tak mudah didekati. Reyna juga cerdas dan pekerja keras.
"Katanya dia akan memimpin diperusahaan kita! Waaah... aku tidak sabar melihat ketampanannya! "
Reyna memutar bola mata jengah, hanya laki-laki tampan yang ada didalam otak Hyuji. "Lalu? "
"Yaisssh...! kau ini tidak peka sekali! siapa tau dia melirikku! Lalu aku akan menjadi nyonya rumah yang diperlakukan seperti Putri!"
"Bukannya putra pak Kim sudah bertunangan? "
Senyuman sumringah yang menghiasi bibir Hyuji sirna, darimana Rey mendapat berita itu? Setidaknya itu yang ditangkap Rey dari manik mata Hyuji.
"Tidak perlu bertanya aku tau darimana? Semua juga sudah mendengarnya! " sahut Reyna cepat, kemudian melangkahkan kaki melewati bentangan pintu kaca yang terbuka otomatis, meninggalkan HyuJi dalam lembah kesedihan, pupus sudah harapannya menjadi seorang Putri.
"Hei... kau hanya ingin membuatku menyerah kan??!" Teriak Hyuji menyamakan langkah dibelakang Reyna. "Rey!!"
"Untuk apa?"
"Kau dendam padaku kan?"
Reyna menghentikan langkah, berbalik demi menautkan tatapan pada Hyuji yang memasang wajah kesal.
"Coba jelaskan apa yang mengharuskan aku dendam padamu Hyu?" tutur Reyna tenang. "Bahkan aku saja tidak tau siapa itu putra pak Kim! Jadi jangan berkata aneh-aneh!"
"Awas saja kalau kau melihat putra pak Kim dan jatuh Cinta padanya!" sahut Hyuji sinis.
Reyna membuang wajah dengan senyuman tipis. "Tidak! Aku tidak akan membuka hatiku untuk siapapun untuk saat ini!"[]
Bandara Incheon sangat padat hari ini, ditambah lagi cuaca yang dingin membuat tubuh yang sudah berbalut mantel musim dingin semakin merapatkan kain tebal itu semakin erat. Mencoba menambah suhu hangat untuk tubuh yang sudah menggigil.
Pribadi bertorso tinggi dan wajah tampan dibalik masker hitam itu berjalan penuh wibawa sambil menarik koper besar ditangan kanannya. Seseorang sudah menunggunya disana, bisa dikatakan dia gadis yang mengisi hatinya saat ini. Ya, mengisi hatinya.
"Val... I'm here... "
Suara yang lembut itu mampu menarik seluruh perhatian diantara hiruk pikuk lobby bandara yang sedikit sesak. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan selain menurunkan maskernya, menyuguhkan senyuman terbaik, lalu berjalan dengan langkah besar pada sang pemilik suara. Merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukan, menyurai poni sang gadis kebelakang telinga dengan penuh perhatian. Dan mengecup sekilas kening sang gadis,
"Maaf lama, disana sangat sesak! Kau pasti kedinginan menungguku disini?! "
"Eumm... aku juga lapar! " Sahutnya dengan intonasi manja
"Baiklah, ayo kita mencari makan dulu sebelum kembali ke apartemen! "
Gadis berparas cantik dengan bawaan manja itu mengangguk antusias, diraihnya pinggang sang pria erat. Melangkah keluar dari kerumunan dan masuk ke sebuah mobil mewah berjenis limousine.
"Okey, kau mau makan apa? " Tanya si pria dengan intonasi rendah berjenis baritone itu pada kekasihnya, sambil memasang seatbelt nya dengan tenang.
"Apa saja!! "
Senyuman lembut kembali terukir, tangannya meraih pucuk kepala sang gadis dan diusuknya pelan. Mengacak sedikit anakan rambut berwarna pirang itu.
Terlihat sepasang cincin permata melingkar di jari mereka masing-masing. Dengan bentuk dan warna yang sama.
Putaran roda kuda besi itu membelah jalanan yang padat, dengan pendaran matahari berwarna jingga, melesak dengan kecepatan sedang. Menuju tempat yang akan menjadi persinggahan mereka untuk sekedar mengisi perut yang sudah mulai maraung, meminta untuk segera dipenuhi.
"Aku sangat merindukanmu HaNa... "
-
-
-
Lelah menyambangi tulang punggung Rey, duduk sambil melakukan sedikit peregangan bukan hal yang buruk. Hanya ada beberapa orang diruangan itu.
Rey memutar sedikit kepala, berharap nyeri di tengkuk lehernya akan hilang. Memijat pelan kemudian meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak nyaman dimeja kerjanya, dibawah komputer yang masih menyala.
Reyna mengusap perlahan display pada layar ponsel agar dapat melihat rentetan aplikasi yang terunduh didalam ponsel hitamnya tersebut. Sebuah pengingat nampak pada jendela layar ponsel, sebuah catatan tentang sesuatu yang belum bisa ia lupakan hingga saat ini. Raut wajah cantik itu berubah datar. Manik Indah itu menatap beberapa detik, kemudian menyentuhnya ragu.
Anniversary with My V,
Empat kata yang membuat hatinya berdenyut sakit, petir yang tiba-tiba terdengar diluar menambah dramatisir perjalanan kisah hidupnya. Satu huruf yang dulu sangat ia puja, satu huruf yang mewarnai indahnya masa remaja, satu huruf yang sungguh membuatnya bahagia saat itu, V.
Maniknya menatap sekilas jam yang ada di sudut kiri ponselnya, pukul 7malam. Sudah lewat dua jam dari jam kerja yang ditentukan perusahaan. Reyna menghela nafas singkat, kemudian bergumam. "Haruskah aku kesana?" ucapnya bermonolog. "Ah, tidak! aku harus melakukan hal lain di rumah! "
Jemari lentiknya mulai meraih beberapa lembar laporan yang sudah selesai dikerjakan. Menata menjadi satu, meletakkan dalam map dan menguncinya didalam laci yang tersedia dibawah meja.
Mengenakan jaket yang sedari tadi tergantung di bahu kursi kerjanya, lalu berjalan keluar ruangan dengan Lift menuju lantai dasar.
Memang tidak ada yang bisa melawan hati, langkahnya kembali pada sebuah tempat dimana dia berdiri canggung disana, dibawah bias cahaya lampu malam yang cukup terang, tempat dimana rumput bebas tumbuh liar, dimana desiran angin terdengar jelas, dan juga palang pintu yang tertutup otomatis 1 menit setelah lonceng berbunyi.
Dinginnya angin yang bertiup, hingga rintikan hujan yang mulai turun membasahi rambut hitam legam berusaha mengusir Reyna dari tempatnya berdiri, tapi semua itu tak berhasil. Reyna masih bertahan.
Tiba-tiba senyuman tipis terukir dibibir ranum Reyna, melihat bayangan dua presensi yang berjalan riang dengan bergandeng tangan diseberang sana. Penuh canda dan juga tawa.
"Bagaimana kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik saja... (menjeda ucapannya) V... "
Nama yang selalu membuat debaran jantung Reyna semakin bersebar. Reyna tertunduk, tersenyum kecil dengan rona merah dipipinya. Sungguh kenangan Indah yang tidak pernah akan bisa terhapuskan dari ingatan. Reyna masih mencintai Val, pria yang membuatnya menutup hati untuk pria lain, dan juga pria yang buat hati Reyna hancur tak berbentuk.[]
To Be Continued
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!