NovelToon NovelToon

Seberkas Cahaya Sang Sajadah

Eps. 1

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siti Sajadah Khumairah bagaikan sekuntum bunga mawar yang mekar di pagi hari! Senyuman ceria laksana sang mentari yang menyingsing! Sangat indah dan menawan bukan! Ya itulah ibarat dirinya wanita yang dengan nama melekat saja panggilannya. Memiliki rupa wajah anggun namun juga sederhana. Karena kesederhanaanya itulah ia adalah sosok yang dikagumi.

Saja! Ia salah satu mahasiswa universitas fakultas SI kedokteran di ibu kota besar salah satu provinsi di Indonesia!! Ia telah menempuh pendidikan selama beberapa tahun dan ia telah menjalani 6 semester sebentar lagi memasuki semester tujuh, lebih tepatnya tingkat akhir yang di mana merupakan puncak awal kelulusannya.

Hari ini ia pulang untuk melanjutkan penelitiannya sebagai syarat kelulusan yang tepat sudah ia rancang sebelumnya di kota kelahirannya sendiri. Bukan tanpa sebab memiliki tempat tinggalnya sendiri guna untuk bertemu orang tuanya sebab ia jarang pulang mengharuskannya jadwal perkuliahannya yang semakin padat. Mungkin jika di hitung dalam setahun hanya satu dua kali bertemu, karena ia harus mengejar makul yang padat dan juga tugas-tugas kuliahnya, di samping ini ia sedang mengejar skripsinya agar cepat tuntas, ia tak ingin berlama-lama, karena penelitian yang ia lakukan tempatnya di kota kelahirannya maka ia memiliki kesempatan untuk pulang. Dan lagian jarak tempat perkuliahannya dengan kota nya sendiri memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan dan itu sangat melelahkan.

Sudah sejak tadi ia di dalam mobil angkutan, terasa sesak dan gerah, di tambah lagi cuaca sangat cerah hingga membuat nya semakin panas. Bukan cuma itu saja tidak sendirian ia beberapa orang di dalam mobil itu. Mobil itu terus melaju, ia memilih memainkan hp nya untuk menghilangkan rasa penat. Tidak terasa waktu terus berjalan hingga menghampiri Sore hari, kini ia hanya berdua dengan pak sopir. Karena sejak tadi para tumpangan lainnya telah turun. Sesekali ia memejamkan matanya.

"Neng! sudah sampai!' ujar bapak itu setelah menghentikan mobilnya dan menoleh ke arah belakang. Refleks saja terbangun dan segera turun.

Wanita muda itu telah mengarungi turun dari sebuah mobil yang bertuliskan taksi mengeluarkan sebuah tas berisi pakaian! Sembari menyelipkan masuk sebuah ongkos, sambil tersenyum dan mengangguk ke arah pak sopir.

Senyum cerah nampak di wajahnya saat ia melangkahkan kakinya membawa tasnya di tangan! Saja nampak seperti wanita karir dengan balutan pakaian kemeja putih pucat dan celana panjang tak lupa pula penutup yang menutup auratnya sangat sempurna! Wanita idaman para kaum hawa. Sungguh wanita saja jika melihatnya akan mengagumi nya, bukan cuma kecantikannya namun dapat dilihat jika wanita itu wanita baik-baik dengan wajah teduh cerah.

Dengan langkah tegas sembari memejamkan matanya dan menghela nafasnya , hah! Helainya sangat panjang, tersenyum sangat nyaman dan hangat menghirup udara di kotanya yang sangat asri nan indah banyak tetumbuhan lebat yang tumbuh, dan itu melambangkan kota yang damai dan sejuk, sudah sangat lama ia merindukan kota kelahirannya ini. Bukan cuma itu, hatinya saat ini terasa bahagia ya sangat bahagia. Meski hanya kota kecil namun ini adalah tempat ternyaman baginya, di mana ia tumbuh besar dengan nama yang indah.

Di sisi lain di kota yang sama tempat kaki saja yang berpijak, sepasang insan paruh baya sedang duduk menikmati hidangan minuman dengan bahagia di teras rumahnya. Menyesap teh hangat dan juga ditemani kudapan ringan sangat cocok dengan cuaca dingin sangat mendukung di sore hari ini.

Rumah yang begitu asri dan sejuk dapat lihat pepohonan yang tumbuh hijaunya samping rumah dan juga rumput hijau segar di tanah, tumbuh tanpa malu-malu dan juga binatang kecil dengan sayap terbang ke mana-mana untuk menyesap saripati manis. Kedua orang tua itu bangkit dari kursi kayunya setelah menaruh cangkir teh nya di meja. Dan melangkah maju! Sepertinya ia melihat seseorang yang menuju ke arahnya dengan senyum ceria. Umi itu menatap suaminya begitu pun sang suami. Mereka sama-sama saling menatap meminta jawaban.

Sajadah sudah berada di lingkungan rumahnya, berpijak di atas rumput hijau yang tumbuh subur. 20 langkah ia melihat kedua orang terkasih nya, cintanya menatap penuh kebingungan dan tanya. Akhirnya sekian lama ia bisa pulang dan menatap kedua orang tuanya dengan sehat, hatinya merasa lega dan bahagia.

"Kejutan!"Teriaknya merentangkan sambil tersenyum saat sudah sampai di depan Abi uminya yang diam memperhatikan dirinya sedari tadi dengan bingung.

"Anak tidak sopan! Kamu mencari siapa" kesal umi itu menatap saja dari arah bawah hingga ke atas, ia menganggap nya tak sopan, pasalnya mereka sama sekali tak kenal tapi seperti akrab padanya dan sedikit berteriak padanya, begitu pikirnya.

"Assalamualaikum Abi umi!" Saja maju sedikit mengambil tangannya dan menyalami secara bergantian. Senyum cerah belum juga reda sembari menatap keduanya.

"Dari mana asal mu?" ujar uminya saat setelah saja menyudahi aktifitasnya barusan, umi itu menatap tak suka telah menganggu ketenangan nya, bahkan menyentuh tangan suaminya. Sangat jelas di matanya ia marah. Tak lupa juga ia merasa cemas tak wajar.

"Abi!!" cicit saja tampak cemberut! Apakah anak sendiri tidak ia kenali ya ampun apa yang terjadi dengan uminya. Dan apa itu asalnya, sudah jelas jika asalnya di tempat ini. Apakah uminya sedang Amnesia tapi sepertinya uminya baik-baik saja. Ia beralih ke arah sang Abi dan langsung melingkar kan kedua lengannya di pinggang sang Abi tanpa aba-aba, sebelum itu ia lebih dulu meletakkan tak nya yang terasa berat. Lalu bersembunyi di bawah dadanya sembari tersenyum menutup matanya. Sudah sangat lama ia tak memeluk cinta pertamanya rasanya mereka terpisah kan oleh jarak yang sangat jauh sekali, saja benar-benar melepaskan kerinduan nya yang bertalu-talu. Ia seakan kembali menjadi anak kecil yang merengek, sungguh malu dirinya namun menggemaskan. Ini kesempatan langkah sekian lama ia baru kembali merasakan pelukan hangat seorang ayah. Lebih tepatnya ia lah yang memaksa memeluk nya.

Panas!

Ya tiba-tiba udara terasa panas padahal ini Sore hari yang kelam dan juga udara di sekitarnya sangat sejuk. Tatapan istrinya yang dilayangkan padanya seperti tatapan membunuh, dahinya berkerut waspada. "Siapa dia Abi!" Tunjuk umi ke arah saja dengan mata merah karena marah! Namun sayangnya saja tak melihatnya sebab ia terlalu sibuk memeluk sang Abi. Begitu rindu nya ia dengan abinya, sehingga ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepaskan suamiku!" Bentaknya meraih tangan wanita yang berani memeluk suaminya hingga dengan enggan melepas Nya.

"Umi!".Abi Rahman harus mengatakan apa ia juga tidak tahu siapa wanita ini. "Nak tolong kamu pergi saja, jangan ganggu kami!"Sahutnya ia tidak ingin sang istri berpikir tidak-tidak! Karena memang ia tidak tahu anak ini siapa dan asalnya dari mana. Abi itu merasa asing

dengan wanita mudah di depannya namun sudahlah ia tak ingin berpikir keras takut nya sakit nya kumat.

Saja cemberut, dengan dahi berkerut, apakah mereka mengusir nya, apa maksudnya itu! bingungnya.

"Kenapa Abi! Apa wanita ini!" Mata wanita paruh baya itu sudah berembun ia mengira jika wanita ini anak suaminya dari wanita lain. Ia tidak dapat tidak berpikir jika wanita muda ini anak darinya, apakah itu selama ini sang suami diam-diam menikah! mungkin saja anak ini jika dibandingkan memang ada kemiripan dengan sang suami.

Saja menatap mereka secara bergantian tampak bingung. Apa-apaan mereka! Sepertinya ini akan seru jika sebuah drama tapi sayangnya jika ia tak melerainya mungkin saja akan berdosa besar! O tuhan ampunilah saja.

"Umi! Abi! Aku anakmu!" Ujarnya cepat melihat wajah sang ibu sudah berubah drastis, ia tak ingin terjadi apa-apa hanya karena sebuah kesalahpahaman! Bisa terjadi perang besar ini jika dibiarkan.

"Anak! Anak! Anakku tidak di sini," Bentaknya tak habis pikir anak tak tahu asalnya dari mana mengaku-ngaku sebagai anaknya, padahal anaknya di kota besar sedang menempuh pendidikan. Berani sekali wanita ini membohongi nya.

Saja nampak cemberut! "Kalian masa tidak mengenali anak sendiri!" Bisa-bisanya orang tua sendiri tidak mengenali putri nya, apa mereka tidak punya ikatan batin. kesal saja sudah dari tadi ia berdiri, kakinya seperti mati rasa, bukannya di suruh tapi malah diintrogasi lebih dulu! Kedua orang tua nya sudah seperti Intel saja. Sabar! Sabar hati. Saja berusaha agar tetap dan rileks, tidak baik menjadi tidak sabaran bisa cepat tua jadinya.

"Kamu saja!" Abinya bertanya kaget! Bagaimana mungkin. saja hanya mengangguk pelan.

"Tapi kamu kelihatan kurus!"Ujar wanita itu menatap dari bawah hingga ke atas! Sangat berbeda pikirnya. Nampak sedikit ragu pasal nya tubuhnya anaknya tidak seperti wanita ini, tubuh anaknya sedikit lebih berisi sedang wanita itu seperti tidak makan dalam seminggu. Apa mencoba menipu nya, lalu dengan mudah memeras nya. tapi jika dilihat dari penampilan nya, mana mungkin! ah sangat memusingkan.

"Karena saja bukan pergi ber-foya-foya! Saja belajar dan itu menguras otak,"balas nya cepat, ia melihat jika di mata mereka ada keraguan! Ya ampun benar-benar susah meyakinkan mereka apa perlu dilakukan tes DNA dulu supaya mereka percaya.

"Apa sudah selesai boleh saja masuk sekarang!"rengek nya, sekarang ia merasakan kakinya semakin sakit karena keram dan ia sedikit menekan-nekan menggunakan kaki satunya. Sambil menaikkan kedua sudut bibirnya dan menaikkan alisnya.

"Saja!!..umi sudah katakan kan! Saja lebih baik gak usah kuliah, sekarang kamu semakin kurus lebih baik langsung nikah saja.! Lihat Abi anak kita," Sahut uminya kecewa dan tak terima jika anaknya sekarang mengalami penurunan berat badan. Itu semua karena suaminya yang memperbolehkan saja kuliah. Umi terlihat sangat kecewa setelah sadar jika wanita di depannya itu benar-benar anak nya.

"Saja masuk nak! Cerita dalam aja," Abi tidak memperdulikan umi, ini tidak ingin masalah sepele seperti ini jadi besar dan ia telah melihat sang anak yang tampak lelah maka dari itu ia mengubah topik pembicaraan nya dan mengajak nya masuk.

"Bi Sanum!"panggilnya.

"Ia pak!" Seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun dia Bibi Sanum, sebagai salah satu orang yang membantu umi Afifah di rumahnya.

"Eh! nong saja pulang! Sini biar bibi bawa," ujar bibi ramah baru tiba,lalu segera mengambil tas pakaian milik nona kecilnya.

"Ia bi! Sejak tadi! Tapi kelamaan sebab diajak berantem dulu. He...he...he!"ujarnya diselingi tawa. Abi dan bibi geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat saja sedang umi sudah lebih dulu masuk.

Bersambung....

Eps. 2

Pov sajadah

Aku sajadah!!!!merupakan mahasiswa di salah di ibu kota besar! Dan merupakan mahasiswa semester 6 dan menuju semester 7 tidak lama lagi aku sudah dipastikan akan keluar dari universitas doakan saja semoga semuanya berjalan lancar tanpa ada rintangan yang sulit.

Siti Sajadah khumairah kerap di sapa saja oleh keluarga maupun saja. Saya terlahir dari pasangan seorang wanita bernama umi Afifah nur dan Abi Abd. Rahman. Hidup ku terlalu sempurna di antara mereka kasih sayang dan cinta keduanya aku dapatkan tetap lah meski saya telah beranjak dewasa! Tak lupa pula rasa syukur ku selalu aku haturkan pada Rabb ku, yang maha esa maha segalanya memberikan ku keluarga yang cukup harmonis untukku. Aku merupakan mahasiswa kedokteran salah satu university negara' Indonesia yang tak perlu di sebutkan di mana.

Aku telah pulang ke kampung halaman ku bukan tak lain mengejar salah satu syarat kelulusan ku, yaitu sebuah penelitian. Sengaja aku mengambil kotaku (kota kecil) sebagai tempat penelitian ku sebab kerinduan pada Abi umi ku. Sudah beberapa bulan aku tak pulang mungkin cukup setahun, sebab pelajaran kuliah yang mengharuskan. Dan yah aku merindukan seseorang! Seseorang yang berada di hatiku. Maaf aku bukan wanita suci sesempurna menurut orang-orangnya! aku masih banyak kekurangan. Meski diriku memakai hijab, tapi aku masih saja memiliki kekasih! Aku pun tahu hal itu dosa besar! Tapi kami telah sepakat dan berjanji dan hanya akan menjadi diantara kita tidak ada lain! Dia kekasih penjelma hatiku! Telah sepakat menjanjikan pernikahan setelah kelulusan ku beberapa bulan! Tapi aku belum memberitahukan orangtuaku! Tapi aku yakin mereka menyetujuinya, karena cinta dan kasih sayang mereka luar biasa! Aku tahu itu. Aku percaya semuanya akan baik-baik saja! tentu saja.

Tadi! Saat aku tiba di rumah tempat aku di besarkan. Rasanya ingin langsung memeluk Abi umi tapi mereka menatap ku dengan linglung dan ternyata problem nya mereka tak mengenali ku hanya karena alasan berat badanku yang turun drastis, hampir saja umi ku salah paham pada Abi! Dan pastinya umi berpikir jika aku anak Abi! Memang ia aku anak Abi! Tapi masalahnya anak Abi dengan wanita lain! He...he...he. ada-ada saja umi ku memikirkan hal yang tak mungkin, biasalah wanita memang seperti itu termasuk diriku.

Dan mengenai Berat badanku berkurang karena ini berkaitan dengan kuliah ku jadi jangan mikir aneh-aneh yah! Tapi aku merasa baik baik saja! Semua ini akan menjadi cerita indah di masa depan nanti.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Umi! Nikahnya bisa nanti! Saja ingin mengejar cita-cita dulu." Kata saja setelah duduk di sofa keluarga! Mana ada nikah! Untuk saat ini tak ada nikah-nikah. Tujuan saat ini itu pendidikan! Nikahnya nanti bila sukses tapi kalau sudah jodoh mau diapakan lagi itu Takdir! Tapi keinginan nya tidak untuk saat ini ingin kuliah nya selesai dulu, meski selesai pun ia tak kepikiran untuk nikah, ingin bekerja terlebih dahulu. Memikirkan hal menikah saja sudah membuat raut wajahnya berubah apalagi jika itu adalah kenyataan.

"Apa bagusnya! Dulu umi itu langsung nikah aja!"ujarnya ia tampak mempengaruhi sang anak. Sebagai seorang ibu masa depan cerah untuk anak memang segalanya tapi jika seperti ini ia tak terima, kesehatan jauh lebih penting. Ia tampak acuh tak acuh. Sedari dulu ia memang tidak setuju saja kuliah tapi karena tekad dan dukungan dari suaminya ia merelakan anaknya kuliah.

"Itu beda lah umi! Beda umi beda saja," kekeh nya selingi tawa diikuti oleh abinya.

"Ini semua karena Abi! Lihat anak kita tubuhnya semakin kecil, dan tidak bisa di beritahu" cemberutnya tak terima! Anaknya ini memang sedikit keras kepala jika itu urusan pendidikan, tak akan bisa diganggu gugat. Ia menatap sang Abi berharap pembelaan keadilan tapi sayangnya Abi Rahman tak bisa berbuat apa-apa. Abi tak bisa mengatakan apapun selain menghela nafasnya, sangat berat memang menjadi kepala keluarga, kedua wanita itu sangat berarti baginya.

"Kok kalian jadi gini sih kalau begini mending saja gak usah pulang!" Ujarnya tampak cemberut, bukan nya pulang saling melepas rindu tapi nyatanya hanya karena perubahan bentuk tubuhnya! jadi dipermasalahkan! Apa masalahnya itu kan bukan penyakit, perubahan bentuk fisik itu hal yang wajar.

"Jangan begitu nak! Abi merindukan mu kamu sudah lama tidak pulang dipikir-pikir udah setahun," Sang Abi tampak sendu melihat anaknya, ia memang sudah sangat lama merindukan putri nya meski sering melakukan komunikasi lewat hp. Tapi masih saja tetap rindu.

"Iya! Maafin umi yah!"ujar uminya merasa bersalah harusnya ia memberinya kasih sayang tapi malah menceramahi nya dan meributkan hal kecil! Menurutnya ini hal besar tapi ya sudahlah demi keamanan keluarga. Umi Afifah mendekati anaknya lalu menyatukan tangannya sembari mengelus nya. Saja tersenyum hangat pada uminya. begitu kan adem rasanya.

"Hem ia Abi! Umi" Saja banyak tugas, dan tidak punya banyak waktu! Ini saja, saja pulang karena urusan kuliah. Coba tidak pasti saja pulang nya saat selesai nanti. Ia tersenyum lembut ke arah Abi untuk menghangatkan perasaan nya.

"Insya Allah," Abi memperingatkan dengan balas tersenyum kecil.

"Ia bi insyaallah," saja tampak menggemaskan, meski ia telah dewasa tapi bagaimanapun ia anak perempuan satu-satunya, baginya saja masih putri kecil. Saja tersenyum saat sang Abi mengelus rambutnya.

Mengangguk! Tidak terasa mereka telah mengobrol hingga beberapa jam tanpa mereka sadari, pasalnya sudah jam 18.15.

"Pak makanannya sudah siap," bibi sanum datang memberitahu jika makam malam nya telah disiapkan.

"Astaghfirullah Al-adzim! Sahut Abi, cepat beranjak dari duduknya dan berhasil mengagetkan mereka semua. Yang lebih parahnya bibi hampir saja hilang keseimbangan.

"Ada apa pak! Ujar bibi tampak benar-benar syok memegang dadanya yang berdetak kencang, baru kali ini ia mendengar suara Abi kelewatan besar, apakah pak rahim akan marah padanya namun untungnya bukan.

"Lupa shalat magrib nya, umi!" kata Abi melihat umi dan beralih ke arah bibi " maaf bi, bapak tadi hilang kendali!" ujarnya

"Astaghfirullah Al-adzim! Iya Abi umi juga kok bisa yah kita lupa"umi juga ikut bangkit mengikuti sang Abi yang sudah lebih dulu pergi.

"Kirain apa, ya udah kita shalat berjamaah aja"saja ikut bangkit.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mungkin kelamaan tadi diinterogasi dan ini juga cerita dari tadi sampai-sampai sholat pun di lupa. Tawa saja saat sudah di meja makan.

"Ayo makan!"saja segera mengambil dan meletakkan nasi dan Beberapa lauk pauk di piring nya karena sudah sejak tadi ia menahan lapar,. sebab ia hanya makan siang saat pulang dan mampir di warung sebentar untuk mengisi perut nya.

Makan malam mereka berjalan dengan damai!

"Makan yang banyak nak!" Ucap uminya sambil menambahkan beberapa lauk pauk ke piring nya.

"Saja udah kenyang umi"Ucapnya sambil memegangi perutnya yang terasa membuncit karena isi makanan sedari tadi.

"Habisin! Jangan mubasir" Rasanya perut sudah tak ingin di isi tapi melihat makanan di piring yang baru saja di beri oleh uminya, mau tak mau ia kembali memakannya. Terpaksa mengunyahnya dan menelan nya dengan keras. Saja merasa sangat bersyukur punya orang tua yang sangat sayang dan perhatian itu belum tentu orang lain dapatkan. Ia sangat mensyukuri hal itu, semoga aja selamanya kasih sayang ini hingga akhir waktu.

Saja sudah di kamar nya, ia berniat menghubungi seseorang namun ia urungkan, jadi ia meletakkan hp nya di nakas.

"Besok saja" gumamnya lalu menarik selimutnya.

Eps. 3

Pagi hari aku bangun lebih awal membantu bibi menyiapkan sarapan pagi, kulihat bibi sangat bersemangat pagi ini, bibi sedang sibuk menanak nasi. "Aku bantu yah bibi" sahutku saat sudah di sampingnya seraya mengambil beberapa sayuran lalu aku cuci di wastafel sebelum di potong-potong, supaya kebersihannya tetap terjaga.

"Gak usah neng" Sahut bibi, bisa dilihat kalau bibi merasa tak enak padaku! Pasalnya aku kerap kali membantunya jika berada di rumah! Mungkin itulah sebabnya. Aku hanya menerka-nerka nya.

"Eh gak apa! Sini bi!" Aku mengambil kembali sayuran yang diambil bibi sebelumnya dari tangan ku. "Wanita kan harus terbiasa urusan dapur masa dilarang," Ujar ku berceloteh dengan kedua tangan sigap memotong-motong sayuran tadi, antusias sembari menuang sayuran kangkung dan lainnya ke dalam air mendidih yang barusan aku patri untuk di kerjakan.

"Tidak salah kan saling membantu dalam urusan dapur, lagian seorang wanita itu harus pandai dalam memasak makanan dan itu wajib! Dan aku juga sudah rindu masakan rumah" Celoteh ku panjang lebar yang membuat sang bibi hanya mengangguk-angguk dari tadi sambil mengerjakan pekerjaan lainnya seperti membenarkan dan juga tak lupa tersenyum kecil. Memang benar kan jika seorang wanita harus pintar dalam urusan dapur bukan! Bukan cuma dalam menata karirnya. Tapi persoalan leher adalah jauh lebih utama.

"Eh ia non! Nanti kan kamu akan dipinang anaknya orang! Bibi sudah tidak sabar!" Sahut bibi! Tanpa menoleh padaku! Ia sepertinya sengaja menggoda ku, menjawab apa yang aku utarakan bahkan aku dapat rasakan jika bibi sedang menunggu-nunggu hari itu sambil tersenyum.

"Eh apaan sih bi! No! Belum waktunya lah mikir itu,"Aku merasa sedikit kesal pada bibi, ingin rasanya aku mencubit bibir nakal Nya yang cerewet mengoceh ku. Tapi sudahlah aku sendiri kan yang memulai nya. Mana mungkin aku memarahinya, yang ada aku kualat karena durhaka.

"Ih siapa taulah! Jodoh kan tidak perlu menunggu" Mengingat hal menikah aku belum terlalu memikirkannya aku dulu ingin fokus pada pendidikan ku! Ya aku akui memiliki kekasih tapi aku tidak terlalu terburu-buru untuk menikah! Sebab menurut ku menikah itu tidaklah mudah harus siap batin dan mental! Namun jika sudah jodoh! Yah mau bagaimana lagi. Ah sudahlah kenapa aku memikirkan menikah! Ini karena bibi sih batinku.

"Hem bibi ada-ada aja! Saja itu mau kuliah dulu! Setelah lulus pun saja ingin kerja dulu lah! Masa langsung nikah! Kan gak afdol!" Gak rela rasa nya aku.

"Ia deh terserah kamu aja! Yang penting bahagia!" Begitulah bibi sanum dan aku terlihat sangat akrab, aku sudah menganggap bibi sebagai keluarga sendiri senang rasanya aku bukan seperti tuan dan pelayan. Aku sudah menganggap bibi sanum sebagai bibiku sendiri.

"Lagi ngomongin apa sih asyik banget!"Tiba-tiba seseorang mengagetkan kami tak lain umi ku datang secara tiba-tiba lalu mendekat ke arah kami tepatnya mengambil air minum

"Nggak ada kok umi! aku mengedipkan mata ke bibi takut nya bibi mengatakan apa yang kami bicarakan barusan.

"Nggak ada Kok Bu! He..he..he." aku menghela nafas ku, bibi mengerti juga maksudku untung saja. Aku takutlah membahasnya barusan lagian umi juga sama dengan bibi berharap aku segera menikah.

"Selesai deh" aku segera mematikan kompor dan mengangkat sayuran bening itu.

"Wah!" Sangat harum hasil buatan ku rasanya menggugah selera, tak sabar aku memakannya.

"Non hebat!"unjuk jempol bibi padaku dengan bangga.

"I am indeed great but dear aunt is much greater" kataku tersenyum dengan sok Inggris, biarlah sekali-kali. Ingin rasanya aku. tertawa melihat bibi tampak bingung, dan refleks sembarangan menggaruk. " Non artinya apa?" tanya bibi penasaran.

"Bibi cantik banget" ujar ku berhasil membuat bibi tersipu malu, tapi kan bukan itu artinya, ah sudahlah yang penting bibi senang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sore hari ini, rumah saja sepi sekali, umi pergi ke tempat biasa sebuah rumah pengajian sedang abinya juga pergi kesebuah pertemuan pengurus mesjid sebab abinya merupakan bagian dari pengurus mesjid Dan sekarang saja sendiri sebab bibi sanum juga tadi siang izin ada urusan. Ia bingung harus ngapain di rumah, karena merasa bosan hanya memainkan laptopnya di sofa, ia lalu menutup dan menyimpannya. Saja lalu menarik tasnya dan pergi.

Beberapa saat tibalah ia di depan sebuah bangunan sebuah tempat makan restoran yang cukup ramai pengunjung. Ia baru saja tiba dengan angkutan ojek online yang ia pesan tadi, cukup membutuhkan waktu sekitar 10 menit menuju tempat ini. Sebenarnya ia memiliki mobil keluarga di rumah nya yang bisa ia pakai jika ingin pergi hanya saja menurut nya terlalu ribet jika harus ada kemacetan, lagian ini juga tidak terlalu jauh. Dan yang paling penting ia belum belajar cara mengemudi.

Dapat dilihat jika sudah ramai pengunjung bukan tidak mungkin sebab lokasi yang strategis dan cukup memungkinkan apalagi di samping jalan raya yang banyak lalu lalang orang-orang dengan tegas ia melangkahkan kakinya masuk.

"Permisi Mbah mas kai Nya ada?" Tanya nya sopan pada kasir wanita saat sudah berada di dalam sembari matanya sibuk menatap sekeliling tak ada yang berubah sama sekali hanya saja resto ini semakin ramai dari sebelumnya.

"Kai siapa ya Mbah!"tampak kasir itu bingung dan memikirkan sesuatu ia bingung kai siapa pasalnya tak ada karyawan yang bernama kai.

"Maaf Mbah sebelumnya maksud saya mas Adnan kai" ia baru ingat jika hanya beberapa orang saja yang memanggil pria itu dengan nama akhirannya termasuk dirinya, pantas saja karyawan ini bingung dan tidak mengenali.

"Oo! Saya kira siapa?" Kasir itu menjawab dengan ramah dengan senyuman. Sudah sepatutnya seperti itu sebab karyawan atau pegawai memang harus seperti itu pada setiap tamu.

"Maaf mbah! Kalau boleh tau pak Adnan siapa nya Mbah?" tanya penasaran sebab baru kali ini ada wanita yang mencari bosnya selain keluarga bosnya sendiri yang ini baru ia lihat.

"Hem saya!"ia bingung harus menjawab apa kekasih kah! Atau teman saja. bingung harus bilang apa sebab hubungan mereka memang dirahasiakan hanya saja pria dan satu lagi teman wanitanya dia Elis yang tahu hubungan nya.

"Ada apa yah cari saya!" Seorang pria yang tak lain bernama Adnan kai menuju pada wanita yang telah mencari nya. Tadi ia sedang berbicara di pojok dengan seorang pelayan pria dan tak sengaja mendengar namanya di sebut DNA sekarang ia sudah berada 5 langkah dari belakangnya.

"Mas!" Saja berbalik dan melihat siapa pria itu ia terlihat sangat senang begitu pun pria itu ia jauh lebih senang, kekasihnya datang mengunjunginya.

"Saja!"

Saja mengangguk dan menghampirinya

"Sejak Kapang kamu pulang! Kenapa tidak mengabari mas saat kemari." Mereka telah mengambil tempat dan duduk di sebuah kursi.

"Kemarin! Maaf mas! Tapi saja tadi menelpon kok! Tapi gak diangkat!"Ucap saja, sebelum berangkat ke sini ia memang sempat menghubungi pria ini tapi tidak diangkat.

"Masa ia sih!" Pria itu merogoh kanton celananya dan mengeluarkan sebuah benda pipih panjang.

"Ia! Maaf hp mas tadi di silent lupa!" Ucapnya melihat panggilan telepon saja yang banyak saking banyaknya tidak bisa dihitung.

"Kenapa mas" bingung saja pria ini menatapnya tak lazim bahkan memandangi nya dari bawah hingga ke atas! Apa yang sedang dipikirkannya.

"Saja kamu baik-baik aja kan!"pria itu tampak khawatir melihat nya, tentu saja ia khawatir melihat perubahan bentuk fisik saja, dari tadi ia menatap saja seperti untuk memastikan jika wanita ini benar-benar kehilangan berat nya, mungkin karena sakit pikirnya.

"Ia mas! Sehat kok, malah sehat banget! Emang ada yang salah" bingung nya melihat wajah pria itu tetap sama.

"Oo! Pasti mas mikir karena aku sedikit kurus yah! Biasalah mas itu wajar!" Ujarnya meyakinkan saat ia ingat pasti masalah itu, memikirkan hal itu saja terkekeh kecil.

"Syukurlah kalau begitu" mas Adnan kai tampak lega jika saja bukan kurus karena sakit melainkan hal lain.

Siapa wanita itu....

kenapa begitu terlihat akrab pada bos-nya! apakah kekasihnya! tapi mana mungkin pak Adnan mau sama wanita kampungan sepertinya! pikirnya seperti itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!