Aku tersandung kaki meja saat berlari menghampiri suami ku yang akan berangkat kerja. sedari tadi mas Dion sudah berteriak memanggil ku.
"Bunga,,, Bunga,,," suara mas Dion menggelegar memanggil ku.
"aduh,, " kaki ku berdenyut akibat terjatuh.
"iya mas, tunggu." aku berdiri sedikit berlari menghampiri mas Dion. ku abaikan kaki ku yang sakit akibat terjatuh tadi.
"kamu ngapain sih lama sekali...?" serunya dengan marah.
"maaf mas aku tadi lagi di kamar mandi." aku mencoba menjelaskan agar mas Dion mengerti.
"dasar istri sialan, ta berguna. dimana sepatu ku." dengan nada yang sama dan sumpah serapah nya yang sering aku dengar.
"ini mas," aku mengambil sepatu yang mas Dion maksud dan menyerah kan nya.
Padahal sepatu itu ada di tempat biasa. Seperti biasa mas Dion sengaja untuk mencari cari kesalahan ku. seperti ini lah sifat mas Dion terhadap ku. dimata nya aku selalu salah tidak ada benar nya.
Setelah selesai aku pun mencium tangan nya dan tanpa ada kata apapun ia berlalu. entah sampai kapan seperti ini. aku hanya bisa menghela nafas panjang untuk menghilangkan sesak di dalam dada.
aku pun menutup pintu dan kembali mengerjakan tugas rumah sebagai mana seorang istri.
Nama ku Bunga Lestari. aku menikah dengan mas Dion saat usia ku 25 tahun. kami sudah 2 tahun menjalani rumah tangga. setahun pertama perlakuan mas Dion sangat manis seperti mana suami yang aku idam idam kan. hanya saja setelah menjajaki 2 tahun usia pernikahan kami ia mulai berubah. entah karna apa aku juga tidak tau. karna aku jarang berteman hanya di rumah saja, keluar hanya beli sayur atau keperluan rumah saja. bahkan aku jarang sekali mengunjungi orang tua ku. mas Dion selalu saja ada alasan agar kami tidak berkunjung ke rumah orang tua ku. Mungkin perubahan mas Dion ada hubungn nya dengan kehadiran seorang anak yang ia idam idam kan. hanya saja aku belum di berikan kepercayaan oleh maha kuasa untuk mengandung. aku masih memaklumi nya. kami pun pernah memeriksakan kondisi ku dan hasil nya baik baik saja. semoga suatu saat yang maha kuasa memberikan momongan yang selama ini kami tunggu.
Setelah selesai beberes, aku pun membersihkan diri.
"segar sekali," gumam ku setelah mandi.
Aku pun keluar untuk membeli sayur. dengan sisa uang yang ada ku rasa masih cukup untuk membeli keperluan kami.
"assalamu'alaikum ibu ibu." sapa ku kepada ibu ibu yang sudah berkumpul sedari tadi.
"Waalaikumsalam Bunga, beli sayur juga ?'' tanya bu Ida sambil tersenyum.
"iya bu." jawab ku singkat sambil tersenyum.
Mereka saling menggosip aku hanya memilih sayur sayuran yang akan aku beli. karna aku tidak tertarik ikut nimbrung dengan gosip mereka. aku mengambil jagung,tahu,bayam,dan ikan asin.
"mang berapa semuanya ?" tanya ku kepada mang Ujang. mang Ujang nama penjual sayur gerobak keliling yang sudah jadi langganan ibu ibu disini.
"semuanya 18 ribu neng" jawab mang Ujang.
Aku pun menyerahkan uang 20 ribu pada nya.
"ini mang uang nya !" ucap ku lagi.
mang Ujang pun menyerah kan uang 2 ribu kembalian nya.
"terimakasih mang."
"sama sama neng" ucap nya.
"Bunga duluan ibu ibu." aku pun pamit pada ibu ibu yang lagi asik menggosip.
''ah,, ia neng." jawab bu Ida sambil tersenyum.
Sesampai nya di rumah aku pun memasukkan semua belanjaan ku kedalam kulkas agar tetap segar.
...****************...
Sore hari nya aku sudah selesai memasak dan duduk di depan teras menunggu kepulangan mas Dion. ta berapa lama deru sepeda motor mas Dion terdengar memasuki pekarangan rumah.
" Assalamualaikum mas." aku mencium tangan mas Dion dan mengambil tas bawaan nya.
Setelah menaruh tas di meja kerja nya. aku pun langsung menyiapkan handuk dan menaruh baju ganti di atas kasur. setelah itu berlalu menuju dapur untuk membuatkan kopi. dan menyiapkan makan untuk kami. walaupun perlakuan mas Dion berubah aku masih berusaha menjadi istri yang taat. dan ada terselip harapan semoga mas Dion berubah seperti dulu.
Ku lihat mas Dion keluar dari kamar. ia sudah nampak segar. dan duduk di meja makan. tanpa ada kata apapun dari nya aku tetap menyiapkan kan makan untuk nya. setelah selesai mas Dion duduk di ruang tamu. aku menghampirinya sambil membawakan kopi nya.
"ini kopi nya mas,!"
"hemm,, " ia berdehem
"gimana hari ini kerjaan nya lancar." aku berusaha mengajak nya berbicara walau rasa nya ada kecanggungan. yang aku rasakan.
"bisa ga kamu diam, aku lagi cape." jawab nya dengan amarah di wajah nya. aku pun terdiam.
bertepatan dengan kumandang adzan isya. aku pun beranjak dari duduk ku.
"aku ke kamar dulu mas," tutur ku yang tidak ada respon sedikit pun dari mas Dion. ia hanya asyik dengan gawai nya saja.
"setidak nya hargai aku mas, jangan di abai kan seperti ini. bukan ini yang aku mau." gumam ku dalam hati. ada rasa sesak di dalam dada ini.
setelah selesai sholat aku tetap di dalam kamar hingga jam 11 malam mas Dion tidak masuk ke kamar. aku pun keluar untuk melihat nya. ku lihat mas Dion masih asik dengan gawai nya. entah berbalas pesan dengan siapa. baru malam ini yang seperti ini. biasa nya masih ada percakapan di antara kami walau hanya sekedar nya.
"mungkin urusan pekerjaan." pikir ku. aku tidak mau membahas masalah yang akan memperkeruh suasana. aku memilih diam dan berpikiran positif. aku pun kembali ke kamar untuk beristirahat. tapi mata ini enggan untuk terpejam. sudah jam 12 malam mas Dion belum aja masuk kekamar. hingga akhir nya aku tertidur.
...****************...
Tepat jam 05.00 aku terbangun. aku melihat mas Dion sudah ada di samping ku. entah jam berapa ia memasuki kamar. aku pun beranjak dari kasur untuk membersihkan diri dan sholat subuh. setelah itu menyiapkan makan untuk mas Dion. hingga jam 06.50 aku berkutat di dapur.
"akhir nya selesai juga." ucap ku dengan pelan.
Bergegas aku ke kamar untuk membangun kan mas Dion.
"mas,, mas,, bangun. nanti telat." aku berbisik di telinga nya dan sedikit menggoyangkan tubuh nya.
"Emm,,," ia menggeliat.
"mas,, bangun." ucap ku lagi.
"iya cerewet banget sih." ia sedikit berteriak dan langsung duduk. mata nya nyalang menatap ku. ada ketidak sukaan terhadap ku.
"astagfirullah" ucap ku reflek karna terkejut karna mas Dion menepis tangan ku sebelum duduk. dada ku terasa sesak. walau perlakuan ini sudah sering aku dpat kan. tapi tetap saja setiap kali ia berucap kasar dada ini sakit.
aku pun menyiapkan handuk dan pakaian kerja nya. mas Dion beranjak ke kamar mandi. aku pun ke dapur.
mas Dion menghampiri ku dan duduk. sedikit pun ia tidak melirik atau memandang ku. ini hal yang sudah tidak biasa. ia makan dengan hening.
"mas, uang belanja sisa 2 ribu.", akhir nya aku memecah keheningan. memberanikan diri untuk meminta uang belanja.
tanpa menjawab ia pun meraih dompet. dan meletakkan uang 20 ribu itu. aku pun tidak perotes. dan mengambil uang yang ia letak kan di dekat piring ku.
"terimakasih mas" ucap ku pada nya. ia tetap tidak merespon nya.
Hingga keberangkatan nya tanpa ada kata apa pun. selalu seperti ini.
Di tempat mang Ujang aku membeli sayuran.
"tumben mang ibu ibu ga ada.?" tanya ku yang heran karna ibu ibu biasanya sudah berkerumun di sini.
"ia neng. mang Ujang juga kurang tau." imbuh nya.
setelah membeli beberapa sayuran aku pun pulang ke rumah. aku tidak terlalu perduli dengan urusan ibu ibu itu.
" aku kangen ayah dan ibu. nanti aku ijin sama mas Dion untuk pulang'' gumam ku sendiri sambil menyiram bunga di halaman rumah.
...****************...
Malam nya setelah kami makan aku berencana untuk meminta ijin pada mas Dion untuk pulang karna kangen sama ke dua orang tua ku.
"semoga saja tidak ada penolak, aku ingin istrahat sebentar dari sakit hati ku." gumam ku dalam hati. semoga pas aku kembali lagi ke rumah ini ia akan berubah. sengaja aku tidak mengajak nya.
"maaf mas, Bunga mau ngomong sesuatu boleh. " ijin ku agar tidak dapat cacian laki dari mas Dion.
ia seperti biasa memainkan gawai nya. dan sekilas melirik ke arah ku.
"katakan..!"
"Bunga ingin menjenguk ayah dan ibu. boleh, hanya beberapa hari. tapi kalo tidak boleh Bunga tidak memaksa mas." ucapku penuh harapan agar di ijin kan.
"boleh, hanya satu minggu. setelah nya kamu harus pulang. aku ga bisa ikut. kerjaan ku masih menumpuk." jawab nya.
"terimakasih mas, besok aku berangkat jam 9 an ga papa kan.
" emm,," ia hanya berdehem menjawab pernyataan ku.
setelah itu aku menuju kamar. rasa nya ingin berjingkrak jingkrak saking senang nya. tapi kan ga mungkin aku melakukan nya.
"tapi tumben langsung mengijinkan dan waktu nya lumayan lama. ah,, sudah lah. aku tidak sabar ingin ketemu ayah sama mama." gumam ku dalam hati.
Waktu menunjukkan jam 09.30. ku lihat mas Dion memasuki kamar.
"ini uang untuk besok." ia manyarah kan uang 3 lembar 50 ribuan. aku pun menerima nya.
"trimakasih mas. mas nanti nyusul kan." aku berharap ia bisa menjemput ku.
"tidak janji," ia pun berlalu ke luar kamar setelah menjawab pertanyaan ku.
Ada rasa sedih yang melanda hati ini. setiap mas Dion pergi bekerja aku selalu menantinya pulang tapi saat mas Dion di rumah hati ku selalu di buat sakit. aku pun merebahkan diri untuk tidur tidak sabar rasa nya.
Entah sudah berapa hari atau minggu mas Dion tidak bisa lagi menyentuh ku. ada rasa rindu yang melanda hati ini. ku buang jauh jauh pemikiran yang membuatku sakit. pokok nya malam ini aku harus tidur dengan tenang agar besok bisa kerumah orng tua ku.
Ta berapa lama mas Dion masuk dan menaiki kasur. aku pun pura pura terlelap. ia memeluk ku. ada rasa hangat menjalar di tubuh ku. jujur aku rindu sentuhan sentuhan mas Dion.
"Bunga, kamu sudah tidur ?" Mas Dion berbisik di telinga ku yang membuat aku geli dan bulu bulu ku meremang.
"emm,," aku pura pura menggeliat dan menghadap ke mas Dion. malam ini aku sengaja memakai baju tidur yang terbuka. memamerkan sebagian tubuh ku selimut hanya menutupi sebatas pinggang ku. terasa di bokong ku ada yang mengganjal.
"Bunga,," mas Dion memanggil nama ku.
"emm,, ia mas" aku melihat sorot mata nya meredup ada hasrat di dalam nya.
Tanpa bertanya mas Dion langsung menyerang ku. dengan sentuhan sentuhan yang selama ini aku rindukan. setelah pergulatan selesai mas Dion langsung tertidur.
Tidak ada kecupan atau kata kata seperti sebelum nya. tapi aku berfikir mungkin mas Dion sngat lelah. aku pun bangkit mengambil baju dan menuju kamar mandi.
Aku memandangi diriku di dalam cermin . melihat bekas merah yang di tinggal kan mas Dion. aku sangat bahagia mas Dion masih menyentuh ku. tapi tetap ada yang mengganjal di hati ini entah apa aku pun bingung.
" ini kan yang aku ingin kan, tapi kenapa hati ini masih sakit. " gumam ku dalam hati. saking lama nya kami tidak melakukan nya ada robekan kecil di **** ***** ku yang serasa perih.
setelah selesai aku pun keluar melihat mas Dion yang sudah terlelap dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. ku pandangi mas Dion ada pertanyaan yang muncul di pikiran ku.
"mas kamu memang milikku tapi kenapa aku sulit untuk menggapai nya. rasa nya kamu bukan seutuh nya milik ku." aku menggelengkan kepala ku untuk membuang pikiran yang tidak sehat.
ku selimuti tubuh mas Dion ku kecup kening nya dan aku pun berbaring di samping nya.
"terimakasih mas, tolong yakin kan aku bahwa kau punyaku seutuh nya." entah apa yang aku maksud sari ucapan ku tapi itu lah yang keluar dari mulut ku.
",,,,dah,," lirih mas Dion hampir tidak terdengar oleh ku. aku pun mengernyitkan kening ku.
"kenapa mas,," aku berharap ia mengulangi kata yang ia ucap kan tadi.
"hemmm,, " hanya itu jawaban yang aku dapat kan. mungkin aku salh dengar tadi. aku pun perlahan memejamkan kan mata hingga terlelap.
...****************...
Keringat membasahi tubuh ku. aku mimpi buruk. dalam mimpiku mas Dion dan aku berjalan bergandengan tangan. entah di mana yang aku lihat hanya putih. tapi tiba tiba ada seorang wanita menarik paksa tangan mas Dion. aku pun berusaha mengeratkan genggaman ku pada tangan mas Dion. Sekuat tenaga hingga akhir nya tangan mas Dion terlepas dari tangan ku. mas Dion di bawa oleh wanita yang tidak kelihatan jelas wajah nya. Aku berteriak memanggil nya tapi mas Dion tidak menoleh. aku berlari mengejar nya tapi langkah ku seakan lambat. hingga mas Dion dan wanita itu terlihat jauh. aku lemas dan terduduk hanya bisa menangis.
"Astagfirullah. semoga ini hanya mimpi." nafas ku masih memburu. ku lihat mas Dion masih terlelap di samping ku. aku pun menyibak selimut yang menutupi ku. ku lirik jam dinding sudah waktu nya sholat subuh. aku beranjak dari kasur untuk membersihkan diri.
Mas Dion sudah siap dengan pakaian kantor nya. ia menuju meja makan dan duduk. tidak ada suara seperti biasa nya. aku kira setelah malam tadi kami berbagi keringat mas Dion akan berubah. nyata nya tidak. aku hanya menghela nafas. aku pikir ia banyak masalah dalam kerjaan nya jadi aku pun tidak terlalu menggubris nya.
"maaf mas untuk satu minggu ini Bunga tidak bisa melayani keperluan mas." aku mencoba membuka suara memecah keheningan.
"ya, satu Minggu. setelah itu pulang tidak ada tawaran hari lagi. kalo tidak kamu akan tau akibat nya." ucap nya sarkas.
aku pun mengangguk. menyetujui ucapan nya. setelah selesai ia pun berangkat kerja. seperti biasa aku mencium tangan mas Dion dan tidak ada kata kata lagi. aku masih berdiri di teras rumah untuk melihat kepergian nya hingga mas Dion tidak terlihat lagi di ujung persimpangan jalan. aku pun masuk ke dalam rumah untuk bersiap siap ke rumah orang tua ku.
...****************...
Ta terasa dua hari aku sudah di rumah orang tua ku. awal nya ayah dan ibu merasa heran kenapa aku datang sendirian tanpa mas Dion. setelah aku jelas kan mereka mengerti dan tidak menanyakan hal hal aneh lagi. Orang tua mana yang ingin rumah tangga anak nya berantakan pasti nya tidak ada. di sini aku merasa tenang hati ku pun tidak sakit lagi. walau kadang aku mengirim pesan pada mas Dion hanya di balas nya singkat singkat saja. aku mencoba memaklumi nya saja. Jujur aku sangat menghawatirkan mas Dion. karna sudah terbiasa melayani segala keperluan mas Dion.
"hey,, Bunga kapan datang" Tika menghampiri ku yang sedang duduk di teras rumah.
"kemaren Tik, gimana kabar kamu. kapan juga kamu pulang.?" tanyaku beruntun pada Tika sahabat ku sejak sekolah dasar hingga lulus SMA.
"alhamdulillah kabar ku baik. aku juga baru kemaren tiba di sini. klo tau begitu kemaren kita barengan aja. huh,, sebel deh." papar nya dengan bibir mengerucut.
ya Tika memang Sahabat ku yang tidak berubah apa apa pengen bareng dan harus sama tidak nyadar umur kalo ia dan aku sudah dewasa. aku terkekeh melihat tingkah nya.
"kalo kamu dalam rangka apa nih pulkam. mana Dion."
"ga ada rangka apa apa. hanya rindu orang tua aja. mas Dion sibuk ga bisa ikut. biasa banyak kerjaan. " jelas ku.
"kamu ko aga kurusan ya, Bung" Tika menelisik ke arah ku. ya dia sudah biasa memanggil ku hanya Bung tanpa ada a nya.
"masa sih. ga ah. itu hanya perkiraan kamu saja. aku rasa biasa aja."
"bener deh Bung. aku ga bohong. apa kamu lagi..?" ia menggerakkan ke dua tangan nya menggambarkan setengah lingkaran di perut nya.
"ga tau juga sih. kaya nya aku masih datang bulan dan pas tanggal nya seperti biasa nya.!" jelas ku pada Tika.
"coba deh periksa supaya meyakinkan. atau beli tespek. Nanti aku temani deh ke bidan Sanah. gimana." ia menggerak-gerakkan kedua alis nya.
"boleh. klo gitu nanti sore temenin aku ke bidan Sanah nya ya.
"oke" dengan senyuman termanis nya yang ia tunjukkan pada ku.
"kerjaan kamu gimana Tik, lancar..?"
"Alhamdulillah lancar lancar aja. seperti biasa gajih hanya numpang lewat. haha..haha.." jelas nya smbil tertawa.
"Syukur deh. gimana sama Adi. msih lancar." tanya ku. Adi adlh kekasih Tika yang sudah 3 tahun menjalin hubungan dengan nya.
"Jangan bahas dia deh aku lagi ga mood." dengan muka sendu Tika menjawab pertanyaan ku. aku rasa hubungn nya dengan Adi kurang baik baik saja seperti aku dan mas Dion.
Cukup lama kami mengobrol di teras rumah. Kedatangan Tika membuat aku tidak kesepian lagi. kalo siang seperti ini orang tua ku memang tidak ada di rumah mereka punya usaha sendiri. mama mengelola butik yang mana ia turun langsung jadi penjahit nya. kalo ayah memiliki perusahaan pakan ternak ya walau tidak besar.
...****************...
Sore hari nya aku dan Tika menuju rumah bidan Hasanah. kami menaiki motor metik milikku yang sudah lama tidak pernah aku gunakan. setelah menikah dengan mas Dion aku dilarang ayah untuk membawa barang yang aku beli sendiri. kata ayah kalo sudah menikah istri adalah tanggung jawab suami sepenuh nya. memulai dari 0 hasil keringat suami. walau pun istri kerja dibolehkan saja. tapi uang istri tidak harus untuk suami kalo tidak ada yng mendesak. itu penjelasan ayah sebelum aku memutuskan untuk menikah dengan mas Dion. andai saja ayah tau bagai mana kehidupan ku dengan mas Dion pasti ayah tidak akan terima. sebisa ku untuk menutupi semua nya dari ke dua orang tua ku.
"akhir nya sampai juga," Tika pun turun dari motor dan menunggu ku di teras rumah bidan Hasnah. aku memarkirkan motor ku setelah itu menghampiri nya.
"assalamualaikum, bu,, ibu Hasnah." Tika sedikit meninggikan suaranya.
"iya, sebentar" ta berapa lama bidan Hasnah pun keluar.
"Eh, Tika sma Bunga, ayo masuk. ada apa ini tumben kesini."
"gini lo bu, saya mau periksa. kata nya ada perubahan pada bentuk tubuh saya. tapi saya tidak merasakan gejala hamil. dan juga saya mens nya masih tepat waktu. apa perlu di periksa.?" jelas ku panjang lebar.
"hemm,, kalo begitu kita tes urine aja dulu ya. klo hasil nya garis dua berarti hamil. tapi kalo masih satu. besok pagi cek lagi ya sebelum minum dan makan sesuatu itu lebih akurat." bidan Hasnah menjelaskan sambil beranjak dari duduk nya ia mengambil tespek dan wadah kecil untuk diserahkan pada ku . Tika hanya menyaksikan interaksi antara aku dan bidan Hasnah tanpa ikut bicara.
Ternyata hanya garis satu. ada sedikit kekecewaan di hati ini. tapi besok pagi masih ada harapan. setelah urusan dengan bidan Hasnah selesai aku dan Tika pun permisi. sepanjang jalan Tika banyak bercerita tentang teman teman waktu SMA.
"kita makan dulu Tik," aku berhenti di pinggir jalan. tepat di sebelah mamang penjual bakso.
"boleh. kami yang traktir ya. hehe.." Tika dengan memasang wajah di imut imut kan kepada ku.
"yah,, padahal aku pengen ngerasain uang kerja kamu,haha..ha" tawaku menggelegar. muka Tika seketika berubah. aku tau dia bekerja bukan hanya untuk diri nya saja tapi untuk adik dan Ema nya. Tika sudah tidak mempunyai ayah lagi dari kelas 1 smp.
"bercanda,,bercanda,," sambung ku lagi menyontoh kan kata kata yang lagi viral.
"syukur lah kalo begitu aku ga jadi bangkrut.ha..ha" seketika wajah Tika cerah kembali.
Aku dan Tika pun makan sambil mengobrol panjang kali lebar kali tinggi. begitulah dua sahabat yang lama sudah tidak bertemu. setelah makan pun aku mengantar Tika ke rumah nya.
"Tik , aku ga bisa mampir. jam segini biasa nya ibu ku sudah pulang. "
"ya tidak apa terimakasih traktiran nya dan sudah bungkusin untuk orng rumah, aku jadi enak ni.hee,," kelakar nya.
"ya sama sama. besok aku kesini mau minta ganti rugi.hee,,," aku menimpali kata kata tiaka.
"bercanda,,bercanda,," kami berbarengan mengucapkan kata itu dan tertawa.
...****************...
Setelah memarkirkan motor metik ku, ta berapa lama ibu datang menggunakan mobil nya.
"Bunga,habis dari mana. ko jam segini baru pulang.? ibu mengeluarkan kepala dari jendela mobil nya. bahkan belum tun sudah di hujani pertanyaan. aku menghampiri ibu dan membukakan pintu mobil nya. setelah itu memeluk dan mencium ke dua pipi nya. rasanya sudah lama tidak merasakan kebahagiaan seperti ini.
"loh,,loh,, ada apa ini ko peluk pelukan ga ngajak ngajak ayah sih." entah kapan ayah datang nya aku pun tidak mendengar deru mobil nya.
"hee,, " aku menggaruk tengkuk yang terasa tidak gatal. dan langsung berhambur kepelukan ayah. aku anak tunggal dari keluarga Hartono. nama ayah ku Budi Hartono dan nama ibu ku Ningrum Susila Hartono. etss,, ibu bukan saudara ayah ya tapi nama Hartono di ambil dari nama ayah setelah ibu menikah dengan ayah. bisa di bilang kata lain dari nyonya Hartono.
...****************...
Ta terasa hari ini hari terakhirku di rumah kedua orang tua ku. malam ini aku ibu dan ayah seperti biasa selalu meluangkan waktu untuk bersama. walau pun ayah dan ibu sama sama sibuk mereka selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita di malam hari. aku cemburu dengan keharmonisan mereka. aku ingin mas Dion seperti ayah yang selalu terbuka dan meluangkan waktu untuk ku.
"Ayah, ini kartu ATM Bunga kembalikan." aku menyodorkan sebuah kartu kepada ayah. itu kartu ATM ku dulu sewaktu belum menikah. setiap aku pulang ke rumah orang tua ku mereka selalu mengembalikan apa yang aku punya dahulu. hingga sekarang aku masih dapat jatah bulanan dari ayah dan ibu. tapi masuk ke ATM ku yang mereka pegang. karna menurut mereka mas Dion tidak berhak atas uang ku.
"kayanya saldo nya sudah habis ma" ucap ayah selalu sama bila aku mengembalikan ATM kepada mereka.
"ha..ha.. bisa jadi yah" jawab ibu di iringi tawa nya. ayah pun ikut tertawa.
aku menyilangkan ke dua tangan ku di dada dengan wajah cemberut dan di tekuk. tawa mereka semakin pecah.
"ayah ibu, sudah dong bercanda nya."
"iya , maaf kami sudah lama tidak bikin kamu kesal. sering sering kesini ya. agar kami tidak kesepian." ucap ayah dengan hangat. tergambar dengan jelas di wajah ayah ada kesedihan karna kami akan berpisah lagi. kami ber tiga pun berpelukan.
"ya allah berikan kesehatan kepada ke dua orang tua ku." ucap ku dalam hati.
"kalo ayah dan ibu kesepian bikinin Bunga adek aja lagi. ha,,ha,,ha," sekarang gantian aku yang mengejek mereka. pasti kelimpungan menjawab nya.
"Bunga,,,,,!" ayah mengejar ku dan menggelitik aku. ibu pun hanya menyaksikan dengan pipi memerah.
"Ya allah jangan engkau ambil kebahagian ke dua orang tua ku. biar aku saja yang menderita mereka jangan." ucap ku dalam hati.
...****************...
Aku pun di antar oleh ayah dan ibu ke terminal bus antar kota. kami seakan enggan terpisah. Air mata mengiringi kepergian ku. sangat ketara mereka berat untuk melepas kan aku. aku dan mas Dion memang tidak dijodohin tau cinta ta direstui seperti cerita di novel novel yang aku baca. ayah ku memang tegas tapi dia membebaskan aku perihal jodoh. jadi kami menikah memang didasari rasa cinta. bahkan kami berpacaran satu setengah tahun. sedikit aku tidak pernah menyangka bahwa mas Dion akan berubah setelah dua tahun pernikahan kami. aku menghela nafas dan mencoba untuk memejamkan mata. karna perjalanan ku cukup memakan waktu.
Tiga jam berlalu aku sudah smpai di terminal. aku sudah menghubungi mas Dion tapi katanya tidak bisa jemput. aku menuju ojek pengkolan yang ada di sebrang jalan.
"mas tolong antar saya ke jalan kenanga ya." ucapku pada tukang ojek itu. tapi aku belum memperhatikan wajah nya. aku masih membenarkan tas yang aku bawa.
"Bunga,, Bunga kan" ia terlihat kaget melihatku dn meyakinkan bahwa ucapan nya benar. aku pun melihat ke arah nya. aku sama terkejutnya.
"Rahmat, Rahmat kan." seolah aku mengulang katanya tadi tapi beda nama. aku dan Rahmat langsung melakukan gerakan tangan sama sewaktu kami SMA kalau saling bertemu. diakhiri dengan menoel hidung lawan. setelah itu kami tertawa. sebelum berangkat kami mengobrol saling bertukar cerita hingga 30 menit kami bersama.
"maaf Rahmat aku harus pulang 2 jam lagi suami ku pulang. lain kali kita bertemu lagi." aku memutus percakapan kami tadi. hingga aku di antar Rahmat sampai rumah.
"Terimakasih." aku menyodorkan selembar uang 50 ribu. upah jasa mengantarkan aku.
"maaf nona Bunga, hamba tidak bisa menerima penghargaan dari nona. hamba tidak pantas. ha,,ha," ucapan Rahmat masih seperti dulu kalo ia sudah membantuku enggan menerima uang ku. aku pun tersenyum dan menarik tangan ku lagi. aku sudah tau watak seorang Rahmat bagai mana. biarpun di paksa ia tetap tidak mau menerima.
"ok,,ok,, aku memahami itu ajudan ku. haha,,'' kami pun tertawa bersama.
"baik aku pulang dulu. nanti kita sambung lewat pesan aja. ok." ia pun tersenyum dan berlalu.
''ok" aku memandangi kepergian nya hingga tak terlihat lagi baru aku masuk ke dalam rumah. Rahmat tidak berubah ia sama dengan Rahmat yang aku kenal dulu. ada sesuatu yang mengisi kekosongan di hati ini. itulah yang aku rasakan setelah bertemu dengan Rahmat di pangkalan ojek tempat ia bekerja tadi.
...****************...
Aku merebahkan diri setelah membersihkan seisi rumah dan mengolah makan malam. ya setelah aku datang tadi. betapa terkejut nya aku melihat seisi rumah kaya kapal pecah. entah apa saja yang mas Dion lakukan hingga berantakan seperti tadi. tentunya aku sudah membersihkan tubuh ku yang bau keringat. ta terasa aku terlelap.
deg,, aku terbangun dan langsung duduk ingat mas Dion yang akan pulang. bergegas aku menuju kamar mandi untuk mencuci muak. setelah itu ku lirik jam didinding menunjukkan jam 11. seharusnya mas Dion sudah pulang sedari jam 5 sore tadi. aku pun keluar dari kamar menuju meja makan karna merasa perutku sudah keroncongan. aku makan sendiri dengan pikiran yang berputar putar di kepala ku.
setelah selesai makan aku duduk di ruang keluarga untuk menonton tv. sebelum nya aku tidak pernah tertarik nonton tv. setelah satu Minggu bersama ibuku pun ikut menonton sinetron kesukaan ibu di salah satu stasiun tv. kata ayah kalo flem kesukaan ibu mulai kacau dunia persilatan. ayah bakalan bikin kopi atau makan sendiri. haha,,haha,, betapa randem nya ibu ku smpai mengabaikan ayah yang sudah setia menemani nya dari dulu hingga sekarang gara gara sinetron. jatuh harga diri ayah kalo teman nya tau. kalo mengingat ingat kejadian di rumah orang tua ku jadi senyum senyum sendiri.
Terdengar pintu terbuka. aku melihat mas Dion datang dengan keadaan yang tidak karuan. jalan nya sempoyongan. aku pun gegas menghampirinya dan memapah nya . tercium bau alkohol dari mulut nya. aku pun heran sejak kapan mas Dion mengenal benda haram itu. ku bawa mas Dion ke kamar dan ku rebahkan di kasur. ku lepaskan sepatu,kaos kaki,dasi dan pakaian nya. aku berniat ingin mengganti pakaian nya. hingga saat aku membenarkan kepalanya. mas Dion menarik ku hingga aku terjatuh di atas tubuh nya.
mas Dion meracau, "maaf kan aku yang dulu. aku sekarang akan berubah hanya untuk mu, aku sngat mencintai mu" kata itu yang berulang ulang ia katakan. hingga ia menciumi ku dengan berutal. aku pun rindu sentuhan nya setelah berpisah satu minggu lama nya. ku harap ucapan nya benar.
" mas aku ga kuat." racau ku karna aku rasa ingin buang air kecil.
"jangan panggil aku mas, panggil abang seperti biasa." ucap nya yang membuat aku bingung. tapi saking nikmatnya aku pun akhirnya sampai buang air kecil di kasur.
" baaaang," teriak ku yang sedikit keras.aku pun lemas dan langsung tertidur.
Tiba tiba aku terbangun dan merasa sesak di area bawah ku, tubuh ku terasa bergoyang. rasa nyeri dan perih yang aku rasakan saat ini. hingga aku tersadar mas Dion ada di sampingku ia bergerak gerak menghujam ku dari belakang. mas Dion masih saja bermain hingga aku pun ta sadarkan diri.
...****************...
Pagi nya aku terbangun mas Dion sudah tidak ada lagi di sampingku. rupa nya aku kesiangan bangun gara gara permainan nya malam tadi. ku lihat kamar berantakan seprai sudah ta karu karuan. ada aroma tidak sedap dari kasur ku. aku pun beranjak dari kasurku. ada bekas d***h di seprei. ada yang sudah mengering dan masih segar. aku pun melihat ke arah bawah ternyata d***h berasal dari area bawah ku. aku pun lemas dan jatuh kelantai seketika.
Aku terbangun dari pingsan ku. entah berapa lama aku pingsan. kucoba melihat jam dinding ternyata sudah jam 12 siang. cukup lama aku tak sadarkan diri. hingga aku mengesot menuju kamar mandi yang letak nya di dalam kamar. aku mencoba mengabaikan rasa sakit ini tapi tidak bisa. dengan susah payah aku membersihkan diri. aku berasa jadi korban p********n yang di lakukan suami ku sendiri yaitu mas Dion. pelakunya entah kemana. Tega nya mas Dion meninggal kan aku dalam keadaan seperti ini. aku sejenak tertegun memikirkan semua yang terjadi.
Setelah membereskan kamar aku pun menghubungi jasa vakum kasur. untuk membersihkan semua nya. tapi aku memilih karyawan wanita. karna tidak mungkin kalo yang mengerjakan laki laki aku bisa sangat malu. yang miris nya d***h segar masih mengalir hingga aku memakai pembalut seperti orang datang bulan.
"maaf mba merepotkan." dengan wajah malu malu aku menatap karyawan itu. ia terlihat lebih tua dari aku.
"Tidak apa, kalo pengantin baru memang seperti ini. saya sudah sering dapat pelanggan seperti adek." jelas nya. syukurlah kalo begitu. tapi apa katanya tadi 'penganten baru' hahaha penganten lama mah ia. ini juga karna Arjuna nya mabuk. wajah ku mengeryit mengingat kejadian malam tadi.
"terimakasih banyak mba , saya sngat puas dengan kinerja mba." ucap ku sambil menyodorkan uang 3 lembar uang 100 ribu.
"ini lebihan dek," ucap nya seraya menyerahkan uang satu lembar 100 ribuan.
"itu tips untuk mba. karna kinerja mba memuaskan."
"terimakasih dek. nanti kalo perlu lagi jangan sungkan hubungi saya." ia berucap sambil membereskan peralatan yang ia gunakan tadi.
"ia mba, sama sama,pasti nanti sya hubungi lagi. " smbil menahan nyeri aku mencoba tersenyum. ia pun pamit setelah itu.
Aku meraba bagian belakang ku yang terasa basah. ternyata benar. pembalut yang aku pake tidak bisa menampung cairan lagi. aku pun gegas mengganti nya.
Hingga sore pendarahan ku tidak berhenti. ku putuskan untuk ke rumah sakit. semalam aku sudah menarik uang di ATM ku sebesar 20 juta. untuk keperluan ku di sini. Saldo di ATM ku sebenar nya ada 800 juta. karna aku selalu dapat suntikan dana dari ayah dan ibu. aku pun jarang pulang jadi membengkak.
kau menghubungi Rahmat untuk mengantar ku ke rumah sakit. entah kenapa hati ini ingin selalu dekat dengan nya.
"assalamualaikum,"
"waalaikumsallam, bagai mana tuan putri ada yang bisa saya bantu." ia menjawab smbil terkekeh.
"benar sekali ajudan ku yang paling setia. tuan putri mu minta antar ke rumah sakit. apa ajudan ku sedang sibuk sekarang."
"tentu tidak, ajudan tuan putri langsung OTW."
setelah itu ia memutus sambungan telpon. aku pun bersiap untuk ke rumah sakit.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!