Namaku adalah Fatimah Az Zahra. Seperti namaku yang memang ayah berikan supaya aku bisa memiliki sifat seperti tokoh wanita dalam Islam yang sangat terpuji sifatnya, namun itu semua tidak benar adanya, aku menyadari jika namaku hanyalah sebuah kalimat saja dan aku tidak bisa menyamai dan menerapkan sikap seperti tokoh Fatimah Az Zahra putri nabi.
Sudah berulang kali ayah mengingatkan agar aku tidak berdekatan dengan laki laki manapun agar aku selalu terjaga dari zina, tapi nyatanya aku tidak bisa melakukannya saat aku mengenal pria bernama Rizki saat aku masih duduk di bangku SMA. Kita menjalin hubungan 5 bulan dan sering kali aku dan mantan kekasihku melakukan hubungan terlarang itu beberapa kali tapi pada akhirnya hubungan kami kandas begitu saja ketika pria brengsek itu bermain dengan wanita lain selain aku.
Aku benar-benar sakit hati dan hancur berkeping-keping saat ia berkali kali menjanjikan setia dan akan menikahi ku setelah lulus sekolah dan dengan bodohnya aku sangat mempercayainya padahal jika di pikir-pikir, tidak ada pria yang serius dan menjanjikan kesetiaan selagi dia belum berani mengambil langkah pasti menuju ke orang tua apalagi saat itu kami masih SMA kelas 2.
Aku juga menjadi penyebab kematian ayahku sendiri tak kala aku memberi tahu pada ayah kalau aku hamil 2 Minggu dan pria yang bernama Rizki itu tidak mau bertanggungjawab. Kesedihan ku menjadi bertambah saat tahu ayahku terkena serangan jantung dan meninggal dunia. aku stres, depresi hingga akhirnya aku keguguran. aku tidak punya siapapun lagi untuk berlabuh karena ibuku juga sudah meninggalkan aku saat aku duduk di bangku SD.
Aku menyesal, sangat menyesal, tapi nasi sudah menjadi bubur dan tidak ada yang bisa di perbaiki karena semua sudah terjadi. aku mengalami trauma berat hingga sampai sekarang rasa itu masih ada dan sering kali membuat ku takut. Takut di kecewakan, takut di hakimi, takut kehilangan, takut jika pasangan ku kelak tidak akan menerima ku apa adanya dan aku sangat takut dengan semua itu.
Dalam masa itu aku coba untuk mendekatkan diri pada yang menciptakan alam semesta. Aku memutuskan untuk memakai jilbab dan menjauhi semua hal yang akan memancing maksiat dan aku benar-benar tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun lagi karena rasa trauma ku masih ada.
Hingga aku mengenal pria yang bernama Adam, Seorang pria yang sangat baik padaku dan selalu membantuku hingga aku tanpa sadar ternyata aku jatuh cinta pada pria itu. Kami berpacaran hampir 2 tahun lamanya dan memutuskan untuk menikah. Tapi saat itu aku malah di landa kebingungan karena aku tidak pernah menceritakan masalalu ku pada mas Adam. Aku takut jika aku menceritakannya dia malah kecewa dan meninggalkan ku jadi aku memutuskan untuk mengubur dalam dalam kisah masa lalu ku.
"Bagaimana para saksi sah??"
"Sah..."
Aku menangis bahagia karena aku tidak pernah sekalipun membayangkan jika kisahku akan berakhir dengan seindah ini. Aku menikah dengan orang yang sangat aku cintai, Mas Adam, pria baik hati yang selalu ingin melindungi dan menjagaku. Doaku selama ini terkabul dan aku sangat bersyukur untuk hal indah yang sudah Allah berikan padaku.
"Selamat sayang akhirnya kamu jadi menantu ibu." kata Bu Siti dengan memelukku erat dan aku sudah menganggapnya seperti ibu kandungku sendiri selama menjalin hubungan dengan mas Adam.
"Makasih Ma."
"Mama tidak sabar pengen cepet-cepet punya cucu." kata Bu Siti yang membuatku hanya tersenyum kecil saja begitupun dengan mas Adam.
Kami menyalami satu persatu tamu undangan yang hadir tapi aku terkejut saat pria yang ada di masalalu ku hadir di pernikahan ku. Dia tersenyum manis kepadaku sementara seluruh badanku sudah gemetaran bukan main.
"Kenapa dia ada disini? Apa dia teman mas Adam?" batinku .
"Selamat atas pernikahan mu." kata Rizki dengan menyalami ku .
"I iya makasih." aku buru-buru melepaskan tangan ku tapi pria itu memegang ku dengan sangat erat hingga membuatku kesakitan.
"Lama ngga ketemu, Lo makin cantik dan berisi ya. Bisa kali kapan kapan main lagi." bisiknya padaku yang sontak membuat ku terkejut dan langsung menepis tangannya dengan kasar. Ku lihat pria itu mengedipkan matanya padaku yang membuat ku semakin takut dan khawatir
"Istri Lo cantik bro. Selamat ya atas pernikahan kalian."
"Ya thanks udah dateng Ki."
Aku tidak pernah tahu kalau ternyata suamiku berteman dengan pria brengsek itu. Ketakutan ku semakin menjadi, aku takut jika Rizki akan memberitahu mas Adam tentang hubungan ku dengannya di masalalu.
"Ra, kamu kenapa? Capek? Duduk dulu aja bentar lagi acaranya selesai kok." mas Adam membantuku untuk duduk karena aku benar-benar gugup saat bertemu dengan Rizki.
Aku duduk dengan terus mencari keberadaan pria brengsek itu. Dan tiba-tiba mata kali beradu pandang cukup lama seolah-olah aku langsung terhanyut ke dalam masalalu itu.
"Mas aku ke toilet dulu ya."
Aku memegang kepalaku karena tiba-tiba saja terasa pusing memikirkan semua itu. Aku bersandar pada dinding dengan mengatur nafas dan detak jantungku karena aku benar-benar takut.
"Hay sayang." aku terlonjak kaget ketika pria brengsek itu sudah ada di sampingku.
"Mau kemana hah. sini dulu dong...udah lama kan kita ngga ketemu. Masih inget aku kan? harusnya masih inget dong atau perlu aku ingetin lagi nih, kita pernah main di gudang sekolah sama di toilet?? inget nggak. aku masih inget rasanya emmmm nikmat banget."
"Stopp!!! Tolong jangan bicara itu disini. oke aku inget semuanya."
"Baguslah kalau gitu. Kapan kapan kita bisa main lagi kan. Aku kangen tau sama kamu."
"Jaga sikapmu Ki, Kita bukan kaya yang dulu lagi. sekarang aku udah punya suami jadi tolong jaga sikap dan cara bicara kamu." aku benar benar terkejut ketika dia mengatakan itu sambil tangannya mencolek dagu ku.
"Halahhh tidak usah sok polos dan sok suci kamu Zara. kamu itu udah aku pakai berapa kali ya?? 5 atau 7 kali ahhh aku sampai lupa hahaha."
"Cukup Ki!!! Aku sama kamu udah ngga ada hubungan apapun jadi stop jangan ungkit ungkit lagi. Kita udah selesai!! sekarang jalani hidup masing dan jangan ganggu aku sama mas Adam."
Aku marah dan menahan air mataku. jika mengingat kelakuan ku di masa lalu aku selalu merasa sedih dan kecewa pada diriku sendiri. apalagi sekarang pria itu datang lagi di kehidupan ku di masa depan dimana aku sudah menikah dan akan mulai membangun keluarga kecil yang bahagia.
Aku benar-benar seperti terbelenggu di dalam luka masalalu. Sekeras apapun aku ingin melupakannya tapi tidak bisa dan sia-sia saja. beberapa kejadian di masalalu selalu menghantuiku sampai sekarang bahkan aku ingin mengubur dalam dalam kisahku dengan pria bernama Rizki itu tapi tulisan takdir apalagi yang sedang Allah berikan padaku sehingga menghadirkan sosok pria yang sudah membuat ku hancur itu ke masa depan ku sekarang.
"Sayang...Lo disini juga Ki??"
"Iya kebelet gue. Gue duluan ya."
"Kamu keliatan pucet Ra. Istirahat di kamar aja ya ntar aku bilang sama mama aja."
"Ngga papa mas aku baik baik aja kok."
"Serius kamu? Kamu pucet banget loh."
"Iy beneran aku istirahat bentar aja ntar capeknya ilang."
"Yaudah kalau gitu, ayo."
Seharusnya malam pengantin baru menjadi hal yang paling indah untuk pasangan pengantin yang baru saja menikah apalagi menikah dengan orang yang di cintainya. malam ini aku sangat gugup karena tak menutup kemungkinan mas Adam akan meminta haknya sebagai suami malam ini.
Aku duduk di tepi ranjang dengan balutan kebaya yang belum aku lepas. Hingga ku rasakan sebuah tangan memelukku dari belakang membuat ku benar-benar bertambah gugup
"Kenapa sayang? Kamu gugup?"
"e nggak mas. Mas..."
"Iya apa?"
"A aku belum siap."
"Hufttt padahal aku udah nunggu ini dua tahun loh tapi ngga papa aku nunggu kamu sampai kamu siap tapi jangan kelamaan ya kamu ngga kasihan sama aku."
"I iya tu tunggu sebentar lagi. "
"Aku cium kamu boleh dong." kata mas Adam yang membuatku hanya mengangguk saja kemudian kita berciuman lama sampai pada akhirnya aku merasakan nafas dari mas Adam yang tidak biasa dan aku tahu betul kalau mas Adam sudah bereaksi.
"Mas jangan sekarang...."
"Hufftttt kenapa sih? Aku janji ngga bakal nyakitin kamu." dari suaranya saja aku dapat menebak jika mas Adam tengah kesal padaku karena tidak bisa menyalurkan hasratnya padaku.
"A aku belum siap mas."
"Yaudah lah ayo tidur aja capek aku."
Dalam hati aku merasa bersalah karena tidak bisa membuat suamiku bahagia di malam pengantin kita, tapi di sisi lain aku sangat takut jika mas Adam menyadari dan tahu kalau aku sudah tidak virgin lagi. Aku taku mas Adam akan kecewa padaku dan meninggalkan ku.
Saat dalam keadaan seperti ini, aku hanya bisa menangis dalam diam saja. Aku tidak berani menceritakan semuanya pada orang lain terutama pada mas Adam. Dia tidak boleh tahu bagaimana masa lalu ku dengan Rizky. Aku selalu takut jika hari yang aku takutkan akan segera tiba. Aku benar-benar takut. Aku menghela nafasnya dan membasuh wajahku untuk menenangkan ku, kemudian aku memutuskan untuk langsung pulang saja.
Saat dalam perjalanan, tiba-tiba saja hp ku berdering dan terlihat jika ada nomor asing yang masuk. Tidak aku angkat karena tidak penting dan aku juga tidak kenal, tapi nomor itu tetap menghubungi ku kembali berulang kali. sebuah pesan bergambar membuat ku seperti bagai tubuh yang tidak bertulang sama sekali. tubuhku lemas dan air mata ku mulai keluar, karena itu adalah foto ku dengan Rizky dulu saat kita sedang melakukan hal gila di gudang sekolah.
Ketakutan ku semakin menjadi karena ternyata Rizki masih menyimpan foto itu. Harusnya dulu aku sadar jika pada akhirnya di masa depan hal itu akan menjadi sumber masalah bagiku.
Aku benar-benar tidak ingin berurusan apapun dengan Rizki lagi. Aku tidak mau selalu terbayang-bayang dengan masalalu ku dan saat itu juga aku memutuskan untuk bertemu Rizki, hanya berdua saja. Aku ingin menyelesaikan semuanya sebelum mas Adam tau.
"Aku nggak mau banyak bicara sama kamu, Aku minta sekarang kamu hapus semua foto ataupun video tentang kita dulu."
"Hei hei hei santai sayang, kenapa sih kok kaya marah gitu?"
"Ki, please...jangan ganggu aku lagi dengan semua itu. Kita udah selesai, kita udah nggak ada apa-apa lagi. Aku mohon hapus semuanya."
"Kalau gue hapus, gue ngga bisa liat Lo tiap waktu dong. sayang banget lah, gue kangen sama Lo Zara, Lo nggak kangen sama gue?"
"Cukup Ki!!! Aku nggak mau kamu terus kaya gini. aku udah punya kehidupan sendiri begitupun kamu. Kita jalani hidup masing-masing tanpa menganggu siapapun. Aku mohon kali ini aja Ki." aku menepis tangan Rizki dengan kasarnya ketika pria itu memegang tanganku.
"Kira-kira gimana reaksi Adam kalau tau Lo kaya gini ya? Atau gue kirim aja ke dia?"
"Jangan gila Ki. gini aja, sekarang kamu minta apa dari aku, aku bakal kasih kamu, tapi kamu hapus sekarang juga."
"Sebenarnya gue mau minta tolong sama Lo. Gue bakal hapus ini dan nggak ganggu Lo lagi. Gue di kejar-kejar sama rentenir karena gue nggak punya uang buat lunasin utang gue. Jadi, Lo mau kan bantuin gue buat lunasin utang gue ke rentenir."
"Emang berapa?"
"500 juta."
Aku benar-benar terkejut mendengar hal itu. Uang sebanyak itu, aku harus dapat dari mana? Sedangkan tabunganku saja tak sampai 500 juta.
"Kamu pikir uang 500 juta itu sedikit? nggak, aku nggak mau."
"Itu sih terserah Lo aja Ra. Lo inget kan semua kenangan kita dulu masih ada di gue. gue bisa aja kirim ke suami Lo sekarang juga kalau gue mau, tapi gue kasian sama Lo karena pernikahan kalian kan baru seumur jagung."
"Jangan macam-macam kamu Ki!!!"
"Ya mangkanya bantuin gue, gue nggak mau di kejar-kejar rentenir kaya gini."
"Ya terus kenapa kamu pinjem uang sebanyak itu hah? Buat apa?"
"Lo nggak perlu tahu urusan gue, yang terpenting gue mau sore ini karena mereka bakal datengin gue lagi."
Aku kebingungan harus melakukan apa. Di sisi lain aku tidak mau jika suami tahu bagaimana aku dulu, tapi disini ada Rizki yang siap kapan saja untuk membongkar semuanya jika aku tidak memberikan uang itu.
"Oke. aku bakal bantuin kamu tapi nggak semuanya karena aku nggak ada uang sebanyak itu." aku hanya menurutinya saja tapi dengan satu syarat.
"Gue tau ada syaratnya. Lo mau gue hapus ini kan?"
"Hapus semuanya!!!"
"Oke. Gue hapus semuanya. Nih Lo liat udah nggak ada." Dia menunjukkan layar hp nya padaku yang sudah kosong tidak ada apapun. Aku sedikit merasa lega melihat itu tapi tak sepenuhnya percaya pada Rizki karena bagaimanapun juga aku sangat mengenal pria brengsek itu bagaimana sikapnya.
"20 juta??? Lo bercanda Ra. Mana cukup 20 juta."
"Uang ku cuman ada segitu. Lain kali kalau aku ada pasti aku tambahin."
"Oke lah nggak papa udah lebih dari cukup. Gue pergi dulu."
Saat itu juga mas Adam menelponku dan menanyakan uang yang baru saja aku pakai, karena sebenarnya itu memakai kartu mas Adam, jadi tak heran jika notifikasi pengeluaran akan masuk ke hp mas Adam. Dari nada bicaranya saja mas Adam terdengar marah karena 20 juta bukan uang yang sedikit, tapi kalau aku tidak melakukan itu, Rizki pasti akan terus menggangguku.
Malam harinya aku menunggu mas Adam pulang dan aku berniat untuk menjelaskan semuanya tapi tentu aku tidak akan jujur dengan mas Adam. Aku tahu bohong adalah dosa, tapi aku tidak ada pilihan lain lagi.
"Mas..." ucapku ketika melihat mas Adam masuk dengan menenteng tasnya. ia langsung duduk di sampingku dan memijit pelipisnya.
"Capek? Aku pijitin ya."
"Ummh...mas, soal tadi, aku mau jelasin sama kamu."
"Nggak usah. Lain kali jangan boros-boros."
Aku hanya menatap mas Adam saja karena aku pikir dia akan marah besar, tapi ternyata tidak. Aku merasa bersalah karena sudah berbohong tapi mau gimana lagi tidak ada cara lain dan aku harus bisa menjaga rumah tangga ku sendiri dengan cara apapun yang aku bisa lakukan.
"Sayang."
"Hmm iya mas kenapa?"
aku cukup terkejut ketika mas Adam tiba-tiba langsung mendorongku dan langsung menindih ku. Dia membelai wajahku dengan sangat lembut. Aku menatap manik matanya yang saat ini sudah terlihat berbeda. Aku bingung dan takut, bagaimana jika mas Adam memintanya sekarang. jujur saja aku belum siap, aku masih merasa takut untuk melakukannya. Aku takut mas Adam akan menyadari jika aku sudah tidak virgin lagi.
"Ummmhhh mas...aku belum siap."
"Kenapa?"
"Kasih aku waktu sebentar lagi."
"Hufttt ya udah aku nggak akan maksa kamu. Aku bakal nungguin kamu sampai kamu siap"
Aku benar-benar merasa bersyukur karena mas Adam yang menjadi suami ku. aku memeluk dirinya dengan eratnya. Rasa tak ingin kehilangan sosok mas Adam mulai memenuhi hatiku, tapi aku juga takut jika suatu saat mas Adam akan tahu kebohongan ku yang cepat atau lambat pasti akan terbongkar.
"Mas, dari sekian banyaknya wanita yang ada di sekitar kamu, kenapa kamu lebih milih aku mas?"
"Ya karena kamu beda dari yang lain. Kamu cantik, baik, pinter, Sholehah. Apapun yang ada di kamu aku selalu menyukainya."
"Tapi aku nggak seperti yang kamu katakan mas. Aku jauh dari kata sempurna."
"Sebenarnya itu kalimat milikku sayang. Aku tidak akan sesempurna ini kalau nggak ada kamu.".
"Makasih karena udah milih aku yang banyak kekurangan ini."
"Aku bersyukur karena kamu yang jadi istri aku. Melihat dunia yang sekarang rasanya aku takut jika aku memilih wanita yang salah karena banyak pergaulan bebas di luaran sana."
Aku hanya terdiam saja mendengar perkataan mas Adam. Aku tahu apa yang dia maksud. Sungguh aku benar-benar merasa takut. Aku pikir setelah menikah semuanya sudah selesai begitu saja, tapi ternyata tidak. Justru aku harus menghadapi rasa takutku sendiri tentang masalalu ku. Sepertinya aku harus ke psikiater lagi untuk menjernihkan pikiran ku lagi.
Siang ini aku mengantarkan bekal ke kantor mas Adam. Perasaan sebagi sosok wanita yang sudah menikah memang terasa agak sedikit berbeda ya hahaha banyak pasang mata yang melihatku saat aku datang ke kantor mas Adam.
Mas Adam bekerja di salah satu perusahaan sebagai staff manager kantor, ya bisa di bilang pekerjaan itu yang paling cocok dengan sifat dan karakter mas Adam.
Kabar bahagianya seminggu lagi dia akan naik jabatan menjadi direktur perusahaan dan dia di pilih langsung oleh pimpinan perusahaan karena kinerjanya selama ini. Aku sangat bangga pada mas Adam.
Aku menunggu mas Adam di kantin karena dia baru saja mengirimkan pesan padaku kalau ia akan sedikit terlambat karena pekerjaannya belum selesai.
"Perasaan di mana mana kita ketemu terus deh, ya nggak..." sebuah suara membuatku menoleh dan betapa terkejutnya melihat Rizki yang tiba-tiba saja duduk di depanku.
"Ngapain kamu disini hah? Kamu ngikutin aku Ki?"
"Ya gue kerja disini lah. "
"Sejak kapan Rizki bekerja di perusahaan yang sama dengan mas Adam." batinku karena benar-benar terkejut.
"kenapa? kaget ya? gue kerja disini belum lama ini, ya karena gue tahu kalau suami Lo juga kerja disini."
"Maksudnya apa Ki?"
"Selama ini gue nggak pernah bisa ngelupain elo Zara. Gue selalu terbayang-bayang sama tubuh Lo yang indah itu apalagi Lo jago banget mainnya."
Rasanya aku ingin sekali menampar wajah pria brengsek di depan ku itu apalagi ketika melihat senyumnya membuatku benar-benar merasa muak. Aku tidak menyangka jika dia bisa berbicara seperti apa lagi sekarang aku sedang berada di kantin dimana staff dan karyawan berlalu lalang karena memang sedang jam makan siang.
"cukup Ki!!! Bisa ngga kamu ngga ungkit ungkit masalalu lagi. Kita ini udah selesai. Aku nggak mau ya dengan kamu mengungkit masalalu kita akan berefek pada pernikahan ku."
"loh kan emang bener kan. Apa perlu gue bilang ke suami Lo. Oh ya gue penasaran gimana reaksi suami Lo ketika tahu Lo udah nggak perawan lagi Ra hahaha Dia kaget ya? Marah? Atau Nerima Lo apa adanya pfftttt bilang dong ke gue, penasaran banget sumpah."
Aku hanya bisa mengepalkan tangannya saja mendengar perkataan pria brengsek itu apalagi melihat senyumnya yang tidak ada dosa sama sekali. Rizki memang bener-bener pria brengsek. Entah kenapa aku dulu mau berpacaran dengan pria kaya dia sampai rela melakukan hubungan badan dengannya. Mengingat hal itu membuatku benar-benar merasa marah kesal kecewa dan menyesal. Aku hampir menangis tak kala Rizki mengatakan hal itu padaku tapi tiba-tiba saja mas Adam datang yang membuat ku langsung berpura-pura seolah tidak ada apa-apa.
"Loh Ki, Lo disini juga toh."
"Hahaha iya pak ngobrol dikit sama istri Lo, nggak papa kan ya. Oh ya pak ternyata istri Lo satu sekolah sama gue dulu. Nggak nyangka ya bisa ketemu temen seangkatan di usia gue yang segini hehehe." aku terkejut ketika mendengar Rizki mengatakan hal itu pada mas Adam. Aku takut jika pria itu benar-benar memberitahu bagaimana masalalu ku dulu dengannya.
"Oh ya?? Emang bener sayang kalau kamu satu sekolah sama Rizki? Kok ngga pernah cerita?"
"Oh ahh emm i iya mas. Aku udah lupa, dia yang ngingetin aku." aku hanya menjawab iya saja dengan gugupnya. Saat ini aku benar-benar sangat takut .
"Malah bagus dong. Lo udah makan siang belum Ki?"
"Udah tadi bro, gue ke atas dulu ya."
Aku melihat kalau Rizki mengedipkan matanya lagi kepadaku tapi aku merasa lega karena pria itu sudah pergi. Aku dan mas Adam pun makan siang bersama sambil sesekali berbincang ringan.
"Siang pak...." aku menoleh ketika mas Adam menyapa seseorang.
"Maaf Dam saya ngga bisa dateng pas acara nikahan kamu."
"Nggak papa pak. Oh ya kenalin ini Istri saya, Zara. Sayang ini pak Ali pimpinan perusahaan."
"Zara pak." aku menyalaminya tapi aku merasa tidak asing dengan nama dan wajah itu. Sepertinya aku pernah bertemu tapi entahlah aku lupa.
"Nama kamu kaya temen sekelas saya dulu waktu SMA. Zara, Fatimah Az Zahra." aku cukup terkejut mendengar pak Ali mengatakan seperti itu. aku menjadi ingat kalau temen sekelas ku dulu juga ada yang namanya Ali tapi jika di lihat-lihat dari penampilannya aku yakin itu bukan Ali yang aku kenal karena Ali teman sekelas ku dulu adalah pria culun dan kutu buku tapi yang ada di depanku sekarang beda jauh.
"Kalau boleh tau dulu bapak sekolah di SMA mana ya pak, karena saya juga punya teman namanya sama kaya bapak."
"SMA Bina Bangsa." aku cukup terkejut mendengarnya tapi masih belum percaya sepenuhnya.
"Aliandra Syarif?" tanyaku untuk memastikannya dan ku lihat dia cukup terkejut. Apa mungkin benar??
"Kamu Zara?? Fatimah Az Zahra?" aku mengangguk saja yang membuat dia seperti tidak percaya jika bertemu dengan ku begitupun aku karena sempat tidak mengenali Ali.
"Kamu udah banyak berubah ya. dulu aja penampilannya....tapi sekarang malah jadi pemimpin perusahaan. Hebat banget kamu."
"Aku juga nggak nyangka bakal ketemu lagi. Dan ternyata kamu adalah istrinya Adam. Suami kamu ini sangat berpotensi Ra, dia serba bisa di perusahaan ini. perusahaan ku menjadi lebih maju ya sebagian besar karena dia ikut berkontribusi banyak dalam perusahaan."
"Bapak bisa aja." Aku menatap mas Adam dengan penuh bangga sementara mas Adam sendiri terlihat salting karena mendapat pujian dari bosnya.
"Kalau ada waktu nanti kita ngobrol bareng lagi ya. saya pergi dulu karena masih banyak pekerjaan. Oh ya Dam, nanti kalau udah selesai langsung ke ruangan saya ya."
"Baik pak."
"Aku kaget loh Sayang pas kamu bilang kalau bosku adalah teman SMA kamu. nggak nyangka banget ternyata di kantor ini banyak yang dari sekolah kamu dulu ya." aku hanya tersenyum saja mendengar ucapan mas Adam karena jujur saja aku masih takut Rizki yang kalau tiba-tiba saja memberitahu semuanya pada masa Adam.
"Dunia emang sempit mas."
Setelah selesai makan siang, mas Adam langsung ke ruangannya lagi sementara aku ingin langsung pulang tapi entah kenapa perutku rasanya sangat mulas sekali jadi sebelum pulang aku ke toilet dulu.
Baru saja aku masuk ke salah satu bilik toilet tiba-tiba saja seseorang mendorongku masuk begitu saja yang membuat aku sangat terkejut apalagi ketika melihat siapa itu membuatku benar-benar bertambah takut dan aku ingin berteriak tapi pria itu sudah membekap mulut ku lebih dulu dengan mulutnya. Dia menciumku dengan begitu brutal sementara aku hanya memberontak saja dengan air mata yang sudah menetes.
"Aku sangat merindukanmu sayang." ucapan yang membuatku semakin membencinya.
Dia bahkan berani melakukan hal seperti itu di saat tahu aku sudah menikah. Benar benar pria brengsek tidak tahu etika. Aku begitu terkejut ketika dia melepaskan celananya di depanku buru-buru aku berteriak minta tolong tapi ia langsung membekap mulutku lagi.
Plakkkkk...
aku menamparnya dengan keras karena aku benar-benar marah dengan apa yang dia lakukan padaku. Aku takut benar-benar sangat takut sekarang
"Siall!!!! Bukannya dulu Lo selalu mau gue ajak main Zara. Kenapa sekarang Lo nolak hah." ucapnya di telinga ku yang membuat ku merinding dan semakin takut.
"Aku udah nikah Ki, aku udah beda dari yang dulu. please buat kali ini aja kamu jangan ganggu aku lagi hiks."
"Gue kangen sama Lo. Lo tau ngga sih kalau gue kangen Lo."
"Aku minta sekarang kamu pergi dari sini atau aku teriak lagi "
"Ck sialll......"
Aku terduduk lemas sambil memukuli dadaku sendiri yang rasanya benar-benar sesak. kenapa ini terjadi kepadaku yaallah....aku pikir setelah aku nikah aku bakal bahagia karena punya kehidupan baru tapi kenapa kau hadirkan lagi sosok pria yang sudah menghancurkan ku dulu. apakah engkau kirim dia kembali untuk menghancurkan pernikahan ku juga....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!