Setiap wanita pasti menginginkan sebuah pernikahan yang bahagia dengan berlandaskan cinta. Namun yang Anna dapatkan hanya sebuah kebencian dari Zion.
Zion Shalimar, laki-laki yang sudah Anna cintai dari kecil. Laki-laki yang selalu menganggap dirinya salah dalam melakukan apapun. Laki-laki yang tak pernah menganggapnya ada di dunia.
Anna dan Zion menikah karena sebuah perjodohan. Orang tua Anna dan Zion adalah sahabat meskipun status sosial mereka berbeda.
Pernikahan itu sudah terjalin hampir dua tahun lamanya, tapi Anna tak pernah dianggap oleh Zion. Bahkan melakukan hubungan suami istri pun belum pernah sama sekali. Hingga Anna pun merencanakan satu hal gila.
"Anna!! Apa yang kamu lakukan padaku!?" marah Zion ketika merasakan hawa panas dari dalam tubuhnya.
"Maafkan aku, izinkan aku untuk memiliki tubuhmu malam ini. Aku janji, setelah ini akan menghilang darimu. Aku bahkan sudah menyiapkan surat cerai yang sudah aku tandatangani."
"Arghh! Jangan kurang ajar Anna!" pekik Zion ketika Anna mulai menjadi liar di atas ranjang.
Sejujurnya Anna pun takut pada Zion, tapi sebelum dia benar-benar menghilang, setidaknya dia ingin sekali saja menikmati malam indah bersama Zion dan membiarkan Zion jadi yang pertama dalam segala hal di hidupnya.
Anna mulai mencium bibir Zion. Lalu membuka seluruh pakaiannya dan pakaian Zion. Kalau tanpa obat perangsang, mana mungkin Zion mau menjamah tubuhnya.
Setelah pelepasan terjadi, Zion tampak langsung tertidur. Berbeda dengan Anna yang malah menangis di pinggiran ranjang.
"Aku bahkan harus jadi wanita murahan dulu untuk bisa mendapatkan tubuhmu, Zion. Kenapa kamu tidak bisa mencintaiku? Kenapa? Huhu. Aku tahu, tahu betul kamu memang telah mencintai wanita lain sebelum kita menikah. Katanya seiring berjalannya waktu dan seringnya bersama, cinta akan tumbuh dengan sendirinya, tapi ternyata itu tak berlaku pada hubungan kita."
Anna bangkit dari ranjang untuk mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai sambil menahan rasa sakit di area intinya. Selesai mengenakan pakaian, Anna mengambil koper yang memang sudah dia persiapkan sebelumnya serta meletakkan surat cerai di atas meja.
"Aku pergi, Zion. Terima kasih untuk malam ini."
*
*
Sinar mentari yang masuk lewat celah-celah ventilasi kamar membuat Zion terbangun dari malam panjangnya. Kepalanya tampak sedikit pusing. Zion menyandarkan tubuhnya di ujung ranjang sambil memahami situasi apa yang sudah terjadi tadi malam.
Zion melihat pakaiannya yang berserakan di lantai. Seketika, dia tersadar dan bangkit dari ranjangnya. Satu hal yang membuatnya terkejut adalah, ada noda darah di sprei nya. Zion benar-benar tak menyangka bahwa Anna benar-benar masih virgin. Namun, meski begitu, tak langsung membuat Zion tak membenci Anna.
Zion memakai pakaiannya dan memanggil-manggil nama Anna di setiap sudut rumah. Dia ingin melampiaskan kemarahannya pada wanita itu. Sayangnya, Zion tak mendapatkan jawaban. Ketika dia membuka lemari baju Anna, disana sudah kosong. Ditambah ada surat cerai di atas meja yang telah Anna tandatangani.
Untuk sesaat, Zion benar-benar dibuat tercengang. Zion pikir, ucapan Anna semalam hanya sebuah kebohongan belaka. Karena selama ini, Anna selalu terima-terima saja perlakuan yang dia berikan.
"Rupanya kamu benar-benar pergi ya? Lihat saja Anna! Aku tidak akan tinggal diam. Kamu sudah sangat kurang ajar padaku!"
*
*
Sembilan tahun kemudian, di negara Itali, disanalah Anna memilih untuk menetap setelah pergi dari kehidupan Zion. Dia tak menyangka, kejadian di malam itu, menghadirkan dua anak kembar laki-laki ke dalam hidupnya. Padahal dia hanya melakukannya sekali.
Kalau ditanya, apa Anna sudah melupakan Zion atau belum, jawabannya adalah belum. Dirinya boleh saja pergi dari hidup Zion, tapi rasa cintanya tak bisa. Karena dia sudah mencintai Zion terlalu dalam. Bodoh memang.
"Anna, kamu dipanggil sama Prof Jack untuk ke ruangannya. Anak-anak kamu sedang berulah disana."
"Oh, ya ampun! Kalau begitu aku kesana dulu ya."
Prang! Prang!
Suara pecahan kaca terdengar begitu jelas di telinga Anna ketika dia sudah berada dekat dengan ruangan Prof Jack.
"Ya ampun, apa yang dilakukan anak-anakku!"
Anna segera berlari untuk memasuki ruangan. Dia bahkan langsung masuk saja tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Grandpa jahat! Kenapa membuat Mommy selalu sibuk disini sepanjang hari!? Kami ingin punya waktu sama Mommy!"
"Al, El, hentikan! Jangan buat kekacauan lagi!" ucap Anna dengan sedikit berteriak.
"Mommy!" ucap keduanya yang langsung menghampiri Anna dan memeluk wanita itu.
"Haah!"
Helaan napas panjang terlihat dari Prof Jack. Laki-laki sepertinya tengah marah dan kesal saat ini.
"Anna, anak-anak mu, sudah membuat aku pusing. Dia sudah membuat kekacauan di ruangan ku dan di dalam komputer pribadiku. Aku tidak bisa mengaksesnya sama sekali," ucap Prof Jack mengeluhkan kelakuan si kembar.
"Al, El, coba cerita ke Mommy, bisa?" pinta Anna dengan lembut.
Kedua putra kembarnya itu melepas pelukannya dari Anna. Bukannya menjawab, mereka malah bersidekap dada.
"Semuanya salah Grandpa pokoknya! Kalau Grandpa tidak sekejam ini ke Mommy, kita berdua pun nggak akan berbuat kekacauan, betulkan Elgan?"
Elgan mengangguk setuju.
"Ini bukan salah Grandpa. Ini memang pekerjaan Mommy. Minta maaf dulu sama Grandpa."
"Nggak mau!" jawab keduanya kompak.
Anna tampak menghela napasnya kasar. Dia pun meminta maaf atas kesalahan kedua putranya ke Prof Jack.
"Maafkan kekacauan yang sudah dibuat oleh anak-anakku Prof. Aku akan membereskan semua kekacauan ini."
"Kalau untuk kekacauan pecahan kaca yang dipecahkan oleh Algaf, aku bisa membersihkannya, tapi tidak dengan apa yang sudah diperbuat oleh Elgan. Komputerku tak bisa aku operasikan sama sekali, entah apa yang sudah dia lakukan."
"El? Mau lihat Mommy marah?"
Ditanya seperti itu membuat Elgan cemberut dan berjalan ke tempat komputer milik Prof Jack. Anak laki-laki itu tampak sedang berkutat disana.
"Sudah selesai, sudah bisa Grandpa gunakan lagi," ucap Elgan dengan mudahnya.
Ya, Elgan memang memiliki kecerdasan yang luar biasa di bidang IT. Berbeda dengan Algaf yang mahir dalam bidang olahraga terutama beladiri.
"Maafkan kami Grandpa, kami memang sengaja berbuat kekacauan. Tapi kalau Mommy tidak sering berkerja sampai malam, kami akan jadi anak baik."
Sekesal-kesalnya Prof Jack ke si kembar, dia tak akan bisa lama. Dia pun sebetulnya mengerti kalau si kembar menginginkan Anna untuk lebih sering di rumah bersama mereka.
"Lain kali, jangan diulang lagi. Grandpa akan usahakan Mommy kalian tidak akan bekerja lembur lagi."
"Thank you Grandpa. We love you."
Hanya dengan ungkapan rasa sayang itu, Prof Jack bisa langsung mereda marahnya.
"Anna, kamu boleh pulang sekarang. Biar yang lain saja yang melanjutkan pekerjaan kamu. Untuk kekacauan ini, aku akan meminta petugas kebersihan untuk membersihkannya."
Anna mengangguk sambil menggandeng kedua putra kembarnya yang nakal. Sungguh dia tak menyangka ternyata kedua anak kembarnya menuruni semua sikap dari Zion. Tak ada satu pun yang menurun darinya.
Mengingat tentang Zion, bagaimana kabar laki-laki itu? Anna sungguh penasaran.
*
*
TBC
Di rumah, Anna menyiapkan makan malam untuk kedua putra kembarnya. Keduanya tampak sangat lahap makannya. Anna yang melihat itu pun jadi ikutan senang.
"Enak?" tanya Anna ke si kembar.
Si kembar Al dan El pun mengangguk sebagai tanda jawabannya.
"Habiskan makanannya, setelah itu kita bicara."
"Oke Mommy."
Beberapa menit kemudian, mereka sudah berpindah ke ruang tamu. Mereka tinggal disebuah apartemen minimalis.
"Dengarkan ucapan Mommy, lain kali jangan buat kekacauan lagi. Kasian Grandpa Jack kalau kalian sering berbuat ulah."
Si kembar pun hanya memanyunkan bibirnya. Lalu Elgan mulai menyuarakan isi hatinya.
"Iya Mommy, lagipula kita kan tadi sudah minta maaf. Grandpa pun sudah memaafkan kita. Jadi, tidak usah dibahas lagi Mommy. Lagian, apa tidak bisa Mommy jangan kerja aja? Aku dan Algaf bisa kok cari uang. Mommy kan tahu sendiri seberapa jeniusnya aku dan seberapa kuatnya Algaf."
Spontan Anna langsung menggeleng. Mana tega dirinya membiarkan anak yang baru berusia 8 tahun untuk bekerja. Meskipun tahu kemampuan anak-anaknya setara dengan orang dewasa, tapi tetap saja umur mereka masih sangat muda.
"No, tugas kalian itu cuma belajar dan belajar."
"Mommy nggak asik!" ucap Elgan sambil bersidekap dada.
"Iya, di sekolah kami bosan Mom. Semua pelajarannya sudah kami kuasai. Jadi untuk apa belajar?" Kali ini Algaf yang bicara.
Anna menggelengkan kepala. Dia hanya ingin anak-anaknya itu menjadi anak normal seusianya yang main bersama teman seusia mereka. Bukan malah main komputer dan alat beladiri lainnya.
"Ingat ya kalian berdua, di sekolah jangan terlalu menunjukkan kalau kalian berdua itu jenius. Mommy nggak ingin kalian jadi sorotan."
"Iya tau Mom, Mommy udah bilang itu ratusan kali. Telinga aku bisa b*deg, kalau tiap hari diingatkannya itu-itu terus," jawab Algaf.
*
*
Di lab tempat kerja Anna sebagai cosmetic chemist, sedang sibuk-sibuknya meracik produk skincare merk terbaru. Makanya Anna sering lembur dan meninggalkan anaknya sendirian di dalam rumah. Sebetulnya ada satu pelayan yang ditugaskan untuk menjaga si kembar hanya saja cuma sampe sore. Setelah itu, pelayan itu akan pulang ke rumahnya.
Di tengah kesibukannya itu, Anna dipanggil oleh Prof Jack ke ruangannya. Anna selalu was-was jika dipanggil ke ruangan Prof Jack, karena sebagian besar pasti adalah ulah kedua putra kembar nakalnya. Namun, ketika Anna sudah berada di ruangan, dia bisa bernapas lega.
"Ada apa ya Prof?" tanya Anna.
"Begini Anna, aku ingin kamu terbang ke Jakarta untuk menggantikan tugasku."
Baru mendengar nama kota itu disebut saja, tangan Anna sudah mulai berkeringat dingin. Sudah lama sekali Anna meninggalkan kota kelahirannya dan juga kenangan masa lalunya. Tapi, anehnya yang paling dia ingat adalah tentang Zion. Seolah-olah waktu itu tak bisa membuatnya lupa akan sosok laki-laki itu.
"Sepertinya aku belum bisa Prof," tolak Anna.
"Ayolah Anna, memangnya kamu tidak rindu dengan kota kelahiranmu? Memangnya kamu tidak ingin lihat bagaimana pusara kedua orang tuamu disana? Kamu sudah lama sekali tinggal disini. Lagipula, anak-anak kamu juga harus tahu dari mana mereka berasal."
Untuk sejenak Anna terdiam. Benar, dia sudah lama sekali tak mengunjungi makam ayahnya yang meninggal setelah satu tahun dia menikah dengan Zion dulu, begitu juga dengan makam ibunya.
"Untuk masalah penginapan, transportasi, makan dan lain-lainnya sudah disediakan dari pihak sana. Kamu hanya harus bekerja dengan baik menggantikan ku. Aku percaya kamu bisa Anna."
Terdengar helaan napas berat dari Anna.
"Baiklah aku setuju Prof. Lantas kapan aku akan kesana?"
"Masih ada waktu satu pekan untuk kamu menghabiskan waktu disini. Jadi nikmatilah dulu."
Anna mengangguk lalu pergi dari ruangan Prof Jack.
"Aku harap dengan kembalinya kamu ke tempat asalmu, kamu akan menemukan kebahagiaan Anna. Kamu sudah aku anggap sebagai putriku sendiri, begitu juga dengan si kembar yang sudah seperti cucu-cucuku. Aku ingin mereka tahu siapa ayah mereka. Hanya ini yang bisa aku berikan."
*
*
Tak terasa satu pekan terlewati dengan begitu cepat, kini mereka sudah ada di bandara diantar oleh Prof Jack.
"Jangan nakal disana, jangan bikin Mommy kalian repot."
"Iya tenang aja Grandpa, kami akan patuh dan jadi anak baik disana. Tapi kami sedih Grandpa, soalnya nggak ada lagi ruangan yang bisa kami acak-acak lagi."
"Haishh! Kalian ini!" decak Prof Jack dengan menggelengkan kepalanya. Tapi jujur saja, pasti momen itu juga akan dirindukan oleh laki-laki paruh baya itu.
"Kami pergi dulu Grandpa, see you next time."
Prof Jack hanya mengangguk sambil melihat kepergian Anna dan si kembar.
Sembari menunggu waktu keberangkatan, si kembar terus bertanya banyak hal tentang kota kelahiran Anna.
"Mommy, mommy, katanya disana tempat kelahiran Mommy ya? Aku jadi penasaran seperti apa keluarga Mommy disana."
Anna pun tersenyum kecut. Lalu menjelaskan ke si kembar bahwa dirinya hanya sebatang kara, karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Masih ada beberapa saudara pun, pastinya tak pernah menganggap Anna sebagai keluarga. Apalagi setelah Anna bercerai dengan Zion, semakin tak dianggap keluarga oleh saudaranya.
"Nanti Mommy kenalkan ke kakek dan nenek kalian," ucap Anna ke si kembar. Dia tak mau membuat kedua anak laki-lakinya bersedih ketika tahu tak ada tempat yang bisa dituju disana. Kalau bukan karena tugas dari Prof Jack, Anna mungkin tak akan berniat kembali.
*
*
Di dalam kamarnya, Zion tersenyum miring ketika mengetahui ada sebuah penerbangan atas nama Anna Alarich. Sembilan tahun telah berlalu, tapi rasa bencinya ke Anna masih terus menggebu-gebu. Apalagi jika mengingat Anna yang dengan berani-berani membuat dirinya seakan dilec*hkan. Padahal dirinya adalah laki-laki yang begitu ditakuti banyak orang apalagi oleh kalangan penjahat.
"Lihat saja Anna, aku pasti akan menemukanmu! Aku akan menghancurkan hidupmu!"
Zion tak tahu kalau Anna memiliki anak biologis darinya setelah kejadian di malam itu.
*
*
Anna dan si kembar sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Dia celingak-celinguk untuk mencari orang yang menjemputnya yang sekaligus akan jadi asisten pribadinya selama dia berada di Jakarta.
"Mommy, kita akan berdiam disini terus? Aku haus Mom, mau minum," ucap Elgan yang membuat Anna pun merasa tak tega.
"Baiklah, ayo kita minum sebentar sambil menunggu jemputan."
Anna dan si kembar pun pergi sambil membawa koper masing-masing.
Penampilan Anna yang berkacamata, dan sudah banyak berubah tubuhnya, serta gaya pakaiannya yang sudah berbeda, membuat Zion kesulitan menemukan Anna di bandara. Namun tanpa Zion sadari, rupanya Anna bisa mengenali Zion meskipun cuma dari kejauhan.
Deg!
Kenapa dari banyaknya tempat di bumi ini, aku harus melihatnya disini? Ya Tuhan, tolong jangan pertemukan aku dulu dengannya. Aku belum siap.
*
*
TBC
Rupanya kegugupan dan kegelisahan Anna itu disadari oleh Algaf dan Algaf pun langsung menggenggam tangan Anna yang nganggur itu lalu memberikan senyum termanisnya. Sontak saja, Anna langsung merasa tenang seketika.
"Mommy jangan takut, jangan sedih, ada aku dan Elgan yang akan melindungi Mommy dari orang yang jahat."
"Terima kasih Al. Kamu benar-benar pengertian sekali. Ayo cepat kita kesana, sebelum ramai dikunjungi orang," ucap Anna yang masih terus menggenggam tangan Algaf. Dia sengaja menggunakan syalnya untuk menutupi mulutnya agar tak dikenali oleh Zion. Bahkan ketika sudah duduk di kedai yang ada disana, Anna masih terus menutupi wajahnya.
Kedua anak kembarnya cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Anna yang tidak biasa itu. Apalagi ketika Zion yang semakin dekat dengan tempat duduk mereka.
Jangan kesini! Jangan kesini! Aku mohon.
"Haaah!"
Akhirnya Anna bisa bernapas lega setelah Zion melewatinya begitu saja. Jujur, Zion tak berubah sama sekali dari dulu. Masih tetap tampan dan macho. Makin berumur malah semakin berkarisma.
"Mommy ini kenapa sih? Aneh banget tahu dari tadi?" tanya Elgan yang sudah tak bisa diam setelah melihat tingkah Anna.
"Nggak papa," jawab Anna.
Tentu saja Elgan tahu jawaban aslinya pasti ada apa-apa. Namun, dia pura-pura mempercayai saja ucapan Anna.
Lalu tiba-tiba ada seorang wanita yang terlihat sangat muda mendekati mereka.
"Bu Anna? Benar kan Anda, Bu Anna?"
Anna pun refleks mengangguk yang membuat wanita muda itu bernapas lega.
"Saya Vita, yang akan jadi asisten pribadi Ibu selama disini."
"Ah, rupanya itu kamu. Senang bertemu denganmu, Vita. Oh iya ini perkenalkan anak kembarku. Yang ada tahi lalatnya di hidung namanya Algaf, dan yang ada tahi lalatnya di bawah mata kanan itu Elgan. Jadi kamu tidak perlu susah-susah membedakannya."
Vita mengangguk lalu menyapa si kembar.
"Hai, panggil aja Tante Vita, atau Kak Vita juga boleh. Seenaknya kalian aja."
"Oke Tante Vita," ucap Elgan yang langsung memilih panggilan untuk Vita.
Selesai minum disana, Vita langsung mengarahkan jalan mereka menuju ke parkiran. Mereka pun melesatkan mobilnya langsung ke tempat tujuan.
*
*
"Dimana dia?! Kenapa aku sama sekali tak menemukannya? Harusnya dia sudah keluar dari pesawat!"
Zion sudah berkeliling di bandara tapi dia benar-benar tak menemukan Anna. Sampai tiba-tiba anak buahnya datang dan mengabarkan kalau Rachel tiba-tiba menghilang dari rumah. Jelas saja Zion langsung panik setelah mendengar itu.
"Kembali ke rumah! Kita cari Rachel dulu! Dia lebih penting!" perintah Zion.
"Baik Tuan," jawab anak buah Zion yang bernama Daren.
Sesampainya di rumah, Zion langsung menanyakan tentang kapan terakhir orang rumah melihat Rachel.
Salah satu pembantu di rumahnya menjawab," Tadi, saya lihat Nona Rachel pergi ke halaman belakang Tuan. Saya pikir kan Nona cuma mau main disana, karena biasanya Nona memang suka main dengan ikan-ikan yang ada di kolam. Tapi ternyata, Nona tak kunjung masuk-masuk ke dalam rumah."
Dan ucapan salah satu pembantu itu pun dibenarkan oleh Daren yang sudah mengecek cctv rumah. Rachel memang tak kembali ke dalam rumah setelah keluar di saat itu.
"Cek semua cctv di dalam rumah, jangan sampai ada yang terlewatkan sama sekali! Karena kalau Rachel belum pulang, kalian semua tidak boleh tidur ataupun makan!"
Seorang wanita bernama Desha yang ada di ruangan itu pun tampak gugup dan sudah berkeringat dingin. Tangannya bahkan sudah gemetaran karena takut disalahkan.
"Desha, coba kamu ceritakan, apa yang kamu bilang ke Rachel di saat itu. Karena setelah berbicara denganmu, Rachel langsung pergi ke halaman belakang."
Deg!
Mampus! Tenang Desha, kamu harus mengarang cerita dulu yang bagus supaya Zion tetap mempercayai ucapanmu.
"Aku hanya menasehati Rachel untuk tetap ceria walaupun dia memiliki kekurangan, aku menyemangatinya untuk tetap kuat. Itu saja," jawab Desha tanpa ada sedikit pun keraguan walaupun di dalam hatinya sudah dag dig dug ser.
"Awas saja kalau sampai kamu berbohong."
Glek!
Desha menelan salivanya sendiri, lu bernapas lega ketika Zion mulai mencari di sekitaran rumah.
*
*
Suara tangisan anak kecil membuat Anna terheran-heran. Apa rumah yang akan ditinggalinya adalah rumah berhantu?
"Apa kalian mendengar suara tangisan?" tanya Anna yang tidak mau ketakutan sendiri.
"Iya, aku dengar Mom, sepertinya asal suaranya dari sana," ucap Elgan sambil menunjuk semak-semak di depan.
Anna pun langsung berjalan ke sumber suara sambil mengendap-endap. Jujur saja dia takut sih. Takutnya orang gila atau orang jahat yang lagi nyamar. Jangan salahkan pikirannya yang negatif, dia hanya berusaha untuk melindungi dirinya untuk tetap waspada dalam berbagai situasi. Ketika melihat ada anak gadis yang bersembunyi disana, Anna langsung mendekat dan berjongkok untuk menanyakan apa yang terjadi. Hanya saja gadis kecil itu tak menjawab apapun dan masih terus menangis. Anna pun jadi bingung.
Vita pun jadi ikut membantu dengan menuntun gadis kecil itu untuk keluar dari semak-semak dan membawanya duduk di teras rumah.
"Apa yang terjadi dengan kamu? Kamu tersesat?" tanya Vita.
Lagi dan lagi, gadis kecil itu cuma menangis, dia bahkan hendak pergi dari sana saking nggak percayanya pada orang dewasa selain ayahnya.
"Hey, kamu mau kemana?" teriak Anna sambil ikut berlari mengajar gadis kecil itu.
Tentu saja Anna merasa tidak tenang karena gadis kecil itu seolah menyimpan banyak sekali kesedihan ketika Anna melihat dari mata dan raut wajahnya.
"Coba cerita apa masalah kamu. Biar Tante bisa bantu," ucap Anna dengan lembut. Gadis itu pun terdiam sejenak seolah tengah memikirkan sesuatu.
Dia langsung menggunakan bahasa isyaratnya untuk meminjam telepon. Anna pun seketika langsung terkejut. Dia benar-benar tak menyangka kalau gadis kecil di hadapannya ini tak bisa bicara. Untungnya, Anna sedikit mengerti bahasa isyarat. Dia pun meminjamkan ponselnya.
"Halo! Ini siapa?" tanya orang di seberang sana yang membuat Anna tampak terkejut.
Suara ini adalah suara Zion. Iya, dia tak salah lagi. Lantas apa hubungannya anak ini dengan Zion?
"Halo?"
"Ah, iya halo, begini saya menemukan gadis kecil di depan rumah saya. Tadi dia menangis tapi sekarang sudah tak lagi. Saya mengetahui nomor Anda karena gadis kecil ini yang menelpon. Tolong segera kemari. Saya akan kirimkan alamatnya lewat pesan."
Setelah mengatakan hal tersebut Anna langsung mematikan ponselnya. Dia tak kuat rasanya kalau harus bicara lama dengan Zion, apalagi harus bertemu dengan Zion. Anna pun meminta Vita untuk menemani gadis kecil itu sampai keluarganya menjemput di depan pos satpam. Bahkan Anna pun menyuruh Vita untuk memegang ponselnya dulu.
*
*
"Anna? Suara wanita tadi seperti Anna. Baiklah, mari kita coba buktikan, apa dia benar Anna atau bukan. Apa benar dia bersama Rachel atau tidak? Aku takut Rachel diculik karena musuhku pasti mengenali wajah putriku."
*
*
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!