NovelToon NovelToon

Suamiku Seorang Duda

Kisah Nyata 1

Harap baca: Sepenggal kisah nyata yang saya rangkai menjadi novel, dimana nama dan kota saya palsukan untuk****menjaga identitas tokoh. Terjadi sudah beberapa tahun lalu tapi saya bumbui dengan era sekarang agar tak terlalu kuno, seperti lagu juga taksi online. Terimakasih banyak.

JANGAN MENYAMAKAN NOVEL INI DENGAN NOVEL LAIN SEBELUM MEMBACA PENUH! DAMPAKNYA SANGAT BESAR PADA AUTHORNYA! INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI! KESAMAAN TOKOH, LATAR BELAKANG, ITU HAL WAJAR DALAM SEBUAH KARYA ATAU DUNIA PERFILMAN! JANGAN ASAL KETIK DAN MENIMBULKAN MASALAH! TANGGUNG AKHIRATKU DENGAN FITNAHMU!

Rena, Andin dan Sonya adalah sahabat yang tinggal di satu kost dan juga belajar di sebuah Kampus dan mengambil jurusan sama. Mereka berasal dari beberapa Daerah berbeda, namun tidak menyulitkan mereka untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan bahasa Daerah masing masing.

Suatu sore ketika kelas telah bubar, Andin dan Sonya memutuskan untuk pergi ke sebuah Cafe di Kota "A" dengan menggunakan jasa taksi online yang mereka pesan melalui sebuah aplikasi. Sedangkan Rena, memilih untuk menyusul mereka karena harus menghadap ke ruang Dosen untuk beberapa hal.

Beberapa waktu menyelesaikan beberapa hal dengan Dosen, Rena memutuskan untuk beranjak menyusul kedua sahabatnya di Cafe yang sudah disepakati bersama ketika bubar kelas tadi. Pergi seorang diri, Ia memilih menggunakan jasa ojek online saja, karena dinilai terlalu sayang jika harus membayar lebih. Lagipula, Rena merasa tak nyaman jika harus berada satu mobil bersama orang tidak dikenal.

Di pertengahan jalan, Rena meminta Abang ojek untuk berhenti di sebuah taman Kota. Ia melihat seorang gadis kecil tengah duduk menangis di taman tersebut seorang diri. Merasa iba, dengan cepat Rena turun dari motor dan bergegas menuju anak perempuan tengah menangis.

"Hai, Kamu kenapa nangis dek?" tanya Rena dengan halus sambil membelai ujung kepala anak tersebut.

"Aku mau pulang Tante," ucap bocah kecil tengah menatap ke arah wajah cantik disampingnya..

"Adik tadi kesini sama siapa sayang?" tanya kembali perempuan pemilik suara lembut itu seraya menaikkan bocah disamping ke atas pangkuan.

Mengajak berbicara dengan sangat lembut, mengusap setiap bulir air mata keluar dari wajah polosnya. Rena menoleh ke arah lain tengah berteriak seraya berlari mendekat.

"Non, Non Aulia!" suara itu menggelegar dalam kekhawatiran, langkah terus berlari mendekat.

"Bibi!" jawab Aulia menoleh ke arah sumber suara, tak kalah berteriak dari orang yang memanggilnya.

Rena masih menoleh ke arah perempuan paruh baya berbalut pakaian baby sitter dengan rambut terikat dibelakang. Aulia yang telah memaksa turun lebih dulu, mendekati ke arah pengasuhnya dengan diikuti oleh Rena dari belakang.

"Non Aulia, Bibi khawatir banget sama Non. Non, baik baik saja kan?" khawatir perempuan paruh baya tersebut berjongkok di tanah dan memeluk erat putri majikannya.

"Maaf, Bu. Saya tadi tidak sengaja lewat sini dan melihat Adik ini menangis, makanya Saya menghampiri takut jika ada apa apa." Tutur Rena pada seseorang tetap berekspesi khawatir sembari memeluk tubuh kecil di depannya.

"Iya, Neng tidak apa apa. Saya yang teledor tadi, kurang memperhatikan Non Aulia sampai terlepas dari tangan Saya. Terima kasih banyak karena Neng mau untuk menjaga Non Aulia, kalau Neng tidak ada.." kata Bi Lastri tak melanjutkan perkataan, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi.

"Iya, Bi sama sama. Lagipula Saya seneng kok ketemu sama Aulia, dia lucu banget, Bi." Rena tersenyum, mencubit kecil pipi bocah kecil tersenyum menggemaskan ke arahnya.

Mereka pun mulai saling berbincang di sebuah kursi taman, karena Aulia masih ingin di pangku oleh penyelamat cantiknya. Namun tiba tiba Rena teringat dengan janji yang telah dibuat dengan kedua sahabatnya, Ia pun bergegas dan mohon pamit kepada perempuan paruh baya masih duduk di bangku taman bersama Aulia, seraya mencium pipi kiri dan kanan bocah kecil berbisik ucapan terima kasih.

Rena memilih untuk berjalan dari arah taman menuju Cafe, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Terlalu sayang kalau harus panggil ojek dan bayar lagi, sementara uang masih dapat dipergunakan untuki kebutuhan lain.

Setibanya di Cafe, Rena mengambil posisi di dekat Andin yang di depan terdapat Sonya tengah asik menikmati makanan. Seperti biasanya, Sonya memang tak pernah bisa diam mengunyah, seakan dirinya terlahir sebagai penikmat makanan saja ke dunia ini.

"Sorry, Gue telat." Rena berucap dalam sesal, meneguk minuman dingin di atas meja tanpa bertanya lebih dulu siapa pemiliknya.

"Lo tuh kebiasaan ya ngaret kalau janjian, gak suka Gue!" protes kesal Andin, menunjukkan sorot mata malas.

"Iya maaf, Gue tahu kok kalau salah. Maafin ya?" sesal Rena kembali, memeasang wajah dibuat imut yang menjadi senjata andalan selama ini.

"Gini nih kalau lagi ada salah, selalu aja senjata terampuh keluar. Kesel Gue!" gerutu Andin seraya membuang napas kasar, dibalas senyum sahabat meraih tangan disampingnya.

"Ih, baik deh! makin cinta sama kamu," goda Rena mengedipkan mata berulang, hingga Andin bergidik jijik sendiri mendengar juga melihat sahabat dengan wajah dibuat imut.

Rena dan Andin terus berbincang membahas ini dan itu tanpa tahu arah pembicaraan, sementara Sonya masih terlalu asik dengan makanannya sendiri. Terus memasukkan makanan meski mult masih begitu penuh, seperti seseorang lama tak makan.

Dengan jahil, Rena menyeret piring berisi makanan di depan sahabatnya, agar berhenti mengunyah. Namun apa yang dilakukan justru membuat Sonya memasang wajah melas seketika.

"Lo iru, makan terus tapi engga gendut gendut. Makanan Lo masuk kemana sih?" kata Andin disam[ih tawa Rena, semakin membuat wajah melas di depannya menjadi kesal dan memajukan bibir kearah dua orang suka meledek.

Makanan coba di ambil kembali Sonya, tanpa menjawab sahabatnya. Namun dengan jahilnya, Rena dan Andin justru menggeser berulang piring berisi makanan di atas meja dan seketika wajah Sonya berubah hendak menangis. Wajah sukses membuat dua sahabatnya tak tega dan mengembalikan piring ke arahnya, ditangkup oleh Sonya untuk di sembunyikan dan dinikmati sendiri.

Waktu dilalui mereka dengan canda tawa juga perbincangan ringa, hingga memutuskan kembali pulang ke kost karena merasa bosan berlama lama duduk. Lagipula, hari juga sudah hampir gelap, yang membuat ketiganya akan takut saat berjalan ke arah kost.

Melewati dua makan untuk bisa sampai di tempat kost, ketiga sahabat karib tersebut tak jarang merasa merinding dan berlari ketika terpaksa kembali dalam keadaan gelap. Mereka pun bergegas pergi meninggalkan cafe, taksi yang dipesan pun sudah tiba di depan cafe siap mengantar ketiganya kembali.

Butuh sekitar 45 menit untuk mereka tiba di kost, dan membersihkan diri sebelum akhirnya berkumpul bersama. Andin, Sonya dan Rena memang memiliki kamar masing masing, namun lebih sering tidur bersama setiap harinya. Tidak hanya satu kamar saja, tapi mereka bergantian kamar tergantung mood yang ada untuk saling bergosip hingga ketiduran.

Meskipun tanpa adanya keluarga di antara mereka, tak membuat kesepian sama sekali karena mampu saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Perhatian, cinta dan kasih sayang dicurahkan tanpa membedakan satu sama lain dan selalu ada ketika dibutuhkan.

Kisah Nyata 2

**STOP PLAGIAT KARYA SAYA! MAU DI YOUTUBE ATAU DIMANAPUN TOLONG LAPOR KARENA SUDAH****DITEMUKAN BEBERAPA YANG HANYA MENGGANTI JUDUL JUGA NAMA TOKOH. **

BUAT PLAGIAT TOLONG HARGAI KARYA SAYA JUGA KISAH HIDUP KELUARGA SAYA!

Esok hari...

Tidak adanya kelas pagi, diputuskan ketiga sahabat itu untuk melakukan jogging bersama. Hanya disekitar tempat kost mereka tinggal saja, sudah cukup membuat terengah dan kelaparan. Terutama Sonya yang tak pernah sanggup menahan rasa lapar.

Kruyuk..kruyuk..

Terdengar keras suara protes dari perut Sonya, menandakan cacing tengah kelaparan dan membutuhkan asupan makanan. Rena dan Andin saling tatap mendengar suara terdengar lucu tersebut, dan mulai terbahak bersama. Mereka memutuskan menyudahi joging dan pergi ke sebuah warung langganan untuk membeli sarapan, selain harganya murah tentu saja rasanya juga sangat enak.

Walaupun hanya warung kecil yang cukup sesak diisi satu meja dan kursi kayu panjang, namun warung yang dijaga oleh seorang Ibu juga anak perempuannya itu sangat ramai dikunjungi. Hampir tiap pagi selalu saja ramai orang orang menyantap sarapan di warung berdinding anyaman bambu tersebut, menikmati rawon juga nasi pecel terkenal enak.

Setibanya di warung dengan banyak kendaraan terparkir di depan, Andin memesan tiga bungkus nasi pecel untuk dinikmati di tempat kost. Selama menunggu pesanan siap, mereka seperti biasa berbincang juga tertawa untuk menyingkat waktu menjenuhkan ketika menunggu.

Menunggu beberapa menit, pesanan pun di antarkan oleh putri pemilik warung dan segera dibayar oleh Rena dari uang dikumpulkan bersama. Mereka berjalan kembali menyusuri jalanan kompleks untuk menuju kost, dan menikmati sarapan yang membuat Sonya menelan salivanya.

"Sabar ya cacing cacing, Sonya." Rena meledek seraya mengusap perut sahabatnya dan tertawa bersama Andin.

"Apaan sih?!" kesal Sonya menepis tangan sahabatnya, makin membuat Rena dan Andin terpingkal mencubit gemas pipi Sonya.

Berjalan tanpa menghentikan ledekan pada Sonya, mereka pun tiba di tempat kost lalu masuk kedalam dapur umum dan keluar kembali untuk menikmati sarapan di teras. Lebih menyukai makan di teras, karena dirasa akan menyebabkan bau ketika harus menikmati makan di dalam kamar.

Dengan lahapnya mereka menyantap nasi pecel dalam bungkusan kertas minyak, sejenak melegakan perut sebelum akhirnya melakukan aktifitas lain. Rutinitas harian yang tak pernah absen, yaitu membersihkan kamar serta mencuci baju lalu membersihkan diri sebelum datang ke kampus untuk kelas siang mereka bersama.

****

"Hm, gila ya tuh Dosen. Masa iya kita di bagi tugas segini banyaknya cuma dalam waktu satu minggu harus selesai?" gerutu Sonya, mendapat anggukan dari dua sahabat juga merasa kesal akan tugas diberikan.

"Eh, Cafe yuk! ada Cafe baru buka tuh, ada live musiknya juga. Denger denger disana juga ada diskon 50% selama opening loh," kata Andin menghentikan langkah dan menghadang dua sahabatnya.

"Serius,Lo?!" tanya Sonya berwajah ceria dengan mata berbinar.

"Lo itu salah kasih info kali, info masalah Cafe ada diskon kok di depan Sonya, ya langsung deh cacing diperutnya berdisko saking senengnya." Rena melirik ke arah perut Sonya, terpingkal kemudian bersama Andin karena selalu berhasil membuat sahabatnya itu manyun.

Cafe tak terlalu jauh dari Kampus, membuat ketiganya memutuskan untuk berjalan saja tanpa memperdulikan terik matahari siang membuat kulit mereka kecoklatan.

Setibanya di Cafe mereka mulai mencari tempat kosnong dengan menatap sekitar dan menemukan tempat di dekat jendela, segera Andin berlari agar tak sampai keduluan orang karena memang sangat ramai saat ini. Duduk santai usai memesan pada pelayan langsung menghampiri, mata ketiganya tertuju pada seorang di balik piano.

Mata mereka berbinar bersama mengamati lelaki tampan tersebut, lelaki yang memang sedari tadi cukup mencuri pandangan setiap kaum hawa yang datang. Decak kagum tak sanggup ditutupi dari ekspresi mereka, terus mengamati hingga air liur hampir tumpah.

"Gila nih suara main piano syahdu banget," gumam Andin memuji.

"Meleleh hati adek, Bang.." seru Rena memegang dada dengan mata berbinar serta telinga terpasang.

"Tuh orang manusia apa maequin hidup?!" kata Sonya dengan nada sedikit meninggi, dibungkam cepat kedua sahabatnya agar tak berlanjut membuat malu.

Tampak sosok lelaki dengan gaya rambut ala oppa korea, berwajah bule. Kemeja putih tergulung hingga lengan, ekspresi penghayatan semua tampak begitu sempurna. Senyumnya indah menghiasi ketika ia menyapa pengunjung Cafe dengan tetap memainkan piano.

Matanya terlihat tajam mempesona, siap membius siapapun yang dipandang, Tak mampu berkata apa apa lagi, Semuanya tampak seperti sebuah keindahan yang tercipta sempurna pada sosok lelaki pemilik jari jari mahir tersebut.

Rena hendak meraih minum di meja, namun matanya tertuju ke arah pintu Cafe. Segera ia bangkit dari duduk dan keluar menghampiri dua orang tampak familiar. Tanpa pamitan dan berucap kata, Ia meninggalkan meja dimana sahabatnya langsung menoleh tajam.

"Eh, mau kemana Lo?!" teriak spontan Andin dan Sonya tanpa menyadari tempat, tak dihiraukan oleh Rena terus menuju arah pintu Cafe. Kedua sahabatnya pun menaikkan kedua bahu bersamaan dengan sorot mata berhadapan tersirat ketidaktahuan.

"Eh, sayang kita ketemu lagi." Rena berucap pada seorang anak kecil tengah dipegangi oleh perempuan tersenyum mengenal juga.

"Aku mau ketemu Papi, Tante." jawab Aulia tersenyum dengan suara manja.

"Papi kamu kerja disini ya, sayang?" tanya lembut Rena, mendapat anggukan dari bocah kecil berikat rambut dua tersebut.

Memberikan senyuman manis dalam ketulusan, Rena meraih tubuh Aulia untuk digendong dan dibawa masuk kedalam Cafe. Mereka menuju ke meja dimana tadi ditempati Rena juga sahabatnya diikuti Bi Lastri dibelakang membawa tas kecil berwarna pink.

"Sepertinya sudah penuh, Bi. Kita duduk di meja sana aja ya? kasian kalau Aulia harus nunggu sama berdiri," ucap Rena menunjuk ke arah meja dekat jendela.

"Anak siapa Lo colong?" tanya Andin terkejut melihat Rena membawa seorang gadis kecil dalam gendongan.

"Anaka Gue lah, Lo aja engga tau kalau Gue udah punya anak." Rena menjawab santai, duduk di tempatnya tadi dan meminta Sonya untuk bergeeser agar Bi Lastri bisa duduk.

Mereka duduk bersama memulai obrolan ringan, dengan Aulia duduk nyaman di atas pangkuan seseorang pernah menyelamatkannya dulu. Terlihat seorang pelayang tinggi kurus menghampiri meja, menyapa dengan nada sopan seraya sedikit membungkuk.

"Nona kecil, mau pesan apa?" tanya pe;ayan tersebut sopan, dibalas gelengan kepala oleh Aulia menandakan jika dirinya tak menginginkan apapun.

"Tidak usah, Mas. Kita cuma mau tunggu Bapak sebentar kok," sahut Bi Lastri mewakili majikan kecilnya.

"Baik, kalau begitu Saya permisi dulu." Tersenyum pelayan lelaki berseragam hitam serta celemek melingkar pada pinggang lalu pergi.

Kisah Nyata 3

TOLONG JANGAN PLAGIAT, KAMI BISA PROSES SESUAI HUKUM. DAN YANG SUDAH PLAGIAT KEMARIN  TOLONG DIHAPUS. BELAJAR, BUKAN MENCURI ITULAH DUNIA MENULIS.

Aulia masih nyaman berada di atas pangkuan Rena, bertingkah menggemaskan seraya bercanda bersama kedua sahabat seseorang telah membantunya dulu.Begitu asiknya bercanda, mereka tidak menyadari akan kehadiran seorang lelaki bertubuh tinggi gagah berdiri di damping meja tempat mereka duduk.

"Papi," seru Aulia pada lelaki tersenyum kecil ke arahnya.

"Hah, Papi?!" terkejut ketiga sahabat tersebut saling beradu pandang tak mampu mempercayai apa yang mereka dengar dari bocah berbalut rok tule.

"Sayang, kok Kamu duduk disini? tadi kan Papi bilang buat tungga dibelakang panggung atau ruangan Papi," ucap Dimas seraya meraih tubuh putrinya untuk digendong.

"Maaf, Pak. Tadi Non Aulia mau duduk disini sama mba Rena," ucap Bi Lastri merasa bersaah tak mematuhi perintah majikannya pada sambungan telpon tadi.

"Maaf, ini semua bukan salah Bibi kok. Saya yang menggendong Aulia kesini tadi," tambah Rena, tak ingin jika Aulia dan pengasuhnya mendapat amarah.

"Papi, ini Tante Rena yang dulu sempat nolong waktu di taman. Waktu Auli lepas dari Bibi," cerita Aulia melingkarkan tangan pada tengkuk lelaki berwajah dingin tersebut dan menunjuk ke arah Rena.

"Oh, maaf. Saya belum sempat mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda karena menolong anak Saya. Saya benar benar mengucapkan terima kasih atas pertolongan Anda waktu itu, jika tidak ada Anda mungkin Aulia sudah tidak tahu bagaimana keadaannya. Sekali lagi terima kasih banyak." tulus lelaki berwajah manis juga tampan itu seraya membetulkan posisi putrinya.

"Iya, Pak. Saya cuma lewat saja waktu itu dan lihat Aulia menangis. Makanya saya hampiri, karena Saya juga suka sama anak kecil." Rena berucap sopan, menyunggingkan senyum cantik.

"Baiklah, kalau begitu Kami pamit dulu. Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya," pamit Dimas.

Setelah berpamitan, Dimas segera meninggalkan meja Rena dan dua sahabatnya. Aulia melambaikan tangan pada tiga orang juga melambai seraya tersenyum ke arahnya. Dia tidak pernah merasakan sentuhan seorang Ibu kandung sebelumnya, selain pengasuh juga seseorang begitu berarti dalam hidupnya yang kini pergi entah kemana.

Aulia memang ditinggalkan oleh Ibu kandungnya dan dirawat oleh seseorang, namun karena sebuah pekerjaan terpaksa Aulia ditinggalkan dan diserahkan sepenuhnya pada pengasuh. Padahal, Dimas berharap jika seseorang itu dapat tinggal dan membantu merawat Aulia meski perbedaan usia terlampau jauh, tapi sifat keibuan sudah dimiliki.

Beberapa waktu setelah kepergian Aulia, Rena dan dua sahabatnya pun kembali ke kost. Sepanjang perjalanan mereka tak henti memuji sosok Dimas dan saling berkhayal dengan pikiran masing masing. Wajah mempesona ditunjukkan, tidak mudah untuk dilepaskan dari ingatan, namun rasa tak percaya jika lelaki itu ternyata sudah memiliki anak turut menghiasi benak mereka.

Ketika awal melihat Papi Aulia bermain piano, mereka sempat mengira jika itu adalah seorang mahasiswa tengah menjalani kerja sampingan. Parasnya masih begitu muda dan dikira seumuran dengan mereka, akan tetapi semua pikiran itu salah begitu mengetahui fakta jika Aulia adalah anaknya.

Tapi fakta itu tak merubah rasa kagum yang sudah ada lebih dulu, mereka tetap mengidolakan sosok Papi muda tersebut tanpa mau memikirkan jika ia telah menikah dan memiliki anak. Sebagai seorang mahasiswa, pikiran mereka memang terkadang suka berhalusinasai sewajarnya para gadis.

****

Esok hari, Rena dan dua sahabatnya tengah berdiri di depan pagar kost menunggu taksi sudah dipesan. Karena hari ini ada kelas pagi dan memaksa mereka harus bergegas ke Kampus menggunakan jasa taksi. Jika harus meminta tolong pada Dio, kekasih Andin pasti akan membutuhkan waktu lebih lama.

Berulang kali melihat GPS pada ponsel, tiba tiba terhenti sebuah mobil Nissan berwarna putih tepat dihadapannya. Rena sempat bingung karena yang di pesan bukanlah mobil Nissan, namun mobil Toyota. Ketiganya mulai mengintip siapa dibalik kaca gelap di dalam mobil, sampai sebuah kaca terbuka sangat lebar dan mengejutkan mereka.

"Tante," sapa seorang anak kecil berseragam TK, mengeluarkan kepala untuk dapat melihat leluasa.

"Aulia?!" terkejut Rena menyahut panggilan dari bocah berikat rambut dua tersenyum lebar kearahnya.

"Kamu kok disini sayang, mau kemana?" tanya Rena sedikit melangkah maju.

"Rumah aku ada disana, Tante." Aulia menunjuk ke arah belakang, dimana terdapat kompleks disana.

"Kamu mau berangkat ke sekolah?" tanya Rena memperhatikan pakaian seragam membalut tubuh bocah kecil di dalam mobil putih tersebut.

"Iya, Tante. Tante sendiri mau kemana?" sahut Aulia seraya memberikan pertanyaan.

"Tante juga mau sekolah, Sayang." Tersenyum perempuan bercelana jeans panjang itu menjawab.

Mendengar putrinya terus berbincang, lelaki berjas hitam tadi bersandar santai di balik kemudi mulai memajukan tubuh untuk menghentikan pembicaraan yang dirasa akan lama. Sementara waktu terus saja berputar, mengharuskan dirinya untuk berpamitan lebih dulu.

"Kita pergi dulu ya, takut Aulia kesiangan!" tegas Dimas, memajukan tubuh menoleh ke arah Rena.

"Oh iya, Pak. Kebetulan taksi Kami juga sudah datang," sahut perempuan mengenakan blouse bunga bunga pink muda itu sopan.

Dimas tidak lagi menjawab, ia kembali menyandarkan punggung nyaman bersiap untuk melaju kembali. Sedangkan taksi yang dipesan Rena memang terlihat mulai mendekat, dipastikan dari aplikasi dalam ponsel ditangan.

"Auli pergi ke sekolah dulu ya? dada, Tante." Aulia melambaikan tangan berpamitan dengan mengeluarkan kepalanya.

Dimas menarik tubuh putrinya, memintanya untuk duduk dan mulai menginjak pedal gas lalu pergi. Perlahan kaca mobil tertutup, menghentikan tangan bocah kecil menurut itu untuk berhenti melambai.

"Gila itu Bapaknya dingin banget," batin Rena menatap kepergian mobil putih itu seraya mengingat sorot mata serta nada bicara digunakan oleh Papi Aulia tadi.

Dimas memang tak pernah terlihat akrab dengan siapapun kecuali seseorang masih mengisi hatinya. Ia tak memiliki niat untuk dekat dengan wanita manapun, sehingga selalu menunjukkan sikap dingin yang terkesan angkuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!