Hari ini adalah hari yang paling berarti bagi Kenan hari di mana kematiannya akan datang.
Kenan pria usia 35 tahun seorang Owner dari perusahaan Teknologi paling sukses dan terkenal di seluruh Dunia pada hari ini akan menghadapi kematiannya.
Dia adalah seorang pria yang sukses pada usia muda sekitar umur 25 tahun, segela pencapaiannya di dalam industri Teknologi sangat gemilang dan membuat iri banyak orang namun siapa sangka bahwa seorang jenius sepertinya akan pergi selamanya.
Seorang pria kini berbaring diatas kasur rumah sakit dia sendirian tidak ada yang menemaninya, keluarga, teman, dan bahkan orang lain tak tau jika di terkena Kanker.
Sekitar 1 minggu yang lalu dia baru saja mengetahui bahwa dirinya terkena kanker dan lagi itu kanker stadium akhir.
Dia sudah pasrah lantaran kanker stadium 4 sudah tak bisa lagi di sembuhan, dokter memang menyarankan dirinya untuk tidak menyerah dan terus berusaha untuk sembuh.
Namun dia tau itu hal yang mustahil, jadi tepat di hari dia tau bahwa dirinya terkena kanker dia pergi ke Prancis dan berkata kepada keluarga serta teman-teman nya bahwa dia akan pergi dalam perjalanan bisnis.
Dia tidak ingin melihat wajah sedih mereka, karena jika dia melihatnya hatinya akan terasa sakit jadi dia akan mati secara diam.
'Apa kah ini akhirnya?'
Tanyanya dalam hati.
Air mata kini menetes dari matanya, nafasnya mulai sesak dan berhenti, dadanya yang naik turun kini mulai sedikit sedikit mulai diam, jantungnya berhenti berdetak, suhu tubuhnya yang hangat mulai berubah hingga suara.
Bib!__
Dari mesin di sampingnya terdengar.
Dokter yang saat itu berjaga mendengar suara tersebut segera bergegas bersama rombongannya namun dengan segela usaha yang mereka lakukan tetap saja.
Kenan Angkasa Putra di nyatakan meninggal Dunia.
***
Kamar yang luas dengan warna putih dan dominasi ruangan dengan dekorasi mahal.
Sinar matahari pagi kini mulai samar-samar masuk ke cela-cela ventilasi kamar tersebut.
Seorang Remaja pria berkisar umur 16 tahun kini berbaring dengan nyaman di atas kasur empuknya sambil memeluk guling.
Tak lama mata remaja itu terbuka.
"Hoam~, ugh! Tidurnya nyeyak sekali,"gumamnya sambil duduk dengan wajah bantalnya.
Hening~~~
Hal itu lah yang terjadi kini namun tak lama remaja itu nampak tersentak dan terkejut.
"Hah?!, di mana ini?!"teriaknya terkejut bukan main.
Dia terkejut pasalnya dia ingat bahwa tempatnya terakhir kali adalah rumah sakit dengan bau obat yang menyengat lalu bagaimana dia bisa di dalam kamar?, dan kamar siapa ini?
Namun sebelum dia bisa memproses semua hal sebuah ketukan di pintu membangunkan nya dari rasa terkejutnya.
"Ehem!, kita urus saja nanti,"ucapnya mencoba menenangkan diri dan bersikap tenang.
"Masuklah,"ujarnya
Tak lama pintu di buka memperlihatkan Pelayan pria masuk ke dalam ruangnya, melihat hal itu dia cukup kaget sambil mengangkat satu alisnya bingung.
"Tuan Muda anda sudah bangun?"tanya Pelayan tersebut menyapa Kenan dengan sopan.
Kenan mengeryit lagi pasalnya dia yakin kalau Mensionnya tak ada seorang Pelayan.
"Ya,"jawabnya asal dia ingin memahami situasi terlebih dahulu.
"Anda ingin makan atau mandi terlebih dahulu Tuan Muda?"tanya Pelayan itu.
"Siapkan bak mandi,"ujarnya sambil membalikkan badannya berjalan kearah cermin.
Waiter itu segera mengangguk dan pergi menyiapkan bak mandi bagi Tuannya.
Dan betapa terkejutnya Kenan saat menatap dirinya di pantulan cermin di sana terlihat bocah laki-laki tampan dan bukan sosok pria dewasa!.
"Si4l! Apa aku masuk tubuh orang lain seperti di novel-novel yang di baca oleh sepupuku? Atau ada seseorang yang melakukan operasi plastik pada wajahku?"tanyanya heran sambil menggertakan giginya kesal.
Jika dia benar-benar berpindah tubuh dia bisa menerimanya dengan ikhlas tapi jika ada seseorang yang secara sengaja atau tidak sengaja melakukan operasi plastik kepada wajahnya maka dia akan membunuh orang itu!.
Namun setelah mengamati lebih teliti sepertinya dia benar-benar masuk ke tubuh orang lain, bisa di lihat dari ciri-ciri fisiknya yang dulu dan sekarang, jelas sekali tubuhnya yang sekarang jauh lebih kurus hanya saja perutnya cukup membuat puas dan dia yakin dia lebih unggul dari teman-teman seumurannya.
Sejujurnya dia kecewa dengan tubuhnya tapi dia juga bersyukur karena dia masih hidup, apa lagi di pikir-pikir sepertinya dia masuk ke tubuh seorang Tuan Muda yang kaya jadi dia baik-baik saja.
"Yah sedikit membuat syok tapi tak apa lagi pula menjadi muda lagi bukan hal yang buruk,"ujarnya menatap pantulan dirinya di dalam cermin.
Dia sebenarnya cukup puas dengan wajahnya yang sekarang.
Tak lama kemudian Pelayan itu segera kembali ke kamarnya.
"Tuan Muda bak mandinya sudah siap,"ujarnya dengan sangat sopan.
"Hmm ya, kamu bisa pergi aku akan membersihkan diriku sendiri, oh ya jangan lupa juga untuk siapkan bajuku sebelum kamu pergi aku akan lakukan semuanya sendiri,"perintahnya acuh tanpa menatap ke arah Waiter itu dia masih sibuk menelusuri wajah barunya yang cukup menawan dan mempesona serta tampan.
"Baik Tuan Muda,"ujar Pelayan itu menundukkan kepalanya dan keluar dari kamar Tuannya setelah menyiapkan pakaian yang akan di kenakan oleh Tuan nya itu.
Setelah kepergian pelayan itu Kenan berbalik hendak ke kamar mandi namun baju yang di siapkan oleh Waiternya cukup mengalihkan perhatiannya.
"Seragam sekolah tingkat SMA?"
Yah, namun tak heran juga wajahnya emang nampak muda seperti bocah sekolah.
Nama yang ada di seragam itu cukup menarik perhatiannya 'Qenan Satergonius Rilixks' nama marga yang cukup unik.
Dan apa itu seragam SMA tahun pertama?, jadi dia kelas 1 SMA? Tidak buruk.
"Jadi nama ku Qenan? Dan berumur 16 tahun?, ternyata aku sangat muda,"ujarnya tersenyum dan segera masuk ke kamar mandi.
Setelah bersiap Qenan segera keluar kamar semua hal yang di perlukannya sudah di siapakan Waiternya jadi dia tak memiliki halangan apa pun soal pernampilannya.
Menggendong sebelah gendongan tasnya saja Qenan keluar dari kamar dan siapa sangka bahwa banyak Pelayan pria yang menunggunya dan akan segera membungkuk 90° untuk menyambutnya, kaget? Tidak lah kehidupannya dulu juga tak beda jauh.
Sebenarnya yang membuatnya cukup heran adalah Bodyguard nya.
Mereka sebenarnya tak jauh berbeda dengan para Bodyguardnya dulu tapi para Bodyguard di sini bukan hanya memiliki Pistol tapi juga punya Pedang?.
"Salam Tuan Muda!"ujar para Pelayan.
"Ya, kalian bisa mengangkat kepala kalian,"ucap Qenan tanpa segan.
Seorang Butler yang sama dengan yang membangunkannya datang dia baru sadar bahwa pakaiannya berbeda dari yang lainnya, dapat Qenan tebak bahwa jabatannya lebih tinggi dari semua Pelayan yang ada.
"Tuan Muda, Nyonya, serta Nona Muda sudah menunggu ada di meja makan,"ujar Pelayan tersebut.
"Antar aku ke sana,"perintah Qenan.
"Baik Tuan Muda mari saya antar,"ujar Pelayan tersebut sopan dan mulai memimpin Qenan ke maja makan.
Sampai di meja makan Qenan bisa melihat sebuah meja yang sangat panjang dengan banyak kursi serta makanan enak dan mewah ada di atasnya menyambut pandangannya.
"Nak kamu sudah datang,"seorang wanita paru baya dengan baju serba hitam kini menyapanya, bisa dia tebak bahwa dia merupakan Nyonya rumah ini, kalau begitu dia ibunya?.
"Iya ma,"ujar Qenan dengan sedikit gagap saat mengatakan 'ma' pasalnya dia agak kurang nyaman dan sedikit gugup kalau dia salah menebak.
Namun reaksi wanita paruh baya itu membuatnya lega.
"Nak duduklah di tempatmu,"ujar wanita itu.
Qenan yang mendengar itu segara duduk dia tak merasa kesulitan sama sekali karena hanya ada tiga tempat duduk dengan piring di depannya dan dua laginya sudah terisi maka yang tersisa adalah miliknya.
Setelah Qenan duduk para Pelayan wanita segera saja menyajikan appetizer dan segera mengambilkan nasi serta lauk untuk para anggota keluarga itu setelah mereka memakan appetizer mereka.
Mereka makan dengan tenang sebelum Nyonya rumah itu membuka percakapan.
"Nak apa kamu sudah siap untuk minggu depan?, mama tidak ingin memaksamu tapi kamu satu-satunya garis keturunan asli dari Klan Rilixks, jadi kamu sama sekali tak bisa melepas tanggung jawabmu untuk tidak mewarisi keluarga setelah ayahmu meninggal,"
Gerakan tangan Qenan berhenti kini dia paham kenapa wanita itu memakai baju serba hitam padahal hari ini sangat cerah rupanya Tuan Besar dari rumah ini sudah meninggal dunia, dan itu terjadi baru-baru ini mungkin itu belum lama sekitar 1 minggu entah kurang atau lebih mengingat suasana Mension mewah ini masih rada berat.
"Kamu tenang saja mama akan membantu mengurus pekerjaan, jadi kamu jangan cemas,"ujar Mamanya.
Sebenarnya Mendia mama tiri Qenan cukup khawatir bahwa Qenan akan menolaknya, dia tak bisa membiarkannya Qenan menolak menjadi kepala keluarga atau bisa-bisa aset Klan Rilixks akan di sita oleh Kerajaan memang tidak semua tapi sebagian besar.
Hal ini karena Kepala Keluarga sebelumnya Damian Von Rilixks membuat surat wasiat yang berbunyi.
'SURAT WASIAT
...Aku Kepala Keluarga Rilixks,...
...Damian Von Rilixks,...
...Ingin hal ini di lakukan setelah aku tiada di dunia ini...
...Aku ingin putranya lah yang harus mewarisi Klan, dan jika putranya menolak untuk mewarisinya maka harta Klan akan di ambil oleh Kerajaan dengan 70% di ambil Kerajaan untuk di sumbangkan sebagai Kas Negara yang akan di gunakan untuk masyarakat, dan 20% untuk putranya serta sisanya 10% untuk istrinya saat ini.'...
Tentu saja Mendia tidak ingin harta suaminya di sumbangkan begitu saja walaupun dia mendapat bagian 10% tapi itu sangat kurang menurutnya.
Tentu saja 10% dari harta suaminya bahkan mampu membuat dia hidup tanpa kekurangan dan tanpa bekerja.
Qenan nampak berfikir sejenak, sebenarnya cukup merepotkan untuk menjadi Kepala Keluarga, tapi melihat mamanya yang seperti memohon serta saudarinya yang nampak diam saja dia berfikir bahwa tidak buruk untuk menjadi Kepala Keluarga dan mengurus Bisnis.
"Baiklah aku akan jadi Kepala Keluarga,"putus Qenan.
Jawabnya itu membuat Mendia senang sehingga dia nampak lebih cerah dan menjadi lebih ramah.
"Nak apa kamu ingin ayam ini juga?"tanyanya menawari Qenan ayam.
"Tidak ma, aku sudah kenyang,"ujar Qenan sambil mengelap mulutnya setelah makan, gerakannya sangat elegan, dan indah dia benar-benar seperti bangsawan sejati.
Gerakannya yang di lakukan secara alami sebenarnya membuatnya cukup terkejut, walaupun di kehidupannya sebelumnya dia adalah seorang Owner sebuah Perusahaan besar tapi tetap saja dia generasi pertama.
Keluarganya yang dulu cukup miskin jadi seharusnya dia cukup kasar namun tentu saja setelah dia naik sedikit demi sedikit di tangga ekonomi dan mencapai reputasi di bidang Teknologi dia menjadi sedikit lebih sopan namun tetap saja itu tak akan sampai pada tahap dia menjadi anggun dan elegan lagi pula penguasaha seperti apa yang akan belajar etika seorang bangsawan?, apa lagi dirinya hanyalah seorang pemula.
"Lalu apa kamu ingin steak ini?, ini cukup enak di panggang dengan kematangan medium,"
"Tidak ma aku benar-benar kenyang, tapi mungkin aku bisa makan Dessert,"ujar Qenan.
Segera saja Mendia menyuruh para Pelayan untuk menyajikan Dessert untuk Qenan.
"Kamu benar-benar tidak ingin makan lagi?"
"Tidak lagi pula ini sudah siang aku bisa terlambat ke sekolah jika makan lebih banyak,"
"Ahh!"
Mendengar apa yang di katakan oleh Qenan, Mendia segera tersadar bahwa anak-anak harus ke sekolah hari ini setalah mengambil cuti 1 minggu penuh karena kematian Kepala Keluarga.
Setelah memakan Dessertnya Qenan segera berdiri tak lupa menggendong tasnya dan segera berjalan keluar di ikuti Pelayannya atau mungkin sebenarnya itu adalah Asistennya?.
Masuk kedalam mobil, namun mobil itu belum bergerak yah itu karena saudarinya belum masuk.
Setelah saudarinya masuk ke dalam mobil barulah mobil itu bergerak.
"Hey jangan bertingkah sopan, aku hampir muntah,"
Ucapan sarkas itu membuatnya terkejut dan menatap kearah saudarinya sambil mengangkat satu alisnya, bertanya apa yang kamu bicarakan yah kira-kira seperti itu maksudnya.
"Jangan pura-pura bodoh, kamu tak jijik?, aktingmu sangat buruk, benar-benar tidak cocok,"ujar saudarinya itu dengan ekspresi jijik.
"Apa yang kamu bicarakan?, kenapa kamu seperti jijik terhadapku?, apa aku berbuat salah?, lagi pula bukannya kita keluarga?, kamu kakakku dan dia mamaku".
Namun ekspresi saudarinya nampak lebih jijik dalam memandangnya.
"Apa kamu pura-pura lupa atau sengaja?, kamu tak ingat sikap yang selama ini kamu tunjukan kepadaku dan mamaku?, apa kamu kira kamu pantas memanggil mamaku dengan sebutan mama?"ujar Saudarinya dengan ekspresi jijik, bahkan kini matanya memiliki sedikit amarah.
Saat ini Qenan merasa bahwa ada yang salah bahwa keluarganya sangat harmonis?, jadi ternyata mereka tidak harmonis toh apa dia sudah salah menyimpulkan dan dari apa yang di katakan saudarinya tetang mamanya dan Qenan dan tak pantas memanggil mamanya dengan sebutan mama cukup membuktikan kalau mereka saudara tiri, pantas saja Qenan tak memiliki kemiripan dengan saudarinya atau bahkan dengan mamanya.
Pada saat ini Qenan berharap dia memiliki ingatankan dari pemilik tubuh, mencari tau segalanya sendiri sangat sulit.
Namun siapa sangka saat dia berfikir akan hal itu ingatan dari pemilik tubuh segera memasuki kepalanya seperti kaset yang rusak.
Sehingga saat ini dia memiliki ekspresi datar, itu karena kepalanya sangat sakit dan pusing tapi saudarinya yang ada di sebelahnya berfikir bahwa Qenan mengabaikan nya sehingga dia sangat kesal.
Setelah mendapat ingatan pemilik tubuh Qenan kini paham akan semua situasi yang ada termasuk sebuah fakta bahwa dia masuk ke dalam novel kesukaan sepupunya yang berjudul 'Macha' judul yang unik, penulis memberikan judul itu hanya karena dia menyukai Macha.
Kini dia paham situasi bahwa kondisi dalam keluarganya tidak baik sama sekali, seingatnya jika mengikuti alur novelnya seharusnya itu sudah di mulai sejak lama.
Novel ini di mulai sejak Viviana Female Lead dari novel ini masuk ke SMA paling bergensi dan hanya bisa untuk kalangan bangsawan berkat kepintarannya sehingga dia mendapat beasiswa.
Siapa sangka di hari pertama dia masuk sekolah dengan penampilannya yang polos, dan lugu menarik perhatian Male Lead, tentu saja Antagonis di novel ini yang bernama Crystal cemburu pasalnya sang Male Lead adalah tunangannya malah jatuh cinta kepada Famale Lead.
Dan di mulainya perilaku buruk Crystal dia membully Viviana yang di anggapnya sangat caper, namun tentu saja Male Lead selalu melindungi Viviana yang merupakan kekasihnya.
Namun tentu saja Male Lead tak bisa berbuat banyak karena bagaimana pun ayah tiri Crystal adalah seorang Duke yang sangat berkuasa, namun sebuah kemalangan menimpa keluarga Duke di pertengahan cerita.
Duke yang merupakan Kepala Keluarga meninggal dunia dan satu-satunya darah murni dari keluarga Duke tak mau menjadi Kepala Keluarga sehingga otoritas mereka sebagai Duke mereka di cabut serta harta kekayaan mereka sebanyak 70% di ambil olah Kerajaan sama seperti surat wasiat yang di tinggalkan Kepala Keluarga sebelum kematiannya.
Dan kalian bisa menebak seperti apa bukan?, karena hal tersebut Male Lead tidak lagi takut akan Crystal sehingga dia mulai berani, dan akhirnya ending dari cerita ini Crystal yang merupakan Antagonis novel ini mati dan Male Lead serta Famale Lead menikah dan hidup bahagia selamanya.
Cerita yang klasik dan sebenarnya cukup membosankan.
Menghela nafas.
Qenan tak pernah menyangka bahwa dia akan masuk kedalam novel itu.
Oh ya ada juga fakta yang cukup membuatnya terkejut bahwa dia sepertinya masuk ke dalam tubuh adik sang Antagonis itu.
"Ugh! Kenapa sangat rumit sekali."desahnya tak habis pikir.
Hal itu tentu saja di dengar oleh saudarinya.
Melirik kearah saudarinya dia kini menutupi sebelah wajahnya dengan tangannya.
'Sepertinya aku mengubah sedikit alur cerita.'pikirnya namun siapa juga yang perduli akan hal itu ini hidupnya jadi terserah dia dong mau gimana.
Dia sama sekali tak perduli jika merusak alur cerita novel ini, lagian salah siapa yang membuatnya masuk ke dalam novel?.
Tak lama mobil segera berhenti di sebuah bangunan sekolah yang sangat mewah, dan Crystal saudarinya itu bersiap untuk turun.
"Jangan sok akrab."ujar Crystal sebelum membuka pintu.
Namun sebelum sempat Crystal turun dari mobil Qenan menarik tangannya hingga jarak antara Qenan dan Crystal sedikit terkikis.
"Kalau aku tidak mau? Memangnya kamu bisa apa?."ucap Qenan dengan seringan.
Sedikit syok sebelum akhirnya Crystal menyentakkan tangan Qenan yang memegangnya.
"Cih! Jangan berlaku seperti kita dekat."ucapnya sebelum keluar dari mobil.
Qenan yang melihat itu hanya menatap datar kepergian saudarinya dia sama sekali tak tertarik terlibat di dalam alur novel ini.
Setelah Crystal lumayan jauh barulah Qenan keluar dari mobil.
Dengan percaya diri dia berjalan menuju kelasnya dan segera duduk di kurisnya.
Baru saja duduk di kurisnya seorang anak di kelas itu menghampirnya.
"Qenan aku turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu aku harap kamu bisa ikhlas."ucap pemuda itu.
Qenan yang mendengar hal itu melihat pemuda itu dia seorang pemuda tampan seumuran dengannya.
Kalau tidak salah pemuda ini anak dari seorang Viscount dan juga merupakan bawahan dari keluarganya.
Mereka berteman sejak kecil jadi mereka sangat dekat.
"Iya terima kasih Niel."balas Qenan jujur saja Niel adalah orang pertama yang mengucapkan bela sungkawanya dan mungkin akan menjadi satu-satunya?.
Tentu saja Qenan tak merasa aneh akan hal itu karena berdasarkan novelnya semua orang segera menjaga jarak darinya setelah meninggalnya Kepala Keluarga lantaran banyaknya rumor yang mengatakan bahwa Qenan tak mau mewarisi keluarga dan juga fakta bahwa bisa saja otoritasnya sebagai keluarga Duke di cabut, apa lagi hal itu di perkuat dengan ungkapan Qenan pada 2 hari yang lalu di mana dia mengatakan tak ingin menjadi Kepala Keluarga karena dia punya cita-cita menjadi seorang Jurnalis terkenal.
Dia ingat bahwa temannya Niel dan keluarga Niel lah satu-satunya yang tak menjauhinya bahwa masih menolongnya.
Niel yang mendengar jawaban dari Qenan segera saja menaruh kotak bekal di atas meja.
"Hey lihat ibuku memberikan aku dan kamu bekal dia berkata agar kita makan bersama, hari ini itu adalah makanan kesukaanmu Qenan."ujar Niel semangat.
"Benarkan?, tolong sampaikan terima kasihku kepada bibi."ujar Qenan.
"Baiklah."ucap Niel.
Mereka sedikit mengobrol hingga guru memasuki kelas.
Bel istirahat sudah berbunyi dan kini Niel serta Qenan berencana untuk makan bekal di kantin saja sekalian beli minum.
Saat mereka sampai kantin terdengar suara piring pecah yang membuat Niel terkejut sambil mengelus dadanya.
"Allahu Akbar!."kagetnya sepontan.
Qenan yang ada di sebelahnya pun juga terlonjak kaget bukan karena suara piring pecah itu tapi karena pukulan yang secara tiba-tiba di dapatkannya dari Niel.
"Crystal!, bukannya aku sudah pernah memperingatimu agar jangan mengganggu Viviana?!."
Suara lantang itu terdengar di seluruh penjuru kantin membuat semua perhatian tertuju ke sumber suara termasuk Niel dan Qenan.
Seorang pemuda tampan kini tengah memarahi Crystal saudari Qenan di tempat umum, Qenan yang melihat itu mengangkat satu alisnya.
Kalau tidak salah ini adalah salah satu adegan yang terjadi setelah Duke meninggal dunia.
Adegannya sebenarnya cukup klasik sama seperti adegan di novel romansa remaja.
Yaitu yang Antagonis dengan sengaja menyenggol Protagonis yang membawa sup panas di tangannya dan membuat kuah sup yang panas terkena tangan dari Protagonis, cukup membosankan sebenarnya dan adegan itu cukup banyak di gunakan.
***
Crystal dan kedua temannya kini sedang ada di kantin.
"Crys, sana kamu saja yang pesen ya aku lagi malas nih."ujar temannya yang bernama Nabilla dengan lesu pasalnya dia baru saja putus dari pacarnya.
"Ya kamu aja ya Crys aku lagi push rank nih."ujar Winda si cewek tomboy sambil memainkan hpnya.
Crystal yang melihat keadaan kedua temannya hanya bisa menghela nafas lelah.
"Ok kalian mau apa?."tanya Crystal kepada kedua temannya.
"Kayak biasa aja."ujar kedunya Nabilla dengan nada lemas dan Winda dengan nada acuh karena sedang fokus ke hpnya.
Crystal yang mendengar itu segara saja berdiri dan berjalan namun saat dirinya hampir sampai seseorang menabraknya dan kemudian terdengar suara piring pecah serta isakan tangis dari seseorang yang terjatuh.
Crystal yang terkejut hendak menolong orang itu.
"Ah! Maaf_."namun belum sepat dirinya berucap lebih panjang serta belum sempat pula dirinya menolong orang itu sebuah tarikan kasar membuatnya terjungkal ke belakang hingga terjatuh.
"Ugh!."
"Crystal!, bukankah aku sudah pernah memperingatimu agar jangan mengganggu Viviana?!."ujar seorang pemuda yang kini membantu Viviana berdiri dan memeluknya.
Crystal yang melihat itu jujur saja merasa sakit, wanita mana yang tak akan merasa sakit hati saat tunangan yang di cintainya memeluk wanita lain di hadapannya.
"Aku_."
Namun lagi-lagi saat dirinya ingin membantah sebuah tamparan mendarat di pipinya membuat sudut bibirnya robek.
"Ingat ya Crystal orang yang ku suka itu Viviana jadi jangan ganggu dia!."ucap tunangan Crystal yang bernama Aron.
"Jangan hanya mentang-mentang kamu anak Duke Rilixks jadi kamu bertingkah!, lagi pula sebentar lagi Duke Rilixks akan hancur dan aku akan membatalkan pertunangan ku denganmu!."ujar Aron sambil menatap jijik kearah Crystal.
Crystal yang mendengar nama Rilixks di bawa-bawa kini nampak marah, jika Aron hanya menghina dirinya dia akan diam dan menerimanya tapi beraninya dia menghina marga milik ayah angkatnya.
Walaupun dia dan Qenan tidak dekat atau bahkan musuh tapi jujur saja ayah tirinya Damian sangat baik sehingga dia menyayangi Damian seperti ayah kandungnya sendiri.
"Kamu! Boleh menghinaku tapi jangan hina Rilixks!."ujar Crystal yang kini langsung berdiri membentak Aron.
Aron yang melihat reaksi Crystal hanya masa bodo dan tak perduli bahkan hanya menatap Crystal sebelah mata, dia sama sekali tak menganggap amarah Crystal serius.
"Kamu berbicara seperti itu seperti kamu berdarah Rilixks saja, lagian yang ku katakan-kan fakta 'bahwa Rilixks akan hancur'."ucap Aron dengan seringannya, dan berbisik di telinga Crystal di kalimat terakhir.
"Dasar bajingan!."suara tamparan kini terdengar dengan nyaring.
Kini kepala Aron menoleh ke samping dengan jejak tangan di pipinya, ya baru saja Crystal menampar Aron.
"Ahh!!."Viviana yang melihat kejadian itu dari dekat berteriak keras dan mundur satu langkah dari posisinya.
Aron yang di tampar kini mematung hingga dirinya melihat kearah Crystal dengan mata yang dingin.
"Ah!_, Aron_aku_tidak_."ujar Crystal dengan gagap dia sungguh tak bermaksud untuk menampar Aron.
Rasa bersalah kini menghampiri hatinya, bahkan seluruh tubuhnya bergetar.
Aron yang sudah marah kini melangkah selangkah demi langkah kearah Crystal dengan mata yang dingin serta aura intimidasi, Crystal yang melihat Aron mendekat kini berjalan mundur dia takut.
"Kamu_!"
Prang!
Segera saja Aron membanting gelas di dekatnya di sebelah Crystal, pecahan kaca dari gelas itu kini tersebar bahkan sebagian kecil melukai kaki Crystal, membuat kaki Crystal bergetar hebat karena rasa sakit.
"Ahh!"teriaknya kesakitan saat pecahan kaca itu menggores kakinya hingga mengeluarkan darah.
Tak hanya sampai itu Aron sama sekali tak berhenti dan terus mendekati Crystal dirinya sudah di luar kendali akal sehat.
Mengangkat botol kecap kearah Crystal dirinya berniat untuk memukul Crystal.
Crystal yang melihat botol kecap hendak mengenainya kini memejamkan mata sambil mengangkat kedua tangannya untuk melindungi dirinya, namun sampai suara botol pecah pun serta teriakan dari para penghuni kantin Crystal sama sekali tak merasakan rasa sakit di tubuhnya, hingga akhirnya dia mulai memberanikan diri untuk membuka matanya.
Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Qenan berdiri di depannya dengan guyuran kecap serta sisa-sisa kaca yang ada di rambutnya, dan juga kepalanya yang kini mengeluarkan darah, bahkan baju putihnya kini ternoda darah miliknya sendiri, kecap dalam botol itu sendiri tinggal sedikit sehingga hanya ada beberapa bercak kecap di tubuh Qenan.
Kini Aron-lah yang tergagap dia sama sekali tidak menyangka bahwa Qenan akan ada di sana menghadang botol yang dia ayunkan untuk memukul Crystal.
"Qe_Qenan_."ujarnya takut-takut.
Seluruh kantin kini juga menatap takut-takut kearah Qenan di mana Qenan sendiri bahkan masih saja diam.
Tiba-tiba saja aura mencekam dan mengintimidasi menyerbak keluar dari Qenan aura hitam ke merahan kini menyelimuti tubuh Qenan bahkan aura yang sama juga menyebar ke seluruh penjuru kantin.
Semua orang yang ada di kantin kini merasa tercekik mereka sama sekali tidak bisa bernafas dengan baik bahkan mereka yang posisinya dekat dengan Qenan kini telah terkapar pingsan dengan darah yang keluar dari mulut, hidung serta kedua telingannya, dan mereka yang jauh dari Qenan kini berlutut di tanah, bahkan mereka yang ada di luar kantin tidak dapat bergerak dari posisi mereka dan mereka yang ada di luar sekolahan kini tak bisa mengangkat kepala mereka yang jadi tertunduk.
Dengan mata dinginnya Qenan kini mengangkat kepalanya yang tertunduk dan mendekat kearah Aron yang berlutut sambil terbatuk-batuk lantaran tak dapat bernafas.
Viviana sendiri anak itu sudah pingsan, sedangkan Crystal dia hanya terduduk tak bisa bangun.
"Berani-beraninya bangsawan rendahan sepertimu menghina Rilixks?, apa kamu sudah bosan hidup?."tanya Qenan dengan suara dingin.
Suara itu menusuk indra pendengaran semua orang di kantin bagai pedang.
"Dan apa kamu bilang Rilixks akan hancur?, sebelum Rilixks hancur akanku pastikan klanmu hancur terlebih dahulu sialan!."ucap Qenan lagi dengan nada penuh penekanan.
"Orang sepertimu yang bahkan berani menghina klan dengan darah Kerajaan yang mengalir di dalamnya bukankah akan bagus jika di bunuh saja?."ucap Qenan sambil memiringkan kepalanya dan kakinya sendiri kini tengah terangkat dan membanting kepala Aron agar bersujud di tanah.
Crystal yang melihat Qenan murka sangat takut tapi dia tau bahwa saat ini dia harus menghentikan Qenan mengeluarkan Aura Sang Penakluk.
Dengan sekuat tenaga Crystal berusaha menggapai Qenan yang ada di depannya yang saat ini sedang asik memukul-mukul kepala Aron ketanah dengan kakinya.
Tawa jahat dan ekpresi puas terlukis dengan jelas di wajah Qenan saat melihat Aron yang lemas tak berdaya dengan darah yang bercucuran tapi Aron masih sadar.
"Hey!, lihatlah orang rendahan ini?, masih saja bisa menjaga kesadarannya."ujar Qenan senang dengan tawa mengerikan.
Saat ini Qenan sedang di kendalikan oleh Aura Sang Penakluk.
Aura Sang Penakluk sendiri hanya di miliki oleh keluarga Duke Rilixks, sebenarnya di Kerajaan ini ada 5 orang yang memiliki kemampuan unik yang sama dengan nama yang berbeda yaitu Duke Barat, Utara, Timur, Selatan dan Keluarga Kerajaan, hanya saja seiring berjalannya waktu kekuatan garis keturunan mereka melemah kecuali satu garis keturunan yaitu garis keturunan Aura Sang Penakluk.
Duke Rilixks sendiri merupakan Duke dari Barat, keluarga/klan yang terkenal akan garis keturunan Aura Sang Penakluk serta gelar mereka sebagai Dewa medan perang.
"Sejujurnya melihatmu masih sadar membuatku semakin senang karena itu artinya aku masih bisa untuk menghajarmu, jadi tolong tetaplah sadar."ujar Qenan dengan tawa mengerikan sambil menjambak rambut Aron agar Aron bisa melihat wajah Qenan yang kini tersenyum setan.
"Qe_Qenan__."ucap Crystal lemah sambil memegang ujung baju seragam Qenan.
Crystal sendiri dia sudah sedikit kebal akan Aura Sang Penakluk, hal ini di karenakan Duke Rilixks sebelumnya alias Damian berusaha membuat Crystal menjadi terbiasa dengan kekuatan itu, walaupun dia masih belum kebal tapi setidaknya itu sudah lebih baik.
"A_aku_mohon__berhenti__."lirihnya sekuat tenaga.
Qenan sama sekali tak memperdulikan Crystal yang menarik bajunya sambil mengatakan kalimat berhenti dirinya masih saja asik memukul wajah Aron dengan tangannya hingga babak belur bahkan wajah tampan Aron kini sudah tidak kelihatan sama sekali, yang kini terlihat hanyalah wajah jelek penuh akan luka pukulan.
"Qe_nan_aku_mohon_ber_berhenti!!."ucapnya sekuat tenaga sambil menarik Qenan kebelakang agar terjatuh.
Qenan yang sedang memukul Aron kini terjungkal kebelakang tanpa persiapan alhasil pegangannya pada kerah baju Aron terlepas dan dirinya jatuh terduduk di lantai.
Pada saat itu juga Qenan kini tersadar dari pengaruh kekuatan itu, seketika itu juga Kekuatan Aura Sang Penakluk segera hilang di udara, dan semua orang yang kesulitan bernafas kembali normal terlihat sekali bahwa semua orang nampak lega dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Sedangkan Qenan yang tiba-tiba sadar merasa linglung, hal pertama yang dia lihat adalah Aron yang sudah tak sadarkan diri di depannya dengan penuh luka, orang-orang yang merasa lega, serta Crystal yang kini memeluknya dari belakang sambil menangis dan menyembunyikan wajahnya di pundaknya.
"Eh_?, apa yang terjadi?."tanyanya bingung tentu saja tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
Hingga suara seseorang dari pintu kantin mengalihkan semua orang.
"Wah wah Tuan Muda ini kekacauan yang cukup mengejutkan."ucap seorang pria dengan baju dinas Kerajaannya yang kini berdiri di pintu dengan banyak bodyguard di belakangnya.
"Siapa kamu?."tanya Qenan waspada.
Pria itu hanya tersenyum melihat bahwa Qenan waspada dengan dirinya.
"Yah tapi dengan ini sudah cukup membuktikan bahwa anda cocok untuk mewarisi gelar Grand Duke Rilixks dari Barat."ujarnya penuh kekaguman.
"Dan perkenalkan nama saja David Von Rolien, Sekertaris serta tangan kanan dari Raja Robelia Von Delvon, salam untuk Tuan Muda Qenan Satergonius Rilixks, kedatangan saya kesini untuk mengundang Tuan Muda ke Istana, Raja sudah mendengarnya dari ibu anda bahwa anda bersedia menjadi Duke bagi wilayah Rilixks dan saya di utus untuk membawa anda kesana untuk upacara pengangkatan."jelasnya dengan sopan sifat sembrononya kini sudah hilang.
Qenan kini nampak mengerti dan tak lagi waspada.
"Bukankah itu 1 minggu lagi?."tanya Qenan yang merasa bingung kenapa tiba-tiba jadwalnya berubah.
Mendapatkan pertanyaan itu David tersenyum dan mulai menjelaskan alasannya.
"Sebenarnya Raja juga ingin melakukannya 1 minggu lagi tapi para Bangsawan sudah mendesak, dan lagi posisi Duke Rilixks tidak bisa terlalu lama kosong atau tidak tumpukan dokumen dan kertas kerja akan menjadi gunung menunggu untuk di kerjakan."
Benar apa yang di katakan oleh David dalam satu hari saja sudah ratusan dokumen yang perlu di urus di ruang kerja dan kini hanya menumpuk tanpa di kerjakan sama sekali.
Apa lagi para Bangsawan banyak mengeluh karena menjadi sangat sibuk dan tak bisa beristirahat lantaran pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh Duke Rilixks kini di limpahkan kepada mereka jadi mereka jadi sangat sibuk selama 24 jam tanpa istirahat.
Qenan yang paham kini menganggukkan kepalanya.
"Aku mengerti."ucapnya dan hendak bangun tapi pelukan di tubuhnya makin erat membuat dirinya tak bisa bangkit.
Itu adalah Crystal yang kini menatap David penuh akan permusuhan, David sendiri hanya tersenyum dalam menghadapi mata elang dari sang Nona Muda Kediaman Duke itu.
"Sepertinya Nona Muda begitu menyayangi anda Tuan Muda sampai tidak ingin berpisah dengan anda."ujar David yang seperti bercanda namun sebenarnya itu adalah kalimat ejakan serta penghinaan untuk Crystal.
Lagi pula siapa yang tidak tau kalau kedua bersaudara itu saling bermusuhan?, jadi akan aneh sekali jika mereka tiba-tiba saling menjaga.
Crystal sendiri mungkin tau tapi dia diam saja sedangkan Qenan sendiri membiarkannya lagi pula sepertinya itu cocok untuk saudarinya itu.
"Jadi apa Tuan Muda akan ikut saya?."tanya David lagi menatap Qenan ramah.
"Ya aku akan ikut."ujar Qenan sambil melepas pelukan Crystal dan berdiri.
"Niel."panggil Qenan kepada sahabatnya itu.
Dengan cepat Niel bergegas ke samping Qenan.
"Ya Qenan ada yang bisa aku bantu?."tanyanya.
"Tolong bawa saudariku ke UKS agar mendapatkan perawatan medis, tolong ya Niel aku percayakan dia padamu."ujar Qenan sebelum berjalan keluar kantin.
"Ya silakan lewat sini Tuan Muda."ucap David yang kini menyingkir dari jalan memberi jalan bagi Qenan untuk berjalan terlebih dahulu dengan senyum yang masih senantiasa ada di bibirnya.
Setelah Qenan berjalan lumayan jauh kini senyum di wajahnya luntur dan di gantikan dengan wajah dinginnya menatap kearah semua penghuni kantin.
"Oh ya mungkin mulai besok kalian tidak bisa memanggil Tuan Muda dengan nama 'Qenan' tapi 'Duke' jadi ingat ya untuk memanggilnya dengan nama 'Duke Rilixks' kalau begitu sampai jumpa semuanya."ucapnya dan segara pergi mengikuti Qenan yang sudah berjalan lumayan jauh.
Bukan tanpa alasan David mengatakan hal itu, semua hal itu dia lakukan agar nama Duke Rilixks tidak tercoreng, jika hal yang dia simpulkan benar berdasarkan kondisi yang terjadi pada kedua bersaudara Rilixks mereka berdua pasti terkena bully di sekolah.
Dengan dia menegaskan hal itu di sekolah dari Tuan Muda Rilixks maka setidaknya itu akan sedikit membantu Tuan Muda.
Sehingga pada akhirnya mereka semua yang awal mulanya mulai meremehkan Rilixks karena banyak sekali rumor bahwa Tuan Muda Qenan tidak mau menjadi Duke tersebar banyak Bangsawan yang mulai meremehkan Rilixks, tapi jika Tuan Muda Qenan mau menjadi Duke apa yang akan terjadi?.
Tentu saja pasti Tuan muda akan tetap di remehkan karena dirinya yang masih muda tapi jika Tuan Muda bisa memperlihatkan nilainya maka itu akan jadi bom.
Pada saat itu seisi kantin menjadi heboh dan sangat berisik, serta pada saat itu juga berita tentang hal itu menyebar ke seluruh sekolahan, sedangkan para PMR kini sibuk mengangkut siswa/i yang pingsan atau pula sakit ke UKS untuk mendapatkan perawatan, sedangkan Aron yang terluka sangat parah kini di larikan ke rumah sakit.
Qenan yang kini sudah sampai di Istana di bimbing kesebuah ruangan.
"Tuan Muda sebaiknya anda membersihkan diri anda terlebih dahulu, baju resmi anda sudah di siapkan semoga saja itu cocok dengan anda tentu saja itu bukan hanya satu stelan tapi ada setidaknya 7 baju untuk senin-minggu baju resmi komandan pasukan dan_."ujar David menjelaskan tapi Qenan sama sekali tak mendengarkan kelanjutannya dan melihat-lihat baju yang ada di depannya saja.
David yang tau bahwa Qenan tidak mendengarkannya hanya tersenyum, lagi pula untuk jaga-jaga dia punya buku tentang semua seragam, dia sengaja menyiapkannya karena kalau itu Rilixks mereka pasti akan seperti itu.
"Kami juga akan segera mengirim dokter untuk merawat luka anda Tuan Muda, kalau begitu saya undur diri."ujarnya sopan dan segera keluar kamar.
Qenan yang di tinggal sendiri kini mulai pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri, dalam hati masih banyak pertanyaan yang ingin dia cari jawabannya.
Di bawah guyuran air shower Qenan kini sedikit merenung, air shower itu kini mulai membersihkan setiap bagian tubuh Qenan dan darah serta kotoran lainnya mulai menghilang membuat air yang mengalir dengan warna merah.
Setelah mandi Qenan berjalan keluar menggunakan handuk, saat keluar dia sudah bisa melihat dokter di kamar itu.
"Maaf Tuan Muda saya masuk secara lancang, saya sudah memanggil ada dari tadi tapi anda tidak menjawab jadi saya memutuskan untuk masuk terlebih dahulu dan menyiapkan obat-obatnya dulu."ujar pria tua itu yang tak lain adalah dokter.
"Yah tidak apa-apa."
Dia sama sekali tidak tersinggung lagi pula keduanya sama-sama laki-laki.
Setelah mendapatkan penanganan medis segara saja Qenan bersiap-siap sosoknya yang gagah, dan tampan sangat bagus di dalam balutan baju itu.
Tak lupa dia juga menggunakan sarung tangan.
"Hmmmm..."
Melihat dirinya di cermin sebenarnya pakaian ini cukup sesak tapi dia harus memakainya selama 24 jam seharinya rasanya dia tak tahan.
Menghela nafas panjang sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan tangannya.
"Gerah sekali."
Setelah di rasa cukup Qenan segera saja keluar dari kamar rupanya kini David sudah menunggunya di luar.
"Mari Tuan Muda saya antar anda."ujarnya ramah.
Qenan kini mengikuti David dari belakang dan sampailah mereka di sebuah pintu yang sangat besar dengan banyak bodyguard yang berjaga di sana.
Pintu itu terukir dengan sangat indah serta berlapis emas dan permata, sangat indah, tapi sejujurnya yang ada di pikiran Qenan adalah bahwa gerbang ruangan kerja Duke di Kediaman lebih bagus.
David segera saja membuka pintu tersebut.
"Ayo Tuan Muda."ujarnya yang kini memimpin di depan.
Sebelum masuk Qenan menarik nafas panjang ini pertama kalinya dalam hidup bertemu dengan penguasa suatu negara, bukankah artinya dia akan bertemu Presiden?, Raja \= Presiden, dia yakin bahwa itu mimpi.
Berdehem sedikit untuk menghilangkan perasaan gugupnya Qenan segera masuk mengikuti David.
Kaki Qenan kini menginjak karpet merah di sana di atas panggung Qenan bisa melihat seorang pria dengan wibawa yang mendominasi duduk di atas takhta dengan mahkota di kepalanya.
Masuknya Qenan keruangan itu membuat semua Bangsawan yang hadir menoleh kearahnya mereka kini sedang menyambut Qenan.
Melihat begitu banyak orang, jujur saja Qenan merasa gugup, menutup matanya sebentar menyakinkan hatinya untuk melangkah kini Qenan membuka matanya.
Saat ini dalam bayangan Qenan situasi yang dia hadapi sama seperti situasi di mana dia pertama kali maju untuk mempresentasikan hasil dari perusahaannya.
Kini aura di sekitar Qenan berubah, aura percaya diri dan yakin terlihat padanya, langkah demi langkahnya sangat berwibawa membuat semua Bangsawan yang ada di sana menjadi kagum.
Tanpa sadar Aura Sang Penakluk sedikit bocor membuat semua orang merasa tertekan tak terkecuali Raja yang kini masih berusaha tersenyum dan duduk dengan penuh wibawa, berbeda dengan para bawahannya yang kini banyak yang menundukan kepalanya tak sanggup menatap kearah Qenan.
Qenan maju di hadapan Raja dan segera berlutut memberi salam.
"Salam untuk matahari Kerajaan sang Raja Kerajaan Yesdernia Raja Robelia Von Delvon yang agung."ucapnya menudukan kepalanya di depan sang Raja.
"Angkat kepalamu nak."ucap sang Raja menyuruh Qenan mengangkat kepalanya.
Melihat wajah Qenan jujur saja Raja sedikit merinding pasalnya mata Qenan yang tajam begitu mirip dengan Duke Rilixks sebelumnya atau bahkan lebih tajam.
Namun dirinya juga senang karena bibit unggul seperti Qenan akan melayani Kerajaan.
"Kamu sangat mirip dengan ayahmu nak."ujar Raja dengan senyum.
"Terima kasih Yang Mulia."ucap Qenan.
"Jadi bisakah kita mulai sekarang saja."perintah Raja.
Ketiga Duke yang kini berdiri di dekat Raja mengangguk dan Sekertaris Raja kini maju membawa pedang di tangannya.
Raja mengambil pedang tersebut dan segera saja maju kehadapan Qenan.
Menaruh pedang itu di pundak kiri dan kemudian kanan dari Qenan.
"Aku Raja Robelia Von Delvon, Raja dari Kerajaan Yesdernia mulai hari ini menobatkan Qenan Satergonius Rilixks sebagai Duke Rilixks."ucapnya
Seketika ruangan itu penuh akan tepuk tangan setelah itu di ambillah sumpah setia dan sumpah bahwa Qenan akan menjalankan tugasnya dengan baik, di lanjut dengan doa.
Menepuk pundak Qenan.
"Nak, ah! Tidak Duke, kini kamu harus bekerja."ucap Raja dengan senyum lembut.
Qenan yang mendapat ucapan tersebut hanya bisa tersenyum.
"Kamu tenang saja semua berkas sudah sampai di rumahmu, nak kalau begitu sampai jumpa besok pagi."ujar Raja tersenyum cerah dan segara pergi dari sana di ikuti oleh Sekertarisnya.
Qenan yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas lelah dan memegang belakang lehernya yang sangat pegal.
Tak lama lehernya berbunyi dengan sangat renyah memecahkan keheningan di dalam Aula.
"Ah!, aku akan pulang kalau begitu permisi semuanya."ujar Qenan dan langsung berbalik pergi.
Rasanya lelah sekali hanya dengan acara penobatan dia ingin istirahat.
Siapa sangka bahwa mobil dari kediamannya sudah sampai di Istana.
Seorang Bodyguard yang melihat Qenan dari kejauhan segara membukakan mobil.
Qenan yang kenal dengan mobilnya itu segera saja masuk di dalam rupanya sudah ada Pelayan yang tadi pagi membangunkannya atau Sekertarisnya yang sekarang?.
"Selamat siang Duke."sapanya ramah.
"Ya siang jadi apa jadwal hari ini?."tanya Qenan sambil bersandar pada kuris mobil.
"Tidak ada jadwa Yang Mulia."jawab Asistennya.
"Itu bagus kalau begitu aku kembali ke sekolah, aku ada tugas presentasi hari ini."ujar Qenan.
"Baik Yang Mulia Duke."
Segera saja mobil itu meninggalkan perkarangan Istana, rupanya kepergian mobil itu tak lepas dari sepasang mata yang mengamati dari jauh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!