NovelToon NovelToon

HOT DETECTIVE & PRINCESS BAR-BAR

Pengenalan Tokoh

Sinopsis

"Ahhh ... Arghh ..."

"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."

BRAKK!

Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.

"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.

PENGENALAN TOKOH👇

...MARIAM ANGGARA...

...GARRA AVALON...

...LANGIT ZENDAYA...

...FOSTER ANGGARA...

...MINA FORESTA...

...MATTHEW REX...

...IREN FORESTA...

...ALDO...

Bab 1

Mariam Anggara, 24 tahun, pengangguran kaya. Memiliki hobi jalan-jalan, menghambur-hamburkan uang dan keluyuran. Dia adalah sosok gadis yang terkenal bar-bar dan sedikit nakal, tapi paling tidak suka melihat penindasan. Terutama anak muda yang hobi menindas orangtua. Atau sebaliknya.

Sama dengan kakaknya Foster, Mariam tidak suka mengambil alih bisnis keluarga. Ia memang pernah belajar bisnis, tapi cepat bosan. Sekarang motto hidupnya adalah 'kejar Garra sampai dapat'.

Garra Avalon, 28 tahun. Salah satu detektif hebat di sebuah kantor kepolisian besar dalam kota. Berasal dari keluarga konglomerat yang memiliki rumah sakit besar di beberapa kota. Meski keluarganya ingin dia menjadi dokter dan mengambil alih rumah sakit keluarga, Garra malah memilih menjadi detektif.

Dari SMP Garra sudah bermimpi untuk menangkap orang-orang jahat. Mamanya terbunuh oleh penjahat kejam, dan hal itu membuat Garra berjanji akan menjadi salah satu orang yang bisa menangkap semua orang jahat.

Papa Garra menikah lagi dan ia punya satu adik tiri laki-laki yang masih kecil. Hubungan Garra dan ibu tirinya tidak begitu baik, oleh sebab itu Garra lebih memilih tinggal sendiri.

Hidup Garra cenderung datar, ia tumbuh menjadi seorang pria dingin dan jarang bergaul. Ia selalu sibuk bekerja. Tapi kemunculan Mariam dalam hidupnya seolah memberi warna. Namun pria itu tidak mengakui kalau dirinya memiliki perasaan lebih pada Mariam. Itu sebabnya Garra cenderung menghindar kalau gadis itu datang menemuinya.

Sementara itu, dalam apartemen temannya, mata Mariam tak pernah lepas dari hape. Ia sedang menunggu balasan pesan dari Garra. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai dengan tidak sabaran. Dasar laki-laki sok jual mahal sih Garra itu. Dia dicuekin terus.

Memangnya dia kurang apa coba? Semuanya sudah ada. Tapi masih saja belum cukup membuat pria itu puas. Mariam jadi kesal sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur jatuh hati.

"Riam, kamu kenapa sih? Kok dari tadi kayak cacing kepanasan begitu?" sahabat Mariam, sih ibu satu anak itu menatap Mariam dengan wajah heran. Ia sedang menyusui bayinya tapi terganggu oleh tingkah Mariam.

"Pria itu nggak bales-bales pesanku."

"Pria itu siapa?"

"Itu, laki-laki yang sok jual mahal. Dia menolak saat aku bilang ingin jadi pacarnya. Katakan, apa aku kurang cantik? Kurang seksi? Kurang lucu? Bagaimana menurutmu? Aku heran jaman sekarang masih ada laki-laki yang tidak menyukai gadis menyenangkan sepertiku. Huh!" kata Mariam sambil mengibaskan rambutnya ke belakang penuh percaya diri.

Perkataannya sukses membuat wanita yang tengah menyusui tersebut ternganga. Namanya Narita. Dia tercengang dengan kepercayaan diri Mariam yang sangat tinggi.

Narita tahu sifat Mariam memang sudah begitu sejak ia mengenalnya. Tapi tetap saja ia masih tidak berhenti-berhenti takjub.

"Kamu punya segalanya Mariam. Tapi menurutku aku tahu kenapa pria yang kau incar itu menolak pacaran denganmu."

Mariam mengangkat kepalanya menatap Narita.

"Kenapa?" tanyanya antusias.

"Kau mau jawaban jujur atau bohong?"

"Tentu saja jujur."

"Kalau aku jadi laki-laki itu, seperti ini penilaianku." Mariam mendengar dengan saksama.

"Menurutku kau sedikit gila, heboh dan bar-bar. Hanya satu persen dari seratus persen laki-laki di dunia ini yang akan menyukai tipe wanita sepertimu. Mungkin laki-laki itu tidak termasuk dalam satu persen itu. Jadi kamu menyerah saja." perkataan Narita jelaslah membuat Mariam kesal. Bukan itu jawaban yang ingin dia dengar.

"Aku nggak peduli. Laki-laki yang sudah jadi incaranku, akan ku kejar sampai dapat. Belum tentu dia nggak menyukaiku." katanya. Narita terkekeh.

"Padahal banyak laki-laki diluar sana yang mengejarmu. Kenapa tidak pilih salah satu dari mereka saja kalau ingin pacaran."

"Nggak, mereka semua berbeda dengan pria idamanku ini. Aku sudah mengaguminya dari kecil. Dan aku langsung tahu dia adalah jodohku waktu kami bertemu lagi."

Narita tertawa. Ia jadi penasaran seperti apa laki-laki yang dikejar Mariam sampai sebegitunya.

"Terserah kau saja."

Ssrtt ... srrttt ...

Pandangan Mariam cepat-cepat beralih begitu hapenya bergetar. Ia melihat ada pesan yang masuk. Dari Garra.

"Lihat, dia membalas pesanku!" serunya senang. Mariam membuka cepat pesan suara dari Garra.

"Aku sedang sibuk, jangan menggangguku dulu."

Hanya itu saja. Pesan dari Garra hanya satu kalimat yang mengatakan jangan mengganggunya dulu. Narita yang ikut mendengar pesan suara tersebut tak bisa menahan tawa. Sedang Mariam berubah jengkel. Garra nyebelin. Liat nanti, Mariam akan bikin pria itu tergila-gila padanya.

"Jangan tertawa Nari!" kesalnya.

                                    ***

"Ouch ... Yes ..."

"Ahhh ... Arghh ...

"Ya di situ, lebih cepat ... sshh ..."

BRAKK!

Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu melek dan langsung terduduk di lantai. Ia mengucek-ucek matanya.

"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.

"Nggak apa-apa deh kalo sama Garra, wkwk." gadis itu menutupi kedua tangannya. Mimpi bercinta dengan Garra memang menyenangkan sekali, ia jadi malu sendiri. Padahal itu hanya mimpi.

Ah, kira-kira pria itu sedang apa ya? Terakhir kali Mariam bertemu dengannya bulan lalu. Habis itu karena Garra lagi sibuk kerja di luar kota, Mariam gencar menghubungi lewat telpon, tapi telponnya tidak diangkat sama sekali. Di Wa pun tidak dibalas, kalau di balas katanya dia tidak mau di ganggu. Intinya Garra tidak mau bertemu Mariam.

"Kenapa?" Mariam terus bertanya-tanya. Tapi gadis itu tidak akan menyerah.

"Kau boleh menghindar, tapi aku akan terus menganggumu sampai kamu menyerah dan setuju menjadi pacarku. Hehe ..." ucap Mariam sambil tertawa lebar.

Plakk !!

Sebuah bantal melayang di kepalanya. Mariam kaget. Ia menatap kesal ke pintu kamar, mamanya berdiri sambil berkacak pinggang di sana.

"Mama, kok nimpuk aku sih? Kalau aku jadi bodoh memangnya mama mau tanggung jawab?" jengkelnya sembari mengusap-usap kepalanya yang sakit.

"Kamu habisin kemana saja uang kemaren? Ada laporan masuk ke mama. Astaga Mariam, tiga puluh juta sehari kamu habisin buat apa?!"

Oh, jadi mamanya kesal perkara uang toh. Mariam tersenyum santai.

"Tiga puluh juta doang, itu kan kecil buat mama. Lagian aku habisin juga untuk sesuatu yang berguna."

"Berguna apaan. Mama tahu uang itu  kamu pake buat foya-foya. Mama nggak mau tahu, pokoknya besok kamu kerja dikantor papa kamu. Mau jadi apa kamu kalau begini terus?"

"Mau jadi istri Garra aja." sambung Mariam cepat. Mamanya membuang napas kasar.

"Garra terus, Garra terus. Orangnya sampai sekarang nggak tertarik tuh sama kamu."

"Ih, mama nggak asyik ah. Suka julid sama putri sendiri." Mariam sengaja memasang tampang terlukanya.

"Gimana nggak julid coba kalau kamu selalu bikin emosi mama. Pokoknya kamu harus cari kerja, mau di kantor papa kamu atau tempat lain mama nggak peduli. Yang penting kamu kerja. Kalau nggak semua kartu kredit kamu mama blokir, titik!"

Bab 2

Karena tidak mau terus-terusan di omelin oleh sang mama, Mariam memilih jalan-jalan sendiri di mall. Memanjakan matanya dengan melihat barang-barang unik dan bermain.

"Hufftt .. Barang yang itu sangat bagus. Tapi terlalu mahal. Aku nggak bisa beli." ia berkata pada dirinya sendiri. Matanya melengak-lengok ke sembarang arah. Uangnya sudah habis, kartu kreditnya di sita mamanya selama tiga hari.

"Ah, main di Timezone aja." serunya. Mariam kemudian melangkahkan kakinya ke seberang, namun seseorang menabraknya dengan kecepatan tinggi.

"Aduhh! Siapa sih?!" makinya kesal. Pandangannya mengikuti orang yang terus berlari tersebut. Ada orang lain yang ia kejar dan satu lagi laki-laki tinggi besar berlari dibelakangnya. Seorang perempuan tua berlari kemudian, melewatinya.

Ada apa ya? Rasa kesal Mariam berubah jadi rasa penasaran. Apalagi suasana mall makin ramai. Aksi kejar-kejaran di depan sana terus berlangsung. Lalu Mariam melihat laki-laki berjaket hitam tersebut berhasil meringkus laki-laki lainnya. Sepertinya pencopet.

Pencopet itu melawan, terjadi perkelahian di sana tapi tidak lama. Karena orang yang di lawan sih pencopet tampaknya sangat pandai berkelahi. Dalam waktu singkat ia bisa membuat pencopet itu kewalahan.

Mariam berjalan sedikit mendekat, memasuki kerumunan. Ia mengernyitkan mata. Tampaknya ia kenal lelaki yang tengah membelakanginya itu.

"Garra? ternyata kekasih masa depanku! Ya ampun, gantengnya nambah deh." Mariam berseru heboh sampai-sampai beberapa orang di sebelahnya menatapnya aneh. Jelas gadis itu tidak peduli. Ia berjalan cepat mendekat ke Garra.

"Aldo, segera bawa dia ke kantor polisi!" perintah Garra habis memborgol tangan pencopet tersebut. Pria itu belum menyadari Mariam yang sedang berjalan ke arahnya.

"Baik bos." Aldo mengambil alih sih pencopet dan berbalik pergi dari situ. Sih pencopet berusaha kabur, tapi sayang sekali kurang beruntung. Aldo sangat kuat, tak kalah dari Garra.

Garra menunduk hendak mengambil tas wanita tua yang dibawa lari oleh pencopet tadi dan mengembalikan ke sih perempuan tua itu.

"Ini tas ibu." lelaki itu mengembalikan tas tersebut ke pemiliknya.

"Makasih banyak, aduh makasih banyak. Kamu sudah punya pacar belum?" wanita tua itu menatap Garra dengan wajah sumringah. Garra tidak menjawab pertanyaan tersebut, hanya tersenyum. Entah sudah berapa kali wanita-wanita seumuran ibu-ibu itu menanyakan pertanyaan yang sama padanya.

"Kalau belum ada pacar, ibu jodohin sama putri ibu mau nggak?" tuhkan benar. Kebanyakan ibu-ibu yang bertanya begitu, ujung-ujungnya mau jodohin dia sama putri mereka. Sudah biasa. Tiba-tiba seseorang menyerobot masuk menyentuhnya.

"Enak aja jodoh-jodohin, laki-laki ini punya aku asal ibu tahu!" Mariam berseru kuat, langsung menyusupkan tangannya ke lengan Garra.

Tentu saja Garra kaget dengan kemunculan tiba-tiba Mariam. Lebih dari sebulan tidak lihat gadis itu, wajahnya makin manis saja.

Apa yang kau pikirkan Garra.

Pria itu menggeleng cepat-cepat membuang pikirannya jauh-jauh. Tapi ia tidak melepaskan tangan Mariam yang masih setia memeluk lengannya. Alasan utamanya agar wanita tua di depan mereka cepat-cepat pergi.

Wanita tua itu terus menatap aneh Mariam. Melihatnya dari atas ke bawah, lalu berdecak.

"Ckckck, sayang sekali pria baik-baik dan keren seperti kamu berpacaran dengan perempuan kayak begini. Lihat gayanya, memangnya di rumah kamu kehabisan baju? Pake baju kok modelan begitu." ujar sih wanita tua menilai penampilan Mariam. Gadis itu memang hanya mengenakan kaos dipadukan dengan celana pendek yang menonjolkan paha indahnya. Tapi kan masih dalam batas yang wajar. Perempuan itu saja yang berlebihan.

"Dih, emang kalo orang sirik tuh apa aja yang kita pake dibilang salah. Ini fashion tahu, F-A-S-H-I-O-N."

"Emang anda nggak ikut perubahan jaman? Oops, sorry. Situ kan udah tua."

"Kamu, berani ngomong nggak sopan sama saya?" wanita paruh baya itu berkacak pinggang marah. Mariam membusungkan dada dan mengangkat dagu tinggi-tinggi menantangnya.

"Jangan mulai, Mariam." bisik Garra pelan di telinga gadis itu.

"Tapi ibu ini duluan." balas Mariam keberatan.

"Ayo pergi." Garra akhirnya menarik tangan gadis itu pergi dari sana, meninggalkan sih wanita tua. Iya yakin kalau mereka tidak segera pergi, akan ada perdebatan panjang antara dua perempuan berbeda generasi itu.

Mereka turun dari eskalator lantai tiga ke lantai dua. Di sana barulah Garra melepaskan genggamannya. Mariam tampak senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. Ia senang karena bisa bersentuhan dengan pria itu.

"Kok dilepas, jangan dong. Aku mau digenggam kayak tadi lagi." gadis itu meraih tangan Garra lagi namun kali ini pria itu melepaskannya.

"Aku harus pergi." kata pria itu. Ia hendak berbalik pergi begitu berhasil melepaskan diri dari Mariam. Namun dengan langkah cepat Mariam menarik pria itu sekuat tenaga masuk ke toilet wanita.

Garra tidak sempat melawan. Ketika sadar, mereka sudah berada di salah satu bilik dalam toilet wanita. Mariam mendorong tubuh Garra hingga pria itu menubruk dinding dibelakangnya dan menguncinya dengan kedua tangannya. Lebih seperti memeluk karena Garra jauh lebih besar darinya. Astaga, gadis ini bar-bar sekali.

"Mariam!" ucap Garra tertahan. Suaranya sengaja ia kecilkan karena takut ada orang dalam bilik yang lain. Bisa-bisa mereka berdua di grebek lagi. Mariam malah tersenyum, terus memepet Garra. Tangannya menyentuh wajah pria itu tanpa rasa malu.

Garra mengerang dalam hati. Posisi mereka terlalu dekat. Tubuh mereka bahkan sudah menempel. Dan Garra bisa merasakan payudara Mariam bersentuhan dengan dadanya. Ia berusaha mengontrol dirinya.

Bilik toilet ini terlalu kecil, membuat Garra merasa sesak. Ia mencoba mendorong Mariam agar bisa keluar dari situ, namun suara dari luar menghentikannya. Pandangannya turun ke Mariam, gadis itu tersenyum lebar. Dan sepersekian detik bibir mereka sudah menyatu.

Astaga ...

Garra kaget bukan main dengan serangan tiba-tiba Mariam. Ingin mendorong tapi tidak bisa. Ingin bersuara, tidak bisa juga. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah pasrah. Ia sudah terlalu sering menghindari gadis ini, tapi akhirnya tidak bisa kabur lagi.

"Mmmph ..." mulut Garra terbuka saat Mariam menggigit kecil bibirnya. Kesempatan itu Mariam pakai untuk memasukan lidahnya ke dalam rongga mulut Garra dan bermain di sana. Ya ampun gadis ini benar-benar.

Walau tidak membalas ciuman gadis itu, diam-diam Garra menikmati. Namun ia takut kalau dirinya membalas, Mariam akan menganggap pria itu sudah menerimanya jadi pacar.

Tidak, Garra belum siap. Ia takut Mariam akan berada dalam bahaya kalau bersamanya. Garra takut kehilangan lagi. Alasan utama kenapa dia menolak pacaran dengan Mariam sebenarnya adalah, karena trauma masa lalu akan kehilangan orang yang dia cintai. Ia takut kalau bersama Mariam, gadis itu akan meninggalkannya. Sama seperti mamanya dulu. Selain itu, Garra juga belum yakin kalau gadis ini sungguh-sungguh menyukainya atau hanya sekadar main-main.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!