NovelToon NovelToon

ROH DAN KEMATIAN

Aku

Sambil menunggu Paman dan Bibikku bersiap, aku berbaring di ranjang kesayanganku. "Bibik dan Paman lama sekali, aku jadi mengantuk." gumamku sambil mengucek-ucek kedua mata.

Saat aku hampir terlelap, Bibik dan Paman menghampiriku. " Ayo sayang, Paman dan Bibik sudah siap. Jangan tidur siang bolong ah ...! Ngak baik ...." ujar bibik sambil terus berceloteh tentang keburukan saat tidur ditengah hari.

Aku, Paman, dan Bibik masuk ke dalam mobil dan segera berangkat. Pukul 12.05 wib, perjalanan kami cukup panjang sekitar 8 jam, jadi Paman bilang, "Seperti biasa, kamu bisa tidur di dalam mobil selama diperjalanan. " ujar paman sambil memegang kepalaku.

Kantuk berat, itulah yang aku rasakan. Sekitar pukul 15.00 wib aku sudah tidak lagi bisa menahan mataku walaupun sebenarnya aku masih sangat ingin melihat pemandangan selama diperjalanan.

Aku tertidur, saat antara sadar dan tidak aku merasa ada seseorang yang berada di sampingku dan memegang tangan kiriku, padahal Bibik duduk di kursi depan bersama Paman.

Merasa yakin dengan perasaanku, aku membuka mataku dengan cepat dan melihat ke arah tanganku tapi aku tidak melihat apapun. Mungkin ini hanya perasaanku saja, ucapku di dalam hati. Aku kembali memejamkan mataku.

Situasi sebenarnya, seorang gadis misterius duduk dan memegang tangan Sarah dengan wajah pucat dan tatapan kosong.

Aku Sarah.... aku anak satu-satunya dikeluargaku. Kata mereka aku perempuan yang sangat cantik dengan rambut yang lurus panjang dan sedikit bergelombang. Aku suka mendengarkan musik dan suara halus angin.

Ayahku bernama Ardy dan Dia bekerja di sebuah perusahaan properti. Dia seorang pekerja keras dan sering keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Walaupun Ayahku terkesan pendiam dan misterius tapi aku tau kalau Ayahku sangat menyayangiku.

Ibuku bernama Rina, Iya seorang Ibu rumah tangga. Ibuku perempuan yang sangat lembut, baik hati, dan suka memasak. Wajah Ibu sangat lembut dan cantik walaupun kata mereka tidak terlalu mirip denganku, tapi itu tidak masalah, yang penting mereka juga bilang aku ini cantik Ha ha ha ha ha ha ha ha ha.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas aku tinggal di rumah paman dan bibikku di kota. Jarak antara rumah Ibu dan Paman cukup jauh... sekitar 7 sampai 8 jam perjalanan.

Aku disekolahkan di tempat Paman dan Bibik mungkin dianggap lebih maju karna lokasinya diperkotaan dan Bibikku adalah seorang guru yang teladan.

Saat ini aku akan melanjutkan pendidikanku di bangku kuliah dan aku kembali pulang kerumahku untuk berlibur. Kali ini libur yang cukup panjang sehingga aku bisa puas bersama Ayah dan Ibu ku.

Kami mulai memasuki daerah perbatasan kota. suasana tenang, sejuk, damai, dan jauh dari kebisingan kota menyambut ku dengan sempurna hingga aku merasa sangat rileks.

"Sarah, kita hampir tiba. "

"Iya paman ...." ucapku sambil melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 17.50 wib.

"Kenapa Sarah? " tanya Paman sambil memperhatikan aku dari kaca depan mobil.

"Akhirnya lelah kita terbayarkan Paman. " sahutku sambil tersenyum dan paman juga membalas senyumanku.

"Sarah ... seperti biasa ya! Jangan suka usil, nakal, sok tau, dan penasaran dengan apapun yang menurut kamu unik. Ingat ... ini mulai masuk kampung lho sayang. " ujar Bibik sambil menunjuk-nunjuk hidungku dengan jari telunjuknya.

"Iiiiih Bibik ini, iya iyaaaa aku pasti selalu ingat semua pesan Bibik yang tidak pernah berubah dari dulu kepadaku. Hi hi hi hi .... " berkata sambil melepas tawa kecilku.

"Jangan membantah Sarah ...! "

"Baiklah Bik .... " sahutku sambil menunduk dan menggerutu.

"Kita sudah sampai." ucap Paman sambil memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah Ayah dan Ibu.

Melihat wajahku yang masih mengkerut Paman menarik pipiku. "Sudah-sudah! Ayo kita turun dan jangan terus-terusan bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Kamukan sudah tau sifat Bibikmu Sarah jadi jangan diambil hati. " ucap paman.

Dari dalam mobil, terlihat Ibu sudah berdiri di halaman rumah sambil tersenyum bahagia. Melihat Ibu aku langsung turun dari mobil dan Ibu langsung memelukku. "Sarah ... akhirnya kita bertemu kembali. Ibu kangen sekali. " ucap Ibu sambil memelukku dengan erat.

"Aku juga kangen sekali Bu, hmmmmmh kenapa sih aku tidak bersekolah di sini saja? Di dekat ibu? " tanyaku sambil terus memeluk Ibu.

"Hmmmh .... " sahut ibu mengeluh kecil, seperti ada yang Iya tahan dan sembunyikan.

Melihat ekspresi Ibu yang murung, aku berusaha memancing senyum Ibuku kembali dan mengalihkan pemikirannya. "Paman, ayo sini ...! Bibik ayo ...! Ibu pasti sudah masak yang enak dan lezat untuk kita.

"Ibu, aku ke dalam dulu ya. Sepertinya ada yang menungguku di dalam. " Aku segera masuk ke dalam rumah dan aku melihat Ibu melirikku sambil mengkerutkan dahinya

Saat langkah pertama aku tampakkan ke dalam rumah ini, tepat di depan pintu masuk, aku merasa ada udara lembut dan dingiiiin sekali menerpa wajahku hingga aku merasa sekujur tubuhku mendadak kaku untuk sejenak (langkahku terhenti).

"Hemh, sambutan seperti biasanya ya ...." gumamku di dalam hati sambil menarik nafas panjang.

Aku kembali melangkah dengan cepat menuju meja makan, siap menyantap hidangan yang sudah disuguhkan Ibu. "Waaaah .... " ucapku berteriak kecil dan tersenyum.

Paman, Bibik dan Ibu mengikutiku dari belakang. "Ibu .... semua aku suka, terimakasih ya Bu. " Akupun kembali memeluk Ibuku dengan erat sebagai ucapan terimakasih dariku. "Ayo Paman, Bibik, kita makan ...! "

Tanpa ragu dan malu-malu akupun segera duduk dan menyantap makanan yang sudah dimasak oleh Ibu. "Pelan-pelan Sarah ...! Ibu masak banyak dan cukup untukmu, Paman dan juga Bibik. "

"Iya Bu .... " sahutku sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutku. "O iya, Ayah dimana bu?"

"Ayahmu belum pulang dari luar kota nak, mudah-mudahan malam ini Ayahmu tiba di rumah ya. " ujar Ibu sambil tersenyum dan memegang kepalaku.

"Aamiiiiiin .... iya Bu."

"Mbak yu, Sarah ... Paman dan Bibik langsung pulang malam ini juga ya karna besok harus bertugas kembali. "

"Kenapa cepat sekali Paman? Belum juga bertemu Ayah. tidur di sini saja dulu malam ini. " ucapku sambil setengah memohon.

"Sarah, bukannya kamu sudah selalu bersama Paman dan Bibik? Jangan kekanak-kanakan begitu ...." ujar Bibik

"Baiklah Bik .... " sahutku dengan raut wajah yang bersedih.

"Mulai saat ini, bersenang-senanglah Sarah, jangan menekuk dahi dan menggembungkan mulutmu seperti itu ok ...! Bibik sayang padamu. "

"Jangan menekuk dahi dan menggembungkan mulut? Larangan itu tidak ada di dalam pantangan yang Bibik sebutkan tadi." sahutku sambil menggerutu.

Selesai makan yang banyak aku, Paman, dan Bibik duduk di depan TV. Aku duduk menghadap ke arah dapur dan sekilas aku melihat seseorang berdiri di sana, di dekat pintu dapur. Walaupun hanya cahaya remang-remang tapi terlihat cukup jelas untukku.

"Ibu, apa si Mbok menginap di sini? Dan Ibu menjawab tidak. Aku menundukkan kepalaku lalu melihat ke arah dapur lagi tapi seseorang itu sudah tidak lagi berdiri di sana. Entah mengapa, tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak.

Di sampingku, Paman dan Bibik sedang membicarakan tentang perkuliahan ku kepada Ibu. Mereka melakukan diskusi yang cukup hebat demi menentukan masa depanku. Menurut Paman aku punya karakter untuk menjadi arsitek, tapi menurut Bibik lebih baik aku menjadi seorang guru.

Mendengarkan perkataan Paman dan Bibik, Ibu terlihat bingung, dan menurut Ibu semua yang Paman dan Bibik sampaikan itu baik. Selain itu juga Ibu mengatakan kalau sebenarnya Ibu ingin sekali aku kuliah di sini dan tinggal bersama Ibu.

Tar ....

Saat Ibu mengatakan hal tersebut sesuatu terdengar pecah di dapur, karena suaranya sangat kuat kami semua bergerak ke arah dapur untuk memastikan apa yang terjadi.

Bersambung....

Ingin tau kisah selanjutnya????

Jangan lupa terus ikuti ceritaku di episode selanjutnya. Tinggalkan komentar, like, dan favorit ❤ untuk notifikasi selanjutnya.

By...

BONEKA MISTERIUS

Setibanya di dapur, kami melihat tidak ada apapun dan siapapun di sini. Kemudian paman melihat piring yang terjatuh di lantai dan pecah. "Mungkin ini suara yang kita dengarkan tadi." kata Paman dengan yakin sambil melihat ke arah kami.

"Iya benar, tidak ada apa-apa dan sebaiknya kita kembali keluar, biar besok Ibu yang membersihkan pecahan belingnya." Kamipun kembali keluar dan duduk di depan TV.

Waktu menunjukkan pukul 21.30 wib, tapi Ayah belum juga pulang. Karena sudah malam, Paman dan Bibik berpamitan untuk kembali ke rumah. "Sepertinya Paman dan Bibik memang harus pulang ya?" ucapku lirih.

"Paman dan Bibik harus kembali bertugas esok hari Sarah, kamu harus mengerti itu ya! " ucap Paman sambil memegang kepalaku.

"Baiklah Paman .... "

"By sayang .... " ucap Bibik sambil mengecup kedua pipiku dan aku membalas kecupan Bibik dengan pelukan.

"Bibik dan Paman hati-hati dijalan ya...." ucapku sambil melambaikan tangan sebagai pengantar perjalanan Paman dan Bibik.

"Terimakasih banyak ya .... " ucap Ibu dengan nada yang lembut menghadap ke arah Bibik dan Paman yang sudah berada di dalam mobil.

Pukul 22:00 wib. Ibu mengantarkan aku ke kamar. "Sarah, ayo Ibu antar ke kamarmu Nak ...!"

Aku pun menjawab perkataan Ibu dengan lembut. "Baiklah Bu .... " sahutku sambil berjalan ke arah kamar ku.

Setibanya di kamar, aku duduk bersama Ibu di atas ranjang. Aku menanyakan sesuatu kepada Ibu dan berharap mendapatkan jawaban darinya. "Ibu, kenapa aku tidak bersekolah dan tinggal di sini bersama Ayah dan Ibu selama ini?"

"Ayahmu pernah bilang, kalau lebih baik kamu tinggal bersama Bibik dan Paman mu yang lebih mengerti tentang pendidikan. Ayahmu ingin memberikan yang terbaik untukmu Sarah." ucap Ibu sambil merangkul ku dan aku pun tersenyum.

"Sarah, sudah larut ... tidurlah Nak ... besok pagi-pagi sekali Ibu ingin ke pasar untuk berbelanja. Apa kamu mau ikut Nak?"

Aku menatap Ibu lalu aku menjawab dengan cepat. "Iya Bu, tentu saja."

Ibu kembali ke kamarnya dan aku segera menaikkan kedua kakiku ke atas ranjang, sambil menatap langit-langit kamar aku berusaha memejamkan kedua mataku tapi entah kenapa terasa sangat sulit. Mungkin aku belum mengantuk, ucapku di dalam hati.

Aku merasa malam ini begitu dingin, aku menarik selimut hingga batas dadaku.

Taaaar...

Jendela kamarku terbuka dengan sendirinya.

Aku segera berdiri dan berniat menutup kembali jendela kamar, tapi saat aku menarik kaca jendela aku melihat bayangan putih di halaman depan rumahku.

"Apa itu? " ucapku di dalam hati seraya mengerutkan keningku dan memfokuskan penglihatanku. Aku berusaha melihatnya dengan baik.

Saat pandanganku sudah jelas, aku kaget melihat seseorang di sana. "Ya Tuhan ... bagaimana mungkin ada seorang gadis bermain ditengah malam seperti ini?" ucapku sambil melihat jam dinding di kamarku yang menunjukkan pukul 23.00 wib.

Gadis itu terlihat senang dan menikmati suasana sambil duduk di atas ayunan tua dan menggoyang -goyangkan kakinya.

Siapa gadis itu? Ucapku di dalam hati, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karna ditutupi oleh rambut panjangnya yang bergelombang dan kusut.

Mataku masih tertuju pada gadis belia tersebut tapi karena lama tidak berkedip, dengan spontan mataku menutup dan saat aku membuka mataku kembali, aku tidak lagi melihat gadis itu.

"Kemana dia?" ucapku dengan nada yang pelan. Dia tidak lagi terlihat, akupun merasa sangat bingung dan heran, seketika bulu kuduk ku berdiri dan aku memegang kuduk ku untuk menenangkan diriku.

Aku memutuskan untuk menutup jendela kamar dan mengambil sesuatu untuk cemilan sebelum aku bisa terlelap, dengan langkah pasti dan santai aku menuju ke arah dapur. Namun pada saat membuka kulkas, bulu kudukku kembali berdiri hebat, ada rasa aneh yang menghampiriku.

Dari sudut mataku, aku melihat sosok yang tadi aku lihat di halaman rumah, berada tepat di sampingku. Tanganku bergetar hebat, mulutku seakan terkunci. Tapi aku sangat yakin dengan apa yang aku lihat walaupun dari sudut mataku.

Aku sangat ketakutan sampai aku terjatuh saat menutup pintu kulkas namun saat melihat ke arahnya, dia sudah tidak ada lagi.

"Ya Tuhan ... apa yang terjadi padaku? Siapa gadis itu? Atau aku terlalu lelah? Apa aku mulai mengantuk? " Aku berbicara sendiri di dalam hatiku.

Tidak lama, aku berusaha berdiri kembali namun saat aku melangkahkan kakiku, aku merasa kesulitan. Tiba-tiba dadaku berdebar kencang, aku merasa bahwa kaki kiriku seperti ada yang menahannya, dengan nafas yang tersengal-sengal dan debaran jiwa yang hebat, aku melihat ke arah kakiku.

"Aaaak ... aaaak ... aaaak .... " ucapku berteriak histeris.

Aku melihat gadis itu tersenyum sambil memegang kakiku dengan wajah yang pucat dan mata yang putih. Entah bagaimana kakiku bisa bergerak kembali dan akupun segera berlari ke arah kamar Ibu.

Tapi, kamar Ibu terasa sangat amat jauh. "Bu ... Ibu ... Ibu .... " ucapku setengah berteriak, tapi pada saat yang bersamaan gadis itu sekilas lewat disampingku dengan cepat. Aku sangat takut, aku berlari ke arah kursi depan/ruang tamu sambil menagis.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya dan aku semakin merintih ketakutan. Aku duduk jongkok sambil melipat kedua tangan memeluk kakiku. Set ... ada sesuatu yang memegang tanganku, tangannya terasa dingin, dan aku semakin ketakutan.

Aku melihat ke arah samping. Ternyata sosok itu adalah seseorang yang sangat aku kenali. "Ayah .... "

"Sarah ... sudah lama sekali .... " sahut Ayah sembari memelukku dengan erat. "Ada apa nak? Kenapa kamu di sini? Ayo kita ke kamarmu?" tanya Ayah tanpa memberikan aku waktu dan kesempatan untuk menjawab. Ayah mengantarkanku ke kamar dan menemaniku tidur malam ini.

Pagi pukul 08:00 wib aku tersentak bangun dari tidurku. Aku ingin bertemu Ayah, ingin bercerita, ingin menangis melepaskan ketakutan ku, dan ingin bertanya membuang kebingunganku.

Aku bergegas membersihkan diriku, setelah berpakaian rapi, aku berdiri di depan cermin yang sudah agak tua. Dari pantulan cermin aku melihat ada sesuatu di sudut kamarku dan aku mendekatinya.

Haaaah, ucap dalam hatiku. Dari semalam ini tidak ada. Siapa yg meletakkan boneka kecil ini disini? Sedangkan pintu kamar masih terkunci dari dalam. Aku memegang erat boneka itu sambil berfikir tapi aku tidak menemukan jawabannya.

Tok tok tok

Tok tok tok

"Sarah, ayo keluar nak, sarapan sudah siap." ujar Ibu mengetuk pintu sembari memanggil namaku dengan suara yang lantang. Sepertinya Ibu habis makan geranat pagi ini.

Aku tidak mau ambil pusing, aku tinggalkan saja bonekanya di sini dan aku segera keluar menemui Ibu di meja makan.

"Sarah, ayo makan! Kamu bangun kesiangan nak, jadi Ibu berangkat ke pasar dengan si Mbok. Kamu pasti lelah selama diperjalanan ya .... " ujar ibu sambil tersenyum.

"Iya Bu, semalam aku susah tidur dan ...."

"Eeem ... eeem ...." kata Ayah yang langsung memotong perkataan dan duduk di hadapanku sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ibu tau, semalam itu Sarah nungguin Ayah pulang lho Bu ... iyakan Sarah?" kata Ayah sambil tersenyum melihat kearahku.

"I - iya Yah ...." jawabku sambil terbata-bata.

"Ayo dihabiskan sarapannya! Ayah ingin mengajak kalian jalan-jalan ke tempat favorit kita dulu Sarah, kamu masih ingatkan?"

"Dulu kita sering bermain di sana saat akhir pekan. " ujar Ayah tapi aku hanya diam sambil mengingat kenangan itu tapi aku tidak bisa, aku benar-benar lupa.

"Benar thu Yah, lagi pula Sarah disini cuma satu bulan jadi sebisa mungkin luangkan waktu Ayah buat dia. " Ayah pun mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum dan meneguk teh hangat buatan Ibu.

Kami berangkat jalan-jalan dan tiba pukul 11:00 wib di tempat yang Ayah katakan tadi kepadaku. Tidak ku sangka tempat favorit keluarga kami adalah taman bunga yg indah sekali dengan udara yang terasa sejuk dan segar.

Aku suka dan sangat bahagia sampai aku melupakan semua rasa kebingungan dan ketakutanku. Aku duduk di kursi batu ditepi taman bunga. Ayah dan Ibu sedang menggelar tikar di tengah-tengahnya.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, aku melihat dua orang anak perempuan kira-kira berumur 8 dan 6 tahun, mereka berlarian sambil melempar-lempar sebuah boneka. Aku melihatnya dengan jelas. "Boneka itu ... persis dengan boneka yang ada di dalam kamarku." gumamku.

Aku hanya melihat dan terdiam tapi rasanya ada yang aneh. Penasaran, aku berjalan ke arah anak kecil itu dan berkata, "Adik kecil, boleh kakak lihat bonekanya?"

Anak kecil dengan wajah pucat pasi tersebut memberikan bonekanya kepadaku. Perlahan dan teliti, aku berusaha memastikan boneka itu, aku melihat ada bekas robekan dan jahitan di bagian lengan kanan Boneka tersebut.

10 menit berlalu tapi aku masih belum puas hati. Mungkin terlalu lama bagi si anak kecil untuk menunggu. Dengan tatapan dingin dan suara yang aneh, anak kecil itu menatap ku sambil berbicara ke padaku. "Kembalikan boneka ku!, kembalikan bonekka ku! kembalikan boneka kuuuuuuuuu .... !" ucapnya dengan suara yang keras hingga rasanya menyakitkan gendang telingaku.

Melihat anak tersebut berteriak kencang, aku mundur perlahan karena merasa ketakutan. Taman bunga yang indah berubah jadi kelam, gelap seakan tidak ada cahaya matahari, dan suram.

Anak kecil yang awalnya terlihat manis berubah menjadi wujud yang sangat menyeramkan. Matanya hitam, kuku jarinya memanjang, dari mulutnya keluar lendir kental berwarna putih dan sangat berbau busuk.

"Aaaak ... aaaak ... aaak ... aaak .... "

ucapku dan rasanya aku berteriak sekuat tenaga ku.

Cukup lama aku merasa sendirian dan ketakutan hingga aku mendengar suara Ayah dan Ibu memanggil namaku bergantian. "Sarah ... sarah ... Sarah ...." Suara Ayah dan Ibu sontak membuat aku terbangun.

"Sarah ... sarah ... kamu tidak apa apa nak? Kenapa kamu tidur disini? " tanya Ibu sambil mengusap kening dan peluhku tapi aku hanya diam sambil memandangi sekitarku.

Seluruh tubuhku terasa dingin, sepertinya Ibu mengerti itu dan mengajak Ayah membawaku pulang ke rumah.

Aku duduk di kursi belakang bersama Ibu, di ujung jalan keluar dari taman tersebut aku melihat dengan jelas anak kecil yang memegang boneka yang sama dengan boneka yang ada di dalam kmarku melihat ke arahku, tatapannya tajam tapi Dia terlihat bersedih.

Itu tadi bukan mimpi, itu tadi nyata, ucapku di dalam hati, mereka memang ada. Lalu dimana anak yang satunya lagi? tanyaku di dalam hati.

Ingin kembali melihatnya, aku memutar kepalaku dan kembali menatapnya dari jendela belakang mobil. Dia masih di sana dan terus melihatku begitupun juga denganku. Aku terus menatapnya hingga jarak memisahkan pandangan kami.

Bersambung....

Ingin tau kisah selanjutnya????

Jangan lupa terus ikuti ceritaku di episode selanjutnya. Tinggalkan komentar, like, dan favorit ❤ untuk notifikasi selanjutnya serta berikan vote kepadaku ....

By...

MALAM TANPA CAHAYA

Pukul 14:00 wib kami tiba di rumah, aku bergegas masuk ke dalam kamar tidur untuk melihat dan memastikan boneka tersebut apakah sama dengan yang dimiliki anak-anak yang berada di taman bunga tadi.

"Ya ampun, ini benar-benar boneka yang sama dengan yang dipeluk anak tadi." ucapku sembari terus memegang dan memperhatikan bekas robekan di lengan si boneka.

"Sebenarnya siapa dia? Kenapa boneka ini sama persis dengan milik gadis kecil itu?" ujarku dengan suara setengah berbisik dan merasa heran.

Bingung bercampur lelah, aku merebahkan tubuhku sembari memeluk boneka itu. Aku berfikir kembali, ada apa? Kenapa? Bagaimana? Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otakku. Aku sangat mengantuk, aku sangat lelah, dan aku ingin tidur.

"Saaraaah... Saaraaah... Saaraaah.... "

Aku mendengarnya, suara itu... suara yang biasa memanggil namaku. Mataku terasa sangat berat tapi aku berusaha membuka mataku sedikit demi sedikit.

"Saaraaah... Saaraaah.... "

"Apa...? Siapa ...? " sautku.

Aku terus berusaha membuka mataku, lalu saat aku mampu melakukannya, aku melihat anak itu duduk di sudut kamarku, tapi Dia tidak sendiri.

Tiba-tiba dari luar kamarku terdengar suara memanggil-manggil nama yang lain yang tidak aku kenali. "Tania ...." teriak wanita tersebut menyebutkan nama yang asing bagiku.

"Tania... Tania... Tania.... " Tapi tidak ada satupun dari kami yang menyahut panggilan tersebut.

Braaack

itu suara benda keras yang sengaja dipukul ke arah pintu kamarku. "Taniiiaaaa... buka pintunya! Dasar anak nakal, anak tidak tahu diri." Suara itu terdengar kejam, kasar, sadis, dan penuh amarah.

Aku masih tidak bisa bergerak, tapi mataku jelas melihat gadis kecil itu memegang bonekanya dengan erat sembari memeluk gadis kecil yang satunya lagi.

Aku terus menatap mereka berdua dan seakan mendengar Dia berkata kepada gadis yang satunya lagi. "Kamu tetap disini ya dek, jangan keluar! Dengar ... jangan keluar!" ucap Tania kemudian Iya pergi keluar meninggalkan gadis yang satunya lagi.

"Taniaaaaa ...."

Teriakan dari suara sadis itu muncul lagi, lalu Tania berdiri dan berjalan ke arah pintu sambil memeluk bonekanya. Aku tidak dapat memutar kepalaku dan aku tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di dekat pintu kamar tersebut.

Tiba-tiba, aku mendengar suara pukulan yang keras. "Sakit, ampun.... " Kemudian terdengar jeritan gadis kecil itu di depan pintu. Pack pack pack bug bug bug. "Ampun, jangan ...." kata Tania yang menjerit berselang seling dengan suara pukulan yang begitu kuat.

Rintihan dan tangisan jelas terdengar di telingaku. Tak lama kemudian, *b**reeeeak* breeeeek (terdengar seperti suara robekan yang kuat), lalu hening.

Tap, tap, tap, tap, tap, (suara langkah kaki lamban yang terseok-seok). Dia/gadis kecil itu berjalan tertatih-tatih sambil menyeret kaki kirinya.

Aku melihat banyak luka ditubuh mungilnya, mulutnya, hidungnya, dan tangannya penuh dengan lebam (aku menangis melihat pemandangan itu). Itu sangat menyedihkan ... bagaimana mungkin ada orang yang tega menyakiti gadis mungil yang begitu cantik. Ucapku di dalam hati.

Sang adik menangis memeluknya. "Kak Tania, kakak."

Di sudut kamar itu, aku melihat tangan kanan tania memeluk erat adiknya, dan tangan kirinya kuat memegang boneka yang terlihat robek di bagian tangannya.

"Sudaaaaah, jangan menangis lagi, jangan takut, aku akan menjagamu, menjagamu sampai aku mati. Aku janji ...." kata Tania terbata-bata sambil terisak-isak menahan tangisan dan air matanya.

Dari sini, aku melihat sang adik gemetaran, ketakutan, dan menangis sambil mengelap tetesan darah di ujung bibir Tania. Taniapun tampak memeluk sang adik dengan erat dan penuh kehangatan.

Aku terus memandangi mereka, lalu... Tania tersenyum melihat ke arahku. Melihat senyumnya, aku seolah-olah tau bahwa Dia "Tania" adalah seorang kakak yang baik, aku sangat ingin memiliki seorang kakak seperti Tania, gumamku di dalam hati.

Tanpa terasa, air mataku begitu penuh terisi, batinku berbisik, Sebenarnya apa yang tengah aku saksikan ini? Apakah aku sedang bermimpi lagi?

Ibu, ibu, ibu dimana? ucapku di dalam hati. Aku menutup kedua mataku untuk mengusir air mata yang sudah penuh dimataku. Tapi saat aku kembali membuka mataku, aku tidak lagi bisa melihat mereka berdua, aku kembali bingung dalam kesendirian ku.

Tiba-tiba, Emmmuuach... Kecupan yang hangat terasa di keningku. "Sarah, ayo bangun! ini sudah sore. " ucap ibu. "Mana baik anak gadis yang cantik tidur hampir mendekati magrib seperti ini, pamali nak ... ayo bangun! Ayahmu mau pergi mengantarkan berkas proyeknya malam ini, mungkin besok pagi baru kembali. "

"Kenapa harus malam ini Bu? kenapa tidak besok pagi saja?" Ibu memegang dan mengusap kepalaku, "Tadi bos ayahmu menelpon, katanya ini proyek penting nak. "

"Baiklah Bu, kalau begitu aku mandi dan bersiap dulu sebesar. "

"Kalau begitu, Ibu keluar duluan ya Sarah dan cepat! Ayahmu menunggu." ujar Ibu dan aku hanya tersenyum setengah lesu.

Aku sudah rapi dan segera keluar dari kamarku, aku melihat Ayah dan Ibu sudah menungguku. Kemudian Ayah berdiri menuju ke luar rumah. Aku dan Ibu mengantarkan Ayah hingga ke dalam mobil.

"By yah .... " ucapku sambil melambaikan tangan kananku dan Ayah pun menyambutnya.

"Hati-hati di rumah dan jangan tidur terlalu malam." ujar Ayah dan itu adalah pesan Ayah untuk ku.

Setelah Ayah pergi, aku dan Ibu masuk ke dalam rumah. "Ibu .... " ucapku ragu-ragu.

"Iya, ada apa Sarah? " jawab ibu.

Tiba-tiba listrik padam dan aku merasa ketakutan. Jantungku berdetak tidak beraturan, seperti ada sesuatu yang aku khawatirkan. Tapi aku tidak tau apa itu.

"Sarah, kamu tunggu disini ya nak! Ibu ambil lilin dulu. " kata Ibu.

"Tidak bu, aku ikut saja ya." ujarku setengah memelas.

"Ada apa nak? Kamu terlihat gelisah?" tanya Ibu tapi aku tidak menjawab, hanya terdiam sambil menemani Ibuku mengambil lilin.

Ceeesh... (bunyi korek api).

Ibu menghidupkan lilinnya. Disaat yang bersamaan, aku sangat lega, sedikit cahaya lilin cukup membuatku berani menatap dinding rumah ini (ucapku di dalam hati).

"Bu, boleh tidak kalau malam ini aku tidur bersama ibu?" tanyaku malu-malu.

Taaaaaar

Terdengat suara vas bunga terjatuh dari sudut meja ruang tamu. "Sudah, biar saja besok si Mbok yang membersihkannya nak dan Ibu juga setuju kalau malam ini kamu tidur bersama ibu. "

Uh, aku sambil membuang nafas, "Ya Tuhan, syukurlah lah akhirnya aku bisa tidur lelap malam ini, lega sekali rasanya. Kami membawa lilin ke dalam kamar dan tidur bersama. Pasti terasa aman dan nyaman tidur malam ini, gumamku.

Beberapa menit aku berbaring di sebelah Ibu, aku merasa ada yang mengusik ku. Berkali-kali aku merasa selimut ku ditarik cukup kuat hingga akhirnya terjatuh. "Ih ... dingin sekali rasanya kakiku. " gumamku.

Tidak tahan dengan rasa dingin yang menusuk hingga Tulang-tulang kaki, aku segera mencari selimutku, ternyata selimut itu sudah berada di lantai samping ranjang Ibu. Pantas saja aku kedinginan, selimutnya kabur, ucapku tanpa suara.

Aku duduk dan merunduk untuk mengambil selimutku, dan aku menggunakannya kembali untuk menutupi kaki hingga ke tubuhku.

Tak lama, selimutku jatuh krmbali. Dengan mata tertutup, aku mulai meraba, mencari dan menariknya kembali. Namun pada saat tanganku menyentuh selimut dan ingin menariknya, aku merasa tanganku ditahan dan dipegang erat oleh sesuatu.

Kaget, aku membuka mataku dan melihat tangan ku, tapi tidak ada apapun. Aku ingin kembali tidur, namun pada saat aku ingin merebahkan tubuhu aku melihat gadis misterius duduk di di bawah lantai dekat kaki Ibuku.

Tubuhku gemetaran, aku ketakutan tapi aku melihat Ibu masih di sampingku jadi aku memutuskan untuk tetap di sini dan menutup mataku dengan selimut tebal dan menempelkan tubuhku di dekat punggung Ibu.

Nafasku tetap tersengal-sengal walaupun aku berusaha untuk menetralkan nya.

Penasaran, aku memberanikan diri untuk membuka selimutku guna mengetahui apakah dia masih di sini atau sudah pergi. Aku membuka mataku lebar-lebar, tapi disaat yang bersamaan aku merasa sangat terkejut karena melihat sekelilingku yang tiba-tiba terang benderang.

"Ini ... ini bukan kamar ibu, gumamku. Kamar ini penuh boneka-boneka cantik, mainan anak perempuan lainnya seperti masak-masakan, ada juga gambar-gambar lucu, dan tembok yang indah dengan motif bulan bintang.

Lagi-lagi, aku melihat Tania dan adiknya sedang bermain dengan riang gembira. mereka menyanyikan lagu "Pelangi-pelangi." Mereka menyanyikannya dengan riang gembira sambil bertepuk tangan.

Kali ini aku tidak melihat Tania berlumuran darah ataupun luka-luka lebam. Tania tampak bersih dan cantik dengan tahi lalat manis mewarnai dagunya, pemandangan itu membuat aku ikut tersenyum bahagia.

Beberapa kali Tania berdiri dan menggerakkan tangan beserta kakinya dengan lincah sambil diiringi tepuk tangan yang cukup meriah dari adiknya.

Selang beberapa menit, tiba-tiba. Braaaak

Tania pun tampak sigap memeluk adiknya. Dari sini aku melihat seseorang masuk ke dalam kamar namun aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku hanya dapat melihat bagian punggungnya, dan aku yakin kalau dia seorang wanita.

Seperti sebelumnya, aku kembali mendengarnya berbicara kasar membentak serta memarahi Tania. "Apa yang kamu lakukan? Kamu belum menyelesaikan tugasmu. Pergi sana! Dan kerjakan semuanya atau kamu tau sendiri akibatnya! " ucap wanita tersebut tanpa ampun.

Tapi pada saat yg bersamaan, adik Tania memeluknya penuh ketakutan seakan-akan dia tidak ingin ditinggalkan. Melihat Tania yang bergerak lambat, wanita itu langsung menjambak dan menarik rambut Tania. Tania pun menjerit kesakitan sambil meninggalkan sang adik sendirian di kamar.

Selain Tania, aku juga melihat adik tania, berjalan perlahan menuju sudut kamar dan dia duduk di sana sambil memeluk boneka Tania dan menangis.

Seakan larut dalam suasana, aku bergegas turun dari ranjang dan berlari mengejar Tania yang diseret hingga dapur. "Lepaskaaaaaaan, lepaskan Tania!!" jeritku. Namun upayaku tersebut sepertinya sia-sia, wanita itu tidak melepaskan Tania bahkan mungkin Dia tidak mendengarkan aku.

Aku terus mengikutinya, "Siapa kamu? Kenapa kamu begitu kejam?" Belum selesai pertanyaanku. Kemudian dari arah belakang, aku merasa ada yang memegang pundak ku dengan lembut.

Aku membalikkan tubuhku. "Ibu ...." ucapku sambil menangis tapi Ibu tidak bereaksi. Aku menatap wajah Ibu cukup lama. Tiba-tiba Ibu mengangga dengan mata yang melotot lalu berteriak ke arahku, "Anak nakaaaaal ...." ucap Ibu berteriak dan Ibu terlihat sangat berbeda.

Secara misterius semua lampu mati, keadaan menjadi gelap, tidak ada sedikitpun cahaya. Aku menjadi sangat bingung, sangat takuuut.

Dari cahaya remang-remang di deretan dapur, aku melihat seorang gadis, sepertinya aku mengenal Dia. Dia gadis yang malam itu aku lihat bermain di halaman rumah.

Jantungku semakin kencang terpacu, ada rasa sesak yang hebat. Mulutku mulai bergetar, tanganku tidak bisa merasakan apapun, hanya dingin, itu yang aku rasakan.

Braack

Tubuhku yang sudah lemah terjatuh, ada yang menarik kaki ku dengan cepat. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku lagi.

Taaack

Rasanya ... kepala ku terantuk membentur kursi kayu hingga terluka, aku memegang kepalaku dengan kaki yang masih diseret oleh sesuatu yang tidak aku ketahui. "Sakit ...." gumamku.

Tak lama, aku bisa merasakan tangan itu melepaskan kakiku. Dengan rasa takut yang luar biasa aku berlari ke kamar Ibu, tapi gadis itu tepat di hadapanku. Bingung, aku kembali berlari masuk ke kamarku sendiri seraya menyandarkan tubuhku di balik pintu.

Srek srek srek srek arek srek srek

Gagang pintu kamar bergerak dengan cepat hingga membuat aku mundur dan membentur tembok kamar karena menjauhi pintu kamarku.

Aku begitu ketakutan, hanya Ibu yang ada di dalam pikiranku. Beberapa menit aku terdiam mengumpulkan tenagaku untuk berlari ke kamar Ibu, tapi aku sudah tidak kuat lagi, kaki ku melemah.

Gelap, hanya ada sedikit cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarku, semua ini membuat aku semakin ketakutan.

15 menit berlalu, tenagaku mulai sedikit terisi, saat aku siap, aku segera mendekati pintu kamar ku untuk keluar menuju kamar Ibi. Tapi pada saat aku memegang gagang pintu kamar ku, tanganku dipegang erat oleh tangan dingin gadis misterius tersebut.

Wajahnya tepat di hadapanku, dia menatap tajam ke arahku, dia berteriak mengatakan sesuatu "..............." yang aku tidak tahu arti dan maksudnya.

Dari matanya terlihat darah yang menetes, aku semakin ketakutan, aku semakin tidak karuan, aku tidak tau lagi ... aku tidak tau (pingsan).

Bersambung ...

Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Siapa wanita kejam itu? Apa hubungannya semua ini denganku?

Ingin tahu jawabannya, teruslah membaca episode selanjutnya ya, kalian akan mengetahuinya.

Jangan lupa tinggalkan komentar, klik like , dan favorit ya teman-teman

By👋👋👋👋👋

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!