NovelToon NovelToon

Satu-Satu

Beda Kepribadian

Langit cerah kini mulai menampakan senja, suasana kota terlihat sangat ramai dengan kendaraan menjelang sore hari. Sementara itu disalah satu kontrakan kecil dipinggiran kota terlihat 2 orang preman sedang sibuk mengotak atik barang barang dalam rumah kontrakan tersebut, disisi lain ada 2 orang wanita yang satunya nampak sudah tua dan yang satu lagi nampak jauh lebih muda. Kedua wanita tersebut terlihat saling berpelukan dan menangis sambil berusaha menghentikan kedua preman yang sedari tadi mengotak atik rumahnya.

"cukuup,tolongg berhenti!,ssaya janji akan segera membayar untuk bulan ini, tolong hentikan!" ucap wanita tua itu dengan seskali berusaha menahan kaki dari salah satu preman tersebut

salah satu preman tadi langsung mengibaskan kakinya yang ditahan oleh si wanita tua tadi hingga membuatnya terhempas ke dinding. Preman yang bertubuh besar itu langsung maju dan menunduk menghadap kedua wanita di hadapannya.

"Kau tahu?, kau bisa langsung melunasi kontrakan kecil mu ini dengan sangat mudah!, bahkan aku tidak perlu repot untuk datang dan menagihmu setiap 3 bulan sekali" ucap preman itu dengan suara berat sambil menatap nafsu pada wanita yang lebih muda

wanita tua tadi langsung memeluk putrinya yang sudah gemetar ketakutan

"jaga omonganmu!, jangan sentuh putriku!" Tegas wanita tua itu sambil mendorong bahu preman dihadapannya

preman tadi sama sekali tidak terusik dengan dorongan wanita tua dihadapannya, ia tertawa pelan dan kemudian menarik paksa wanita muda disamping si wanita tua tadi.

"jaangan, kumohon,lepaskan aku, jangaan!!!" teriak si wanita muda tadi sambil terus memberontak

salah satu preman tadi bergegas membuka pintu salah satu kamar di rumah itu, dan satunya berusaha menahan gadis yang terus memberontak tersebut. Siwanita tua terus menahan kaki preman tersebut namun ia kembali terhempas ke dinding. Saat preman tersebut melangkah menuju kamar dengan menggendong gadis tadi, tiba tiba saja sebuah balok menghantam punggungnya dengan keras. Preman tersebut tak mampu berkutik ia langsung terjatuh ke depan dan gadis tadi segera berlari menjauh.

Suara jatuh dan balok yang dilemparkan membuat salah satu preman yang berada dikamar keluar, ia mendapati rekannya sudah terbaring tak berdaya di lantai dan dibelakangnya ada seorang gadis cantik yang terlihat penuh amarah dengan rambut yang terurai dan wajah yang memerah. Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap dalam preman didepannya yang sama sekali tak berkutik.

Gadis itu melangkah mendekati preman tersebut dan langsung menyambar kerah bajunya.

"Dasar brengsek!babi!,anjing!tolol!setan!" ucap gadis tadi mengeluarkan semua umpatannya dengan nada tinggi dan langsung menendang aset preman tersebut

Preman tersebut langsung tersungkur kebelakang sambil memegang asetnya yang kesakitan.

"Maksud lo apa ha?, Ini belum tanggal jatuh tempo dan lo udah ngusik ibu sama kakak gue?!" Teriak gadis itu dan langsung berjalan mendekat kearah preman tadi.

"aaampun tolong maafin saya,ssaya gak akan ngalangin lagi, ttolongg!" mohon preman tadi sambil menyatukan kedua tangannya dan memejamkan mata

Si gadis tadi hanya tersenyum tipis dan langsung melempar sejumlah uang merah di hadapan preman tadi.

"bilang ke bos lo, gue udah lunasin sampai priode selanjutnya!, inget gue gak mau bayar dan gak mau liat kalian datang dengan kekerasan apalagi belum waktunya jatuh tempo!" tegas gadis tersebut sambil menendang kaki preman tersebut

"sekarang juga lo pergi dan bawa temen dajjal lo itu!"

tegas gadis tersebut dan langsung membuat preman itu pontang panting memunguti uang yang berserakan dan segera kabur membawa temannya yang pingsan.

Gadis tersebut lalu membuang nafasnya dengan kasar, ia kemudian berlari kearah ibu dan kakaknya yang sedari tadi menangis ketakutan.

"bu,dev,kalian gak papa kan?" ucap gadis tadi dengan nada yang sangat lembut berbeda dengan tadi.

Kedua wanita tadi tidak menjawab sama sekali dan langsung memeluk gadis dihadapnnya

"untung kamu datang tepat waktu div, kalau enggak aaku munggkin gak tahu bakalan kayak gimana lagi" ucap devi dengan terbata bata sambil terus mengeluarkan air matanya

"Kamu datang tepat waktu nak, hampir saja kakak mu_"

"Shuutt!!"

Belum juga wanita tua tadi menyelesaikan ucapannya, diva langsung menghentikannya

" udah ya bu,dev,sekarang kita aman,lebih baik ibu sama devi nenangin diri dulu, biar diva yang beres beres" ucap diva menenangkan ibu dan kakaknya itu

devi dan ibunya menganguk dan langsung menyeka air matanya. devi kemudian membantu ibunya berdiri dan berjalan menuju kamar.

Diva menghembusakn nafas lega dan kemudian berdiri memerhatikan sekitarnya yang amat berantakan.

"Dasar brengsek!" umpat diva sambil mengikat rambut hitam panjangnya itu.

Aura tegas nan cantik semakin terlihat saat diva menguncir kuda rambutnya. ia lalu menata barang barang yang berserakan kembali ke tempatnya, Setelah beberapa waktu akhirnya, pekerjaan diva pun selesai. Diva lalu mendudukan dirinya di sofa dan mengangkat kakinya ke meja.

"ukhh akhirnyaaa" lega diva sambil meregangkan kedua tanggannya keatas.

tak lama kemudian, devi pun datang dan membawa segelas air di tangannya.

"nih minum dulu," ucap devi sambil meletakan segelas air minum di meja dan langsung mendudukan dirirnya di sofa samping diva.

"makasih, ibu gimana?, udah enakan?" tanya diva sambil mengangkat gelas mendekat ke mulutnya

devi mengangguk sambil memperbaiki poninya

"udah tidur"

diva mengangguk paham dan langsung meneguk habis air dalam gelas itu.

devi lalu nemperbaiki posisi duduknya menghadap ke arah adiknya itu.

"lo dapat uang dari mana?" tanya devi dengan nada sedikit berbisik

diva mengerutkan kedua keningnya dan menatap heran kearah devi

"apaansih kan lo tau kalau gue kerja!" ucap diva dengan nada santai dan langsung mengalihkan pandangannya dari devi yang masih menatapnya dalam

"iiya gue tau, tapi kan gak mungkin penghasilan dari bengkel lo itu cukup buat bayar kontrakan sampai 2 periode!" jelas devi sambil menepuk pelan pundak adiknya yang nampak pura pura tak mendengarnya

devi menghembuskan nafas kasar melihat respon diva yang enggan menanggapinya

"lo balapan lagi kan?" terka devi sambil menghadapkan wajah diva kearahnya dengan kedua tangannya.

diva memutar bola matanya malas dan menghembuskan nafas kasar

"iya iyaaa" pasrah diva lalu langsung menyingkirkan kedua tangan kakaknya itu dari wajahnya.

devi lalu mencubit pinggang adiknya dengan kasar sehingga membuat diva kesakitan

"lo gimana sih, lo taukan kalau ibu gak suka kalau kamu balap balapan!, kamu tuh anak cewe jangan kebayakan main sama cowok lah, kan gini jadinya!" ucap devi panjang lebar dengan nada yang semakin meninggi

diva lalu menutup mulut kakaknya itu dengan 1 jari

"yaudah makanya jangan kasih tau ibu!" ucap diva dengan nada berbisik.

devi hanya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan adiknya

"awas aja kalau nanti ketauan,bisa bisa motor lo itu dijual sama ibu!", ancam devi sambil merebahkan punggungnya ke sandaran sofa.

"hahaha, emang ibu mau jual motor peninggalan papa?" ucap diva sambil menjulurkan lidahnya ke devi

"bisa aja, lagian itu motorkan juga udah tua" ucap devi memalingkan wajahnya kesamping

"justru karna udah tua gak ada yg mau beli!" balas diva sambil ikut merebahkan punggungnya

"atau bisa jadi sepeda kesayangan lo lagi yang dijual" ejek diva dengan wajah sok kaget

devi memalingkan wajahnya kearah diva dan menatap tak suka,

"yaudah kalau dijual nanti gue ganti mobil aja sekalian!"

balas devi lalu bergegas meninggalkan diva diruang tamu,

"dih, kek punya duit aja," ejek diva sambil merebahkan dirinya di sofa

"punyalah kan gue jual motor lo!" teriak devi dari dalam kamar

"Haha lucu!, kek punya kuncinya aja" tawa diva sambil memejamkan mata

"trus ini apa?" ucap devi sambil mengintip dari balik pintu kamar dan memperlihatkan sebuah kunci motor sport

diva lalu membuka matanya dan meraba kantong hoodie dan celananya, dan benar ia tdk menemukan kunci motornya

diva lalu bangkit dari tidurnya dan berlari kearah kamar namun devi sudah lebih dulu menutup pintu kamar.

"ih deviii!!, buka gak!, aawas aja kalau sampai hilang!" teriak diva sambil menggedor gedor pintu kamar

begitulah suasana rumah dengan keberadan sikembar berbeda kepribadian itu

diva

devi

Devina

Pagi hari yang Cerah, Kini Devi dan Diva sudah rapih dengan Seragam sekolahnya. Mereka menikmati bubur kacang ijo buatan ibunya pagi itu, dengan segelas susu. Devi makan sambil membaca buku sementara Diva makan sambil sibuk mengotak atik handphone miliknya.

"Kalian makan dulu yah,Ibu mau kepasar dulu, udah siang soalnya". Ucap Nindi ibu devi dan diva sambil menenteng tas anyaman ditangannya.

"loh, ibu gak bareng devi?," tanya diva heran pasalnya sebelum berangkat kesekolah devi selalu ke pasar terlebih dahulu bersama ibunya untuk membantu membersihkan toko dan menata barang jualan yang masih baru.

"Aku gak bisa ke pasar hari ini, soalnya aku mau belajar buat olimpiade nanti siang" Terang devi sambil menyuapkan sesendok penuh bubur kacang ijo ditangannya.

"kenapa gak bilang dari tadi!, yaudah kalau gitu ibu barenh diva aja, sekalian diva mau singgah di bengkel bentar" Tawar Diva sambil menyuapkan suapan terakhir bubur kacang ijo nya.

"Gak usah ibu jalan aja_," Tolak nindi tak ingin merepotkan anak bungsunya itu

"bu..,selama kita masih ada ibu gak boleh nolak" Final Diva yang saat itu juga langsung meneguk habis susu di gelas nya.

Nindi tersenyum haru melihat kelakuan anaknya yang begitu menyayanginya. Nindi lalu mengusap lembut rambut devi yang juga langsung menyalami tangan ibunya.

"Hati hati yah bu, maaf devi gak bisa bantu" ucap devi sambil mengusap pelan punggung tangan ibunya

Nindi tersenyum

"gak papa, kamu semangat belajarnya, biar nanti lolos olimpiade lagi!" Ucap nindi lemah lembut sambil mengelus lembut pipi chuby nan tirus devi.

Devi mengangguk lalu kemudian ikut berdiri menyusul diva dan ibunya keluar rumah.

Diva menyalakan mesin motor sportnya lalu memakai jaket kulit hitam untuk menutupi seragamnya.

"Tutup pintunya, jangan langsung buka kalau ada yang ngetuk, intip dulu dari jendela, kalau ada apa apa cepetan telpon gue!" Tegas Diva sambil memakai helm fuulrace merah hitamnya itu sambil menatap penuh peringatan kearah devi kakaknya.

Devi memutar bola matanya malas lalu kemudian menghembuskan nafas pelan

"iya iya bawel ah lu!" Pasrah devi sambil berkacak pinggang

Setelah nindi naik ke jok belakang motor diva tak kunjung juga menjalankan motornya.

"Kenapa gak pergi?" heran devi melihat diva yang masih berada di hadapannya

"lu ngapain masih disitu?, cepetan masuk sana!"

tanya balik diva dengan nada tegas

Diva menggelengkan kepalanya melihat sikap adiknya yang perhatian namun sedikit berlebihan. tanpa berkata apa apa lagi, devi langsung masuk kedalam rumah dan mengunci pintu. ia membuka sedikit gorden jendela disamping pintu.

Setelah memastikan devi sudah masuk dan mengunci pintu rumah, Diva mengeluarkan beberapa puntung rokok di saku jaketnya dan melemparkannya ke teras rumah, hal tersebut tak lepas dari pandangan ibunya. Nindi hanya tersenyum melihat tingkat diva dan langsung memeluk putri bungsunya itu agar tidak jatuh saat diva menjalankan motornya.

Diva menjalankan motornya dengan kecepatan sedang meninggal devi yang sedari tadi melambaikan tangannya dari balik jendela rumah.

Devi menatap motor yang dikendarai diva semakin menjauh dan hilang dibalik jalan, devi berbalik dan menatap jam yang masih menunjukan pukul 06.07 menit, itu artinya dia masih mempunyai waktu sekitar 1 jam 3 menit sebelum berangkat kesekolah. ia pun kembali ke meja makan dan melanjutkan kegiatan belajarnya.

Selama kurang lebih 10 menit, Diva dan ibunya sudah sampai di pasar dan langsung berjalan menuju tokonya yang berada di sudut pasar. Diva membantu ibunya membuka toko campuran ibunya dan membersihkannya, tak lupa pula diva menata peralatan dapur yang dijual ibunya dan beberapa bahan makan siap saji.

Jam menunjukan pukul 06.30, diva berpamitan kepada ibunya, lalu kemudian bergegas meninggalkan toko, sepanjang perjalanan ia memasang wajah datar yang membuat banyak orang yang dilewatinya enggan untuk menyapa, ia hanya menyapa Satpam di komplek pasar lama itu. Berbeda dengan devi yang selalu tersenyum ramah kepada semua orang yang ditemuinya.

Devi Membereskan rumah terlebih dahulu lalu kemudian kembali ke kamarnya untuk belajar. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit, devi pun menutup buku pelajarannya dan bergegas berangkat ke sekolah. Sebelum itu, ia terlebih dahulu memperbaiki pita rambutnya dan pastinya menata poni anti badai nya. ia berputar kekanan dan kekiri melihat tubuhnya yang mungil.

Devi mengenakan cardingan rajut pinknya lalu kemudian memakai ransel kulit yang menambah kesan cantik dan lucu pada dirinya. Devi mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum manis.

"Cantiknya papa udah siap" ucap devi sambil berbalik menatap foto seorang pria berbadan kekar dengan jas hitam di dinding.

Devi berjalan keluar rumah dan memasang flatshoes kulitnya. ia sedikit jengkel melihat puntung rokok yang berserakan.

"Banyak banget sih, ngotorin rumah aja deh" keluh devi yang setiap hari melihat pemandangan puntung rokok yang pastinya ulah adiknya.

Devi menaiki Sepeda miliknya dan menjalankannya menuju kesekolahnya yang tidak terlalu jauh dari kontarakannya.

Setelah kurang lebih 20 menit, Devi tiba di pekarangan sekolah menengah atas yang bertuliskan

SMA BAKTI RAHENDRA . Devi memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda dan kemudian berjalan menuju pekarangan sekolah. Devi berjalan santai melewati koridor sekolahnya dimana para pria yang melihatnya selalu terpanah akan kecantikan dan keluguan di wajahnya. Sementara para gadis memberikan respon yang berbeda beda, ada yang mengagumi kecantikannya, berdoa agar menular, namun ada juga sirik dengan devi. yah begitulah kaum hawa.

Devi tidak terlalu menghiraukan tatapan orang orang padanya, ia sudah terbiasa akan hal itu. ia hanya memfokuskan pikirannya untuk olimpiade nanti siang. Devi berjalan melewati Aula sekolah yang dimana para anak osis sedang sibuk mempersiapkan ruangan untuk olimpiade nanti, karena sekolahnya lah yang menjadi tuan rumah.

Devi berjalan santai dengan mengotak atik hpnya mencari sesuatu didalamnya. tanpa ia sadari ia pun menabrak seorang cowo yang sedari tadi juga sibuk berjalan dengan memerhatikan map map di tangannya

brukk..,

suara buku jatuh terdengar di sekitar Aula, Siswa siswi yang berada tak jauh dari sana sontak histeris melihat pemandangan Ketua osis tamvan mereka sedang menahan tubuh seorang gadis cantik dan berprestasi di sekolahnya yang tak lain adalah devina.

suara sorak histeris siswa siswi terdengar menggema dan membuat 2 remaja yang menjadi pusat perhatian menjadi salah tingkah. devi memperbaiki pose nya lalu kemudian tersenyum canggung kearah cowo yang menolongnya

"mmakasih, eh maaf" ucap devi dengan terbata bata dan langsung memunguti buku dan map yang berserakan di sekitarnya.

cowo tadi juga ikut membantu devi sambil sesekali menatap wajah devi yang memerah. setelah selesai keduanya pun kembali berdiri.

"sorry yah, tadi gue gak hati hati jalannya", ucap cowo tadi yang tak lain adalah Azzam Areksa Putra, ketos SMA BAKTI RAHENDRA.

"iiya gak papa, aaku juga minta maaf" jawab devi sambil menunduk malu

"yaudah, aku duluann yah!" pamit devi dan segera beranjak meninggalkan Azzam

" eh div," Tahan azzam yang membuat devi semakin dag dig dug tak karuan

devi membalikkan badannya menatap azzam yg juga menatapnya

"tadi bu caca bilang, kamu langsung ke Lab Fisika aja, gak usah kelas" ucap Azzam dengan nada santai sambil tersenyum tipis.

"oowh iya, makasih yah!" jawab devi yang saat itu juga langsung mengubah arahnya yang tadinya ingin ke kelas dan berbalik ke arah yang berlawanan untuk ke lab Fisika.

Interaksi keduanya tidak lepas dari pandangan 2 orang gadis yang berada di pintu aula.

"DEVINA!!!" geram salah seorang gadis diantaranya dengan suara lirih namun masih terdengar jelas oleh temannya

Divana

Jam menunjukan pukul 08.00, Seorang gadis berambut hitam panjang,berjaket hitam dengan rok diatas paha terlihat sedang berdiri di didepan sebuah pohon disamping pagar tinggi.

"akhh,ini semua gara gara angkot tadi!" keluh Diva sambil menendang batu di depan kakinya.

Diva berjalan sambil menghentakan kakinya menuju ke pohon. Ia lalu memanjat pohon tersebut dan melihat situasi di dalam sekolah yang terlihat cukup sepi.

"Bakalan jadi sejarah sih ini, seorang diva memanjat pager karna terlambat" ucap diva bermonolog di atas pohon yg cukup lebat.

Diva melangkahkan kaki nya meraih bagian atas pagar sekolahnya dengan hati hati. setelah berpindah tempat dari pohon ke atas pagar, diva pun melompat kearah tong sampah yang berada di sudut tembok pagar dibawahnya.

Dengan sangat hati hati akhirnya, Diva pun berhasil masuk ke dalam sekolah meski harus melewati tong sampah yang terbilang bau.

"akhirnyaaa" lega diva saat telah berada di dalam sekolah,

saat akan melangkahkan kakinya tiba tiba saja diva melihat seorang pria berpakaian Satpam sedang berada tak jauh dari tempatnya. Satpam itu adalah pak wedi, Seorang satpam yang terkenal cepu dengan guru guru. Pak wedi terlihat sibuk berjalan di koridor sekolah dan menatap ke kanan dan ke kiri. Diva sontak ketar ketir apalagi saat pak wedi akan berbalik ke arahnya, Di tengah situasi pelik itu Otak diva tiba tiba saja dianugrahi pemikiran cerdas, ia lalu membalik kan dirinya seolah olah akan memanjat pagar dari dalam.

ide diva ternyata membuahkan hasil, pak wedi yang melihatnya langsung segera ke arahnya dan mengira ia akan bolos.

"eeeh, mau kemana kamu?" ucap pak wedi sambil menarik ransel kulit hitam milik diva.

Diva lalu menahan senyumnya dan menggantinya dengan muka polos

"eh bapak, ee, anu pak, ituu, saya lupa bawa baju olahraga, makanya saya mau balik ngambil dulu pak" ucap diva berbohong dengan wajah yang sangat menyakinkan

"Kenapa gak izin di bk aja, alasan kamu ini!" tolak pak wedi sambil berkacak pinggang.

"kalau izin di bk ribet pak, dikira nanti saya boong lagi" ucap diva menyakinkan pak wedi

"iya juga sih, lagi pula hari ini kan ada olimpiade, palingan nanti kamu juga jamkos, udah gak usah balik!" Ucap pak wedi dengan nada santai

"owh iya juga ya pak, yaudah deh saya gak jadi bolos deh pak, makasih yah pak udah ngingetin" ucao diva sambil menunduk sopan ke pak wedi lalu kemudian bergegas meninggalkan pak wedi yang geleng geleng kepala.

"ada ada saja anak jaman sekarang" ucap wedi sambil menggelengkan kepalanya

diva berjalan santai tak percaya aksinya berjalan dengan mulus, ia lalu mengeluarkan botol farfumnya dan menyemprotkan nya ke tubuhnya yang sudah terkontaminasi bau bau sampah. koridor sekolah nampak sangat sepi, bagaimana tdk semua sudah sibuk dengan tugasnya masing masing, dan hanya diva yg terlambat. Benar saja saat tiba di kelas, ternyata hanya ada sebagian temanya yang bersantai. Hari ini benar benar jamkos.

Diva menghembuskan nafas lega lalu berjalan masuk ke kelas menuju bangkunya. Teman temannya hanya menatap nya dengan tatapan yang berbeda. Suasana kelas XI IPA 1 terlihat cukup tenang namun di isi dengan berbagai aktifitas berbeda oleh para penghuninya.

Diva meregangkan pinggung nya yang terasa pegal. ia pun membuka jaketnya dan menaruhnya didalam tas. Diva mengambil hp nya dan membuka room chat yang bertuliskan CIKINDI, disitu ia melihat foto ban motornya yg kempes.

| CIKINDI |

• From : Chiko

@divaa, lu abis ke rumah gue?

• From : Irfan imut

wih ban motorlo keknya udah lelah berjuang tuh div

• From : me

@Chiko, iyaa tadi gue mau ngambil charger yg ketinggalan, tau tau ban motor gue juga ikut kempes, jadi gue simpen disitu aja dulu.

• From : Chiko

@divaa, charger yg mana,gue gak ngeliat charger lo disini.

• From : Nahendra

@divaa, charger lo ada di gue

• From : me

@nahendra ok deh

• From : Kinan

P, balap

• From : me

infokan

• From : Chiko

Gas!

• From : Nahendra

👍

• From : Irfan

sip

Bel istirahat berbunyi, Diva mengakhiri chatnya dan langsung beranjak dari duduknya menuju keluar kelas, ia berjalan santai, tiba tiba saja ia kepikiran akan devi, ia pun memutuskan untuk singgah di kelas devi di XI IPA Unggulan meskipun iya tdk tahu ingin apa, dia pun melirik ke dalam kelas devi namun tak menemukan batang hidung sosok yang dicari. sebenarnya ia cukup heran karena biasanya devi pasti masih belajar di dalam kelas saat jam istirahat. Diva ingin bertanya oada teman sekelas devi, namun ia sangat malas untuk memulai pembicaraan. Diva kemudian berbalik dan memutuskan untuk ke kantin, namun tiba tiba saja seorang menghentikan langkahnya

"nyari devi yah?, dia lagi bimbingan di lab fisika" ucap seorang yang suara terdengar tdk begitu asing di telinga diva,

diva lalu berbalik dan mendapati maurin, teman dekat devi sejak smp.

diva hanya tersenyum tipis lalu berbalik badan

"hem, makasih" singkat diva lalu bergegas pergi ke kantin

maurin hanya menggelengkan kepalanya melihat tinggah kembaran sahabatnya itu.

Diva duduk di kursi paling sudut kantin dengan sebuah gado gado didepan mejanya. Diva makan dengan santai sambil membuka room Chatnya.

Ditengah tengah keasyikannya tiba tiba saja terdengar suara suara yang mengusik telinga diva.

"emang kegatelan banget sih tuh devi, emang harus dikasih pelajaran tuh anak" ucap salah seorang gadi s ber rok setengah paha dan baju yang super ketat seginggah membentuk lekuk tubuh bagian atasnya serta rambut pirang gelombang yang terurai hingga dadanya.

"shut, ada diva disana" ucap salah seorang gadis yang penampilannya tdk jauh berbeda dengan gadis disebelahnya.

Diva hanya berdehem, tanpa berbalik menatap kedua gadis yg sebenarnya sudah diketahuinya.

kedua gadis tadi sontak meninggalkan tempatnya dan segera menjauh dari diva.

diva lalu membuka salah satu room chat yang bertuliskan Deviii

• From : me

dimana?

• From : Deviii

Lab Fisika

• From : me

ok, hati hati yah!

Saat akan beranjak dari duduknya diva mendengar keriuhan para siswi yang membicarakan para tamu tamu olimpiade yang mulai berdatangan.

"dasar cewe gatel" umpat diva dalam hati merasa geli mendengar pembicaraan para siswi di kantin.

Diva berjalan santai melewati koridor sekolah yang dipenuhi dengan siswa siswi lokal dan para tamu dan peserta olimpiade dari sekolah lain. Diva hanya melirik sekilas kearah para peserta dari sekolah lain, namun matanya malah tertuju pada seorang pria Berseragam khas SMA NUSA BANGSA yang berbadan kekar, dengan rambut lebat mata tajam dan bibir pisau yang menambah kesan arogan padanya. Saat tengah fokus menatap pria itu tiba tiba saja pria itu juga menatap diva, pandangan keduanya pun bertemu sejenak sebelum diva mengalihkan pandangannya.

"mukanya ko gak asing ya?" batin diva bertanya tanya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!