"Hya!!!"
BRAKK..
Tubuh yang terhempas dengan suara rintihan yang benar-benar tidak bisa diekspresikan.
"Good, Luna!" seru seorang pria.
Namanya Lu meina di panggil dengan panggilan Luna, umurnya 19 tahun. Dia terlahir dari keluarga kaya raya namun sekarang kondisi keluarganya sudah tidak seperti dulu. pemegang sabuk hitam juga pemain pedang yang hebat.
"Wow.. kamu benar-benar sangat luar biasa, Luna!" seru seorang pria yang tidak lain adalah pelatihnya.
"Terima kasih." jawab singkat Luna yang kemudian menyeka keringatnya.
Pemegang sabuk hitam dengan beberapa rekor kemenangan di beberapa pertandingan, wajah cantiknya benar-benar membuat orang tidak akan menyangka kalau dia begitu menakutkan.
"Apa kamu akan kembali ke Cina, Luna?" tanya salah satu teman Luna yang ada di Amerika.
"Ya, aku harus segera kembali ke Cina. Aku harus membantu ekonomi keluargaku, kamu tahu kan keluargaku sekarang sudah bangkrut tidak seperti dulu lagi." jawab Luna.
"Aku juga akan kembali ke sana kok, di sini aku sudah capek. Aku akan menjual apartemenku yang ada di sini." ucap salah satu teman Luna.
"Kenapa harus dijual? Biarkan saja, kalau suatu saat kita kembali ke sini kita tidak akan punya tempat untuk berteduh." jawab Luna.
"Kamu juga tahu kan Luna, kalau kondisi keluargaku sama sepertimu. Beberapa orang kaya seperti keluarga kita sekarang jatuh miskin karena usaha mereka tiba-tiba hancur."
"Kamu benar, Sera. Aku juga harus segera kembali, Aku harus melihat bagaimana kondisi keluargaku yang ada di sana. Orang tuaku sudah meninggal akibat tidak bisa menerima kebangkrutan, sekarang tinggal kakekku seorang yang harus mengurus sisa kekayaannya." jawab Luna.
"Keluarga Lu dulu sangat kaya raya, sekarang yang aku dengar mereka juga sudah kehilangan pamor." ucap Sera.
Umur Sera lebih tua satu tahun dari Luna, semenjak kecil mereka berteman baik apalagi Sera sendiri memiliki perasaan kepada kakak Luna yang bernama Jason.
"Lalu apa kamu sudah bilang kepada Jason kalau kamu akan kembali ke rumahmu?" tanya Sera.
"Aku sudah bilang kepadanya Aku akan kembali, lagi pula aku harus mengurus kakek yang sudah tua. Aku tidak akan membiarkannya sendiri tanpa keluarga sama sekali, tinggal aku dan Jason yang tersisa dari keluarga kami semuanya sudah tidak ada. Kalau aku membiarkan kakekku sendirian kasihan juga kan." ucap Luna yang kemudian membereskan barang-barangnya yang ada di tempat latihan.
Setelah dari tempat pelatihan Luna kembali ke apartemennya untuk membereskan barang-barangnya, dia harus segera ke bandara untuk kembali ke rumah besar.
Beberapa jam kemudian.
<
"Heh...," di depan bandara Luna merentangkan kedua tangannya, sebuah nafas kelegaan dia keluarkan. "Akhirnya aku kembali juga, sudah 6 tahun lebih aku berada di Amerika." ucap Luna yang kemudian menatap lalu lalang jalanan di depan bandara. tidak ada mobil yang menjemputnya, keluarganya yang kaya raya dulu sekarang hanya tinggal nama.
Langkah kaki Luna perlahan-lahan keluar dari bandara, dia harus segera mencari taksi untuk segera sampai di rumah besar. Hanya tinggal rumah besar peninggalan dari kekayaan kakek dan ayahnya, semuanya sudah hilang tak berbekas.
Semua berawal dari orang tua Luna yang ditipu oleh sahabatnya sendiri, alhasil seluruh kekayaan Ayah Luna hilang tak berbekas bahkan mereka langsung hancur seketika.
CITTTTTT...
tiba-tiba taksi yang di naiki oleh Luna 6mengerem secara mendadak, Hal itu membuat gadis yang ada di dalam mobil itu langsung membentur bagian belakang kursi depan.
"Kamu ini apaan sih Pak, kalau mengemudi hati-hati dong hampir saja kita celaka!" seru Luna yang memarahi sopir taksi.
"Maaf Nona, di depan itu Sedikit macet entah ada apa, kelihatannya ada dua anak yang ditinggal oleh orang tuanya di jalanan." jawab Pak sopir.
"Kok bisa begitu sih, tidak bertanggung jawab sekali orang tuanya. Punya anak kok ditinggalkan di jalanan." Luna yang kemudian melihat dari kaca pintu mobil. Di sana memang terlihat dua anak yang menangis tanpa henti. "Ini kenapa orang-orang tidak ada yang menolong mereka, tunggu sebentar Pak tunggu di sini, jangan ditinggal. kasihan banget dua anak itu." Luna yang kemudian keluar dari taxi.
Tinn!!
Suara klakson mobil.
Grepp..
Luna menangkap dua anak kecil yang ada di jalanan.
"Hai sayang, kalian tidak apa-apa?" tanya Luna yang sudah menyelamatkan dua bocah kecil yang mungkin berumur sekitar 3 tahun.
"Mama! Mama!" tangis dua anak kecil itu sembari memeluk Luna dengan sangat erat.
"Aduh..," ucap Luna ketika bocah itu memeluknya.
"Mama! mama!" teriaknya berulang kali.
"Kalian ini dari mana sih kok tiba-tiba ada di jalanan?" tanya Luna.
Bocah kecil itu nampak terdiam, dia terus menangis sembari memeluk Luna.
"Mau dibawa kemana ini anak-anak kecil? apa aku bawa ke kantor polisi aja ya, kalau orang tuanya mencari kan kasihan." ucap Luna yang kemudian menggendong dua anak itu.
"Dasar wanita tidak tahu diri, kalau punya anak itu dibawa dong jangan ditelantarkan!" teriak seorang pria yang ada di dalam mobil.
Hampir saja dua anak itu celaka gara-gara pria yang berteriak kepada Luna.
"Sebentar ya sayang, kalian tunggu sebentar." ucap Luna yang menurunkan dua bocah itu.
"Mama! mama!" teriak bocah laki-laki dan perempuan yang dari tadi memanggil Luna dengan panggilan mama.
"Kalau kamu tidak bisa bicara dengan baik, Aku akan memberikanmu pelajaran! sudah mengemudi dengan ugal-ugalan pakai membentak orang!!" teriak Luna yang kemudian mendekati mobil yang hampir menabrak dua anak kecil itu.
"Kamu mau apa?!" teriak si pria.
"Keluar dari dalam mobil!" seru Luna.
"Dasar wanita murahan tidak tahu diri, kamu mau menggunakan anak-anakmu untuk memeras orang yang ada di jalanan ya!!" seru si pria yang membuat gadis pemegang sabuk hitam itu langsung kehilangan kesabarannya.
BRAKK!!!
GREPP..
Dengan sangat kasar Luna menggebrak mobil itu, kedua tangannya langsung menarik pengemudi mobil yang ada di dalam mobil dengan sangat kasar.
"Dasar mulut tidak bisa dijaga sama sekali!!" teriak Luna dengan begitu kasar. Gadis itu mencengkram kera baju si pria dan menariknya.
PLAKK!!
PLAKK!!
Dua tamparan langsung diberikan oleh Luna kepada si pria. Makhluk sepertimu ini tidak seharusnya ada di jalanan, belum malam kamu sudah mabuk-mabukan. Dasar pria tidak tahu diri!!" Luna kemudian menjambak rambut pria itu. Kata-katanya begitu kasar, tak sepantasnya dia berbicara seperti itu kepada seorang gadis.
"Lepaskan aku!" si pria berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Luna yang ada di rambutnya.
Salah satu tangannya meraih rambut Luna yang dikuncir, alhasil langkah kaki Luna langsung terhenti, dia menoleh menatap pria yang hampir menabrak dua anak kecil itu. tatapan mata tajam juga sangat menakutkan itu ditunjukkan olehnya, salah satu tangan Luna kemudian terangkat lalu...,
Bug..
Bug..
"Dasar pemabuk!" teriak Luna yang sudah memukul kemudian menendang si pria.
"Berhenti!" seru salah satu polisi yang juga berada di tempat itu.
*Bersambung*
Mohon dukungannya untuk karyaku.
*Isteri bar-bar bos mafia
*Air mata dan pembalasan
Baca novelku yang lain, terima kasih 🥰👍❤️😊😊
"Berhenti!" seru seorang pria berpakaian polisi yang ada di dekat Luna.
Luna menoleh menatap seorang pria yang berada di tempat itu, seorang pria berseragam polisi.
"Tepat sekali Anda datang pak polisi, tolong bawa pria ini, dia pria tidak tahu diri yang hampir menabrak anak kecil ini." ucap Luna yang kemudian mendekati 2 balita yang berusia 3 tahun.
"Mama.. Mama..," panggil dua balita itu yang kemudian memeluk Luna kembali.
"Orang tua kalian ini di mana sih? punya anak kok ditelantarkan, Aku mau lihat seperti apa wajahnya." ucap Luna yang kemudian mencoba untuk menenangkan dua balita itu.
"Nona, Bisakah kamu membuat pernyataan di kantor polisi?" tanya si pria yang berpakaian polisi.
Namanya Patrick, Dia seorang petugas polisi yang sudah mengamankan pria mabuk yang hampir menabrak dua balita itu.
"Baiklah kalau begitu, saya akan ikut ke kantor polisi, lagi pula saya juga harus menyerahkan dua anak ini." jawab Luna.
Dua balita itu langsung memeluk kedua kaki Luna dengan sangat erat. "Mama! mama!" panggil dua balita yang terus memegang kaki Luna.
"Kenapa mereka memanggilmu Mama, Nona? apakah kamu mamanya? orang yang sudah menelantarkan anak ini?" tanya Patrick.
"Hahaha.., Yang benar saja pak polisi. Masa semudah ini aku sudah punya anak berusia sekitar 3 tahun." jawab Luna yang tersenyum sedikit canggung.
"Oh.., aku kira mereka berduri ini anakmu." Patrick yang kemudian meminta anak buahnya untuk membawa si pemabuk ke kantor polisi.
"Mama.. mama..," kedua balita itu mengulurkan tangannya meminta digendong.
"Aduh.. niat hati menolong kok malah aku seperti baby sister aja." ucap Luna.
"Apakah bisa aku bantu?" tanya Patrick yang mendekati Luna.
"Hehehe.., iya pak polisi tolong dibantu ya. Ini Anak siapa sih kok ditelantarkan di jalanan, kalau aku bertemu dengan orang tuanya bakal aku jotos mukanya itu."
Terlihat dari laut wajah Luna tidak akan ada orang yang mengira kalau Gadis itu pemegang sabuk hitam. Wajahnya begitu lembut, terlihat kalem tata bicaranya juga lembut. Siapa yang akan menyangka kalau dia jago beladiri.
"Tuan muda, Nona muda!" Panggil seorang pria setengah baya yang ada di tempat itu.
Dua balita itu menoleh menatap pria setengah baya itu.
"Paman, Apa kamu mengenal dua anak ini?" tanya Luna.
"Iya Nona, saya mengenal dua anak ini. mereka adalah anak dari majikan saya." jawab pria setengah baya.
Luna membungkukkan tubuhnya kemudian menatap 2 anak itu. "Apakah kalian mengenal Paman itu?" tanya Luna.
Dua anak itu menganggukkan kepalanya, itu artinya mereka benar-benar mengenal pria setengah baya itu.
"Nona ini yang sudah menyelamatkan dua anak majikan tuan." ucap Patrick.
"Saya sangat berterima kasih, nona. Saya sangat berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan anak-anak ini."
Namanya Ding yu, seorang pria yang berusia setengah baya, dia adalah salah satu orang kepercayaan dari sebuah perusahaan yang lumayan.. bukan lumayan, tapi sebuah perusahaan yang sangat besar.
"Baiklah kalau begitu Paman tolong bawa anak-anak ini ya, aku mau ke tempat Pak polisi dulu." Luna memberikan dua anak itu kepada Paman Ding.
"Mama.. mama..," panggil dua anak kecil itu yang kemudian berlari memeluk kedua kaki Luna.
"Sayang, Aku ini bukan mamamu ya. Jadi jangan memanggilku Mama terus." ucap Luna dengan lembut.
Paman Ding yang melihat hal itu nampak dia sedikit terkejut, dua balita berusia 3 tahun itu jarang sekali mau berbicara, jarang sekali mau memanggil siapapun namun sekarang Dia memanggil wanita asing dengan panggilan mama.
"Ya Tuhan, anak-anak Tuan Yuan mengucapkan kata-kata itu, kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulut mereka." ucap Paman Ding yang terkejut.
"Bagaimana paman?"
Seorang wanita datang ketempat paman Ding.
"Nona Hana." ucap Paman Ding.
"Ya Tuhan.., aku sampai syok." ucap Hana.
Datang seorang wanita yang mungkin berusia sekitar 30 tahun, dia langsung memeluk dua anak kembar yang dari tadi memanggil Luna dengan panggilan mama. Terlihat raut wajah ketakutan dari dua anak itu ketika wanita yang barusan datang itu memeluk mereka.
"Ya sudah kalau begitu, aku harus kembali." ucap Luna yang kemudian bergegas ke taksi yang tadi dia tumpangi.
"Mama.. Mama..," panggil si kembar dengan suara yang begitu keras.
Hana yang melihat hal itu dia sangat terkejut, bersama dengan ayahnya selama beberapa tahun namun dua anak itu tidak pernah memanggilnya sama sekali. Namun ketika bertemu dengan wanita asing 2 anak kecil itu memanggilnya berulang kali.
"Mereka bisa bicara, Paman?" tanya Hana kepada Paman Ding.
Paman Ding menganggukkan kepalanya dengan senyum yang begitu merekah.
Deg..
"Aduh, kalau dua anak ini sampai berbicara kepada ayah mereka bisa-bisa aku dalam bahaya ini." guman Hana dalam hati.
"Tuan muda, Nona muda.. Ayo kita kembali. Tuan besar sudah menunggu kalian." Paman Ding mengajak 2 anak kembar itu masuk ke dalam mobil.
Sedangkan Hana dia masih berpura-pura begitu terkejut bahkan dia begitu ketakutan saat melihat sepasang anak kembar itu hilang.
Di perusahaan super megah milik keluarga Han. seorang pria sudah berdiri dengan begitu gagah dan begitu angkuh, kacamata putih melekat di wajahnya.
"Bagaimana bisa kalian melakukan kesalahan sefatal ini!! beberapa proyek pembangunan harus terhenti karena semua project yang kalian kerjakan tidak sesuai yang aku inginkan!!" teriak si pria.
"Maafkan kami, Tuan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin." jawab para karyawan.
"Kalian bodoh! kalian benar-benar bodoh! Kalian tidak becus dalam bekerja!" seru Yuan.
Han Yuan seorang pria berusia 30 tahun, pria super kaya yang memiliki begitu banyak harta. Begitu dingin arogan keras bertemperamen tinggi, dia juga sering sekali memberi hukuman kepada orang-orang yang mencoba untuk menghancurkannya.
"Tuan." salah satu pengawal mendekati Yuan.
"Ada apa?" tanya Yuan.
"Tuan, Paman Ding sudah menemukan anak-anak Tuan." jawab Salah satu pengawal Yuan.
"Baguslah kalau begitu, kamu tolong urus orang-orang ini. Mereka benar-benar bodoh, mereka tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang sepele seperti ini." setelah mengatakan itu Yuan pergi meninggalkan beberapa anak buahnya.
Terlihat sekali kalau amarahnya begitu meluap, setelah beberapa menit kemudian Hana sudah sampai di perusahaan Yuan dia nampak berakting sangat sedih bahkan juga dia berakting begitu memilukan. acting ketika dia kehilangan sepasang anak kembar dari tuan.
"Untung saja aku menemukan mereka, sayang." ucap Hana.
GREPP..
"Bagaimana mungkin kamu bisa melakukan kebodohan seperti itu, Hana. Aku sudah bilang kan jangan sampai anak-anakku terluka. Jika kamu berani melakukan kesalahan sedikit saja akan ke pastikan kamu tidak akan bisa berjalan kembali." Yuan kemudian mencengkram dagu Hana.
"Tenanglah Sayang, tenang. Aku selalu menjaga mereka, aku selalu menyayangi mereka. Apa kamu tidak bisa kalau lihat kalau aku ini adalah wanita paling tulus, wanita yang paling mencintai anak-anakmu." jawab Hana.
Betapa pandainya wanita itu berakting, padahal sebenarnya tadi dengan sengaja hanya meninggalkan dua bocah kembar itu. Niat hati Hana memang ingin menyingkirkan anak-anak itu agar bisa menguasai seluruh harta kekayaan keluarga Han.
*Bersambung*
Mohon dukungannya untuk karyaku.
*Isteri bar-bar bos mafia
*Air mata dan pembalasan
Baca novelku yang lain, terima kasih 🥰👍❤️😊😊
*Rumah keluarga Lu*
"Selamat pagi kek!" seru Luna yang baru sampai di rumahnya.
"Kakek senang sekali kamu sudah pulang, Luna. Kakek benar-benar sangat merindukanmu." ucap pria tua bernama tuan Lu tang yi.
"Tentu saja aku harus pulang, kek. Aku tidak mungkin kan meninggalkan kakek sendirian." jawab Luna.
"Lalu di mana kakakmu Lu Fang?" Tanya Tuan Lu kepada cucunya.
"Kakek, namanya sekarang itu bukan Lu Fang, namanya itu sekarang jadi Jason. apa kakek lupa?"
"Nama apaan itu, namanya itu Lu Fang, bukan Jason!" mendengar cucu perempuannya mengatakan itu Tuan Lu langsung marah.
"Daripada kakek marah sama aku, lebih baik kakek telepon dia. Dia sudah mengganti namanya menjadi Jason." jawab Luna.
"Namamu itu juga bukan Luna, namamu Lu Meina. Lalu kenapa kamu menggantinya menjadi Luna?" Tuan Lu kesal dengan dua cucunya yang dengan seenaknya mengganti nama tanpa permisi kepada nenek buyutnya.
"Sudahlah kek, jangan mempermasalahkan mengenai nama. Apakah kakek tidak merindukanku? lagian kalau kakek marah-marah seperti ini terus aku pasti akan kembali ke Amerika. Aku tidak akan mau melihat wajah kakek yang terus-menerus mengomel panjang lebar." sekali bicara Luna langsung menggertak kakeknya.
"Beraninya ya kamu menggertak kakekmu, Apa kamu tidak punya sopan santun sama sekali?" tanya kakek Lu.
"Tentu aku punya sopan santun sama kakek, tapi kakek mengomel panjang lebar seperti itu. Mana mungkin aku juga akan betah berada di rumah." Luna yang kemudian meletakkan koper di ruang tamu dan meninggalkannya begitu saja.
"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Ya Tuhan! kenapa dua cucuku ini benar-benar sangat menyebalkan, Mereka ingin membunuhku, apa!!" teriak Kakek Lu.
"Kakek tidak baik berbicara seperti itu, mana mungkin kami ingin membunuhmu. Kamu adalah keluarga kami yang tersisa satu-satunya, kalau kakek berkata seperti itu apa itu tidak akan menyakiti kami." jawab Luna yang kemudian mengambil nafasnya.
Baru sampai di rumah datang seorang tamu yang tidak dikenal oleh gadis itu.
"Selamat pagi, Lu tang!" seru pria tua sebaya dengan kakek Lu.
"Selamat pagi Han Jibe!" jawab kakek Lu yang kemudian memberikan pelukan kepada pria tua seumuran dengannya.
"Hahaha... Aku sudah lama tidak bertemu denganmu." ucap Tuan Han
"Sudah lama apanya, baru satu bulan yang lalu kan kita bertemu." cibir kakek Lu.
Tuan Han sedikit tersenyum menatap sahabatnya itu. "Di mana gadis kecil itu? gadis kecil yang kamu katakan itu?" bisik Tuan Han di telinga kakek Lu.
"Jangan keras-keras, dia baru pulang." jawab kakek Lu sembari melirik ke arah belakang tubuhnya.
Kakek Han mengintip di balik tubuh kakek Lu, gadis muda berwajah cantik yang terlihat begitu lembut. "Dia cantik, pasti dia adalah wanita yang paling lembut di dunia ini." ucap Tuan Han.
"Kakek Lu langsung menahan tawa sembari menutup mulutnya.
"Kenapa kamu tertawa seperti itu?" tanya Tuan Han.
"Wajahnya itu cuma kamuflase, kamu tidak tahu sih Seperti apa dia sebenarnya." bisik kakek Lu di telinga Tuan Han.
"Maksudmu?" tanya Tuan Han yang bingung.
"Kalau kamu nanti mengenalnya kamu akan tahu, sekarang tidak usah banyak bicara." kakek Lu yang kemudian mempersilahkan Tuan Han untuk duduk.
"Siapa dia kek?" tanya Luna yang mendekati kakeknya bersama pria asing seusia dengan kakeknya.
"Hahaha.., perkenalkan Luna. ini adalah sahabat kakek, namanya Han Jibe." jawab kakek Lu.
"Selamat datang, kakek." Luna memberi salam.
"Hei Lu tang! Kenapa kamu bilang kalau dia itu gadis yang berbeda, Lihatlah gadis kecil itu sekarang sudah dewasa. wajahnya begitu manis bahkan dia mempunyai tata krama yang bagus." Tuan Han nampak memuji Luna.
"Terima kasih atas pujiannya, kakek." Luna yang kemudian ikut duduk bersama teman kakeknya.
"Lebih baik kamu istirahat dulu, Luna. Kamu kan habis dari perjalanan jauh, Oh ya jangan lupa nanti telepon Lu Fang." ucap kakek Lu.
"Aku kan sudah bilang kek, kalau aku memanggilnya seperti itu dia tidak akan mau. jadi kakek harus belajar untuk memanggilnya Jason bukan Lu Fang." Luna yang kemudian meninggalkan kakeknya.
"Aku mempunyai dua cucu tapi mereka sangat menyebalkan, yang satunya ada di Amerika dengan sangat mudahnya mengganti nama Lu Fang menjadi Lu Jason. Memangnya apa artinya Lu Jason itu." kakek Lu menggerutu panjang lebar.
"Lalu, yang aku tahu kan cucu perempuanmu itu bukan bernama Luna. Lalu kenapa sekarang juga berganti?" tanya Tuan Han.
"Sebenarnya itu Nama pendeknya, kalau nama panjangnya itu Lu Meina, entah dari mana Dia mempunyai pemikiran memotong bagian tengah namanya jadi disingkat menjadi Luna." jawab kakek Lu yang dari tadi mengomel panjang lebar mengenai dua cucunya itu.
"Itu masih mending, kamu tidak tahu sih kalau putraku itu setelah istrinya meninggal. Dia cuma bisanya bergonta-ganti wanita, aku memarahinya berulang kali namun tidak didengar. kamu tidak tahu sih Seperti apa pusingnya kepalaku ini."
Dua pria tua itu mulai curhat kalau putramu tidak segera menikah dengan wanita yang tepat.
"Apa jadinya jika putranya itu, kalau mereka...," ucap kakek Lu yang dipotong oleh Tuan Han.
"Aku ralat perkataanmu ya, aku perbaiki sebutanmu. Aku mempunyai dua cucu mereka itu kembar sepasang pria dan wanita, jadi Jangan sebut mereka itu Putra. sebut mereka putra-putri, bagaimana sih..," akhirnya perdebatan yang panjang lebar kali pendek kali segalanya itu belum tuntas hingga dua pria tua itu sedikit berselisih paham.
"Lalu, Bagaimana rencana kita?" tanya kakek lu.
"Ya aku setuju sih untuk menikahkan mereka berdua." jawab Tuan Han.
"Bagaimana caranya berbicara dengan Luna, dia itu masih muda, Dia gadis ibarat kata bunga yang sedang mekar-mekarnya. Masa mau dinikahkan sama putramu yang sudah punya anak sih."
"Lu tang! kata-katamu itu begitu menyakitiku, ya walaupun putraku itu seorang duda Sebenarnya dia bukan duda.. Dia belum menikah cuma saja dia salah Jalan, mempunyai anak di luar nikah." jawab Tuan Han.
"Yang aku katakan itu bagaimana caranya kita menikahkan mereka?" tanya kakek Lu.
"Iya juga sih, cucumu itu masih sangat muda. Usianya masih 19 tahun, Dia mempunyai karir yang sangat hebat juga, yang aku tahu dia itu calon desainer kan?" tanya Tuan Han.
"Iya." jawab kakek Lu.
Dua pria tua saling berpikir, merata terlihat begitu yakin untuk menikahkan dua orang yang mempunyai pikiran sama-sama keras.
"Cucumu yang laki-laki sudah menikah, belum? tanya Tuan Han.
"Sudah sudah menikah 3 tahun yang lalu." jawab kakek Lu.
"Sudah punya anak?" tanya Tuan Han.
"Belum, katanya tidak mau direpotkan sama anak."
"Ya inilah yang aku pikirkan, bagaimana caranya mendekatkan putraku dan cucumu. yang satunya sudah berusia 32 tahun sedangkan cucumu masih 19 tahun." ucap tuan Han yang merasa pusing sendiri. dia begitu menginginkan Luna untuk menjadi menantunya, di lain pihak apakah Luna mau menjadi Ibu bagi anak-anak Yuan.
"Bagaimana kalau kita membuat rencana mempertemukan mereka? kita buat acara agar mereka saling bertemu Biar mereka saling mengenal, begitu?" tanya kakek Lu.
"Bisa juga sih, tapi putraku itu sangat susah untuk di ajak ketemuan. Kamu tahu sendiri kan dia itu pengusaha super sibuk, aku saja kalah sibuk." jawab Tuan Han.
*Bersambung*
Mohon dukungannya untuk karyaku.
*Isteri bar-bar bos mafia
*Air mata dan pembalasan
Baca novelku yang lain, terima kasih 🥰👍❤️😊😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!