NovelToon NovelToon

Dia Suamiku

Hari Pertama

SMA KHARISMA DARMA UTAMA

Hari ini hari pertama Putri masuk sekolah menegah, setelah sekian purnama dia berdebat sama Rio untuk sekolah di sekolah umum. Selama ini dia hanya menerima pendidikan melalui homeschooling, saking ga bolehnya keluar dari rumah.

Putri Adele Andriana Agatha, anak tunggal dari keluarga Agatha. Bak seorang putri kerajaan kemana-mana selalu dikawal sama dua asisten dan beberapa bodyguard. Semenjak kematian kakak laki-lakinya enam belas tahun yang lalu, yang sama sekali putri tidak pernah bertemu dengan nya karena penculikan, dia di perlakukan seperti Putri kaca yang takut akan pecah.

suara klakson mobil, membuat semua siswa yang menuju gerbang sekolah menepi.

“Silahkan turun Nona!”salah satu bodyguard suruhan Rio memakai baju serba hitam membuka pintu mobil.

Putri jadi pusat perhatian semua siswa, gimana tidak? dia diantar dengan dua mobil yang satu mobil berisikan Putri, Rani dan Maya (anak dari supir di rumahnya) dan yang satu mobil lagi empat bodyguard. Kalau bukan karena persyaratan dari ayahnya, Putri ogah banget dianter sekolah seperti ini. Karena jujur dia ga suka jadi pusat perhatian.

“Makasih Bang. Bang kalian pulang aja ga usah nungguin aku pulang sekolah, aku ga enak di liatin,” ucapnya pada para bodyguard yang mengantarnya.

“Tapi Non, perintah tuan kita harus standby di depan kelas non,”

“Pokoknya aku ga mau!! jangan sampe aku ngamuk di sini,” ancam Putri.

Ya ... begitulah ga ada yang paling menakutkan di rumah kecuali amukan Putri.😁

“Rani, Maya ayo kita masuk!” ajak Putri pada kedua assisten yang seumuran sama dengannya. Kalau Maya adalah kakak Rani dia sudah kelas 3 SMA, Rio sengaja memindahkan sekolahnya kesini buat jagain Putri.

“Iya non,” sahut mereka berdua.

“Please deh Rani, Maya jangan panggil gue non! ini bukan rumah.” katanya kesal sambil berjalan meninggalkan mereka berdua.

**♥️♥️**

“Ayo semua siswa angkatan segera kumpul di lapangan!” kata salah seorang siswi cantik yang berdiri di atas podium sekolah.

“Aw ....” Putri meringis kesakitan memegang pundaknya.

“Non, eh Put kamu g apa-apa?” tanya Rani.

“Eh maaf ya! gue ga sengaja, gue lagi buru-buru” kata seorang pria yang bikin Putri mengaga.

Oh God mimpi apa aku semalem ketemu pangeran tampan disini, gumam nya dalam hati.

“Halooo... halooo... lo ga apa-apa 'kan?” katanya membuyarkan lamunan.

“Eh ga apa2 kok,” jawab Putri sambil senyum terpana melihat cowo tampan di depannya.

“Lain kali lo hati-hati dong, punya mata dipake!” ucap Maya emosi.

“May, gue ga apa kok. Gue ga apa-apa,” ucapnya pada orang yang menabraknya.

“Sekali lagi sorry ya! gue benar-benar buru-buru tadi. Kenalin nama gue Tristan, gue kelas dua,” katanya sambil menggulurkan tangan.

“Oh nama gue Putri dan sahabat gue Rani dan Maya,”

“Salam kenal ya, kalau gitu gue masuk duluan ya.” katanya sambil berlari masuk ke dalam.

** LAPANGAN **

“Selamat pagi semua,”

”Pagiiiiii ...,” teriak semua siswa.

“Selamat datang buat siswa baru disekolah tercinta kita. Kenalin nama gue Dewi, gue wakil osis di sekolah ini dan ini Tristan ketua osis kita yang paling tampan,”

“Hu ... hu ... hu ....” teriak siswa perempuan. memang wajah tampan Tristan bisa bikin tubuh melemas seketika saat melihatnya 😅.

“Ran, dia cakep ya, gue kayanya naksir deh,” bisik Putri.

“Iya, Non.” jawabnya singkat karna takut ketauan sedang mengobrol.

“Iiiiih kebiasaan deh risi tau gue di panggil non nama aja oke!”

“Hay kalian berdua, dari tadi gue perhatiin ngobrol terus, cepat berdiri di pinggir lapangan!” kata salah satu dari panitia yg dari tadi mengawasi keduanya dari belakang.

“Iya, Kak.” jawab Putri dan Rani.

Semua siswa melihat ke arah Putri dan Rani tak terkecuali Tristan, duuuuh mau di kemanain muka akuu 😔 kesalnya. Sambil menunduk Putri dan Rani berjalan menuju pinggir lapangan. Setelah sambutan dari kepala sekolah dan beberapa orang guru, siswa kelas 2 dan 3 di bubarkan menuju kelas masing2, dan siswa kelas 1 masih menetap di lapangan.

"Semua siswa duduk, kecuali kalian berdua!"

Ni orang galak amat sih, cakep tapi galak. Aku di rumah ga pernah di bentak2 gini kalo daddy tau anaknya semata wayang nya di hukum gini pasti daddy langsung panggil pengacara ke sekolah, gumamnya dalam hati kesal.

“Kenalin gue Rangga, dan gue ketua acara ospek ini. kalian sudah bawa tugas2 yg sebelumnya pihak sekolah kasih kan?”

Iya kaaak...... teriak seluruh siswa.

“Yang tidak bawa bisa gabung sama dua orang yang berdiri di sana,” katanya sambil menunjuk ke arah Putri dan Rani

“Ran, lo udah siapin keperluan gue kan?” bisik Putri karena memang dia ga pernah sama sekali menggurus keperluannya. Semua apapun yang dia butuhkan selalu di siapkan Rani dan Maya.

“Tenang aja udah kok, ga ada yang terlewat.” jawabnya.

Dua orang siswa berjalan dan berdiri di samping Putri dan Rani. Sudah di pastikan kalau mereka pasti tidak membawa tugas yg di berikan.

“Kalian berdua tidak membawa tugas?” teriak Rangga.

“Ketinggalan kak,” jawab perempuan cantik berkulit putih.

“Kalau lo?” tanya Rangga pada cowok yang juga ikut berdiri bersama mereka.

“Lupa, kak,” jawabnya cuek.

“Lo mau kesekolah atau mau maen? cepet benerin baju lo!” ucap Rangga melihat bajunya yang acak-acakan.

“Hay, nama gue Putri nama lo siapa?"ucap Putri sambil menghulurkan tangan.

“Gue Isabela, tapi panggil aja Bela,” jawabnya.

“Oh ya, ini Rani dia sahabat gue,”

“Hai.” sapa Rani.

“Lo siapa?" tanya Putri melirik ke arah cowok yang gayanya super cuek.

“Satya.” jawabnya singkat.

“Kalian berempat cepet kesini!” teriak Rangga.

Sebutin nama kalian,

Putri

Rani

Satya

Isabela

Mereka pun satu persatu menyebutkan nama.

"Hukuman kalian tulis 100 kali kata Rangga ganteng,"

“Duh mulai deh narsisnya.” ucap Dewi sambil pergi mengarahkan siswa-siswa yang lain.

Semua panitia menuntun siswa angkatan baru menunjukan kelas mereka masing-masing

Putri dan tiga orang yg dihukum masih menulis hukuman di lapangan. Sambil menulis mata Putri sesekali melirik ke arah pojok lapangan dimana Tristan sedang mengobrol dengan panitia lainnya.

Keduanya saling memandang, Tristan melemparkan senyumannya membuat Putri menunduk tersenyum malu.

Setelah menyelesaikan hukuman, mereka berempat bersama-sama mencari kelas, karena tinggal mereka berempat yang memang belum mengetahui kelas masing-masing.

“Non,” Rani berhenti seketika saat Putri memberi tanda kedipan mata.

“Eh Put, aku kelas X ipa 1, kayanya kita ga sekelas, aku duluan masuk kelas ga apa-apa?"

“Ga apa-apa kok, nanti gue nyari kelas bareng Bela sama Satya aja. Nanti istirahat lo ke kelas gue ya!”

“Siap Put, aku duluan ya Satya, Bela.” pamit Rani.

“Put, mudah-mudahan kita bisa sekelas yaa, gue udah nyaman sama lo,” sambil mengandeng tangan Putri.

“Ya semoga saja, gue juga kok.”jawabnya sambil tersenyum.

“Eh Putri, kita sekelas yeaaaaay akhirnya.” teriak Bela kegirangan.

“Satya sekelas juga kita,” kata Putri tapi tidak di hiraukan dan Satya langsung jalan masuk menuju kelas.

“Ih ... jutek banget sih,” gerutu Putri.

“Udah ga usah dihiraukan orang nyebelin kaya dia. Kita sebangku ya, Put!” kata Bela menarik tangan Putri.

Karena Putri dan Bela datang paling terakhir, jadi mereka dapat bangku pojok paling belakang sejajar dengan Satya dan entah siapa yg sebangku dengannya. Semua anak-anak yang ada di kelas sedang sibuk ngobrol dan berkenalan dengan teman sebangku mereka. Wajah Tristan masih saja gentayangan di otak Putri membuatnya hanyut dalam lamunan.

Duuuuh dia punya pelet apa sih sampe aku terus kepikiran dia, pikirnya.

“Put ... halo Putri, kok lo ngelamun aja sih? tuh di depan lo mau kenalan,” ucap Bela.

“Eh maaf hehe, hai nama gue Putri,”

“Nama gue Sarah, gue Citra," mereka berdua teman sebangku tepat di depan bangku Putri.

“Eh Put, Bel kalian asal sekolah mana?"tanya Sarah.

“Kalo gue sih SMP CAKRA UTAMA, lo sendiri?” jawab Bela.

“Gue sama Citra asal dari SMP, kalau lo Put?”

“Gue, Homeschooling,” jawabnya sambil tersenyum.

“Seriusan?? kok bisa?” tanya Bela penasaran.

“Yaaa ... ga ada alasan sih.” Putri tidak menceritakan yang sebenernya karena takut mereka menjadi canggung padanya

Semua siswa di kelas X ips 2 sibuk memperkenalkan diri, kelas ini banyak lanjutan dari SMP Kharisma dan cuma beberapa yg dari luar sekolah jadi dikelas ini. Sudah tidak canggung satu sama lain. Memang jam pelajaran sebelum istirahat di khusus kan untuk perkenalan dan tak terasa bel berbunyi. Rani dan Maya sudah menunggu Putri di depan pintu kelasnya

"Putri itu Rani kan temen lo yg tadi, terus satunya lagi siapa?" tanya Bela

“Oh itu Maya, kakanya Rani dia di kelas tiga, gue samperin mereka dulu ya,”

“Non eh Putri, saya sudah buatkan bekal buat Putri, pesan dari tuan sama nyonya kalo Putri ga boleh jajan sembarangan,” kata Maya sambil menyodorkan beberapa kotak makanan.

“Bener-bener deh daddy sama momy ga bisa apa lihat anaknya bebas dikit.” kesalnya.

“May please, gue pengen banget ngerasain makan di kantin,”

“Tapi Put, nanti klo tuan tau dia bakal marah,” katanya cemas.

“Ya, lo jangan sampe deddy tau donk. Sarah, Bela, Citra ayo buruan gue udah lapar,” katanya sambil jalan menuju kantin di ikuti ketiganya dan tidak lupa juga Rani dan Maya menyusul di belakang.

**KANTIN**

Putri sangat terpana dan kagum melihat kantin yang ramai, sebelumnya dia tidak pernah melihat bagaimana kantin sekolah. Ini sangat menyenangkan gumamnya dalam hati. Putri melihat ke pojok kantin disana ada Tristan, Dewi dan panitia yang lainnya sedang asik mengobrol dan menyantap makanan yang ada di depannya. Tiba-tiba mata Tristan tertuju pada Putri mereka saling memandang dan melemparkan senyuman.

“Put, lo kenapa bengong?” tanya Sarah.

“Ah ... ga kok, emmm kita mau makan apa?” tanyanya sambil mengalihkan pandangan.

“Disini tuh terkenalnya SOTO AYAM mbayun cobain deh.” jelas Citra. Mereka semua pun mencoba memesan yang di sarankan Citra.

“Non, inget yaa jangan pake sambel.” bisik Maya

Maya memang sudah kaya kakak perempuan Putri dan hampir mirip seperti ayahnya, karena selalu apa yang Putri lakukan di awasi olehnya. Mungkin karena dari kecil Putri sudah di asuh olehnya. Salah satu alasan ayahnya setuju Putri keluar dari sangkar alias sekolah seperti pada umumnya, karena Maya ikut sekolah di sini.

“Iyaaaaa, lama-lama lo sama cerewetnya kaya daddy,” kesalnya.

Setelah menikmati soto mbayun yang emang bener bener enak mungkin karna selama ini Putri makan makanan yg terkesan sangat higienis tanpa MSG. Jadi menurutnya makanan ini makanan terenak sedunia.

“Boleh gabung!” suara pria yang tidak asing di telinga, Putri pun menoleh kebelakang dan benar memang tidak asing.

“Eh, kak Rangga, sini kak duduk!" kata Citra.

“Kalian kenal?” tanya Bela.

“Yaelah Bel, siapa coba yang ga kenal kak Rangga, ketua club basket. Dari SMP sampai SMA semua kenal sama kak Rangga,” jelas Sarah.

“Eh, lo Maya 'kan yg murid baru di kelas gue?” tanya kak Rangga sambil menunjuk ke arah mata. Maya mengangguk tersenyum.

Putri hanya diam menikmati es jeruk tadi dia pesan, dan hanya ikut tersenyum saat Citra, Sarah dan yg lainnya sedang asik menggobrol. Sesekali tatapan mata Rangga menuju pada Putri sambil tersenyum.

Ni orang aneh banget perasaan tadi pas di lapangan juteknya ga ketulungan tp sekarang kok berbalik banget sih, gumam Putri

Tidak kerasa bel masuk sudah berbunyi Rani dan Maya pamit ke kelas masing-masing sedangkan Putri dan 3 orang beranjak dan menuju ke kelas.

“Eh Put, bisa ngobrol bentar g?” kata Rangga sambil menarik tangannya.

Sarah, Bela, dan Citra pamit duluan ke kelas sambil tersenyum meledek

“Ya, kak ada apa?" katanya sambil melpaskan tangan dari genggaman Rangga

“Pulang sekolah gue anter ya!” Putri sangat kaget dengan apa yang dikatakan Rangga.

“Putri ....” kata Rangga dengan raut muka yang bisa dibilang dia penasaran dengan jawaban Putri.

“Maaf kak, aku udah di jemput sama supir dan lagipula aku pulangnya bareng Maya dan Rani,”

“Oh gitu, tapi lain kali bisa kan?” tanya nya lagi.

“Mungkin ... aku permisi ke kelas dulu ya kak.” Putri pun pergi meninggalkan Rangga.

Yang aku naksir kan Tristan eh yg kecantol Rangga gumamnya.

Langkah Putri terhenti ketika melihat Tristan dan Dewi sedang jalan menuju kelas mereka sambil tertawa-tawa entah apa yg mereka bicarakan. Melihat mereka seperti itu membuat Putri terasa panas dan dengan cepat dia langkahkan kakinya menuju ke kelas. Entah perasaan apa ini karena baru pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini bisiknya dalam hati.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA NOVEL

**DIA SUAMIKU😘😘😘**

Kesal

** Kelas **

“Cieeeeeeeeee.” teriak ke 3 orang yang dari tadi menunggu kedatangan Putri.

“Apasiiih ....” katanya malu.

“Tadi ngobrolin apa sama kak Rangga Put?” tanya Citra.

“Emmmm ....” belum sempat Putri melanjutkan cerita Tristan dan Dewi memasuki kelas

“Siang semua.” sapa Dewi dengan semangat.

siaaaaaaaaaang ....

“Kayanya kelas ini banyak banget wajah yang ga asing ya. Oke selama kalian MOS kita berdua jadi kakak pembimbing kalian,” jelas Dewi, dan Tristan hanya melemparkan senyuman yang buat kelas menjadi gaduh.

“Waaaaaaaaah asyiiiiik.” teriak anak-anak yg lain terutama para perempuan yang begitu senangnya Tristan jadi pembimbing mereka.

Beberapa arahan yang di berikan oleh Dewi dan Tristan. Semua anak-anak memperhatikan dengan seksama, tapi pandangan Putri tidak lepas dari Tristan yang selalu tersenyum dan hanya sedikit berbicara menambahkan apa yg Dewi katakan.

“Put ... perasaan gue liat dari tadi lo liat kak Tristan mulu, lo naksir dia ya?” bisik Bela.

“Emang iya.” jawabnya singkat masih dengan posisi yang sama menatap Tristan.

“Ciee ... langsung ngaku aja lo,”

“Emang gue harus gimana?”

“Yaa, biasanya 'kan orang kalau suka sama seseorang, mereka ga langsung jujur, karena malu,”

“Ya aku 'kan bukan orang yang lo maksud.” jawab Putri tersenyum.

Putri sadar dari tadi Tristan tau kalau Putri sedang memperhatikan dia, karena sesekali dia melirik ke arah Putri dan terlihat kalau Tristan sedikit salah tingkah. Lemparan kertas membuat Putri dan Bela kaget, lemparan itu berasal dari samping bangku

Oi ... kalian berdua kalo mau ngegosip jangan sekarang,nanti dihukum gimana? hobby banget sih kalian di hukum, tulis Satya.

“Ih nyebelin banget apa urusannya sama lo,” bisik Bela sambil menjulurkan lidahnya.

“Ehem ... kalian berduaaaa, iya kalian,” tegur Dewi pada Bela dan Satya.

“cepat maju ke depan!”

“Gara-gara lo si, dasar nyebelin!” kata Bela maju ke depan dengan muka yang cemberut.

“Kalian pacaran?” tanya Dewi sambil melipat kedua tangannya ke dada.

“Ga, kak.” jawab kompak Bela dan Satya.

“Cieeeeeee kompak amat jawabnya,” teriak anak-anak dikelas.

“Udah-udah jangan berisik, sebagai hukuman nya karna kalian ngobrol dikelas, kalian harus menyanyikan pelangi-pelangi, tapi semua di ganti pake huruf i,”

“Tapi, Kak!” belum beres bela membela diri Dewi langsung memotong pembicaraannya.

“Ga pake tapi. Ayo cepetan! atau mau gue suruh lari keliling lapangan?”

“Ga, kak.” ucap Bela menunduk.

mereka berdua pun menyanyikan lagu pelangi-pelangi yang bikin suasana kelas menjadi bising dengan tawa anak-anak yang lain. Tidak terasa bel pulang berbunyi, semua siswa membereskan peralatan sekolah mereka.

“Jangan lupa tugas yg kita berikan ya.” kata Tristan dengan suara merdunya saking merdunya membuat hati Putri bergetar.

“Put, lo kok diem aja , ga akan balik,” colek Bela yang membuyarkan lamunannya.

“Ooh ... iyaa,”

“Lo kenapa sama Satya Bel?” tanya Citra.

“Tau tuh orang nyebelin banget, eh hari ini kita pulang langsung ke mall yu! skalian beli peralatan buat besok,” ajak Bela.

Ingin rasanya bergabung dengan tiga wanita cantik ini, tapi apadaya pasti bang Jojon dan bodyguard lainnya udah nunggu di depan gerbang gumamnya dalam hati.

“Lo gimana Put, mau ikut ga?” tanya Citra.

“Emmm bentar ya, gue minta izin dulu,” Putri langsung mengambil ponselnya yang ada di sakunya.

“Lo kaya anak SD aja pake kinta izin segala, hahaha ya udah kita tunggu di depan gerbang ya.” ucap Bela.

“K**alian dimana?” Putri kirim WA ke grup yang berisikan dia, Maya dan Rani.

Tring

Maya : “Digerbang non bareng sama bang Jojon dan yang lainnya,”

Me : “Please donk, jangan nunggu di gerbang banget gue malu, pokoknya gue ga mau tau mulai saat ini mereka harus nunggu gue 500 meter dari sekolah*,”

Rani : “Tapi non, kalau non Putri kenapa-napa gimana?”

me : “Ga ada tapi tapian, lagi pula kan bisa lo sama Maya aja yang nunggu gue ga usah yang lainnya. Oiya btw gue hari ini mau ke mall sama yang lainnya mau beli perlengkapan buat besok boleh ya?”

Rani, Maya : “Gaaa bisaaa non!! biar kita aja yang beli semua kebutuhan non Putri* .” kalimat yg sama yg terkirim oleh kedua assisten Putri. Bener-bener ga asik banget sih kalian sama kaya daddy geram Putri dalam hati.

Di gerbang sekolah nampak ke lima orang yang tak asing lagi ya itu mereka Rani, Maya, Citra, Sarah, dan Bela.

“Udah ngumpul aja nih kalian,”

“Lo lama banget siiih, kita udah kaya ikan asin nih berjemur di sini,” kata Bela kesal.

“Guys maaf. Kayanya aku g bisa ikut deh soalnya ada urusan mendadak di rumah maaf yaaa next time kita jadwalin deh untuk maen,” kata Putri dengan nada yg menyesal.

“Yaaaah ga asik lo,ya udah deh kita bertiga cabut dulu ya lo hati2 di jalan kita duluan ya kak Maya, Rani.” ketiga orang itu meninggalkan Putri sambil melambaikan tangan.

Sesuai yg di perintahkan Putri, bang Jojon memarkirkan Dua buah mobil camry putih dan hitam lima ratus meter dari sekolah. Selama perjalanan Rani asik menceritakan pengalaman pertamanya di kelas tadi yang menurut dia sangat mengesankan. Putri hanya mendengarkan sesekali ikut tertawa, karena cerita lucu Rani, ya dia orang yang sangat ceria beda dengan Maya tingkat kedewasaan nya itu di luar batas anak seusianya.

“Oiya non, biar saya yang beli perlengkapan buat besok Rani sama non pulang aja sama bang Jojon,” kata Maya.

“Gue ikut deh,” Putri memelas.

“Gaaaa,” kompak kedua kaka beradik itu menjawab.

“Kalian berdua itu lama-lama ngeselin juga kaya daddy.” Putri mempercepat langkah meninggalkan mereka berdua.

Selama perjalanan pulang di hanya memainkan hp dengan wajah yg cemberut tanpa ngomong sepatah kata pun.

“Non, marah yaaa?” tanya Rani.

“Ga.” jawabnya singkat.

“Kok tumben ga ngomong?” tanyanya penasaran, karena biasanya Putri ga pernah diem kalo di dalam mobil bersama Rani. Semua hal bisa jadi topik pembicaraan, tapi kali ini dia memilih untuk diam, karena jujur Putri sedikit kesal sama Rani dan Maya yang sama protektif nya kaya Rio. Mobil berenti saat di lampu merah dan Putri masih memainkan ponsel yang ada di tangannya.

“Non, itu bukannya kak Tristan ya!” katanya sambil menunjuk mobil pajero putih, yang membuat Putri penasaran memalingkan matanya dari ponselnya.

“Giliran yang bening aja cepet ngeliriknya,” ledek Rani sambil cengegesan

“iiih ... brisik tauuu!”

Didalam mobil itu Tristan tidak sendiri, dia bersama kelima orang temannya, yang ada kalau tidak salah sama seperti yang ada di kantin tadi. Tristan memegang kemudi, ada Rangga dan 2 orang perempuan. Putri tidak tahu satu lagi siapa yang duduk di samping Tristan, karena mobilnya berada beberapa cm di belakang mobil Tristan.

God ternyata yang di depan itu adalah Dewi, bisik Putri dalam hati. Putri makin penasaran ada hubungan apa Dewi sama Tristan.

“Non, ga apa-apa kan?” tegur Rani. Karena dari tadi pandangannya tidak lepas dari mobil putih Tristan.

“Ga apa-apa kok.” Putri kembali mengambil ponselnya yang dia simpan di jok mobil dan membuka IG untuk mengilangkan kekesalannya.

Begitu banyak pemberitahuan pertemanan, karena tadi di kelas Putri sempat bertukar alamat ig, dia liat satu persatu.

Whaat??? Tristan ?? kok bisa dia tau alamat igku sih? pikirnya.

“Non, silahkan.” kata bang Jojon membuka pintu mobil. Tak terasa sudah sampai ke rumah Putri langsung bergegas turun dan memasuki rumah, matanya masih tertuju pada layar ponselnya dan ....

“Aw ... sakiiit, Daddy? ngapain berdiri di depan pintu?”

“Anak daddy baru sehari sekolah tapi sudah lupa nih sama daddy,”

“Apa sih Daddy? mommy mana Dad?” tanyanya sambil memeluk pinggang Rio dan masuk kedalam rumah

“Di dalam lagi siapain masakan kesukaan kamu.”

Walaupun rumah Putri dipenuhi banyak assisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak memasak Kirana turun tangan sendiri.

“Momy ....” teriak Putri sambil memeluk Kirana yang sedang memasak dan masih menggunakan celemek.

“Momy, hari ini aku kesel,” keluhnya. memang ibundanya itu temen curhat ternyaman yg pernah ada dan cuma dia yang bisa mengerti Putri.

“Kenapa Sih kok baru pulang udah bete gitu mukanya?”

“Aku hari ini mau jalan sama temen-temen baru aku Mom, buat beli tugas buat besok, tapi maya sama tu ... tu (sambil menunjuk ke arah Rani yang membantu Kirana menata makanan di atas meja) malah ga ngizinin aku buat pergi,” semua orang yang ada di ruangan itu hanya tersenyum melihat tingkah laku Putri yang sangat manja.

“Mommy kok cuma senyum sih? kenapa sih hari ini semua orang nyebelin sih? bikin aku ga ***** buat makan deh,” Putri melangkah pergi menuju kamar dan merebahkan tubuh nya di atas ranjang.

“Sayang, Mommy masuk yaaa!” Kirana mengikuti langkah Putri masuk kedalam kamar.

“Masuk aja, Mom!”

“Anak kecil yang cantik mommy kok ambekan sih?”

“Aku udah gede Mommy, bukan anak kecil lagi,”

“Iya deh, anak mommy udah gede. Maafin momy ya sayang. Bukannya momy g mau denger cerita kamu, momy dengerin kok,”

“Terus, kenapa tadi momy malah ngetawain Putri?”

“Kamu tuh ngegemisin deh, ya udah sekarang kamu ganti baju, terus turun makan ya mommy masakin udang asam manis kesukaan kamu,”

“Iya mi, tunggu aku istirahat bentar ya, Mi.”

**Ruang Makan**

“Sayang kamu mau sama apa lagi?” tanya Kirana mengambil nasi dan lauk untuk anak kesayangannya.

“Udah aja Mi, makasih ya.”ucap Putri mengambil piring yang di sodorkan Kirana lengkap dengan lauk pauk kesukaannya.

“Gimana princess Daddy sekolahnya seneng g?”

“Seneng Dad, banyak cowok cakepnya dan Putri udah naksir sama satu cowok, tapi Dad kayanya dia sudah punya pacar deh,” katanya polos.

Suasana hening seketika , Rio dan Kirana hanya beradu pandang. Sama halnya bi Inah dan pa Anton, Maya dan Rani hanya tertunduk sambil tersenyum. Walaupun mereka berempat hanya assisten di rumah Putri, tapi kedua orang tua Putri tidak pernah membedakan status mereka.

“Kok pada diem siiih? Putri kan lagi cerita,” Putri kesal karena tak seorangpun menanggapinya.

Hahahaahahaha, suara tawa pecah di ruang makan yang membuat Putri heran.

“iiih ... kok pada ketawa sih emang apa yang lucu?”

“Sayang, jadi kamu mau sekolah di sekolah umum cuma mau nyari cowok cakep? klo itu daddy bisa cariin orang tercakep di indonesia buat kamu,”

“Daddy kok gitu sih ngomongnya? ga seru akh cerita sama Daddy, Daddy sendiri nanya gimana td di sekolah tapi daddy malah gitu,”

“Maafin daddy, princess! habisnya kamu lucu banget sih, coba daddy liat mana sih cowo yang bikin anak daddy jatuh hati, tapi yang jelas cakepan daddy kan sayang?”

“Daddy itu ga ada Duanya, cuma ada tiga, Empat, lima, Enam.” katanya menggejek.

Suara tawa pun memenuhi ruang makan kala itu. Bisa di bilang ini tradisi sesudah makan mereka masih tetap di ruang makan hanya sekedar berbagi cerita. Dengan sigap Putri menggambil ponsel yang ada di kamar dan memperlihatkan salah satu foto yang di ambil dari IG.

“Daddy, momy liat deh, cakep 'kan?”

Wajah Rio dan Kirana seketika kaget melihat foto Tristan, di layar ponsel Putri.

“Daddy sama momy kenapa? kok kaya yg kaget gitu sihh?” Putri penasaran.

“Sayang, siapa nama anak ini?” tanya Kirana sambil menggelus kepalanya.

“Ehm ... namanya Tristan lengkapnya TRISTAN ADELIO HIKARU.”

“Mi, kok kebetulan banget yaa?” kata Rio sambil menatap Kirana dan membuat Putri semakin penasaran.

Ada apa sebenarnya dan apa yg di maksud daddy dengan kata KEBETULAN ??? bisiknya dalam hati.

“Maksud daddy apa sihh?”

“Ga sayang, maksudnya daddy kebetulan anaknya cakep,” jelas Kirana sambil tersenyum.

“Sekarang kamu istirahat yaa besok kan kamu harus masuk pagi,”

“Iya Mommy, aku masuk kamar dulu ya.” ucap Putri sambil mengecup kedua pipi Rio dan Kirana meninggal mereka yang masih di duduk di ruang makan.

Wajah Rio menjadi berubah serius seketika setelah melihat foto Tristan, Putri penasaran emang ada apa dengan Tristan??

**Kamar Rio dan Kirana**

“Mi, kok bisa kebetulan ya, setelah kita mencari keluarga mereka akhirnya bisa ketemu juga,”

“Iya, ya Pi. Semenjak kejadian dulu keluarga mereka hilang bak di telan bumi, bagaimana sekarang keadaan mereka sekeluarga ya?”

“Besok daddy suruh Chandra buat lacak keberadaan keluarga mereka. Daddy sudah kangen sama Arta dan Lesty juga anak mereka, ga kerasa sudah 10 tahun kita tidak bertemu dengan mereka,”

“Iya sayang, aku juga kangen berat sama Lesty, pokoknya kamu harus segera cari tau keberadaan mereka sekeluarga ya,”

“Pasti sayang.” ucapnya sambil mengecup kening sang istri.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA NOVEL INI.... 😁😁😁

Rasa Cinta

06.00

“Non, bangun nanti kita telat!” kata Rani yang sudah lengkap dengan seragamnya.

“Emang sekarang jam berapa?”

“Jam enam, Non,”

“Apaaaaaaaaa? kok lo ga bangunin gue dari pagi siiiih.” Putri bergegas masuk ke kamar mandi, Rani yang melihatnya tersenyum menggeleng.

** Ruang Makan **

Semua orang sedang sibuk menyiapkan sarapan dan keperluan lainnya.

“Sayang, ayo sini cepet sarapan! keburu telat loh,”

“Iya, Mom,”

“Mau makan roti atau nasi goreng?”

“Roti aja Mom, sama susu coklat.” semua menikmati sarapan yang sudah di siapkan Kirana dan bi Inah.

“Mom, aku udah beres mau langsung berangkat,” kata Putri sambil meminum susu coklat yang belum tersentuh olehnya.

“Pelan-pelan donk sayang! oia kamu udah siapin semua perlengkapan sekolah belum?”

“Sudah siap nyonya, saya sudah menyiapkan keperluan nona putri.” Rani menjawab pertanyaan Kirana yang sebenarnya tertuju pada Putri.

“Anak itu katanya sudah gede, tapi masih aja semua serba di ladenin gimana nanti punya suami.” keluh Kirana.

Di depan pintu mobil camry putih sudah menunggu Putri, Maya dan Rani.

“Loh, kok cuma bang Jojon aja?” Putri heran karna cuma 1 mobil terparkir di depan rumah

“Daddy yang nyuruh bang Jojon aja yg anter dan ngawasin kamu. Kata Maya kemaren kamu marah-marah karena terlalu banyak di kawal,”

“Daddy ... i lovee so much,” Putri langsung memeluk erat Rio.

“Gini nih klo maunya di turutin jadi baik deh ke Daddy, hadiah buat Daddy apa donk nih?”

Putri langsung mengecup kedua pipi Rio, Kirana dan yang lainnya hanya bisa tersenyum melihat kelakuan keduanya. Dari dulu Rio selalu menuruti kemauan Putri selagi itu semua tidak di luar batas. Selama lima belas tahun ini, Rio tidak pernah sama sekali dia memarahi anak semata wayangnya itu. Cuma memang Rio terlalu over protektif, karena mungkin dia masih trauma sama kepergian Sony anak sulungnya enam belas tahun lalu.

“Mmomy, Putri jalan dulu ya!” tidak lupa Putri mengecup kedua pipi Kirana.

“Maya ...,”panggil Rio.

“Ya, tuan,”

“Awasi putri selama di sekolah dan jaga makanannya ya!”

“Baik tuan, kita pamit dulu,” pamit Maya sambil membukakan pintu mobil untuk Putri.

“Iiiii ... Daddy apaan sih nyebelin, aku udah gedee kalii ga usah selalu di awasi.” ucap Putri dan langsung masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan Putri asik memainkan ponselnya, dia tak bosan untuk melihat foto-foto Tristan yg sudah curinya di ig.

“Non, suka banget ya, ampe senyum-senyum gitu,” kata Rani yang dari tadi memperhatikan nona mudanya.

“Emmm ... banget, entah kenapa liat muka dia, senyum dia hati gue bergetar, baru pertama kali ini gue ngerasain kaya gini, menurut kalian apa ini yang di namakan cinta?”

Rani dan Maya hanya tersenyum dengan pertanyaan Putri. Bang Jojon pun ikut tersenyum, karena dari tadi secara tidak langsung omongan Putri terdengar olehnya.

** SEKOLAH **

“Bang, sampai sini aja,”

“Ini kan masih jauh non?”

“Ga apa-apa biar ga terlalu menarik perhatian aja,”

“Silahkan, Non.”

Putri, Maya dan Rani berjalan menuju gerbang sekolah dan disana Tristan dan yang lainnya untuk mengecek siswa-siswa tahun ajaran baru.

Oh my God, Tristan makin cakep aja, gumam Putri dalam hati.

“Pagi, kak.” sapa Putri pada panitia ospek, tapi matanya hanya tertuju pada Tristan, tidak di sangka Tristan mebalasnya dengan senyuman nya yg indah. membuat Putri merasakan serasa melayang di atas udara.

“Non perlu di anter ke kelas ?" tanya Maya

“Ga perlu aku sendiri aja kalian berdua langsung aja pergi ke kelas kalian.” ( Karena kelas IPA dan IPS jaraknya lumayan jauh)

“Pagi, cantik.” sapa Rangga.

“Eh kak Rangga, pagi ... baru dateng juga?”

“Dari tadi, masa ga liat aku di depan,”

Jelas ga liat lah, mata aku kan hanya liat Tristan seorang, bisik Putri dalam hati.

“Maaf Kak, tadi aku ga liat. Kak aku duluan ke kelas,”

“Iya deh cantik, sampe nanti istirahat ya.”

Apa maksudnya sampai nanti istirahat? petanyaan itu terlintas dalam benaknya. Putri langsung meninggalkan Rangga dengan cepat menuju kelasnya.

“Haiii, kaliaaaan,” teriak Putri pada 3 perempuan yang sedang asik menggobrol.

“Cuma bertiga aja nii yang di tegur?” tanya Satya.

“Ah, lo mah pengennya ikut nimbrung aja,” ucap Bela.

“Kalian ya,masih pagi woooy udah debat aja,”ucap Putri.

“... pagi Satya pagi Romi ( teman sebangku Satya) pagi teman-teman,” lanjut Putri menyapa.

“Pagiii ....” jawab serentak anak-anak kelas.

Bel sekolah pun berbunyi dan Putri sudah tidak sabar untuk melihat wajah manis Tristan.

“Ehem ... katanya ada yg suka sama kakak pembimbing kita nih?” goda sarah.

Putri langsung melirik Bela, karena cuma dia yg tau tentang perasaannya dan Bela pun hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.

“Ga apa-apa kali, nyantei aja sama kita,” Ucap Citra.

“Eh ... gue mau nanya donk, kak Dewi sama Tristan mereka punya hubungan ga sih?”

“Emmm punyaaa.” Jawab Sarah yang membuat tubuh Putri lemas seketika, membuat Citra dan Sarah tertawa geli melihat reaksinya.

“Santeiaja kali, mereka hubungan nya temen kok ga lebih. Setau gue ya mereka itu temen dari SMP, makanya banyak orang yg nyangka mereka pacaran,” jelas Sarah.

“Syukurla,” jawab Putri lega.

“Segitu sukanya lo suka ma kak Tristan? ga mudah loh banyak saingan,” ucap Citra menakutinya.

“Gue yakin dia bakal jadi milik gue, liat aja nanti,” ucap Putri sambil tersenyum.

“PD bangeeeet siiiih, tuan Putri.” kata Bela sambil mengacak rambut Putri dan mereka berempat pun tertawa.

**♥️♥️**

“Pagi semuaaaaaaa, maaf yaa kita berdua telat, tadi pengurus osis rapat dulu.” sapa dewi.

“ ... tugas yg kita suruh kemaren di bawa ga?”

“Bawa donk, kaka cantik” teriak Romi.

Huhuhuhuhu ... gombal banget sihh teriak anak-anak kelas. Mata Putri terus menatap Tristan yang duduk di meja guru , Tristan yang menyadari Putri melihatnya membalas dengan senyuman.

“Cie, disenyumin kak Tristan , kayanya doi udah ada rasa cinta deeeh buat lo,” goda Bela yang membuat kedua pipinya merah merona.

“Apaa sih Bel, jangan buat gue jadi salting (salah tingkah) deh!” Bela pun hanya tersenyum.

“Sekarang kalian bikin kelompok masing-masing dua perempuan dan dua laki-laki kita bakalan bikin tugas selanjutnya buat kalian.” Dewi.

“Put kita berempat aja gimana?” Romi menawarkan diri. Putri tersenyum mengangguk menjawabnya.

“Iiiih ... Putri aku ga mau sekelompok sama dia,”ucap Bela, siapa lagi kalo bukan Satya yang Bela maksud.

“Idiiiiih gue juga ogaaah" Satya

"lo berdua ya udah kaya tom and jerry deh, awas benci bisa jadi cinta loooh" ucap Putri.

"idiiiih amit-amit deh,” ucap Bela.

“Sekarang aja lo amit-amit, nanti bisa-bisa lo beneran suka sama gue.” ledek Satya. Putri dan Romi hanya tertawa melihat kelakuan kedua orang ini.

Sudah terbentuk lima kelompok, Tristan dan Dewi mulai membagikan selembaran berisi tugas buat setiap kelompok.

“Put, pangeran lo ke sini,” toel Bela sambil berbisik dan membuat jantung Putri bener-bener berdetak dengan kencang.

“Ini tugas kalian!” katanya tersenyum sambil menyerahkan selembaran ke arah Putri.

“Makasih, Kak.”

“Semua sudah terima selembaran 'kan? nah itu tugas masing-masing kelompok buat besok, karena besok kita bakal adain camping disekolah. Nanti surat izin orang tua akan dibagikan sebelum kalian pulang sekolah.” jelas Dewi.

“Yaeaaaaay ... kita bakal senang-senang nih,” teriak Deni.

“Kata siapa kalian bakalan senang-senang? yang ada kalian bakalan menderita.” kata Dewi sambil tertawa.

Yaaaaaaah huhuhu.... keluh semua siswa.

“Put, lo bisa kan?” tanya Bela.

“Ga tau Bel, gue sih pengen tapi gue usahain deh,” dia merasa ragu kalau Daddy-nya akan mengizinkannya.

Bel istrirahat pun berbunyi membuat semua yang ada di kelas tersenyum bahagia. Tristan dan Dewi pun meninggalkan kelas, mereka dengan asik menggobrol sambil jalan keluar. Siapa sih yang tidak menyangka mereka sepasang kekasih? karena kedekatan meraka membuat semua orang salah paham sama hubungan mereka.

Tristan orangnya sangat pediam, karena dia jarang berbicara. Kecuali yang memang benar-benar penting, tapi klo sama Dewi dia berbeda, mereka bisa ngobrol tanpa henti sambil sesekali ketawa, membuat semua orang yang melihat nya menjadi iri.

“Aduuuh Put, udah donk liatnya ntar mata lo terkilir loh,” goda Bela.

“Iih apaan sih? mana ada mata terkilir.” mereka pun tertawa.

Dret ... dret ... dret, telpon masuk dari Maya.

“Guys, kalian duluan aja ke kantin, gue mau angkat telepon dulu,”

“Bener ga apa-apa?" tanya Sarah, Putri hanya mengangguk sambil menerima telpon dari Maya.

“Ya halo, ada apa May?”

“Non, maaf ya saya g bisa temenin non ke kantin, saya ada tugas dari Pak Saepul buat nyari bahan presentasi di perpus. Ga apa-apa 'kan non sama Rani aja?”

“Oh gitu, iya ga apa-apa,”

“Pokoknya jangan jajan sebarangan, ga boleh makan pedas, ga boleh minum minuman yang mengandung soda trus ....”

“Iya ... iya, bawel banget siih udah kaya nenek-nenek tau.” katanya memotong pembicaraan Maya.

Sedikit cerita tentang Maya, dia itu udah kaya ibu kedua buat Putri. Walaupun umur mereka hanya berbeda tiga tahun, tapi dia selalu memperlakukan Putri dengan baik seperti adiknya sendiri, karena dari itu Rio sayang banget sama Maya juga Rani .

“Ya udah, aku mau lanjut ke perpus bareng temen-temen, pokonya inget pesan aku!” kata Maya menutup telponnya.

Rani sedari tadi sudah menunggu Putri di depan pintu kelas, dia satu2nya sahabat Putri dikala kesepian di rumah. Dulu setiap hari Putri hanya menantinya pulang sekolah dan berharap bisa sekolah bareng pergi dan pulang sekolah. Dia selalu menyiapkan apapun kebutuhan Putri mulai dari baju, handuk, sepatu dan perlengkapan sekolahnya. Tidak jarang keduanya berdebat tentang suatu hal yang membuat Putri merasakan pertemanan yg sesungguhnya, tanpa memandang status mereka yang sebenarnya.

“Sorry, nunggu lama ya! tadi gue nerima habis nerima telepon dari Maya. btw di kelas lo ada yg cakep ga?” tanya Putri.

“Put ... Put kamu tuh ya kayanya di otaknya hanya ada cowo cakep aja,”

“Ya ga apa-apa donk, sekolah kan ga harus belajar aja, lagi pula gue jenuh belajar terus dari dulu ga bisa maen, 'kan kalo di sini gue bisa bebas ga kaya dulu.”

Rani hanya tersenyum menggelengkan kepala mendengar celotehannya.

** KANTIN **

“Putri, Rani sini!” teriak Bela. Putri melambaikan tangan menghampiri mereka.

“Hai, cantik,” sapa Rangga.

“Eh ... ada kak Rangga juga.” Ternyata bukan hanya Rangga yang ada di situ, tapi ada Tristan, Dewi dan juga kakak angkatan yang lain.

“Aah ... lo kebanyakan gombal semua cewe perasaan lo bilang cantik,” ejek Dewi.

“Emang semua cantik, kecuali lo cewe jadi-jadian,” semua orang yg ada di meja itu pun ketawa ngeliat kelakuan mereka.

“Put, ini baso nya.” kata Rani menyodorkan semangkok baso panas.

“Lo baik banget sih Ran,pake bawain Putri.” kata Citra (Citra belum tau kalo Rani itu assisten Putri).

“Kebetulan aja kok, aku mau beli baso juga jadi sekalian aja sama yang Putri“ jawab Rani sambil tersenyum.

Setelah menyantap makanan Putri pamit untuk pergi ke kamar kecil, tidak disangka langkahnya di ikuti Tristan dari belakang.

“Eh put.” katanya menghentikan langkahnya.

“Iya kak, ada apa ?" jantung Putri pada saat itu berdetak sangat kencang.

“Nih.... gantungan hp lo jatoh,”

“Oh iya kak, makasih ya.” Tristan berjalan meninggalkannya

Kepedean banget si lo Putri kalau Tristan ngikutin, gerutunya dalam hati. Putri pun langsung menuju ke kelas karena bel masuk berbunyi.

“Lo dari mana sih? lama banget,” Citra.

“Tadi gue habis ke wcdan tadi ada tragedi yang bikin jantung gue copot,”

“Apaa?" kompak ketiga wanita.

”“Terus gue mau ke WC, Tristan ngikutin gue dari belakang ....”

“Teruuuuuuuus,” Bela memotong pembicaraan.

“ 'kan gue belom beres udah lo samber aja, ya terus dia manggil gue,”

“Cieeee ... cinta lo kayanya berbalas nih,” ucap Sarah.

“Hemmmh ....”

“Kenapa kok muka lo cemberut gitu sih?”

“Awalnya gue kira dia emang bener-bener ngikutin gue, taunya dia cuma ngambil gantungan ponsel gue yang jatoh, terus langsung pergi,”

Hahahahahahahaha, tawa pecah dari ketiganya membuat hati Putri semakin teriris.

“Lo kepedean sih, jadi kan patah hati. Sabar ya cantiiiiik.” ucap Bela sambil mengusap rambutnya.

**♥️♥️**

“Siaaaang semuaaa.” sapa Dewi memasuki ruangan kelas, tapi tidak di ikuti Tristan.

“Kak Tristan mana, kak?” tanya Ratih seketika mewakili rasa penasaran Putri.

“Duh ... kalian ini kayanya semangat klo ada Tristan aja ya,” katanya sambil tersenyum.

“ ... Tristan ada rapat osis buat acara besok. Oia ini surat izin buat orang tua kalian dan harus di tanda tangani. Jangan lupa tugas kelompok kalian ya! sekarang kalian bisa pulang lebih cepat untuk mempersiapkan tugas kalian, gue pamit ya,” katanya sambil meninggalkan kelas.

“Yeeay ... kita bisa maen dulu sambil membeli tugas kita besok.” ucap Bela kegirangan.

“Put, kok lo ga semangat gitu sih, jangan bilang lo ga bisa ikut kita bertiga ( Bela, Satya, Romi)?”

“Gue, harus minta izin dulu sama Daddy” katanya dengan nada yang memelas.

“Bener-bener deh, anak daddy banget. Ya udah, lo telpon sekarang.” Putri hanya menggangukkan kepala dan langsung menelepon Rio.

“Halo, Dad”

“Ya, sayang ada apa?”

“Besok ada malam puncak pelepasan siswa baru, aku ikutan boleh??”

“Gak!!” jawaban Daddy singkat dengan suara tegas.

“Please Dad! please! Daddy, Putri pengen menikmati masa-masa remaja Putri, ayolah Dad,”

“Jawabannya ga, tetep ga!! Daddy sayang sama kamu, kalau kamu kenapa-napa gimana?”

“Aku udah gede Dad, udah bisa jaga diriku sendiri, 'kan nanti ada Rani juga,”

“Oke, tapi bang Jojon harus ikut kedalam sekolah, biar bisa ngejagain kamu.”

“Daddy!!!” teriak Putri kesal.

“Yaa ... kalau gitu, ga boleh,”

“Oke ... oke Dad, aku setuju. Kalau gitu aku sekarang mau beli kebutuhan buat besok dulu ya,”

“Iya, Maya harus ikut!”

“Iyaaa daddy bawel, bye daddy love u,”

“Love u too, Baby.”

TERIMAKASIH SEMUA

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!