...Jika cinta pada ciptaan-Nya disalahgunakan, maka sakit yang akan dirasakan....
...***...
Aku berangkat sekolah lebih awal. Pukul 06. 30 sudah sampai di sekolah. Keadaan sekolah masih sangat sepi, belum ada seorang murid pun yang berangkat kecuali para staff di sekolah yang bekerja untuk bersih-bersih. Aku pun memarkirkan motor lalu berjalan menyusuri lorong sekolah untuk menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku meletakkan tas diatas kursi lalu aku duduk dan membaca novel yang ku bawa dari rumah. Aku menikmati novel yang aku baca hingga tidak sadar bahwa sudah ada beberapa teman kelas yang datang. Selang beberapa waktu teman sebangku ku datang.
"Udah sampai dari jam berapa Nay?" Tanya Shylla yang baru datang.
"Setengah tujuh" Kataku.
"Buset pagi amat Nay, rumahmu kan deket dari sekolah ini, ngapain pagi-pagi banget dah berangkatnya" Kata Shylla.
"Bukannya udah seperti biasa aku berangkat jam segini ya?" Tanyaku pada Shylla.
"Iya sih, kamu ini terlalu rajin. Kek aku aja lah nyantai" Kata Shylla.
"Yakin nyantai? Ga ngebut anda?" Kataku sambil menyeringai kepada Shylla.
"HAHAHA tau aja. tapi emang aku kalo naik motor dengan kecepatan segitu tau" Kata Shylla sambil nyengir kuda.
"Iya deh, yang penting hati-hati" Kataku.
Tak lama kemudian guru yang mengajar di jam pertama sudah memasuki kelas. Guru itu menyapa murid-murid dengan penuh semangat karena masih di jam pertama. Pelajaran ini termasuk pelajaran yang aku sukai yaitu pelajaran yang menghitung bola menggelinding, menghitung gravitasi buah jatuh dari pohonnya, dan masih banyak lagi. Aku memerhatikan dengan sungguh-sungguh karena aku suka pelajaran ini. Aku melirik Shylla yang kelihatannya dia sangat bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena memang Shylla kurang suka dengan pelajaran ini, Shylla selalu mengumpat jika bertemu dengan pelajaran fisika ini.
"Kalian kerjakan LKS halaman 46 nomer 19 ya, minggu depan kita bahas" kata bu guru.
"Iya bu" kata anak-anak kelas dengan serempak.
"Kelas ibu akhiri sampai disini, minggu depan kita bertemu lagi. Assalamualaikum, selamat siang." kata bu guru sambil berjalan menuju pintu.
"Waalaikumussalam, terima kasih bu." kata anak-anak kelas dengan serempak.
"Iya sama-sama" akhir bu guru dengan wajah tersenyum sambil keluar kelas.
Sambil menunggu guru jam selanjutnya datang, aku mengecheck hp. Ternyata ada chat masuk.
M. Diandra Partha K.: Nanti jam istirahat pertama aku tunggu di rooftop sekolah
Nayyala Adya: Ngapain? Aku mau ngerjain tugas fisika
M. Diandra Partha K.: Aku ga suka penolakan, bawa sekalian tugasmu
Nayyala Adya: Hm ya
"Lagi chat sama siapa sih? serius amat" tanya Shylla
"Tuh lihat" kataku sambil menyodorkan hp. Setelah itu hp sudah berada ditangan Shylla, lalu dia membaca dengan seksama.
"Cieee mau ketemu doi, have fun yaaa" goda Shylla.
"B aja" kataku datar.
"Btw, gurunya kok belum masuk ya Shyll?" Tanyaku.
"Kamu sih keasikan chat sama doi. Sampe ga denger berita. Gurunya lagi keluar kota jadi jam kosong" Kata Shylla.
"Oh Alhamdulillah, ngasih tugas gak?" tanyaku pada Shylla.
"Disuruh lanjutin tugas yang kemarin, kebetulan aku juga belum selesai ngerjainnya, kamu udah?" tanya Shylla padaku.
"Udah" jawabku.
"Boleh pinjam?" tanya Shylla
"Boleh dong. Nih" Kataku sambil menyodorkan buku.
"Aku sholat dhuha dulu ya" pamitku pada Shylla yang sibuk melanjutkan mengerjakan tugas yang belum terselesaikan.
"Yaaa, hati-hati bestie" kata Shylla.
"Yoi" kataku sambil mengacungkan jempol.
Setelah itu aku bergegas menuju masjid sekolah yang berada lumayan jauh dari kelas. Karena kelasku berada dibagian paling belakang sedangkan posisi masjid berada di paling depan. Aku berjalan menyusuri sekolah, tak butuh waktu lama aku sampai di masjid. Aku meletakkan mukenah di bagian tempat sholat putri lalu aku bergegas wudhu, setelah itu aku melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk. Setelah selesai sholat aku bergegas memakai sepatu, saat aku memakai sepatu ada murid laki-laki yang juga sedang memakai sepatunya disampingku sedikit lebih jauh. Setelah selesai aku berdiri dan tidak sengaja melihat Diandra dan teman-temannya melewatiku, Diandra menatapku dengan tatapan datar dan dingin. Aku langsung memalingkan wajah dari dia, lalu aku bergegas kembali menuju ke kelas. Tak membutuhkan waktu lama aku sampai di kelas. Aku berjalan menuju bangku.
"Gimana udah selesai ngerjainnya?" Tanyaku pada Shylla.
"Kurang dikit, tumben cepet banget sholatnya. Lagi sepi ya masjidnya?" Tanya Shylla.
"Iya, kan bukan waktu istirahat. Jadi sepi" jawabku.
Shylla hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Lalu aku mengeluarkan buku fisika, niat hati ingin mengerjakan tugas yang tadi diberikan. Setelah beberapa kali mencoba ternyata aku kesulitan menemukan jawabannya.
"Kalo ga bisa ga usah dipaksa, daripada stress nanti. Mending ke kantin yuk" ajak Shylla.
"Ayo deh, mayan sulit juga nih soal" putusku.
Aku merapikan buku dan Shylla pun melakukan hal yang sama. Lalu kami berdua berjalan menuju kantin. Aku dan Shylla melewati kelas Diandra. Kebetulan kelas Diandra juga lagi tidak ada jam pelajaran, Aku melewati Diandra dengan menunduk tanpa menoleh sedikitpun. Berbeda dengan Shylla yang tengok kanan kiri.
Setelah melewati kelasnya, sedikit lebih jauh Shylla mengatakan "Tadi dia ngelihatin kamu Nay"
"Biarin aja, ga penting" kataku datar.
"Kamu ini beneran suka gak si sama Diandra? Kebanyakan orang kalo suka seseorang tuh nunjukin kalo beneran suka. Kamu malah lempeng-lempeng aja" kata Shylla heran dan hanya ku balas dengan mengendikkan bahu.
Lalu Aku dan Shylla sampai di kantin. Setelah selesai memilih beberapa makanan ringan kami berdua kembali ke kelas. Sesampainya di kelas Aku dan Shylla duduk dan menikmati makanan yang kita beli di kantin sambil ngobrol santai.
"Nay, aku mau nanya deh sama kamu" kata Shylla.
"Apaan?" kataku.
"Kenapa kamu milih untuk diam dan gak effort ke Diandra?" tanya Shylla.
"Maaf aku gak bisa jawab" jawabku.
"Dia kan friendly banget tuh sama orang lain, deket sama cewek sana-sini apa kamu gak jengkel atau mungkin cemburu gitu?" tanya Shylla.
"Yaaa wajarnya orang suka gitu lah Shyll, tapi pilihanku cuma diam sekarang. Aku lo bukan siapa-siapanya dia" jawabku pada Shylla.
Tapi yang aku rasakan jauh dari yang aku katakan, hatiku benar-benar merasakan cemburu, jengkel, sedih, ingin nangis, dan ingin meluapkan semuanya saat itu juga. Namun setiap aku berkaca, kaca selalu menunjukkan "Siapa aku?" selain perempuan yang hanya bisa diam diam dan diam, ketika melihat dan merasakan semua yang terjadi. Melatih hati agar tidak terlalu menjatuhkan harapan pada manusia.
"Mau sampai kapan kamu kek gini si Nay?" tanya Shylla.
"Sampai aku capek" kataku pada Shylla.
"Cobalah lirik ke sekitarmu dikit aja Nay. Banyak lo yang lebih dari dia" kata Shylla.
"Kalo aku udah pernah nyoba tapi ga ada hasil gimana?" tanyaku.
"Coba terus dong" kata Shylla. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Setelah itu kami berdua melanjutkan kegiatan masing-masing. Shylla yang sibuk bergurau dengan Sagara yang notabene dia adalah doi nya Shylla. Aku sibuk memainkan ponselku sambil menikmati makanan ringan yang aku beli di kantin tadi bersama Shylla. Saat lagi scroll sosial media tiba-tiba ada chat masuk.
M. Diandra Partha K.: lagi kosong kan?
Nayyala Adya: iya
M. Diandra Partha K.: aku tunggu di rooftop sekarang
M. Diandra Partha K.: bawa semua tugasmu sekalian
Nayyala Adya: katanya waktu istirahat nanti
M. Diandra Partha K.: males, nanti banyak orang.
M. Diandra Partha K.: cepet kesini Nay, jangan banyak tanya ah
Nayyala Adya: iya iya otw nih, tunggu.
M. Diandra Partha K.: jangan lama!
"Dasar pemaksa" kataku dalam hati. Sambil mengeluarkan buku yang tugas itu akan aku kerjakan disana. Lalu aku bergegas menuju ke tempat yang sudah disetujui, eh tidak lebih tepatnya Diandra yang menentukan. Tak butuh waktu lama aku sampai di rooftop, disini memang sepi dan jarang orang kesini. Kemudian aku mencari-cari keberadaan Diandra. Dan yaaakkk aku menemukan sosoknya sedang duduk di kursi yang ada di rooftop. Aku langsung mendudukkan diri disebelah Diandra namun sedikit lebih jauh.
"Sampe juga kamu akhirnya" kata Diandra yang sama sekali tak menoleh padaku.
"Maaf, lama ya" kataku pasrah.
"hm." gumam Diandra. Sepertinya keadaan hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Kenapa? Ada masalah?" tanyaku pada Diandra.
"Hm. Tadi aku nangis" Ujarnya.
"Berat banget ya?" kataku.
"Hm. Tadi waktu melantunkan pujian Shalawat Badar aku nangis. Badanku seketika merinding" ujar Diandra mengeluarkan apa yang dirasa.
"yaudah nangis aja. Itu artinya hatimu masih berfungsi dengan baik" kataku santai sambil melihat sekitar.
"Alhamdulillah" kata Diandra melihat kearahku sambil tersenyum.
Aku yang dilihatnya menahan salting dan tetap stay cool padahal nyatanya dalam hati sudah berdebar-debar sambil berkata dalam hati "Perasaan ini jangan sampai dia tahu. Aku gak mau pertemananku hancur hanya karena perihal rasa." Akupun hanya membalas dengan senyuman tipis.
"Mana tugasmu? coba lihat" Tanya Diandra.
"Eh, buat apa? sama sekali belum aku kerjakan. Tadi mau aku kerjakan katamu dikerjakan disini aja" kataku.
"Udah coba siniin" kata Diandra sambil merebut buku yang ada dipangkuanku.
Aku hanya kaget dengan perlakuan Diandra. Aku diam melihat semua yang dilakukan Diandra. Dia terlihat sangat fokus dengan buku ku. Aku yang melihat itupun seketika tersenyum melihat wajah Diandra yang sedang fokus mengerjakan tugasku. Rahang yang tegas, mata yang sedikit sipit, alis yang tebal, seketika wajah itu membuatku jatuh dalam pesonanya. Sayang sekali, dia tidak tahu kalau aku sudah jatuh pada pandangan pertama, sifatnya yang aneh membuatku tertarik padanya. Tiba-tiba Diandra membuyarkan lamunanku.
"Iya aku tau aku gans, gitu banget ngelihatinnya haha" kata Diandra yang membuatku salah tingkah.
"Dih pede amat. Aku tuh tadi ngelihatin kamu ngapain, fokus banget gitu." kataku beralasan.
"Tuh dah selesai tugasmu" kata Diandra santai sambil tersenyum.
"Heh lah kok? ish kok dikerjain sih, kalo aku nanti ditanya terus aku gak paham gimana?" kataku sambil cemberut.
"Gapapa, itu gampang kok. Mau aku jelasin caranya?" tawarnya. Dan aku mengangguk untuk mengiyakan tawaran Diandra. Setelah itu diandra menjelaskan dengan pelan namun jelas dan mudah dimengerti.
"Cuma gitu aja kok caranya, paham kan?" tanyanya memastikan bahwa aku paham dengan penjelasannya.
"Paham kok. Makasih ya, jadi ngerepotin kamu. Tugasku malah yang ngerjain kamu." kataku tak enak hati.
"Sama-sama, kan aku yang pengen, dan kebetulan kelasku udah soal itu." kata Diandra. Aku hanya menanggapi hal itu dengan senyuman.
"Aku mau kekantin bentar, kamu disini sendiri dulu gapapa kan?" Kata Diandra.
"Aku balik ke kelas aja ya?" kataku.
"Gaboleh!" kata Diandra dengan memicingkan alisnya.
"Ish, yaudah iya aku tunggu disini. jangan lama-lama!" kataku.
"Siap laksanakan!" katanya sambil hormat. dan akupun tertawa melihat tingkah anehnya yang sering berubah, seperti sekarang jadi sosok yang menggemaskan.
Aku pun membaca buku yang aku bawa sambil menunggu Diandra. Tidak lama kemudian Diandra datang membawa beberapa makanan, lalu meletakkan makanan itu di sampingku.
"Ini buat kamu." Kata Diandra sambil menyodorkan minuman botol dan beberapa makanan manis.
"Aku sebenarnya lagi pengen makan makanan pedas deh, tapi gapapa deh. Makasih yaaa." Kataku dengan mata berbinar ketika menerima makanan pemberian Diandra.
"Apa-apaan si kamu ini." Kata Diandra sedikit ingin marah.
"Kenapa si hm?" Kataku santai.
"Udah tau punya sakit lambung masih aja makan pedas. Nantang malaikat kamu haa?!" Kata Diandra dengan nada bicara sedikit tinggi.
"Maaf." Kataku sambil menundukkan kepala.
Diandra yang melihat reaksiku langsung menyenderkan punggungnya sambil mengusap raut wajah. Terlihat sekali Diandra sedang menahan amarahnya supaya tidak terluapkan kepadaku. Aku mendengar helaan nafas panjangnya dan aku semakin merasa bersalah.
"Udah ayo kembali ke kelas masing-masing. Jaga kesehatan, aku duluan assalamualaikum." Pamit Diandra pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah ku.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Lirihku.
Setelah itu aku berjalan gontai menuju kembali ke kelas. Melewati lorong-lorong kelas, dan beberapa murid yang lalu lalang. Tidak membutuhkan waktu lama akupun sampai di kelas. Aku melihat Shylla yang sedang bercengkerama dengan Sagara, akupun hanya melihat tanpa bersuara segera mendudukan di bangku tempat dudukku. Aku pun membuka novel yang ku bawa dari rumah. Saat aku sudah terbelenggu dengan bacaan novel tiba-tiba Shylla menepuk pundakku.
"Kamu kenapa tadi?" Tanya Shylla secara tiba-tiba.
"Gapapa kok." Jawabku singkat tak lupa dengan senyum yang mengembang.
"Di apain sama Diandra?" Tanya Shylla menyelidik.
"Gak di apa-apain, tuh dia bantuin aku mengerjakan tugas yang baru tadi di kasih." Kataku santai.
"Haaaahhh? Kok mau? Kamu paksa?" Kata Shylla kaget.
"Gila kamu ya?! Mana ada aku maksa. Itu inisiatif dia sendiri." Kataku sedikit sensi.
"Kamu gak curiga Nay?" Tanya Shylla.
"Curiga apaan?" Tanyaku bingung dengan pertanyaan Shylla.
"Dia suka sama kamu." Kata Shylla santai.
Setelah selesai semua pelajaran hari ini, aku pulang dengan perasaan yang campur aduk. Aku menyusuri jalan, sesampainya di rumah aku langsung menuju ke kamar. Ibu yang sedang berada di dapur melihatku langsung masuk kamar tidak seperti biasanya ikut menyusul ku hingga ke kamar.
Tok tok tok
"Ibu boleh masuk Nay?" Tanya ibu dari luar kamar.
"Boleh bu, masuk aja." Jawab ku dengan wajah yang lesu. Lalu ibu duduk di samping ku yang posisi ku tengkurap memeluk guling.
"Gimana hari ini? Capek?" Tanya ibu sambil mengelus-elus kepalaku. Aku pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari ibu. Ibu hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Ibu ambilkan makan ya?" Tawar ibu kepadaku.
Aku menggelengkan kepala memberi tanda bahwa aku belum mau makan. Ibu hanya menghela napas, dan masih terus mengelus kepalaku.
"Bu..." Aku memanggil ibu secara perlahan dengan perasaan yang tidak bisa didefinisikan.
"Iya sayang, mau ada yang di ceritakan kah?" Tanya ibu dengan lembut.
Aku mengubah posisiku tidur dipangkuan ibu. Lalu aku menatap mata ibu dan ibu juga menatap ke arahku.
"Ibu tau kan?" Kataku. Ibu hanya menanggapi dengan senyuman.
"Aku takut bu" kataku lesu.
"Takut dia berubah kalau kamu menunjukkannya?" Tanya ibu memastikan. Aku hanya mengangguk pelan.
"Nay, manusia itu dinamis. Kapanpun dia mau berubah dia akan berubah meskipun kamu nggak menunjukkannnya. Dia berubah sesuai isi hatinya. Sekarang kamu maunya gimana?" Tanya ibu.
"Aku nggak tau bu, karena yang punya rasa ini hanya aku. Dia hanya menganggapku sebagai teman dekatnya gak lebih." Terang ku pada ibu.
"Ibu cuma mau bilang ke kamu Nay. Kalau cinta sama ciptaan-Nya, jaga sebaik mungkin cinta itu. Jangan disalahgunakan, nanti kamu akan merasakan sakit. Ibu ikut sedih kalau kamu sedih." Kata ibu sambil mencium keningku. Tak terasa cairan bening meluncur bebas dari pelupuk mataku. Lalu ibu mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Aku merubah posisiku dengan menenggelamkan wajah di perut ibu. Ibu membelai kepalaku dengan lembut.
"Anak ibu udah besar hihihi, mau sholat dulu atau makan dulu Nay?" kata ibu.
"Sholat dulu bu." Putus ku.
"Yaudah ibu siapin makanan buat kamu dulu." Kata ibu.
Akupun beranjak dari posisiku menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Lalu melaksanakan sholat dengan khusyuk.
...Hati yang hancur seperti halnya tulang rusuk yang patah. Tidak ada yang bisa melihatnya, namun rasa sakitnya tak tertahankan setiap kali aku bernapas....
...***...
Setelah selesai sholat aku bergegas menuju ruang makan, terlihat ibu sedang menyiapkan makanan kesukaanku. Aku berjalan mendekati ibu.
"Udah puas nih curhat ke Allah nya?" Kata ibu.
"Lumayan lega bu hehehe." Kata ku sambil nyengir kuda.
"Yaudah cepet makan. Udah telat jam makan siang kamu ini." Kata ibu ngomel.
"Telat bentar kok bu, bukan masalah besar" kata ku santai.
"Iya kamu sekarang menyepelekan masalah kecil, belum tau nanti kalo berujung besar" kata ibu.
"Jangan sampai lah bu" kata ku meringis.
" Udah ah cepet di makan" kata ibu.
Aku pun mulai makan dengan di temani ibu di sampingku. Aku anak satu-satunya jadi kalau siang hanya di rumah dengan ibu. Aku menyantap makanan buatan ibu dengan lahap. Tiba-tiba handphone ku berdering. Aku lihat nama Shylla tertera disana.
"Aku angkat telpon dulu ya bu?" Izin ku pada ibu. Ibu mengangguk mengiyakan
"Hallo, assalamualaikum"
"Iya wa'alaikumussalam warahmatullah, kenapa Shyll?"
"Sibuk gak Nay? Ikut aku yuk."
"Kemana?"
"Ke taman kota. Cari angin. Suntuk aku di rumah."
"Oh, bentar aku izin ibu dulu."
Aku menatap ibu lalu meminta izin. Ibu mengizinkanku pergi dengan Shylla.
"Gimana Nay?"
"Dibolehin sama ibu."
"Yaudah habis ini aku otw ke rumahmu."
"Iya"
Aku membantu ibu merapikan meja makan, lalu aku mengganti posisi ibu untuk cuci piring.
"Nitip sesuatu gak bu? Mumpung mau keluar" tanya ku pada ibu.
"Pulangnya tolong belikan minyak goreng ya Nay. Ibu kemarin lupa beli, stoknya tinggal dikit." Kata ibu sambil menyodorkan uang satu lembar warna merah.
"Beli minyaknya 1 kan bu?" Tanya ku pada ibu.
"Iya, itu sisanya buat kamu." Kata ibu.
"Aaaa makasih banyak buuuu" kata ku langsung berhambur kepelukan ibu. Ibu membalas pelukan itu.
"Iya sama-sama. Buru siap-siap gih, nanti malah pas Shylla udah nyampe sini kamu belum siap." Kata ibu.
Aku bergegas menuju ke kamar untuk bersiap-siap. Aku memakai gamis polos warna abu-abu dipadukan dengan jilbab hitam. Aku memoleskan bedak sangat tipis dan memakai pelembab bibir. Setelah itu aku mengenakan jilbab dengan style Malaysia. Setelah selesai semuanya aku keluar dan tak lama kemudian Shylla sudah sampai di rumah ku.
"Ibuuu aku berangkat yaaa" Pamit ku pada ibu.
"Iya, hati-hati yaaa" kata ibu.
Aku mencium tangan ibu lalu mencium pipi ibu. Shylla juga ikut menyalami ibu. Lalu Aku dan Shylla berboncengan naik motor. Dengan kecepatan sedang Shylla melajukan motornya. Jalanan sedikit ramai dengan angin sepoi-sepoi yang sangat nyaman membuat hati sedikit lebih tenang. Membutuhkan waktu 30 menit untuk menuju ke taman kota. Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang, Aku dan Shylla sampai di taman kota. Suasana taman kota yang tidak terlalu ramai seperti biasanya, sungguh beruntung sekali. Shylla memarkirkan motornya, lalu Aku dan Shylla mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Akhirnya Aku dan Shylla memutuskan untuk duduk di bangku pojok yang bisa melihat hampir seluruh view taman.
"Nay, aku suntuk banget" kata Shylla dengan raut wajah cemberut.
"Kan tadi udah bilang di telpon hahaha" canda ku ke Shylla agar meredakan suasana sedih yang ada di hatinya.
"Iiiihhh kamu mah Nay" kata Shylla tambah cemberut.
"Iya, iyaa, maaf. Kamu suntuk kenapa? Bukannya pulang sekolah tadi baik-baik aja?" Tanya ku pada Shylla.
"Iya tadi emang baik-baik aja, tapi tadi tuh terjadi sesuatu" kata Shylla.
"Apa apa?" Tanya ku kepo.
"Berantem sama doi, gara-gara aku ga nurutin perkataannya" jelas Shylla dan membuatku memutar bola mata ku malas.
"Yaudah biarin aja dulu, nanti kalau dia sudah tenang juga bakal negur kamu lagi" kata ku dengan santai sambil menikmati makanan ringan yang aku beli.
"Capek banget tau Nay, apa-apa harus nurut, apa-apa ga boleh, pengen lepas tapi masih sayang" Curhatnya.
"Kalau capek ya istirahat dulu, nanti kalau udah gak capek lanjut lagi" kata ku
"Huuuufffffttt" Shylla menghela napas panjang. Aku sontak menepuk pundaknya sambil mengatakan "sabar"
"Bosan dalam hubungan itu wajar Shyll, yang gak wajar itu ketika bosan malah cari yang lain" kata ku sok bijak. Padahal aku sendiri belum pernah merasakannya.
Shylla mengangguk sebagai tanda bahwa dia menerima ucapanku. Aku dan Shylla sama-sama bungkam. Aku memberi Shylla waktu untuk mendamaikan pikirannya. Aku menikmati makanan ringan dengan sesekali menyeruput es yang aku beli bersama Shylla. Taman tidak terlalu ramai, ada beberapa pengunjung, ada yang bersama pasangannya, ada yang bersama teman-temannya, dan ada yang bersama keluarganya. Pandanganku mengitari sekeliling taman, perhatianku terpusat pada anak kecil yang mungkin masih usia 1-2 tahunan. Sangat menggemaskan, first impression ku terhadap anak kecil itu. Lalu sorot mataku teralihkan pada satu orang yang aku tidak asing dengan postur tubuhnya. Tubuh tegap, dengan tinggi standard nya cowok, yang sedang berdiri ke arah membelakangiku. Aku mengamati orang itu hingga akhirnya dia berbalik badan. Benar, itu Diandra. Sedang apa dia disini? Pertanyaan itu yang terlintas di pikiranku saat ini. Sontak sorot mataku mengikuti kemana arah langkah Diandra. Ada gemuruh didalam hatiku ketika melihat seseorang yang bersamanya. Cantik. Itu yang terlintas dipikiran ku saat melihat cewek itu. Hampir aku meneteskan air mata, tiba-tiba Shylla menepuk bahu ku.
"Kamu kok diam aja? Kenapa Nay?" Kata Shylla yang mungkin sedari tadi memerhatikan ku.
"Fine" kata ku singkat tapi jauh dari yang aku rasakan.
"Kek nya kamu tadi lagi lihatin seseorang. Lagi lihatin siapa si Nay?" Kata Shylla sambil mengedarkan pandangannya ke area taman. Belum sempat aku menjawab Shylla membuka suara lagi.
"Eh Nay, itu bukannya Diandra?" Kata Shylla sambil terus menetapkan pandangannya untuk memastikan benar tidak penglihatannya.
"Iya bener" Kata ku singkat.
"Nay kamu baik-baik aja kan?" Tanya Shylla sambil menatapku intens.
"Fine Shyll" kata ku sambil tersenyum meyakinkan Shylla.
"Aku kek kenal deh sama orang yang disampingnya Diandra itu" ucap Shylla yang membuatku penasaran tapi aku memilih untuk menyembunyikan rasa penasaran ku.
"Udah biarin ah, gak pengen tau juga aku" ucap ku dengan nada flat.
"Itu adek kelas anak MIPA 2 kek nya" kata Shylla dan aku hanya bergumam.
"Kamu kalau lagi gak baik-baik aja gak perlu ngomong baik-baik aja. Gak perlu pake topeng, kalau mau nangis ya nangis aja. Gak semua nya bisa di gapapa in." Ucap Shylla.
"Hehe, makasih Shyll. Tapi aku beneran gapapa kok. Kamu tenang aja" sambil menatap Shylla dengan penuh keyakinan. Aku tidak mau Shylla tau akan apa yang aku alami.
"Pulang aja yuk Shyll? Di titipin ibu minyak goreng juga nih soalnya. Mau kan ku ajak mampir beli minyak dulu?" Kata ku.
"Dih kek sama siapa aja si, yaudah hayuk pulang. Nanti minyak gorengnya keburu ditunggu ibu lagi. Dah mayan sore juga nih." Kata Shylla
Aku dan Shylla meninggalkan tempat dan menuju parkiran motor. Di perjalanan Aku dan Shylla berhenti di swalayan untuk membeli titipan ibu dan beberapa snack dan minuman untuk stok jajanan di rumah. Setelah selesai berbelanja Aku dan Shylla melanjutkan perjalanan pulang. Tak membutuhkan waktu lama, Aku dan Shylla sampai di rumah ku.
"Mau mampir dulu?" Tawar ku pada Shylla.
"Kapan-kapan aja ya, udah waktunya bersih-bersih rumah. Nanti nyonya ku ngamuk hahaha" kata Shylla aku pun ikut tertawa.
"Yaudah aku pulang dulu, nanti pamitin ke ibu ya" kata Shylla.
"Siaappp. Hati-hati dijalan yaaa" kata ku.
"Yoi, Daaa Assalamualaikum" kata Shylla sambil melambaikan tangan. Aku membalas lambaian tangan Shylla.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Setelah itu aku bergegas memasuki rumah.
"Assalamualaikum buuu" teriak ku ketika memasuki rumah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, ibu di dapur Nay" teriak ibu dari dapur. Aku bergegas menuju dapur sambil membawa titipan ibu.
"Eeemmmm enak banget bu wangi masakannya, masak apa nih?" Ucap ku.
"Masak sayur asem sama tahu goreng kesukaan kamu" kata ibu sambil tersenyum.
"Aku bantu ya buuu?" Tawar ku pada ibu.
"Udah mau selesai kok ini, kamu istirahat aja kan habis keluar juga. Pasti capek" tolak ibu.
"Gapapa buu, aku bantu siapin aja deh kalau gitu" paksa ku dan ibu hanya mengangguk mengiyakan keinginanku.
Aku membantu ibu menyiapkan makanan yang ku sajikan di meja makan. Terdengar suara adzan, lalu aku pamit ke ibu untuk sholat terlebih dahulu. Aku bergegas menuju kamar untuk melaksanakan sholat Maghrib. Setelah selesai sholat Maghrib aku mendengar panggilan ibu untuk makan malam. Aku pun berjalan keluar kamar menuju tempat makan. Aku makan malam bersama Ayah, Ibu, dan kedua adek. Hening. Hanya dentingan sendok yang terdengar disela-sela makan malam ini. Setelah selesai makan malam, aku membantu ibu membersihkan meja makan dan mencuci piring. Setelah semua pekerjaan selesai, aku pamit pada ibu untuk masuk ke kamar. Setelah ibu mengiyakan, aku langsung berjalan menuju kamar.
...Diantara sekian banyak menunggu, aku paling benci ketika harus menunggu untuk menyerah....
...***...
Sembari menunggu adzan Isya' aku berkelana di dunia sosmed. Aku membuka aplikasi WhatsApp ternyata banyak sekali chat masuk yang belum aku balas. Pandangan ku pun jatuh pada roomchat Rashi yang mengirimkan foto. Rashi adalah teman baik ku dari kami masih memakai merah putih. Sayangnya aku dengan Rashi tidak satu almamater putih abu-abu. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah pertemanan kita. Aku dan Rashi masih tetap berteman baik bahkan bisa dibilang saudara meskipun tak sedarah.
Rafaila Rashi Chandara
Nay
Naayy
Naaayyy
Aku pun membuka roomchat. DEG! Apalagi ini ya Tuhaaaannnn. Rasa gemuruh dalam dada pun kian kencang. Tak terasa air mata ku terjun bebas. Aku melihat foto itu, foto itu adalah screenshot story WhatsApp nya adek kelas yang menyukai Diandra secara terang-terangan. Dengan sekuat tenaga aku memaksakan membalas chat Rashi.
^^^Brutal banget ya dia?^^^
Ya gitu deh
Gausah kamu pikirin deh ya Nay
Abaikan aja
Aku ngasih tau gini supaya kamu tau gimana Diandra
Jangan terlalu percaya dulu sama cowok modelan Diandra
^^^Okey, makasih ya Ras^^^
^^^Berguna juga info dari kamu hahaha^^^
Yoi
Dih sok-sok an ketawa aslinya nangis juga
Sok tau hahaha
Aku pun mengirimkan foto itu ke Diandra. Meskipun aku sudah yakin yang di story itu adalah Diandra.
M. Diandra Partha K.
^^^
Mulai sekarang dia udah jarang buat story foto ku kok
^^^Aku gatau, soalnya aku gak save nomernya^^^
^^^Emang biasanya sering ya?^^^
Sering banget Nay
[16/8 19:38] Julie: ya gimana ya kak, semua ciri-ciri yang kakak sebut bener semua :V
[16/8 19:43] Diandra Partha: Gini Dek, aku sarankan lebih baik sekarang cukup berhenti mengejarnya. Lebih baik sakit hati sekarang daripada sakit hati di akhir cerita, yah mungkin dia itu punya maksud tertentu buat dirimu kedepannya dan mungkin dia bermaksud baik untuk masa depanmu. Toh kamu juga ada yang ngejar-ngejar kan anak sekolah sebelah, udah saranku sama anak sekolah sebelah itu aja, itu lebih baik daripada harus mengejar dia yang kamu kejar saat ini. Karena bukannya ga mungkin ya, kan katamu dia udah mau lulus. Jelasnya dia ga akan buka hati dulu, dia mungkin fokusnya ke sekolah, terpleset dikit hancur sudah kedepannya. Yah, ini cuma saran aja. Kalau ini kamu laksanakan Insha Allah, atas Izin Allah kamu jika sakit hati pasti akan segera pulih dan mendapat ganti tapi kalau ga di pakai ya gapapa, urusan sakit hati di akhir cerita saya ga nanggung jawab
[16/8 19:45] Julie: Haaaaaa anak sekolah sebelah siapa kak?
[16/8 19:45] Julie: katanya siapa kak?
[16/8 19:46] Diandra Partha: Wah ga tau ya, ini pandangan ku gitu. Salah benernya aku ga tau
[16/8 19:48] Julie: Mungkin maksud mu si Zafar kak. Tapi aku gak punya hubungan apa-apa sama Zafar kak. Teman biasa aja. Iya deh kak aku berhenti. Aku gak ngejar lagi. Aku gamau cari cowok lagi. Percuma :v
[16/8 19:50] Diandra Partha: Wah ga tau ya siapa namanya
[16/8 19:51] Diandra Partha: udahlah, lebih baik sendiri aja daripada pacaran. Pacaran itu belum tentu jadi Jodoh di kemudian hari
[16/8 19:52] Julie: yang cari pacar juga siapa kak, aku sekedar suka aja
[16/8 19:52] Diandra Partha: Wkwkwk kali aja
[16/8 19:55] Julie: Nggak kak. Aku waktu suka sama dia udah punya prinsip gamau pacaran. Cuma sekedar suka + buat penyemangat. Jadi gak jadi urusan yang diatas. Meskipun banyak yang bilang aku dikejar-kejar sama anak sekolah sebelah (Zafar) anak volly itu ga peduli aku. Kalau aku ga suka sama dia, bisa apa di?
[16/8 19:57] Diandra Partha: Wkwkwk terserah. Tapi itu hanya saranku loh ya, menurut pandangan ku kek gitu. Di pake ga di pake gapapa.
[16/8 19:59] Julie: Iya kak, aku pake. Aku menjauh aja deh biar dia fokus. Yaudah kak.
[16/8 20:02] Diandra Partha: Loh tindakanmu ini salah Dek. Gini, kalo kamu suka kepada seseorang lalu jika sudah gagal lalu kamu menjauh itu salah. Karena apa? sebaik baiknya umat manusia ialah mereka yang mampu menjaga hubungan silaturahimnya dengan sesama umat.
[16/8 20:03] Julie: Ini gimana sih kak sebenarnya. Menjauh gak boleh. Dekat gak boleh. Dilema aku.
[16/8 20:06] Diandra Partha: Yah bukannya aku ga ngebolehin ya. Boleh dekat, silakan saya ga nglarang itu Hak mu kan? Sepertinya orang yang kamu suka ini anaknya friendly banget ke orang-orang sekitarnya. Tapi kalo secara tiba-tiba yang dulunya dekat terus sekarang menjauh itu salah Dek, bolehlah menjauh tapi jangan sampai putus tali silaturahmi.
[16/8 20:07] Julie: Tapi aku gamau ahh kak. Biarkan aku sendiri dulu ya kak
[16/8 20:08] Diandra Partha: Oalah Iya deh, jangan terlalu hanyut dalam kesedihanmu. Ingat ada Allah tempat untuk bersandar
[16/8 20:10] Julie: Iya kak. Mungkin aku udah gak bisa chat terus kek biasanya kak
[16/8 20:10] Julie: Maaf ya kak hehehe
[16/8 20:11] Diandra Partha: Wkwk kok minta maaf segala, sana minya maaf ke Allah. Mungkin lewat kata-kataku ini dirimu di sadarkan Dek
[16/8 20:13] Julie: Kakak mungkin tau kan siapa orang yang aku suka. Ya maaf kak kalau aku kurang sopan selama ini waktu chat kelewat batas. Udah ahh aku ingin sendiri dulu
[16/8 20:15] Jeulie: kak pliss tolong jawab, kakak tau darimana tentang anak sekolah sebelah?
[16/8 20:17] Diandra Partha: Wkwkwk paham kok
[16/8 20:18] Diandra Partha: Ga dari siapapun dek. Ini tadi nyoba iseng-iseng buka Hijab, terus tau sedikit tentang dirimu. Tapi sekarang udah aku tutup lagi
[16/8 20:19] Julie: Hah maksudnya? Hijab kak?
[16/8 20:22] Diandra Partha: Hijab itu pembatas Dek, orang kalau Hijabnya di buka itu akan tau apa yang terjadi pada seseorang
[16/8 20:24] Julie: bentar deh kak. Perasaan aku gak pernah dikejar-kejar sama Zafar tuh. Malah aku berantem terus, gaada damai-damai nya. Sampek blokir-blokiran sosmed. Kok kakak bisa ngomong kalo aku dikejar-kejar?
[16/8 20:27] Diandra Partha: Loh lah ya itu. Kan aku udah ngomong, salah benernya aku gatau. Toh aku juga manusia biasa, ga harus bener terus
[16/8 20:29] Julie: Iya kak, udah ya kak. Aku mau nenangin diri dulu. Sekarang aku gatau harus gimana?
[16/8 20:31] Diandra Partha: Iya deh, tenangkan pikiranmu dulu Dek
^^^Aku membayangkan di posisi Julie kok nyesek gimana gitu ya?^^^
Yah Nay, aku ya merasa bersalah. Tapi gimana lagi, sekalian dia sakit hati sekarang daripada nanti semakin lama malah semakin mendalam
Di balik itu semua ada maksud tersendiri
^^^Bener juga. Sumpah nyesek lo itu. Aku pernah di posisinya Julie, tapi gimana lagi kalau diteruskan juga gak baik buat iman. ^^^
^^^Apaaaaa? ^^^
Nah iya, maka dari itu ya semua ini untuk kebaikan dia di masa mendatang
^^^Disisi lain kamu udah punya doi. Wkwwk ^^^
Masya Allah, sumpah aku ga punya Doi. Kalo deket itu iya. Kalo Doi ga punya
^^^Canda wkwk. Kamu kan emang deket sama banyak orang. Aku ga kaget kok. ^^^
Wkwk terserah deh, setiap orang menilai dari sisi yang tidak sama. Tapi kalau menurutku Pribadi, wajar dekat kan menjalin silaturahmi sama cowok-cowok juga gitu. Aku begini tuh niru Rasulullah yang sayang banget kepada para keluarga, Sahabat dan teman Rasulullah. Rasulullah ndak mandang bulu ini darimana, kaya/miskin. Sama semua.
^^^Iya iya. Aku cuma mengingatkan tentang zaman. Makin kesini zamannya semakin aneh. Cara berpikirnya sudah ndak karuan kalau gak dikontrol. Sekarang porsinya banyak nethinknya daripada posthinknya^^^
Nah maka dari itu. Aku mah udah biarin gimana cara pandang orang lain ke aku. Bebas. Aku ndak ngelarang, karena itu semua hak orang lain. Jadi kita udah melakukan apa yang kita anggap benar.
Udah dulu ya Nay, aku ngantuk banget.
Sambung besok aja. Assalamualaikum.
^^^Wa'alaikumussalam Warahmatullah.^^^
Sepanjang chat dengan Diandra air mata ku tak henti-hentinya terjun bebas. Setelah membaca chatnya dengan Julie membuatku semakin yakin untuk terus menyembunyikan perasaanku sampai tidak tahu kapan. Perihal rasa, aku bisa apa selain menunggu? Menunggu agar kamu tahu? Atau menunggu agar aku menyerah dengan waktu? Tidak ada pilihan lain selain menyembunyikannya bukan? Aku tahu, tak seharusnya rasa ini hadir. Kamu tenang saja, aku berusaha memendam, aku akan terus berusaha diam, berusaha mengabaikan, bahkan jika perlu aku akan berusaha menghilangkan. Maafkan aku telah lancang mencintaimu tanpa persetujuan darimu. Karena ini rasaku, ini hatiku dan aku tidak bisa memaksanya untuk tidak mencintaimu. Riuh nya isi kepala membuatku pening, dan tak lama kemudian aku pun terlelap dengan segala gaduh yang ada di kepala.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!