NovelToon NovelToon

SWEET CHOCO DREAM

Bab 01

Saat ini Olivia sedang berjalan santai memasuki gerbang sekolah SMA Andara sambil meminum susu cokelat. Gadis itu terlihat biasa-biasa saja dengan wajah yang datar. Olivia berjalan mendekati madding sekolah, mencari Namanya yang akan berada di kelas mana.

Gotha!

​Setelah menemukannya, Olivia langsung melangkah menuju ke kelasnya. Ya hari ini adalah hari pertama Olivia berada di kelas XII (12) dan akan menjadi tahun terakhirnya di SMA. Gugup? Tidak, dia biasa saja.

​“Oliv!!” suara cempreng Ayana saat memasuki kelas XII IPA2 langsung menarik perhatian beberapa orang yang sudah ada disana, sedangkan orang yang namanya dipanggil tidak peduli dan hanya fokus pada novel yang tengah dibacanya. Ayana langsung duduk di samping Olivia dan menarik novel itu dari tangan gadis itu, sedangkan Olivia menatap Ayana dengan kesal.

“Apaan sih?!”

“Yang lain belum datang ya?!” Tanya Ayana.

“Iya” Olivia menarik novelnya kembali.

“Kayaknya mereka enggak sekelas sama kita”

“Hmmm iya”

...🧁🧁🧁...

​Hari pertama sekolah hampir keseluruhannya jamkos dan osis juga sedang sibuknya-sibuknya membimbing murid baru ospek di lapangan. Saat ini hampir seluruh siswa maupun siswi sedang makan di kantin karena jam istirahat. Kantin yang awalnya tenang mendadak menjadi sangat ribut karena sekelompok siswa yang masuk dengan rusuh dan suara tawa mereka cukup besar.

“Ah ganteng banget, pantesan aja jadi most wanted, banyak yang demen” kata Anggie sambil memperhatikan cowok-cowok itu sedang heboh memesan makanan.

“Ganteng-ganteng kok sarap” cibir Ayanan sambil meminum coca colanya.

​Selama teman-temannya membahas soal yang tidak penting (menurutnya), Olivia hanya diam saja karena sama sekali tidak tertarik. Menurutnya sekumpulan cowok-cowok yang baru kelas XI (11) itu hanya perusuh dan pembuat onar, bahkan sudah dari pertama mereka masuk sekolah.

​Bryan cs sudah dikenal banget disekolah, apa lagi mereka menjadi most wanted, tapi tiap hari cuma buat ulah saja dan menjadi pengunjung setia ruang BK, bahkan guru-guru sudah lelah dengan mereka, tapi pihak sekolah tidak bisa mengeluarkan mereka karena keluarga Dominic memberikan donasi dan masukan paling besar untuk sekolah dan karena beberapa hal lainnya memiliki kekuasaan di sekolah.

​Bryan Dominic, most wanted yang gresek banget. Lihat saja kelakuannya sekarang, menyemprotkan minuman kepada teman-temannya hingga membuat mereka berteriak dan ngedumel. Jangan pernah berharap kantin damai kalau ada mereka.

“Setan lu, kurang kerjaan banget nih bocah” teriak Tion karena sebagian seragamnya sudah basah dan Bryan masih belum berhenti.

“Mana ada setan ganteng kayak gw” balas Bryan dengan santai. Karena kesal dengan Bryan, Richard langsung menuangkan banyak saus kedalam bakso Bryan, bahkan hingga setengah botol.

“Eh bakso gw anjir!” teriak Bryan heboh.

​“Berisik banget, bisa diam gx sih kalian?!” kata cowok yang duduk di meja sebelah mereka, sepertinya cowok itu sangat terusik dengan keributan geng Bryan.

“Ciee kakel marah nieee” kata Radit sambil bersiul dan Gary yang duduk di sebelahnya juga ikut-ikutan. Bukannya diam, mereka malah semakin ribut.

​Hari ini Olivia harus pulang terlambat karena harus membahas pendaftaran untuk siswa baru yang ingin bergabung dengan klub voli karena Olivia adalah kapten voli putri di SMA Andara. Huh padahal baru juga hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Olivia berjalan di koridor sekolah yang sudah sepi karena semua orang sudah pulang dari tadi. Saat sampai di gerbang pun suasananya tetap sepi, hanya ada satpam yang sedang berjaga di post dekat gerbang, untung gerbangnya belum di tutup, Olivia langsung memesan ojol.

​Sesampainya di rumah pun, hanya kesunyian yang menyambut Olivia, sangat sepi...

Tidak ada siapapun disini. Olivia menghela napas kasar, dia sudah sering seperti ini.

Bab 02

Pagi-pagi sekali, Olivia dan teman-temannya sudah berdiri di koridor lantai dua sambil ngerumpi, sekolah masih lumayan sepi.

“Nanti malam keluar yuk” ajak Ayana.

“Ayo, kemana?”

“Belanja!” Di antara mereka berempat, Anggie yang paling suka berbelanja, dia itu termasuk shopholic.

“Belanja terus hidup lu, ke tempat yang seru lah” Ayrin menjitak kepala gadis itu pelan sedangkan Anggie hanya menyengir.

“ke rancing area yuk” Ayana menjadi bersemangat.

“Gx ah” Olivia menolak, dia berencana untuk rebahan saja di rumah. Ketiga gadis itu terus mencoba membujuk Olivia, namun gadis itu tetap saja menolak.

​Pelajaran pertama dimulai, semua murid terlihat serius memperhatikan pelajaran Buk Ayu yang memegang pelajaran B.Indo, tidak ada seorang pun yang mengeluarkan suara walaupun penjelasannya sedikit membosankan dan bikin mengantuk.

“Ayolah, gw jemput ya nanti” bisik Ayana masih mencoba membujuk Olivia.

“Gx!!” dan jawaban itu yang terus-menerus keluar dari mulut Olivia.

“Gw beliin cokelat deh yang banyak”

“Gx”

“Kalau gitu es krim mau?! Gw beliin es krim juga deh ya, ayolah Oliv gw dengar si Ardian mau tanding nanti malam”

“Peduli gw apa sih” Olivia mulai kesal karena Ayana tak mau diam.

“Ayolah please!” Ayana mengayun-ayunkan lengan Olivia dengan tatapan memelas.

​“Sekali gx ya teta-auuh” ucapan Olivia terpotong saat penghapus papan tulis tepat mengenai kepalanya.

“Kalian berdua cepat berdiri di depan kelas!!” Perintah Buk Ayu sambil menatap garang kearah mereka berdua. Tanpa bisa membantah, mereka berjalan keluar kelas dengan helaan napas Panjang.

​“Elu sih” Olivia menatap Ayana tajam.

“Coba kalau lu mau kita kan gak bakalan dihukum” Ayana balik menyalahkan Olivia, gadis dengan rambut Panjang bergelombang itu mendengus kasar.

“Ngapain juga sih maksa” Olivia sedikit berteriak tanpa sadar.

“KALIAN BERDUA JANGAN BERISIK!” peringatan Bu Ayu dari dalam kelas berhasil membuat kedua gadis itu terdiam.

​“Ke lapangan aja yuk, bosan banget di sini” ajak Ayana random.

“di mana-mana orang ngajaknya ke kantin, ini lu malah ngajak ke lapangan, mau ngapain?!”

“Bosan ke kantin terus” Ayana langsung menarik Olivia kearah lapangan dan gadis itu tidak menolak.

​Di lapangan sedang ramai, beberapa siswi sedang menyoraki cowok-cowok yang sedang bermain sepak bola, walaupun itu bukan pertandingan resmi dan hanya dimainkan secara acak-acakan dan berantakan sesuka hati mereka.

“Berisik banget” keluh Olivia yang memilih duduk di bangku panjang di bawah pohon beringin tepat di samping lapangan dan Ayana ikut duduk di sampingnya. Olivia meminum susu cokelatnya sambil memperhatikan orang-orang yang bermain bola tanpa minat.

​“Jadi Oliv lu harus ikut ya”

“Gx!” Olivia bahkan menjawab tanpa berpaling.

“Lu tega banget sama temen sendiri, gw kan fan banget sama Andrian”

“Fan atau suka” Olivia melirik Ayana sekilas.

“Sama aja sih” Ayana menggaruk tekuknya yang bahkan tidak gatal karena salah tingkah.

​“Gw dengar dia sekelas sama Ayrin”

“Iya ta-“

“AWAS WOYY!!” teriakan dari arah lapangan memotong ucapan Ayana, kedua gadis itu dengan cepat langsung menatap kea rah lapangan.

​Tapi kejadian itu sangat cepat, hanya sepersekian detik tanpa bisa dihindari. Bola itu langsung mengenai wajah Olivia membuat lapangan menjadi sunyi dan semua pasang mata menatap ke arah Olivia yang mematung karena terlalu kaget.

“Ol… Oliv hidung lu mimisan” Ayana menguncang tubuh Olivia membuat gadis itu tersadar dan langsung berlari ke toilet, Ayana buru-buru mengejarnya dari belakang.

​Olivia membasuh wajahnya, membersihkan mimisan yang terus mengalir dari hidungnya, wajahnya juga masih berdenyut nyeri, untung tidak ada luka yang serius, hanya beberapa lembam saja. Gila banget memang orang yang menendang bola sekuat itu kearahnya, sengaja ya mau membunuh Olivia?!

“Oliv lu gak papa?” tanya Ayana cemas saat melihat Olivia dari dalam toilet.

“Iya gak papa”

“Pusing gak? Mau ke UKS aja gak?!” Ayana masih sangat cemas, dari suaranya saja terdengar sangat sakit.

“Gak usah, gw gak papa kok, beneran” mereka akhirnya memutuskan untuk kembali saja ke kelas karena pelajaran B.Indo sudah selesai dari beberapa menit yang lalu.

​Saat di koridor, mereka berpapasan dengan lima cowok yang kejar-kejaran sambil berteriak-teriak tidak jelas.

“Apaan sih gak jelas banget” gerutu Olivia.

“Bukannya itu anak-anak kelas XI IPS 5, ngapain di gedung kelas XII?” kata Ayana menatap ke lima cowok itu hingga menghilang di ujung koridor.

“Yang di depan ganteng banget parah” lanjutnya lagi, sedangkan Olivia hanya mendengus tak peduli.

...🧁🧁🧁...

​Entah kerasukan apa teman-teman Olivia ini, saat pulang sekolah mereka bertiga tidak membiarkan Olivia keluar dari kelas.

“Ikut dulu baru kami biarin keluar” kata Ayrin sambil berdiri di depan pintu dengan santai.

“Gak mau” saat Olivia ingin menerobos, Anggie langsung menahan lengannya.

“Atau kita kunci aja” saran Ayana.

“Lu tidur di kelas aja ya malam ini” Ayana hampir menutup pintu kelas saat mereka seemua kecuali Olivia sudah berada di luar.

“Jangan woii, ini mah pembullyan Namanya” kata Olivia sambil menatap teman-temannya dengan was-was, walaupun dia mendekati pintu namun dia tidak bisa keluar, aah kenapa juga dia harus punya teman yang seperti ini, parahnya lagi mereka berteman sudah dari kelas X (10).

“pembullyan apaan sih orang cuma sedikit maksa” ralat Anggie.

“terserah deh”

​“Tetap gak mau nih?!” Ayrin menatap Olivia sambil menaik-turunkan alisnya.

“Kalian tuh kampret banget sih, ngerti gak sih gw gak mau ikut”

“yaudah” Ayana langsung menutup pintu kelas.

“Woiiii jangan!! Iya iya gw ikut” Olivia menggedor-gedor pintu dengan panik.

“Beneran kan ya?” Ayana kembali membuka pintu tapi hanya sedikit.

“Iy-iya ah iya”

“Sumpah ya!?” Ayrin memastikan.

“Hmmm” Olivia mengangguk beberapa kali.

​Mereka langsung membuka pintu kelas dengan lebar dan mengajak Olivia ke gerbang sekolah.

“Gila, kena mental temenan sama kalian” kata Olivia kesal dan hanya di respon dengan tawa oleh teman-temannya.

“Gw jemput ya nanti malam sekitaran jam 7” kata Ayana lalu memasuki mobil yang menjemputnya dan melaju begitu saja, teman-temannya yang lain juga sudah pulang setelah berpamitan dengan cengiran yang menyebalkan.

​Sekarang Olivia berdiri di depan gerbang sendirian dengan wajah yang frustasi, rencana rebahannya terancam gagal, teman-temannya terlalu memaksa. Apa dia tidak perlu pulang ke rumah saja? Atau berpura-pura sakit? Ahh merepotkan sekali

Bab 03

Saat ini Olivia sudah siap dengan celana jeans dan kaos putih bertulisan BOOM di tengahnya, di padukan dengan sneakers hitam, rambut panjangnya juga di kucir kuda, make up natural yang di buat lebih tebal dari biasanya tapi tidak terlihat berlebihan, hanya untuk menyamarkan lembam karena terkena bola tadi siang. Olivia memutuskan untuk ikut saja daripada menghindar.

“Gimana, udah siap?” tanya Ayana yang sedari tadi menunggu di sofa ruang tengah, Olivia hanya mengangguk tanpa semangat.

“Ngomong-ngomong nyokab lu mana?”

“Kerja, nanti paling tengah malam baru balik”

Mereka langsung pergi ke rancing area dengan mobil Ayana karena yang lain sudah menunggu di sana. Sesampainya di sana, mereka berempat langsung berbaur dalam keramaian untuk menonton balapan itu, mereka berdiri paling depan.

“Gw penasaran Ardian bakal tanding sama siapa” kata Ayana mulai excited, karena gadis itu sebenarnya sudah menyukai Ardian sejak semester dua kelas XI lalu.

“Katanya sama anak sekolah Andara juga” balas Ayrin yang sekelas dengan Ardian di kelas XII IPA 2.

Kini dua cowok yang akan bertanding itu sudah saling berhadapan.

“Tumben lu ajakin gw tanding” kata Bryan santai sambil bersender di mobil sport mewahnya yang berwarna hitam metallic itu.

“Yeah gw mau liat aja kemampuan bocah ingusan kayak lu” balas Adrian sinis.

“Kalau kalah jangan nangis ya… kakel” Bryan mencondongkan tubuhnya kearah Adrian dengan tatapan yang meremehkan.

“Awas aja lu, kalau kalah jilat sepatu gw sampai bersih” balas Ardian dengan percaya diri.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil masing-masing, seorang wanita berdiri di depan mereka dengan bendera hitam putih di tangannya.

“3… 2… 1… go!!” saat bendera di ayunkan, kedua mobil langsung melesat hampir bersamaan, sorakan dari penonton memenuhi tempat itu. Olivia? Tentu saja gadis itu hanya memperhatikan dalam diam tanpa minat, sedangkan teman-temannya berteriak dengan heboh.

Di putaran kedua, mobil kuning yang dikendarai Ardian memimpin di depan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Pertandingan itu berlangsung dengan menegangkan, mobil mereka secara bergantian memimpin di depan.

Olivia heran, apa tenggorokan orang\-orang yang tengah berteriak\-teriak itu tidak sakit? Perasaan mereka sudah teriak\-teriak dari pertama balapan itu di mulai, bahkan sebagian sebelum balapan itu dimulai dan keributan itu membuat kepala Olivia berdenyut.

“Oliv, menurut lu siapa yang menang?” tanya Ayrin tiba-tiba.

“Gak tau deh, bodo amat” jawab Olivia ketus.

Putaran terakhir menjadi saat\-saat yang paling menegangkan, kedua mobil itu tidak ada yang ingin mengalah. Saat hampir mencapai finish, mobil Ardian masih memimpin, Bryan dengan nekat menaikan kecepatannya hingga mobil hitam metallic itu mencapai garis finish duluan, tentu saja itu sangat berisiko dan berbahaya.

Setelah menghentikan mobilnya, Bryan langsung menaiki atap mobil dan berteriak sambil menari\-nari tidak jelas untuk melakukan selebrasi, untung ganteng.

“Lah si most wanted tuh” kata Anggie saat sudah melihat wajah Bryan dengan jelas.

“Yang anak kelas XI itu kan!?” tambah Ayrin.

“Yang suka buat onar” lanjut Anggie lagi.

“Gila sih ganteng banget, tapi tetap lebih keren Ardian lah” kata Ayana sambil senyum-senyum tidak jelas.

“Tapi absurd banget” kali ini Olivia yang bersuara.

“Turun eh lu bocah, entar beneran dikira gila lagi” kata Tion berdecak melihat tingkah memalukan Bryan.

“Elah ganggu aja” Bryan langsung turun dan bergabung dengan teman-temannya.

“Jadi tuh orang bakalan lu apain?” tanya Radit sambil menunjuk Ardian dengan dagunya.

“Ya gak diapa-apain sih, lagi malas juga” kata Bryan santai.

“lah??”

“terserah aja sih” teman-temannya jug atidak begitu peduli karena itu merupakan urusan Bryan.

“Udah dulu gw mau minum, haus habis teriak-teriak” Bryan pergi menjauh dari teman-temannya yang tengah Bersiap-siap untuk melanjutkan balapan.

Bryan mendekati sebuah kios yang tak begitu jauh dari tempat mereka balapan tadi. Sesampainya di kios itu, Bryan mengambil satu kaleng soda dari lemari pendingin. Setelah membayarnya, Bryan keluar dari kios dan memilih untuk berdiri di depan kios, bersender di tiang dan meminum sodanya. Angin malam berhembus lumayan dingin menembus kaos hitam yang ia kenakan dan soda yang baru keluar dari lemari pendingin juga terasa seperti membekukan tenggorokannya, Bryan menghenbuskan napas pelan karena kedinginan, dia lupa membawa jaket yang ditinggalkan di dalam mobilnya.

“yang benar lu kena bola tadi siang, di muka lagi?!”

Segerombolan gadis-gadis berjalan dengan rusuh melewati Bryan lalu memasuki kios tadi, Bryan tidak begitu peduli pada percakapan mereka yang bahkan tak begitu ia dengarkan.

“Terus yang nendang bolanya gimana? Lu tau siapa?” suara gadis-gadis itu kembali terdengar yang artinya mereka sedang keluar, tapi Bryan masih betah berdiri di sana sambil memainkan handphonenya.

“Gak tau, gw langsung lari ke toilet”

“Wahh parah banget tuh orang, sakit gak?” setelahnya terdengar suara cekikikan.

“Kampret emang, gak liat nih udah lembam”

Bola?? Kena muka?!...

“Siapa yang tadi di lapangan kena bola?” Bryan bertanya sambil berdiri di depan gadis\-gadis itu, menghentikan langkah mereka.

“Gw, kenapa?” Olivia menatap Bryan dengan kening berkerut dan yang lain juga melihatnya dengan aneh.

“ouh sorry, itu gw yang tendang bolanya” Bryan mengatakannya dengan teramat santai, membuat mereka berempat mengganga tak percaya.

Hell, santai banget ngomongnya nih orang kayak gak punya dosa\~\~ batin Olivia.

“Gila ya, santai banget ngomongnya kayak gak punya salah lu nyet” Anggie menanggapi dengan kesal.

“Ouh jadi itu lu! Muka gw hampir hancur lu malah nyantai-nyantai gini, gak ada rasa bersalah banget” Olivia mengomel kesal sambil menatap tajam Bryan, sedangkan yang di tatap hanya biasa-biasa saja.

“Itu mah kecelakaan, gak direncanakan, bola nyasar. Bukan salah gw donk! Tapi kan yang penting udah minta maaf, yaudah sih kelar kan”

“Gila nih bocah beneran gak ada respect-respectnya sama kakak kelas” Ayrin benar-benar naik darah dan hendak mendekati Bryan namun ditahan oleh Ayana yang berdiri di sampingnya.

“Bodo amat” Bryan pergi begitu saja sambil melambaikan tangannya acuh.

“apaan sih” Ayrin menepis tangan Ayana dengan kesal.

“Bahaya kalau lu sampai berurusan sama dia, gak ingat ya pas tahun-tahun pertama mereka sekolah, anggota osis yang ngehukum dia karena gak bawa atribut pas ospek malah di ganggu dan di permalukan sampai setahun” Ayana menerangkan dengan panjang lebar.

“Bodo ahh terserah” Olivia menggeram kesal saambil berjalan ke parkiran Bersama yang lainnya, Ayana mengantar Olivia pulang ke rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!