NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Azizah

Pengenalan

Azizah seorang mahasiswa kedokteran di Universitas ternama di kota Surabaya

Kaze seorang perwira polisi yang tampan dengan senyumnya yang begitu manis. Mampu membius setiap gadis yang ia temui. Namun ia cool, dingin seperti kulkas.

Davin seorang pengusaha sukses di bidang properti yang terkenal di kotanya. Bahkan bisnisnya sudah merambah sampai ke kota-kota lain. Muda, tampan dan kaya raya.

Orang tua dari ketiga tokoh ini sudah saling mengenal semenjak mereka masih kecil. Seringnya bertemu saat masih kecil, akankah membuat mereka kembali mengingat akan rasa yang hadir ketika masa kecil mereka. Atau kah mereka akan lupa dan tumbuh cinta-cinta yang baru.

Siapakah yang akan dipilih oleh Azizah??? Kaze ataukah Davin?

1

"Kak, jangan makan semua pisangnya. Itu punyaku. " Ucap manja Azizah pada Davin.

Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Davin. Mama Davin mengadakan arisan yang mengundang teman-temannya semasa kakak Davin duduk di taman kanak-kanak. Ya, Davin dan Azizah sudah mengenal sejak kecil. Orang tua mereka berteman.

"Iya Vin, jangan kamu makan semua pisangnya. Itu kesukaan Azizah. " Sentak Kaze pada Davin.

Azizah, Kaze dan juga Davin tidak sengaja berteman sebab saking seringnya mengikuti arisan para orang tua. Mama-mama mereka tentunya.

Saat ini Davin dan Kaze sudah duduk di bangku SMA kelas akhir, sedangkan Azizah berada di bawah mereka. Tentu saja mereka bersekolah di satu sekolahan. Untuk menjaga keharmonisan hubungan persahabatan para orang tua, mereka lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka di tempat yang sama.

Mendapatkan pembelaan dari Kaze, tentu membuat Azizah besar kepada. Gadis cantik dengan kulit putih mulus itu memang manja, ia penyuka buah pisang sedari kecil.

"Sukurin tuh di marahin Kak Kaze. Salah siapa habisin pisangku. Mentang-mentang ini rumahmu ya kak. Jadi seenak mu mau berbuat apa. " Seru Azizah. Davin tentu saja tidak menghiraukan nya. Ia memiliki sifat yang cenderung cuek. Berbeda dengan Kaze yang memiliki sifat tegas. Maklum saja, Kaze memang anak dari seorang bapak polisi. Tentu saja jiwa ketegasannya sudah tercipta selagi ia kecil.

Para orang tua hanya bisa tersenyum dan saling pandang kala melihat tingkah anak remaja mereka yang sebenarnya sudah tidak lucu lagi. Berbeda saat mereka masih kecil-kecil dulu, berebut makanan atau mainan akan menjadi sesuatu yang lucu dan mengundang gelak tawa dari para orang tua dewasa.

"Wes-wes jangan bertengkar terus. Bunda mau pulang nih Ka, kamu mau di sini saja atau. Bunda tinggal. " Kata bunda Kaze yang sudah jengah melihat anaknya selalu saja bertengkar dan berebut dengan Davin. Padahal jika tidak bertemu, ia akan selalu menanyakan. Padahal, mereka itu sudah besar. Sudah remaja, eh tingkahnya masih seperti bocah.

Arisan pun selesai. Semua kembali pulang ke rumah masing-masing. Sebenarnya acara arisan para orang tua berniat untuk dihentikan. Kesibukan dan juga umur yang sudah tidak lagi muda membuat mereka menjadi malas jika harus berkumpul setiap bulan. Namun, hal tersebut ditentang oleh ketiga remaja ini, mereka memohon dengan berderai air mata supaya arisan tetap berlanjut. Apa lagi tujuan mereka kalau bukan supaya bisa bertemu dalam waktu cukup lama.

_________

Waktu bergulir dengan cepat. Kini Azizah sudah berubah menjadi gadis yang sangat cantik dengan kulit putih bersih. Ia menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas ternama. Kepintaran yang ia warisi dari ibunya, menjadikan Azizah bisa masuk kedokteran tanpa mengeluarkan biaya apapun.

"Ibu bangga sekali denganmu Zah, berlajar lah semakin rajin supaya beasiswa mu akan terus berlanjut. " Ujar ibu Azizah.

"Aku tidak akan pernah mengecewakan ibu. Itu janjiku. " Jawab Azizah yang membuat sebuah senyum indah terukir di bibir sang ibu.

Di tempat lain, seorang Kaze kini sudah menjadi perwira kepolisian. Kepandaiannya dan tuga badan yang bagus nan atletis membuatnya lulus menjadi seorang perwira dengan nilai terbaik.

"Alhamdulillah bun aku mendapatkan tugas di Surabaya. Dekat dengan sini sehingga setiap minggu aku bisa pulang. " Ujar Kaze dengan bangganya. Bagaimana tidak bangga, selain lulus dengan nilai terbaik Kaze juga ditugaskan di kota yang dekat dengan kota asalnya. Lagi pula keluarga bundanya pun banyak yang menetap di kota besar itu.

"Tante dan om kamu kan juga banyak di sana Ka, kalau tidak sempat pulang kamu harus sempatkan mengunjungi mereka. " Nasehat bunda Kaze.

"Baik bun, aku akan selalu ingat itu. Lagian bang Vio juga ada di sana kan. Aku bisa numpang tidur di apartemen nya abang. Hehehehe. "

Mereka berdua pun tertawa bersama. Kebahagiaan seorang ibu adalah kala melihat anak-ank nya tumbuh menjadi seorang yang sukses serta berperilaku baik. Memiliki ilmu tinggi tidak akan berguna apapun apabila tidak diimbangi dengan adab yang baik.

"Vin, bisa tidak kamu di rumah selama tiga hari saja. Kakakmu akan menikah, masak kamu tidak ada di rumah. " Protes mama Davin saat melihat anaknya sudah siap dengan satu koper dan juga mobil mewah yang sudah terparkir manis di depan rumah.

"Mah,,, aku tuh kerja bukan jalan-jalan. Mama kan tahu galeri ku yang di Surabaya itu baru buka. Kalau aku tinggal-tinggal terus, bagaimana bisa maju. Kan kata mama aku harus sukses supaya bisa menyenangkan istriku kelak. Seperti papa yang hobi menyenangkan hati mama. Iya kan, iya dong..... " Goda Davin pada mamanya.

"Aishhhhh, kamu ini suka banget sih menggoda mama. Ya sudah sana pergi, tapi ingat saat hari akad nya kakak, kamu harus ada di rumah. Kalau tidak, mama bakar itu galeri mu. " Ancam mama Davin.

"Jahat banget sih mah. Itu galeri yang paling top mah. Paling lengkao furniture nya. Masak mau dibakar, punya emak gini banget ya. " Dengus Davin.

Setelah acara perdebatan yang tidak kunjung usai antara Davin dan mamanya, pria tampan itu lebih memilih untuk segera pergi. Daripada omelan jilid ke dua dan seterusnya akan berlanjut, menghindar adalah pilihan terbaik.

Sampai di Surabaya, Davin tidak pantas berleha-leha di apartemen nya. Ia langsung ke galeri untuk mengecek situasi di sana. Mengingat baru semingguan ini buka, pastilah banyak pertanyaan dari customer akan barang yang dijual di sana.

"Bagaimana perkembangan hari ini Ris?? " Tanya Davin pada asistennya yang bernama Aris.

"Sejauh ini bagus pak, barang kita cepat habis. Malahan banyak stok yang kosong. Tapi saya sudah menghubungi su player supaya barang segera di kirim. " Jelas Aris.

"Bagus, lakukan tugasmu dengan baik. Aku ingin galeri kita ini menjadi satu-satunya galeri furniture terbesar dan terlengkap di kota ini. " Ucap Davin. Sang asisten pun mengangguk patuh.

Davin memang sudah bertekad akan membangun usaha terbesarnya di kota Surabaya ini. Selain target market yang bagus, apalagi tujuannya adalah untuk mendekati Azizah yang saat ini masih kuliah di kota besar ini. Davin memiliki rasa cinta yang begitu besar pada Azizah. Namun ia tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan nya. Apalagi dulu ia belum punya apa-apa, belum sukses seperti saat ini.

Di sebuah apartemen yang cukup mewah, Kaze merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik sang abang. Davio, adalah nama kakak Davin yang sudah sukses menjadi dokter spesialis jantung di Surabaya. Ia bahkan tidak hanya bertugas di satu rumah sakit saja. Kecerdasan nya dan sikap ramah terhadap siapapun membuat Vio menjadi rebutan para petinggi rumah sakit untuk bisa mengajak Vio bergabung dengan mereka. Namun tenaga Vio terbatas, ia hanya dapat bekerja di tiga rumah sakit saja.

"Dek, kamu mandi dulu sana. Masih bau main nemplok saja di kasur abang. Bau tau... " Keluh Vio. Dokter tampan itu memang memiliki tingkat standar kebersihan yang tinggi.

"Malas mandi ah bang. Aku mau rebahan saja. Capek tadi habis di lapangan. Kalau abang kan enak ruang kerjanya adem, la aku. Kadang harus di lapangan juga bang. " Ujar Kaze yang membuat Vio hanya bisa menggeleng. Ia lantas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Pagi hari menyapa, matahari nampaknya sudah tidak sabar untk segera menampakkan sinarnya. Terlihat jelas baru jam delapan pagi, namun cuaca sudah terik. Saat ini memang sedang kemarau panjang. Orang-orang banyak yang malas untuk keluar rumah. Mereka banyak yang takut gosong karena paparan sinar matahari.

Kaze sudah siap dengan seragam kebesaran nya. Ia masih menginap di apartemen sang kakak. Sebenarnya Kaze diberikan rumah dinas, namun ia enggan untuk menempatinya. Semata-mata hanya karena ia enggan melihat kemesraan pada anggotanya yang tinggal di rumah dinas bersama dengan istri masing-masing. La gimana nggak iri, wong Kaze belum punya istri. Jangankan istri, pacar saja ia tidak punya.

"Tidak boleh pacaran ya Ka, dosa. Lebih baik langsung menikah jika sudah ada calonnya. " Nasehat bunda yang selalu diingat Kaze dan semua saudaranya. Bahkan Vio pun sebagai abang Kaze masih setia menyendiri sebab belum menemukan wanita yang cocok untuknya.

"Hari ini aku akan menemani anggota ku di jalan bang. Mana panas banget lagi. Nanti aku bisa gosong ini. Kalau aku gosong, Azizah mana mau sama aku. " Keluh Kaze pada abangnya.

"Memangnya Azizah sudah tahu kalau kamu menyukainya? Belum kan? Makanya jangan GR. " Kata Vio sambil sibuk memasang jas putih kebanggaan nya. Jas yang menjadi simbol seseorang berprofesi sebagai dokter.

"Aku kan jarang bertemu dengan Azizah bang. Aku hubungi juga susah. Tapi ia ada di kota ini juga kan? Makanya aku mau mengejar Azizah. Sebelum digaet sama si Davin. " Celoteh Kaze.

"Davin?? Anaknya tante Daniah itu? " Tanya Vio.

"Iya bang. Davin, masak lupa sih. Aku juga sudah lama tidak komunikasi dengan itu anak. Tahu sendiri lag bang kalau selama pendidikan aku jarang pegang HP. Davin itu pernah bilang sama aku kalau ia juga suka dengan Azizah. Aku pun dulu juga pernah bilang begitu kepadanya. Makanya kita sepakat buat saingan. " Ujar Kaze.

"Bagaimana jika Azizah mencintai yang lain.... " Tukas Vio.

Kaze tertegun dengan ucapan abangnya itu. Bagaimana pun ia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Azizah. Bisa saja kan Azizah sudah punya pacar atau bahkan sudah tunangan dan hampir menikah. Oh tidak,,,,,,,,,

********

2

"Azizah..... " Ucap Davio saat melihat gadis cantik seumuran adiknya sedang melintas di depan ruang kerjanya. Atau lebih tepat ruang praktiknya di sebuah rumah sakit swasta terbesar di Surabaya.

"Benarkah itu Azizah ya, atau aku hanya salah lihat. Kan aku sudah lama tidak bertemu dengannya. " Gumam Davio.

"Ah sudahlah. " Gumamnya lagi. Ia lantas melanjutkan pekerjaan nya dengan penuh suka cita. Davio memang dokter terbaik, teeamah dan juga tertampan. Versi emaknya, hahahaha

Memang benar adanya jika yang melintas tadi adalah Azizah. Gadis itu sedang magang di rumah sakit tersebut. Azizah sebentar lagi pun akan lulus dan menjadi dokter muda. Jika pihak rumah sakit menyukai kerjanya saat magang, bisa jadi nantinya Azizah akan langsung direkrut untuk bekerja di sana. Rumah sakit ini memang banyak diincar oleh para mahasiswa baik lulusan kedokteran, perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain fasilitas yang baik, gaji besar pun ada di depan mata. Beruntung sekali Davio bisa masuk dijajaran dokter spesialis di sana dengan gaji yang tidak main-main.

Di ruangan lain, nampak para calon dokter muda yang cantik-cantik sedang duduk manis. Di sana juga terlihat sosok Azizah.

"Eh kalian tahu nggak, dokter spesialis jantung di sini katanya keren banget lo. Masih muda dan belum menikah. " Ujar Niken, rekan Azizah.

"Ah yang bener kamu Nik. Yang namanya dokter spesialis itu sudah tuwir kali. Mana ada yang muda. Jangan-jangan ia perjaka tuwir, hahahahaa" Kata Ayu dengan tawa renyahnya.

"Eh jangan salah Yu, yang aku dengar sih usianya sekitar tujuh sampai delapan tahun di atas kita gitu lah. Masih hot tauuuuuuu. " Niken nampak bersemangat menceritakan dokter Davio.

"Memang siapa namanya? " Celetuk Azizah.

"Mmmmmm, siapa ya Zah. Aduh aku lupa lagi. Nanti deh aku tanyakan lagi. Memangnya kenapa Zah kamu kok tanya namanya? Kenal? " Niken penasaran.

"Bukan begitu, soalnya kakak temanku kata ibu juga ada yang jadi dokter di sini. Spesialis jantung kalau nggak salah. " Ujar Azizah.

"Oalah,,,, memangnya siapa nama kakak temanmu itu? " Tanya Niken.

"Abang io. " Jawab Azizah polos.

Dari kecil memang ia memanggil Davio dengan sebutan abang io. Sama seperti Kaze yang juga memanggil seperti itu. Davin juga sama. Dulu saat kecil, Davio suka menolong Azizah saat digoda oleh Davin dan Kaze. Davio menjadi sosok dewa penolong bagi Azizah. Ia tidak pernah lagi bertemu dengan Davio saat pemuda itu menempub pendidikan kedokteran nya. Bahkan sampai detik ini pun Azizah belum bertemu dengan abang io nya itu.

Di sebuah rumah sederhana namun adem dan luas karena banyak pohon mangga tertanam rapi di sana berkumpul lah tiga emak-emak yang sudah saatnya mereka menggendong cucu. Namun sampai saat ini mereka semua belum merasakan hal tersebut. Anak-anak mereka belum menemukan jodohnya.

Bunda Kaze, mama Davin dan ibunya Azizah berkumpul di rumah ibu Azizah.

"Gimana persiapan pernikahan mbak Daiva? Ada yang perlu kami bantu jeng. " Tanya bunda Kaze pada mama Davin.

Dalam dua minggu ke depan, mama Davin akan menggelar acara pernikahan putri pertamanya. Daiva, yang akan menikah dnrgan seorang pengusaha dan juga anak pejabat di daerah mereka. Tentunya pernikahan akan digelar dengan mewah dan megah. Sebab di keluarga Davin pun belum pernah mantu, jadi ini hajatan terbesar bagi keluarga mereka.

"Persiapan lancar semua cin,,,,,, wong aku ya nggak ikut apa-apa kok. Kan semua sudah diserahkan ke WO nya. Kita mah tinggal duduk manis. Cuma suka kesel sama Davin, jarang pulang wes seperti bang Toyib saja itu anak satu. " Jawab mama Davin sambil membayangkan anaknya yang bernama Davin. Yang ia ibaratkan seperti bang Toyib karena jarang pulang.

"Biarin lah nggak pulang, wong memang masih lajang. Yang penting kan Davin nggak pulang karena mengejar mimpinya, jadi pengusaha sukses. " Timpal ibu Azizah sambil meletakkan sepiring bakwan hangat yang baru saja ia ambil dari dalam rumah.

"Azizah magang dimana jeng? " Tanya bunda Kaze.

"Di rumah sakit XX. Rumah sakit swasta yang katanya terbesar di Surabaya itu lo. " Jawab ibu Azizah.

"Lo itu kan tempatnya abang io bekerja. " Kata bunda Kaze sambil mencomot satu bakwan. Lalu memakannya setelah memberikan beberapa kali tiupan pada bakwan tersebut.

"Jangan-jangan nantinya cinlok, hahahahaaa. Tapi nggak mungkin deh, kan cintanya Azizah baut Davin. Iya kannnnnn. " Tawa renyah dari mama Davin.

"Bukannya sama Kaze ya, ah aku mau besanan sama samu jeng. " Bunda Kaze sudah lirak lirik ke ibunya Azizah.

" Wes, terserah mereka bagaimana. Lagipula Azizah belum lulus kuliahnya. Soal jodoh, masih panjang. Mau sama Kaze, atau sama Davin. Tidak masalah. Mau smaa abang io juga tidak masalah.

"Hahahahahaa." Tawa mereka bertiga. Acara terus berlanjut dengan obrolan yang mengundang canda tawa diantara mereka. Beberapa makanan ringan maupun berat terhidang dengan apik di depan mereka. Tikar tebal dengan anyaman tergelar di bawah pohon mangga yang berbuah lebat dan juga rindang. Tentunya menciptakan rasa adem bagi siapapun yang berada di bawahnya.

Malam hari menjelang, Davin merasa lapar namun enggan keluar. Aduh bagaimana sih Vin, lapar kok nggak mau keluar. Memangnya makanan bisa datang sendiri gitu. Dikira ini negara alam bebas kali ya.

[Bro, ayo keluar. Mumpung aku nggak nugas]

Pesan masuk dari Kaze.

Mereka memang sudah saling memberi kabar jika berada di kota yang sama. Hanya dengan Azizah mereka tidak memberikan kabar. Dengan alasan takut mengganggu waktu belajar gadis cantik itu. Kecuali apabila Azizah lah yang mengirim pesan kepada mereka, barulah mereka dengan senang hati akan menuruti semua yang dimau oleh gadis pujaan mereka itu.

[Jemput. Aku lagi malas. ] balas Davin.

[Ok]

Tidak berselang lama, mereka sudah berada di kafe yang tidak cukup besar. Kafe yang ada dipinggir jalan, bukan di kawasan elit menjadi pilihan mereka untuk sekedar duduk sambil minum kopi.

"Kenapa nggak aja Azizah ke sini? " Ujar Davin.

"Aku nggak berani ngajak itu anak. Maklum ia sedang menyelesaikan kuliahnya. Dengar dari bunda sih dalam tahun ini Azizah bakalan lulus. " Kata Kaze.

"Yessssss, dan saat itu aku akan langsung melamar Azizah. Oh Azizah, tunggu abang Davin melamar mu sayang. " Kata Davin kocak.

"Enak saja, emangnya Azizah sudah pernah bilang kalah ia mau sama kamu. Jangan kepedean deh jadi orang. Inget nggak kata Azizah dulu, jika ia mau menikah setelah sukses. Dan menjadi dokter spesialis anak sesuai dengan cita-citanya. Makanya jangan kebanyakan ngurusin tempat tidur dan lemari mulu, jadi kebelet kawin kan. " Cerocos Kaze. Davin gang mendengarnya menjadi salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Baik Kaze maupun Davin memang sudah sepakat untuk bersaing sehat. Siapapun yang akan dipilih Azizah nantinya, mereka akan menerima dengan lapang dada dan juga ikhlas. Nggak yakin kalau bakalan ikhlas, bakalan nangis darah sih iya. Hehehee

Pukul sebelas malam Kaze dan Davin kembali pulang. Davin pulang ke apartemen emwahnya, sedangkan Kaze masih setia numpang di apartemen milik abangnya. Padahal seorang Kaze bisa saja membeli apartemen sendiri, namun ia enggan. Ia lebih suka tinggal bersama dengan abangnya. Kaze memang dari kecil suka nemplok ke abangnya sih, eh tapi pak Perwira kok suka nemplok seperti anak manja. Sstttttt, jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia pak Perwira.

"Darimana saja kamu dek? " Tanya abang io yang baru saja habis mandi. Sebenarnya ia juga baru datang setelah melaksanakan tugasnya di rumah sakit baru yang merekrutnya.

"Habis ngopo sama Davin bang. Seharian ini aku sibuk di lapangan. Lihat nih mukaku sampai belang gini. Apa perlu aku perawatan ya bang biar kinclong lagi. " Kata Kaze dengan mengeluarkan wajah imut sok polosnya.

"Hadeeeuhhhh, masak bapak Perwira mau perawatan. Opo nggak malu sama pangkat mu itu dek. " Ucap Davio sambil geleng-geleng kepala. Nggak habis fikir sama tingkah adiknya yang kadang masih seperti bocah lima tahun.

"Terus aku harus gimana dong bang. Kan malu kalau misalnya tiba-tiba aku bertemu dengan Azizah tapi wajahku kusamkusam. Bisa lari ke Davin kalau gitu. " Ucap Kaze dengan wajah kesalnya.

"Eh ngomong-ngonong Azizah, tadi abang tuh seperti lihat Azizah di rumah sakit. Tapi nggak jelas gitu. Cuma sekilas maksudnya. "

"Beneran bang,,,,, ah abang gitu harusnya ya panggil dong. Kalau Azizah beneran di rumah sakit abang, kan aku bisa samperin ke sana. " Keluh Kaze.

"Gimana mau manggil dek, wong abang lihatnya cuma sekilas kok. Itu saja kalau benar Azizah, kalau bukan masak abang harus panggil-panggil. Kan malu kalau salah orang. " Kini Davio duduk di samping adiknya setelah ia mengeringkan rambutnya yang basah karena keramas.

"Ah abang nggak asik. " Kaze masih saja kesal. Padahal kan buka kesalahan abang io juga kan. Jadi pengen nyubit pak perwira nih.

"Kenapa kamu nggak menghubungi Azizah saja. Daripada seperti ini. Abang malah jadi kesel lihatnya. " Kata Davio.

"Masalahnya tuh bang, aku dan Davin dilarang meras menghubungi Azizah lebih dulu. Kecuali Azizah lah yang menghubungi kami. Itu sudah jadi kesepakatan bang. Kalau aku melanggar, bisa-bisa auto lari ke Davin itu Azizah nya. "

"O ya sudah kamu tunggu saja dek. Gitu saja kok repot. "

"Abang nggak asik. "

"Biarin."

"Eh mau kemana bang? "

"Mau tidur, daripada ngladeni bocah kasmaran tapi nggak jelas "

Davio beranjak, berjalan ke kamarnya. Apartemen nya memang tersedia dua kamar. Satu untuknya, satu untuk Kaze. Sebenarnya Kaze ingin tidur dengan abangnga, namun Davio menolak keras. Daripada diusir oleh abang sendiri, lebih baik Kaze menuruti keinginan abangnga itu.

********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!