“Kamu gila, Saka!” seru Alana, penuh dengan kemarahan. Alana Mahen Sandoro berteriak begitu
keras mengutuki sahabat kecilnya yang mengajukan permintaan gila padanya. Taman cluster perumahan dimana Alana tinggal emang tampak sepi siang itu. Alana dan Saka emang sengaja ke taman itu, karena Saka ingin berbicara pribadi dengannya.
“Aku gak gila, La. Keluarga aku juga ingin memiliki keturunan. Apakah itu salah?” Bantah Saka dengan suara tertahan, jujur dia juga malu, karena Alana berseru begitu keras, Saka takut kalau ada orang lain yang mendengar perbincangan mereka.
“Tapi Genta bukan anak kamu, Saka! Itu kesalahannya!” seru Alana dengan nada sarkas.
“Dia butuh kasih sayang seorang ayah, La!” jawab Saka, masih menahan suaranya supaya tidak terlalu keras.
“Saka, aku gak butuh belas kasihanmu. Aku masih bisa menghidupi Genta, anakku. Tentunya tanpa campur tanganmu.” Ujar Alana sambil menurunkan intonasi suaranya. Ia tahu bahwa Saka sangat menyayangi anak semata wayangnya yang sudah kehilangan sosok ayah sejak dari lahir.
“Aku tahu bahwa kamu bisa mencukupi makan, tapi dengan gajimu sebagai pegawai kantoran
hanya cukup untuk itu. Kamu gak bisa nyekolahin dia sampai tinggi.” Bantah Saka lagi. Sebagai seorang pengusaha muda dan ahli waris perusahaan garmen yang ternama, belum lagi hotel, resort dan apartemen yang tidak terhitung banyaknya. Jelasnya Saka memiliki kekayaan yang bahkan bisa menghidupi satu kelurahan, tanpa harus mereka bekerja keras.
“Cukup Saka!“
“La… tolonglah. Ini demi Yara.” Potong Saka frustasi.
“Kamu akan lebih menyakitinya dengan permintaanmu itu.” Seru Alana tidak mau kalah.
“La… dia mandul!” bisik Saka lirih.
“Apa??” seru Alana.
Duarrr! Seakan ada listrik jutaan volt menyengat Alana. Dia tau kata kata itu sangat menyentuh hati kewanitaannya. Orang yang divonis seperti itu akan menderita kematian ditengah kehidupan.
Mungkin Alana menderita, ditinggalkan oleh suaminya yang pergi entah kemana, ditengah
tengah dirinya tengah mengandung buah hati mereka. Alana yang harus rela menjadi janda, diusianya yang masih terbilang muda dan harus membesarkan seorang anak laki laki seorang diri.
Dia harus bekerja mati matian demi menghidupi buah hatinya dan orang tuanya. Orang tuanya pun hanya bisa pasrah dengan kehidupan anaknya, karena papa nya sakit sakitan
dan mamanya yang menjaga papa dan buah hatinya.
“La… aku mohon kepadamu.” Ujar Saka lirih, dia tahu Alana sedang dalam konflik batin, terbukti Alana hanya diam saat Saka meraih tangannya dan memohon kepadanya.
“Sak… aku tidak bisa..” lanjut Alana sambil menangis, dia merasa tidak mungkin bisa memenuhi permintaan Saka.
“Lala, tolong aku. Aku juga membutuhkan keturunan. Kamu tahu kalau aku anak tunggal,
ibuku ingin aku bisa memiliki keturunan.” Mohon Saka dengan sorot mata yang menyedihkan, masih memegang tangan Alana yang sekarang dia genggam dengan erat.
Alana tersenyum getir, hanya Sakalah yang sering memanggilnya dengan panggilan ‘Lala’
… karena dulu Alana kecil belum bisa menyebutkan namanya dengan bener. Sehingga Alana hanya menyebut dirinya Lala, apabila ada yang menanyakan namanya.
Saka, Narendra Sakabumi, adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka berdua bermain dan bertumbuh
bersama. Bersekolah di sekolah yang sama, walau tidak berakhir di kampus yang sama, karena Saka melanjutkan kuliahnya keluar negri, sedangkan Alana harus puas dengan beasiswanya di universitas negri ternama, karena tak punya biaya
yang cukup untuk bersekolah tinggi.
“Saka… aku..” kata kata Alana tidak lagi bisa ia lanjutkan karena ponsel Saka bergetar keras.
Drrrrt drrrt drrtrt.
“Maaf, aku akan angkat telpon dulu. Ini dari ibu.” Kata Saka meminta maaf, karena harus memotong pembicaraan serius yang sedang mereka lakukan.
“Halo… ada apa, bu? Apa? Baiklah, Saka akan langsung kesana.” Lanjut Saka dengan raut wajah cemas.
“Ada apa,Sak?” tanya Alana yang seakan mendapat firasat buruk dari telepon yang barusan Saka terima.
“ Yara masuk rumah sakit. Dia pingsan tadi dirumah. Sekarang ibu sudah membawa Yara ke rumah
sakit.” Jelas Saka dengan wajah khawatir. Saka tahu apa yang terjadi dengan Yara, panggilan mesra Saka kepada Ivara Kusuma, istrinya. Oleh karena itu dia memohon kepada Alana, sebuah permintaan yang dianggap gila oleh sahabat kecilnya itu. Alana hanya menghela nafasnya kasar.
“Belum saja dia tahu akan permintaanmu padaku dia sudah pingsan, apalagi dia tahu kalau
suaminya memohon sesuatu yang bakal menyakiti hati istrinya, Yara akan semakin kecewa. “ kata Alana dengan senyum meremehkan, nada bicaranya sedikit ketus.
“Dia yang meminta itu. Jadi kamu tidak usah khawatir. Ikutlah aku ke rumah sakit. Kamu akan tahu.”
Lanjut Saka dengan suara lirih.
“Genta dirumah hanya bersama mama, Sak! Aku khawatir…”
“Aku juga memikirkan Genta, aku juga khawatir kepadanya, maka ijinkanlah aku menjadi daddynya. " kata Saka dengan nada sedikit memaksa.
“ Kamu gila, Sak! Aku belum menyetujui permohonan gila mu!” Sahut Alana kesal.
“ Maaf, aku mengerti kekhawatiranmu, aku akan menyuruh, Lio, untuk menemani Genta dirumah bersama mama dan papa. “ kata Saka sambil mengacak rambutnya kebelakang, tanda ia sedang cemas.
“Baiklah… aku akan ikut untuk menjenguk Yara. “ ujar Alana sambil mengikuti Saka ke mobilnya yang diparkir tidak jauh dari situ.
***
Narendra Sakabumi Perdana, sahabat kecilnya adalah laki laki yang sangat tampan, pewaris
tunggal perusahaan garmen ternama, yang juga memiliki beberapa usaha hotel dan
resort di luar negri, banyak wanita yang tergila gila padanya.
Kenapa harus aku? Orang biasa, dengan wajah yang biasa biasa saja, batin Alana tidak percaya diri.
Berbeda dengan Ivara, memang Yara anak yatim piatu, dia dibesarkan oleh keluarga pamannya yang merupakan pengusaha hotel di Singapura. Kecantikkan Yara sungguh luar biasa. Dia sangat sempurna, kebaikkan hati dan wajahnya yang cantik merupakan kesempurnaan
yang Tuhan sudah berikan untuk hidupnya. Banyak pria yang tergila gila padanya. Dan Saka adalah salah satu pria yang beruntung. Apalagi Saka adalah laki laki yang sangat tampan. Mereka bertemu saat peresmian resort keluarga Saka di Singapura.
Saka sangat beruntung, karena diantara semua pria yang memujanya, Yara hanya memilih Saka. Saka adalah laki laki pertama yang menjadi kekasih dan akhirnya menjadi suami Yara.
Akan tetapi benar kata orang, kesempurnaan hanya milik Allah semata, karena ternyata ditengah kesempurnaan paras dan hatinya, Yara memiliki kekurangan. Yara divonis mandul. Dia tidak bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri.
Alana menghela nafasnya lagi. Keheningan mewarnai perjalanan Saka dan Alana ke rumah
sakit. Saka pun hanya bisa mencuri curi pandang melirik sahabatnya yang bermuram durja. Entah apa yang sedang Alana pikirkan.
“Kamu sudah makan siang, La?” tanya Saka berbasa basi, memecah keheningan di dalam mobil.
“Belum!” Jawab Alana singkat.
“Bisa gak kamu focus aja nyetirnya,gak usah banyak nanya nanya yang gak penting, supaya kita bisa cepet sampai rumah sakit. Masa kamu gak khawatir dengan pingsannya Yara?” lanjut Alana sedikit kesal.
Jujur Alana masih shock, dengan permohonan Saka dan masuknya Yara ke rumah sakit. Dia
dilemma, galau, apapun itu namanya, yang pasti dia bingung.
“Dia sudah sering begini, La!” ucap Saka lirih, dia tahu apa yang terjadi tapi dia menghargai permintaan istrinya untuk tidak menceritakan tentang penyakitnya.
“Jadi kamu sudah tahu penyakitnya?” tanya Alana lagi. Wajahnya memandangi ekspresi Saka yang terlihat gugup, entah apa yang dia sembunyikan. Sebenernya Alana gak ambil pusing dengan apa yang terjadi dengan keluarga Saka, walau Saka adalah temannya
sedari kecil tapi dia tahu urusan rumah tangga adalah urusan yang sangat sensitive.
Seandainya Saka tidak meminta sesuatu yang aneh sama dia, tentu Alana tidak pikiran seperti ini.
.
.
.
TBC
Sebenernya Alana gak ambil pusing dengan apa yang terjadi dengan keluarga Saka, walau Saka
adalah temannya sedari kecil tapi dia tahu urusan rumah tangga adalah urusan yang sangat sensitive. Seandainya Saka tidak meminta sesuatu yang aneh sama dia, tentu Alana tidak pikiran seperti ini.
Saka hanya menghela nafasnya, terdiam, bingung mau jawab apa. Dia gak mau bohong dengan
Alana, tapi tidak bisa mengingkari janjinya dengan Yara.
“Tanyalah Yara, dia akan menjawab pertanyaanmu lebih baik lagi.” Jelas Saka singkat.
“Apalagi yang kalian sembunyikan? Kalian berdua benar benar gila. Kumohon… bukankah kamu
mencintai Yara? Jangan tempatkan aku ditempat yang sulit seperti ini. Aku ini seorang janda dengan tanggungan yang banyak. Plisssss jangan menzolimi aku seperti ini.” Sergah Alana dengan nada ketus.
“Aku bukannya mau menzolimi kamu. Bukannya ini sebuah permohonan kecil dari seorang
pria yang membutuhkan keturunan. Aku akan menafkahi Genta dan kamu, kamu gak perlu lagi menanggung apa apa. Bahkan aku bisa menafkahi papa dan mama,
menyembuhkan penyakit jantung papa. Bukankah ini sebuah win win solution buat kita bersama.” Jelas Saka dengan sabar, dia tahu ini sulit bagi Alana, tapi dia harus bisa menaklukan Alana demi keinginan istrinya, Yara.
“Tapi kita tidak saling cinta, Saka….” Sahut Alana dengan nada memancing. Alana tahu, dia dapat dengan mudah jatuh cinta dengan Saka, karena dia memang dulu pernah memiliki rasa itu dengan Saka, tapi itu dulu. Dia tak tahu dengan perasaan Saka. Tapi tatapan Saka saat ini tak dapat ia deskripsikan dengan kata kata. Alana mengubur rasa nya kepada Saka saat ia tahu Saka dekat dengan Yara ketika di Singapura, kemudian Alana mencoba menerima cinta Irvan Sanjaya, yang mengejar ngejar dirinya, menikah dengannya, dan
akhirnya hamil.
Tapi naasnya Irvan malah meninggalkannya, bahkan dia juga tidak tahu kemana Irvan pergi, karena hanya ada surat cerai yang terkirim dirumahnya, menandakan bahwa Irvan sudah memutuskan tali pernikahan dan silaturahim antar
mereka. Jangankan menafkahi, Irvan bahkan tidak pernah peduli dengan kabar buah hatinya, yaitu Genta Putra Alana.
Saka hanya diam, dia tidak bisa mengatakan apa apa kepada Alana tentang apa yang ia rasa. Tapi dia memperlihatkan rasa sayang kepada Alana, apalagi saat Alana ditinggalkan dan diceraikan dengan suaminya, Saka lah yang menemani Alana melewati masa masa sulitnya. Ketika Alana melahirkan Genta, Saka juga yang menemani Alana melahirkan. Saka tidak tahu, apakah definisi perhatian dan rasa sayangnya kepada Alana.
Dia merasa sakit hati saat Alana terluka dan merasa jatuh hati saat melihat Genta Putra Alana, anak dari Alana.
“La, aku tidak tahu bagaimana bisa meyakinkan kamu. Memang kuakui mungkin permintaanku
terlalu berlebihan, tapi Yara hanya percaya kepadamu. “ dengus Saka ringan.
Beban di hatinya begitu berat, dia merasa lebih mudah menjalankan perusahaan
perusahaannya ketimbang harus menghadapi masalah yang rumit seperti ini.
‘Ya Allah, kuatkan hamba ya rabb..’ batin Saka sambil menghela nafasnya berat. Sulit
banget meruntuhkan hati Alana, ini kalau gadis lain diajak nikah sama Saka
pasti langsung ‘yes’ , kenapa Alana sulit banget yaa? Apa dia gak suka sama aku? Pikir Saka lagi.
“Kenapa harus aku?” tanya Alana lagi, dia masih tidak percaya kalau Saka mengajaknya
menikah, dan menjadi istri kedua, karena keluarga Saka menginginkan keturunan dari Saka, yang pastinya tidak mungkin dipenuhi oleh Yara, karena dia mandul, sehingga Alana diminta menjadi rahim
pengganti.
“Karena Yara percaya sama kamu, dia hanya mau dimadu sama kamu.” Lanjut Saka lagi. Saka
merasa perjalanan dari rumah Alana sampai rumah sakit terasa panjang. Dia sebenernya tak sanggup membohongi Alana, dia ingin mengatakan yang sebenernya,
tapi Yara tidak ingin Alana mau karena kasihan kepadanya.
Arrrghh, kenapa jadi rumit seperti ini sih! , batin Saka lagi.
“Saka… aku tahu ada yang kamu simpan, kita bersahabat bukan hanya setahun dua tahun, kita berteman dari kecil, kamu tidak bisa membohongiku.” Kata Alana dengan lembut, dia tahu cara mengorek rahasia Saka, yaitu dengan kelembutan.
“Turunlah.. kita sudah sampai. Jawaban dari pertanyaanmu ada disana.” Katanya sambil
menunjuk kea rah rumah sakit.
“Baiklah…aku akan memberimu jawaban saat aku sudah tahu yang sebenarnya.” Jelas Alana
sambil turun dari mobil Saka. Alana merasa ada di persimpangan. Dia sebenarnya tidak ingin ikut campur dalam masalah Saka dan Yara. Kehidupannya saja sudah rumit.
Dia tidak ingin menambah kerumitan dengan kepo masalah rumah tangga orang lain, sekalipun itu sahabatnya sendiri. Tapi dia juga sadar kalau selama ini, yang membantu
kehidupannya, membantunya saat dia terpuruk dan menolongnya adalah Saka, sahabatnya itu.
Mereka masuk di sebuah ruangan VVIP, tempat dimana Yara dirawat.
“Yara, apakah kamu baik baik saja? Kenapa kamu pingsan?” tanya Alana dengan nada khawatir, saat melihat Yara duduk di ranjang rumah sakit itu, ditemani oleh ibu, dan ayah Saka.
“Aku tidak apa apa, Al…duduklah disini, aku tahu kamu pasti memiliki banyak pertanyaan untukku kan? Kemarilah… Bolehkah aku bicara berdua dengan Alana, Bu? Yah? Mas
Rendra?” tanya Yara kepada semua orang yang ada di kamar rawat inap itu.
Rendra adalah sebutan kesayangan Yara untuk Saka. Mereka yang baru mengenal Alanabtidak pernah memanggil Lala tapi Al atau Nana. Hanya Saka yang memanggil Alana
dengan sebutan Lala.
“Baiklah… kami tinggal dulu. Alana, kami keluar dulu. “ kata Langit Perdana, ayah Saka.
“Hmm..” Alana hanya bergunam dan mengangguk sopan. Dia sangat tidak mengerti dengan perubahan wajah ayah dan ibu Saka yang terlihat sangat sedih.
“Duduklah, Al” perintah Yara sambil tersenyum lembut. Wajahnya masih pucat dan terlihatblemas, Alana jadi tidak tega melihat pemandangan yang begitu memprihatinkan.
“Istirahatlah, Yara… aku akan balik besok, kamu masih terlihat begitu lemah. Mungkin karena kamu kurang beristirahat. Sebenarnya apa sih kerjaanmu? Ibu bos yang bisa
ongkang ongkang kaki dirumah. Jangan buat dirimu capek sendiri, Yara!.” Sergah Alana dengan nada yang keras. Ia tidak ingin Yara memaksakan diri untuk bicara
dengannya yang akan berakibat menurunnya kesehatan nya kelak.
“Tidak apa apa, Al… mungkin waktuku sangat singkat. Bagaimana dengan permintaan mas Rendra? Kamu akan mengabulkannya kan?” tanya Yara dengan nada lembut.
“Yara, tolong singkirkan pikiran gilamu. Aku tidak akan menikah dengan Saka atau yang kau
biasa sebut Rendra mu itu. Kami tidak saling cinta, Yar! Dan dia hanya
mencintaimu. Apa kamu mau melihat kemesraan kita didepan matamu? Bukankah itu
akan sangat menyakitkan untukmu?” sergah Alana dengan nada sinis. Inilah yang Yara suka dari sahabat suaminya itu, dia sangat blak blakan, tanpa tedeng aling aling, setia dan jujur. Itulah sebabnya Yara memilih Alana sebagai istri kedua Saka dan ,menjadi rahim pengganti sehingga Saka bisa memiliki keturunan melalui Alana. Yara rela dimadu oleh Saka karena dia sangat menyadari kekurangannya dan
penyakitnya yang dia sembunyikan dari Alana.
“Al, kamu kan sudah tahu kalau aku tidak bisa memberikan mas Rendra keturunan. Aku mohon,
biarlah dia memiliki keturunan dari rahimmu. Agar aku juga bisa membantu mas Rendra menimang anaknya. Dan lagi Genta tidak akan kekurangan kasih sayang dari ayahnya. Karena Saka bisa memberikan kasih sayang kepada Genta.” Bujuk Yara lagi.
.
.
.
TBC
Itulah sebabnya Yara memilih Alana sebagai istri siri Saka dan ,menjadi rahim
pengganti sehingga Saka bisa memiliki keturunan melalui Alana. Yara rela dimadu
oleh Saka karena dia sangat menyadari kekurangannya dan penyakit yang dia sembunyikan dari Alana.
“Al, kamu kan sudah tahu kalau aku tidak bisa memberikan mas Rendra keturunan. Aku mohon,
biarlah dia memiliki keturunan dari rahimmu. Agar aku juga bisa membantu mas
Rendra menimang anaknya. Dan lagi Genta tidak akan kekurangan kasih sayang dari
ayahnya. Karena Saka bisa memberikan kasih sayang kepada Genta.” Bujuk Yara
lagi.
“Jadi aku ini hanya seorang rahim pengganti? Lalu kalau ternyata Saka atau mas Rendra mu
lebih memilih aku atau lebih menyayangiku apa kamu tidak iri atau cemburu? “
tanya Alana dengan senyum mengejek.
“Sudahlah Yara… aku tidak bisa melakukan itu. Kalau aku punya suami … jelas aku ingin
memilikinya sendiri! Genta tidak akan kekurangan kasih sayang dari seorang
ayah, dia masih punya kakek.” Lanjut Alana dengan nada lelah, dia kasihan
melihat Yara yang sedang sakit, pucat dan lemas. Tapi dia juga tidak mau kalah
argument dengan Yara. Dia tidak bisa di duakan, Alana juga yakin kalau Yara
juga begitu.
“Al, aku mohon. Cepat atau lambat, mas Rendra akan mencari istri lagi. Aku justru gak
mau kalau dia mendapat istri yang tidak solehah, yang gak baik.” Rayu Yara
lagi, dia gigih harus mendapatkan Alana. Alana harus jadi istri kedua mas
Rendranya.
“Aku bukan orang baik, Yar! Aku juga bukan orang yang solehah. “ potong Alana cepat,
mengingat sholatnya pun bolong bolong, dan dia bukan muslim yang baik.
“Maksudku, kamulah yang terbaik untuk mas Rendra. Kamu mengerti dia, bisa menasehati dia,
bukan karena ingin hartanya, tapi karena kamu ingin yang terbaik untuk mas
Rendra. Aku akan menuruti semua syarat yang kamu ajukan. Bahkan kalau kamu
ingin aku bercerai dari mas Rendra supaya kamu bisa memiliki dia seutuhnya, aku
pun setuju. Asal kamu yang menjadi istri mas Rendra dan bukan wanita lain yang
tidak kukenal. Dan aku juga hanya ingin membantu menimang anak mas Rendra,
walau bukan dari rahimku sendiri.” Sahut Yara dengan kekuatan yang dia miliki,
dia merentet semua yang ada di pikirannya dan berakhir dengan nafasnya menjadi
tersengal sengal, membuat Alana menjadi khawatir. Alana tidak benar benar marah
dengan Yara, dia cuman jengkel karena permintaannya tidak masuk akal. Masa ada
seorang wanita yang ingin dan rela dimadu. Malah mencarikan istri buat
suaminya. Alana menggeleng gelengkan kepalanya dengan cepat. Dia ingin mengusir
halu yang saat ini ada di kepalanya.
Dia berharap apa yang harus dia hadapi saat ini adalah mimpi. Seorang wanita cantik yang
kekeuh memaksa dia untuk menikahi suaminya.
“Yara, kenapa harus aku? Aku ini janda, aku ini punya anak, aku ini gak cantik,
pastinya gak secantik kamu. Aku seumuran dengan Saka, mas Rendramu. Masa kamu
mencari madu untuk suamimu kok lebih tua dari istrinya, lebih jelek dari
istrinya. Kamu bener bener sudah gak waras. Kalian berdua sama saja…” keluh
Alana lemah.
“Karena kamu adalah Alana, wanita kuat yang bisa mendampingi suamiku. Wanita tegar yang
teruji oleh banyak masalah. Justru karena kamu janda, maka mas Rendra ingin
menaikkan derajatmu, ingin melindungimu dari cowo cowo gak bener di luar sana.
Melindungi Genta, supaya dia memiliki kasih sayang seorang ayah. Kamu bukan
wanita penggoda seperti cewe cewe diluar sana, yang akan silau melihat harta
suamiku. Dan aku suka karena kamu adalah sahabatku, saudaraku. Aku yakin kamu
tidak akan memanfaatkan kelemahanku atau menghinaku , yang tidak bisa memberi
kebahagiaan keluarga yang utuh untuk mas Rendra. “ jelas Yara lagi, kali ini
ada anak sungai di pipinya yang halus. Yara menangis, Alana menjadi semakin
tidak tega. Alana membuang pandangan wajahnya keluar jendela. Alana tahu
sebentar lagi dia juga akan menangis, matanya sudah panas dan hidungnya sudah
memerah.
Alana benar benar diperhadapkan ada dilemma, kalau diterima berarti dia harus mempersiapkan
diri untuk hamil dengan Saka. Kalau tidak diterima, dia didesak terus, ini akan
lebih sulit baginya untuk bergerak bebas. Dia tahu Yara sangat gigih. Entah apa
yang ada dipikiran wanita itu, rela dimadu seperti ini. Ya Allah.. cobaan
apakah ini?, batin Alana sambil menghela nafasnya yang dirasakan kian berat.
“Baiklah…” jawab Alana lemas. Energinya untuk menolak sudah terkuras habis.
“Baguslah!!” ada sinar bahagia di wajah Yara yang pucat. Alana hanya tersenyum lemah.
“Sehatkan badanmu dulu..” lanjut Alana, melihat semangat 45 di wajah ayu nya yang pucat.
“Tidak, harus diselesaikan sekarang, aku akan memanggil penghulu yang sudah kuhubungi
kemarin.” Kata Yara dengan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya yang cantik.
“Bagaimana kamu tahu kalau aku bakal setuju? Bagaimana kamu bisa menghubungi penghulu?
Ayahku sedang sakit di rumah dan dia tidak akan bisa menghadapi ini.” Bantah
Alana kaget. Dia tidak menyangka kalau Yara sudah mempersiapkan segalanya.
“Aku tahu
kamu bakal setuju. Ini seperti feeling seorang istri pertama.” Sahutnya santai,
membuat Alana jadi tambah jengkel, ternyata dia dipermainkan oleh sahabatnya
ini.
“ Yaraaaaa…. Kamu kamu..” seru Alana kehabisan kata kata. Dia mau mengumpat, gak tega karena
Yara emang terlihat sakit dan pucat.
“Baiklah, aku mau menyuruh mereka semua masuk dan menjadi saksi. Penghulu hari ini juga
akan datang. Aku hanya ingin kamu sah sebagai istri mas Rendra hari ini.” Entah
karena terlalu bahagia, atau emosi yang berlebihan membuat Yara seperti
tersengal sengal.
Alana hanya bisa menekan emosinya melihat kebahagiaan Yara, raut wajahnya begitu bahagia.
“Aku sudah menghubungi mas Rendra untuk mempersiapkan segalanya. Sebentar lagi mereka akan
masuk.” Kata Yara setelah mengetikkan pesan di layar ponselnya.
Alana hanya bisa mengelus dada saja melihat kelakuan Yara. Dia masih belum bisa berfikir
jernih melihat kejadian kejadian yang menimpa dirinya itu rentetannya begitu cepat.
“Yara, aku punya tiga syarat, yang harus kalian penuhi. Baru aku akan menikah dengan Saka.” Kata Alana sambil
menunjukkan 3 jarinya.
“Apa itu Al? Mudah mudahan tidak berat sehingga aku bisa memenuhinya.” Tanya Yara antusias.
“Yang pertama, aku tidak ingin serumah dengan kalian. Silahkan kalian pikirkan
caranya. Seperti yang kukatakan tadi, aku tidak bisa berbagi. Dan aku ingin
Genta tidak kaget dan bingung dengan kenyataan kalau ayah tirinya juga memiliki
istri lain selain ibunya.” Kata Alana
“Oke! Apakah aku perlu cerai dengan mas Rendra?” potong Yara cepat.
“Kamu gila!! Kamu tu istrinya ! Kok malah kepingin cerai sama Saka sih?” bentak Alana tidak
sabar dengan kelakuan Yara yang menurutnya aneh.
“Ya aku takut kalau kamu cemburu.. atau nanti kamu sulit untuk membuat Genta mengerti.”
lanjut Yara dengan gugup, takut Alana akan menangguhkan keputusannya untuk
menikah dengan mas Rendranya.
“Aku kan istri keduanya Yaraaaaa… Sudah, aku gak mau kamu bercerai dari Saka, tapi aku mau tinggal pisah rumah dengan kalian, termasuk aku juga tidak ingin tinggal bersama ayah dan ibu.” sergah Alana kesal.
.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!