NovelToon NovelToon

Sejuta Rasa Di Hati

Visual dan Prolog

Hallo reader yang budiman 😊,

Terima kasih banyak telah memilih novel yang berjudul Sejuta Rasa Di Hati untuk kamu baca. Semoga kamu menyukai novelku yang ini. Dukung novel ini dengan like, vote, hadiah dan sarannya ya 🙂. Kasih bintang lima ya 😊.

Happy reading 🤗.

Ini visual para tokoh di novel ini sesuai imajinasi diriku 😊.

Maryam Izzatunisa Pandjaitan

Edgar Valentino Middleton

Ibrahim Scott Kusuma

Bella Purnama Sari

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Aku tidak mengkhianati dirimu, Aa," ucap seorang wanita yang bernama Maryam Izzatunisa Pandjaitan dengan nada suara yang sendu.

Maryam nama panggilannya. Maryam adalah wanita muslimah yang sholeha. Memiliki wajah chubby yang menggemaskan, bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir yang ranum, kulit putih seputih susu, postur tubuh yang proporsional dan memiliki kepribadian yang sangat bagus. Selain memiliki kecantikan fisik dan innerbeauty, dia memiliki kepintaran di atas rata - rata sehingga dia mencapai cita - citanya sebagai seorang ahli teknologi informatika dan seorang ahli bisnis sehingga menjadi pembisnis handal dibidang software.

Banyak perusahaan di Inggris yang menggunakan software dari hasil ciptaan Maryam di bawah naungan perusahaan Pattinson Corporation. Kemampuannya dalam berbisnis tentu saja menurun dari ayahnya. Keahliannya dalam menyerap ilmu dunia bisnis dan informatika, membuat dirinya menjadi salah satu mahasiswa yang lulus dengan predikat suma cumlaude dari Universitas Cambridge. Namun dibalik kesuksesan, selain cerdas Maryam juga mengarungi dunia pendidikannya dengan kegigihan untuk mencapai cita - citanya.

Maryam merupakan anak tunggal dari pasangan suami - istri yang bernama Rogen Binsar Pandjaitan dan Irene Serafina Herdian. Dia berkewarganegaraan Indonesia walaupun lahir dan besar di kota London. Kedua orangtuanya meninggal dunia ketika dia lulus sekolah dasar. Setelah kedua orangtuanya meninggal, dia diurus oleh salah satu saudara satu ibu yang bernama Muhammad Amstrong Pattinson.

Berdasarkan cerita saudaranya itu, Maryam dilahirkan ketika ibunya berumur lima puluh empat tahun. Ibunya mengandung dan melahirkan dirinya tanpa intervensi tambahan dari pihak medis. Sebuah anugerah yang tak terduga. Saat kelahiran dirinya, kedua orangtuanya dan semua saudara - saudaranya sangat senang hingga semua orang sangat menyayangi dirinya.

Walaupun dia kehilangan cinta dan kasih sayang dari kedua orangtuanya setelah dia lulus sekolah dasar, dia masih memiliki cinta dan rasa kasih sayang dari saudara - saudaranya. Dia datang ke Indonesia karena wasiat dan keinginan dari ayah dan ibunya, yaitu mengurusi salah satu perusahaan milik ayahnya yang berada di Indonesia dan menikah dengan salah satu cucu sahabat ibunya.

Dia mau menuruti keinginan ibunya untuk menikah dengan salah satu cucu sahabatnya. Beberapa hari setelah dia pulang ke Indonesia, dia akan dikhitbah dan dinikahi oleh seorang pemuda yang bernama Ibrahim Scott Herawan. Dengan ikhlas dia menerima perjodohan itu. Sebelum dia pulang ke Indonesia, mereka sudah tukar foto dan saling berkomunikasi sehingga mereka memiliki rasa saling suka, tapi mereka belum mengungkapkannya.

Pria itu merupakan seorang blasteran Amerika Serikat dan Indonesia. Dia merupakan seorang CEO di perusahaan The IR Contruksi And Design. Dia adalah seorang ahli tehnik sipil dan pembisnis sehingga perusahaan The IR Contruksi And Design berkembang pesat dan membuka cabang lagi di beberapa negara maju, seperti di Amerika Serikat dan Emirat Arab. Dia adalah alumni dari ITB jurusan Tehnik Sipil dan alumni dari UNPAD jurusan manajemen bisnis.

"Kamu tidak usah membantahnya, wanita ja la ng!!!" bentak Ibrahim sambil berkacak pinggang.

Retaknya hati Maryam mendengar ucapan Ibrahim terhadap dirinya. Dadanya sesak seakan nafasnya berhenti seketika setelah melihat langsung amarah Ibrahim. Asanya direnggut oleh keadaan yang telah menjebaknya ke sebuah peristiwa yang sangat tidak terpuji. Tak terasa air matanya meluncur dari pelupuk mata.

"Hiks ... hiks ... hiks ... sumpah, aku tidak pernah mengkhianatimu hiks ... hiks ... hiks ...," lirih Maryam.

"Sudah kubilang jangan membantahnya lagi!!!Dengan kepalaku sendiri, aku lihat kamu tidur berdua dengan pria lain tanpa pakaian!! Sebaiknya pernikahan kita dibatalkan!! Aku tidak mau menikah dengan wanita mu rah an sepertimu!!! Dan jangan ketemu lagi denganku!! Aku sudah jijik lihat kamu!! Dasar wanita mu rah an!!!" ucap Ibrahim yang membuat luka hati di hatinya Maryam bertambah.

"Hiks ... hiks ... hiks .... Aa, dengarkan penjelasanku dulu, hiks ... hiks ... hiks ...," ucap Maryam sedih sambil menangis.

"Hari ini aku akan segera mengurus pembatalan pernikahan kita!! Tidak perlu penjelasan lagi!!! Hapus air mata buayamu!!! Sudah cukup sandiwara kamu di hadapanku, wanita mu rah an!!! Aku sudah muak sama kamu!!!"

Sedetik kemudian Ibrahim berbalik badan, berjalan cepat menuju pintu kamar dengan membawa rasa marah dan kecewa terhadap Maryam. Berjalan melewati pintu kamar yang terbuka. Sedangkan Maryam menangis menderu-deru sambil menundukkan kepalanya. Tanda disadari Maryam, datang seorang wanita yang bernama Bella dan merupakan asisten pribadi Maryam.

Bella menutup pintu kamar ketika dirinya sudah masuk ke dalam kamar. Kemudian menghentikan langkah kakinya ketika berada di sebelah kanan tempat tidur. Menurunkan badannya hingga berjongkok di samping kanannya Maryam. Maryam menoleh ke Bella dengan wajah yang sangat basah. Bella menyeka air matanya Maryam dengan lembut.

"Huhuhu ... Kak Bella, tolong tinggalkan aku sendiri huhuhu ...," pinta Maryam di dalam tangisnya yang bisa menghentikan kegiatannya.

"Kamu harus yang sabar menghadapi cobaan ini, Nona," ucap Bella lembut.

"Huhuhu ... iya Kak huhuhu ...."

Tak lama kemudian Bella beranjak berdiri. Membelokkan badannya mengarah ke pintu kamar. Berjalan menuju pintu kamar. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya hingga pintu terbuka. Bella keluar dari dalam kamar, lalu menutup pintu kamar itu. Maryam menghela nafas panjang dan menghembuskan nafas secara perlahan untuk mengusir rasa sedih di dalam hatinya sampai dirinya tenang dan tidak menangis lagi. Dia menyeka air mata yang masih berlinang di kedua matanya.

Maryam mengedarkan pandangannya mencari pakaiannya. Dia melihat setelan gamis dan pakaian dalamnya yang tergeletak di atas lantai. Dia melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Beranjak berdiri sambil meringis menahan rasa sakit di area inti tubuhnya. Tak sengaja dia melihat bercak noda darah di atas seprai. Maryam memejamkan matanya sambil menarik nafas, lalu menghembuskannya secara perlahan supaya dia tidak menangis lagi.

Maryam membuka matanya, lalu berjalan ke pakaiannya. Membuka lilitan selimutnya, lalu mengambil pakaiannya, lalu memakainya satu persatu sehingga tubuhnya dibalut dengan setelan baju gamis. Pintu kamar mandi terbuka sehingga memperlihatkan sosok pria ganteng yang bernama Edgar Valentino Middleton. Maryam menatap tajam ke Edgar. Maryam tidak akan pernah melupakan sebuah peristiwa yang telah mempertemukan dia dengan Edgar untuk pertama kalinya.

Empat bulan yang lalu, awal mereka bertemu ketika kabur dari kepungan para preman di pinggiran kota London. Waktu itu Gemuruh langit malam yang dihiasi dengan kilatan petir dan awan mendung. Gelegar bunyi Guntur terdengar saling bersahutan. Kilatan cahaya petir mendahului sang guruh, seakan berusaha memberi tanda pada penghuni pinggiran kota London agar berlindung.

Milyaran kubik air hujan membasahi tanah dikala malam telah larut dan udara terasa begitu dingin. Suhu saat ini menyentuh angka tujuh derajat celsius. Sudah pasti gemertak gigi yang akan terdengar saat tubuh menggigil kedinginan. Tapi hawa dingin itu tak berlaku bagi Maryam. Maryam dengan setelan gamis merah maroon yang basah kuyup sedang berlari kencang. Menebus jutaan buliran air hujan. Melintasi jalanan sepi di malam hari. Kabur dari kepungan para preman.

Dia tak peduli dengan hawa dingin yang menembus ke setiap sum-sum tulangnya. Wajah cantiknya pucat pasi. Ada beberapa luka lebam terlihat di wajahnya dan disekitar tubuhnya yang mungil dan luka goresan pisau lipat di punggung telapak tangan kirinya. Sudut bibirnya berdarah, membuat miris siapa pun yang melihatnya. Hembusan nafasnya yang menderu menghasilkan embun saat beradu dengan dinginnya air hujan. Bahunya naik turun karena rasa lelah dan sakit di sekujur tubuhnya.

Maryam bahkan tak peduli dengan dua telapak kakinya yang lecet karena berlari menyisir jalanan aspal tanpa memakai alas kaki. Tak ada seorang pun yang bisa menolong Agni, karena malam itu suasana pinggiran kota London sangat sepi. Maryam terus berlari dan berlari dengan sekuat tenaga. Maryam menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan. Karena fokus melihat ke belakang, Maryam tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil sedan yang sedang melaju dari arah kiri jalanan. Maryam menyeberang tanpa waspada.

Titinnnnn!!!

Bunyi klakson dari sebuah mobil sedan terdengar memekakkan telinganya Maryam. Sorot dari lampu mobil itu membuat matanya Maryam silau. Seketika Maryam menghentikan langkah kakinya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Seketika pengemudi mobil sedan itu ngerem mendadak karena kaget melihat Maryam yang berdiri di tengah jalan raya.

Cittt!!!

Decitan keras suara ban mobil sehingga membuat mobil itu berhenti mendadak. Jantungnya Maryam berdebar sangat hebat, dia akan mati tertabrak mobil. Maryam berdoa di dalam hati agar nyawanya selamat. Jika dia meninggal sekarang, dia tidak bisa melaksanakan wasiat dari ayah dan ibunya dan tak akan pernah bertemu dengan calon suaminya secara langsung.

"Are you Ok?" tanya pengemudi mobil itu sambil keluar dari mobil.

Pengemudi mobil yang tak lain adalah Edgar. Dengan lekas Edgar berjalan mendekati Maryam tanpa mempedulikan pintu mobilnya yang terbuka. Edgar tidak peduli dengan air hujan yang langsung membuat pakaiannya basah kuyup. Mencari tahu kondisi orang yang hampir saja menjadi korban tabrakan mobilnya. Jantungnya Maryam masih berdebar kencang karena takut dan panik setelah mendengar suara seseorang. Maryam membuka dua telapak tangannya. Dia melihat seorang pria yang sedang berjalan cepat menghampiri dirinya. Dia waspada diri karena dihampiri oleh Edgar.

"Don't run, I'm not a bad person. What's wrong with you?" teriak Edgar ketika melihat Maryam hendak melangkah mundur.

Edgar menghentikan langkah kakinya di hadapan Maryam yang tidak jadi menghindar dari pria itu. Sorot lampu dari mobil itu menyorot tepat di tubuhnya Maryam. Bibirnya bergetar karena rasa dingin dan sakit. Edgar merasakan gelayar lembut di relung hatinya ketika melihat wajah cantiknya Maryam yang babak belur. Edgar mengerutkan keningnya karena merasa heran melihat seorang wanita muslimah yang penuh luka di wilayah pinggiran kota London.

Maryam menatap intens ke Edgar yang memiliki rahang muka yang tegas, rambut pirang, alis mata yang tebal dan hidung mancung. Maryam melihat ada sorot mata yang mengisyaratkan kebaikan dari dua bola mata berwarna hijau milik Edgar. Maryam juga merasakan hawa kebaikan yang terpancar dari jiwanya Edgar sehingga dia tidak perlu was-was berada di dekat Edgar.

"I'm surrounded by criminals. Please take me away from here."

Terima Kasih Sudah Menolongku

"Ok," ucap Edgar dengan senang hati.

Sedetik kemudian Edgar mengulurkan tangan kanannya ke Maryam untuk memberikan pertolongan. Namun, Maryam tidak menanggapi uluran tangan kanannya Edgar. Maryam malah berjalan tertatih-tatih menuju mobilnya Edgar. Edgar tidak mengambil pusing dengan sikap Maryam yang seperti itu. Edgar membalikkan badannya, lalu melanjutkan langkah kakinya. Berjalan mengikuti langkah kakinya Maryam.

Edgar membuka pintu mobil penumpang bagian depan dengan sopan. Maryam tersenyum sopan ke Edgar ketika berada di depan pintu mobil itu sehingga membuat tempo detakan jantungnya Edgar bertambah cepat. Edgar menutup pintu mobil itu dengan sopan. Lalu berlari kecil menuju bagian pengemudi ketika Maryam sedang memasang sabuk pengaman. Masuk ke dalam mobil, lalu menutup pintu mobil itu.

"Where are you going?" tanya Edgar lembut sambil menoleh ke Maryam.

"Bishops Avenue Hampstead, London North," jawab Maryam sambil menoleh ke Edgar.

"Ok."

Edgar mengunci semua pintu mobil sambil merasakan debaran di hatinya. Edgar memasang sabuk pengaman, lalu mengambil headset nirkabel yang berada di laci dekat setir. Memakai headset, lalu menyentuh tombol yang bisa menonaktifkan rem tangan mobil itu. Melajukan mobilnya dengan pelan. Melewati padang rumput yang luas. Sekilas Edgar mencuri pandang ke Maryam yang sedang melihat pemandangan di luar jendela sambil beristighfar di dalam hati.

Kringgg ... bunyi dering dari smartphone milik Edgar. Edgar menyentuh ikon di headset sebelah kanan. Menyentuh ikon hijau di layar smartphone miliknya untuk menjawab panggilan telepon itu tanpa mengambil smartphone miliknya yang berada di atas dashboard mobilnya. Sekilas Edgar menoleh ke Maryam yang sedang menatapnya sehingga Edgar sempat tidak menggubris panggilan telepon itu. Maryam langsung mengalihkan pandangannya setelah seperkian detik mereka saling bertatapan.

"Assalamu'alaikum Bro," sapa seorang pria yang mengalihkan Edgar dari Maryam.

"Wa'alaikumsalam Bang Njar," ucap Edgar yang membuat Maryam terkejut.

"Bagaimana kabar elu Tong?"

"Alhamdulillah baik, elu gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik. Elu lagi di mana?"

"Lagi di jalan."

"Ya udah dech, elu fokus aja nyetir. Nanti gw telepon lagi."

"Nggak apa-apa, nyantai aja. Elu lagi ngapain?"

"Lagi nungguin adzan subuh, eh gw keingatan elu. Romannya, elu di sana rajin nggak sholatnya?"

"Alhamdulillah rajin, keep Istiqomah."

"Alhamdulillah, elu lagi ngapain?"

"Lagi nolongin cewek cantik yang kabur dari kepungan para penjahat."

"Widihhh, jadi jagoan dong lu," ledek Njar.

"Iya, jagoan neon," ucap Edgar bercanda.

"Haha ... bisa aja lu. Jangan macam-macam lu sama cewek," ledek Njar.

"Gw kagak macam-macam, palingan dua macam," ucap Edgar bercanda.

"Bisa aja lu. By the way, siapa yang elu tolong."

"Gw kagak tahu namanya."

"Lah gimana ceritanya, nolongin orang kagak tahu namanya."

"Pan kita belum kenalan."

"Tumben lu kagak kenalan, pan biasanya kalau elu ketemu cewek cantik langsung kenalan."

"Ini cewek spesial, dia pake gamis dan jilbab panjang. Gw sungkan kenalan."

"Lah, emangnya di sana ada cewek modelan kayak gitu?"

"Ada Bang, emangnya cuma ada di Dubai dan di Indonesia."

"Tuch orang, orang Arab?"

"Bukan, kayaknya orang Cina."

"Eh Ed, udah dulu yak, udah adzan, gw mau ke masjid dulu. Kapan-kapan mainlah ke Indonesia, nanti kita sholat berjamaah lagi, kayak waktu di Dubai."

"Next time gw ke Indonesia."

"Ok, gw tunggu ya."

"Iya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Tiba-tiba sambungan panggilan telepon itu terputus. Edgar melirik Maryam yang sedang termenung dan goresan sabetan pisau di punggung telapak tangan kanannya Maryam. Akhirnya Edgar mengalihkan kendaraannya ke rumah pribadinya yang letaknya antara kota London dan kota Luton. Maryam langsung menoleh ke Edgar ketika Edgar membelokkan mobilnya ke kiri jalanan.

"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Maryam tegas yang membuat Edgar kaget.

"Kamu tenang aja, aku hanya ingin mengobati lukamu. Aku akan membawa kamu ke rumahku. Kamu bisa menggunakan bahasa Indonesia?" ucap Edgar sambil menyetir.

"Aku orang Indonesia. Tolong putar balik," ucap Maryam tegas sambil menatap Edgar tajam.

"Ok," ucap Edgar, lalu dia memutar balik mobilnya.

Hening kembali menyelimuti mereka. Maryam mengalihkan pandangannya ke pemandangan yang berada di luar. Sekilas Edgar menoleh ke Maryam yang sedang asyik menikmati pemandangan. Edgar mengalihkan pandangannya ke depan. Selama perjalanan Maryam beristighfar. Mobil berhenti ketika lampu merah nyala di perempatan jalan.

"Kamu tinggal sama siapa di sini?" tanya Edgar lembut sambil menoleh ke Maryam.

"Sama Kakakku," jawab Maryam sambil menoleh ke Edgar.

"Orang tua kamu tinggal di Indonesia?"

"Mereka sudah meninggal."

"Maaf. Kamu lagi kuliah di sini?"

"Aku sudah lulus kuliah. Lampu merahnya sudah diganti sama lampu hijau."

"Kamu nggak usah kaku begitu sama aku, santai aja," ucap Edgar sambil melajukan mobilnya. "By the way, kenapa kamu terluka dan dikepung sama para penjahat?"

Maryam menatap tajam ke Edgar untuk melihat kepribadian Edgar, lalu berujar, "Mobilku mogok, tiba-tiba ada sebuah mobil menghampiri diriku yang sedang memeriksa mesin mobilku. Dan aku langsung dipeluk dari belakang. Aku berontak dengan menyikut benda pusaka orang itu sehingga orang itu melepaskan diriku. Seketika beberapa orang menyerangku, lalu aku tangkis sehingga mereka terkapar. Ketika aku hendak mau mengambil hp ku, salah satu dari mereka sadar sambil menjulurkan pisau lipat ke aku. Dia menyerangku, lalu aku tangkis. Tapi dalam perkelahian itu, aku terluka. Dia terjatuh lagi. Aku ambil hp ku, lalu berlari menghindari mereka dan mencari pertolongan."

"Terus kamu sudah menelepon kakak kamu?"

"Daya baterai hp ku mati."

"Ya udah, kamu pakai aja hp ku."

"Nggak perlu, nanti juga mereka tahu."

"Memangnya kamu dari mana?"

"Dari kota Luton."

"Aku juga dari kota Luton. Kamu ikut kajian di Masjid Ghuroba?"

"Iya. Kok kamu tahu?"

"Aku kan juga ikut kajian itu."

"Kamu muslim?"

"Iya aku muslim. Aku menjadi mualaf ketika masih bekerja di Dubai. Di sana aku bertemu sama orang Indonesia yang bernama Zakarsih. Dia lebih senang jika dipanggil Njar. Pertemanan kami semakin erat sehingga dia menjadi sahabat aku. Dia yang mengajarkan aku bahasa Indonesia sehingga aku lancar menggunakan bahasa Indonesia. Aku merasakan damai ketika melihat dia dan para muslim yang sholat berjamaah di masjid dan ketika setiap mendengar suara adzan. Setelah sembilan tahu kerja di Dubai, aku membaca dua kalimat syahadat. Satu tahun sudah menjadi mualaf, kontrak kerja kami di Dubai sudah habis. Zarkasih pulang ke Indonesia, sedangkan aku pulang ke Inggris. Baru tiga bulan aku pulang. Beberapa hari pulang dari Dubai, aku membeli rumah di wilayah pinggiran kota London. Perbatasan dengan kota Luton. Kenapa kamu tidak menginap di sana?"

"Awalnya aku berencana menginap di hotel, tapi besok pagi ada acara kajian di rumah kakakku. Aku mau membantu kakakku untuk menyiapkan acara itu. Sebenarnya kakakku melarangku untuk membantunya, karena malam ini aku ikut acara kajian di masjid Ghuroba, mereka malah menyuruhku menginap di hotel aja."

"Seharusnya kamu ikuti ucapan mereka untuk menginap di hotel, di kota Luton kan sudah ada hotel syariah. Mau aku panggilkan bengkel langgananku untuk menderek dan memperbaiki mobil kamu?"

"Nggak usah, nanti biar Kakak aku aja yang mengurusnya."

"Oh ya, aku belum tahu nama kamu, nama kamu siapa?"

"Maryam Izzatunisa Pandjaitan, panggil Maryam aja. Nama kamu siapa?"

"Edgar Valentino Middleton."

"Kamu keturunan bangsa Italy ya?"

"Kok kamu bisa tahu," ucap Edgar kaget.

"Kan nama kamu ada Valentino," ucap Maryam santai.

"Oh iya, ibuku orang Italy, ayahku orang Inggris. Kalau almarhum orang tua kamu asli orang Indonesia?"

"Papiku keturunan Chinese Indonesia, sedangkan Ummiku keturunan Belgia Indonesia."

"Pantesan wajah kamu mirip orang China. Kamu pernah ke Belgia?"

"Pernah, waktu aku masih kecil."

"Kita sudah sampai di Bishops Avenue Hampstead."

"Lurus aja, lima ratus meter dari sini, rumahku sudah sampai. Rumahku ada di sisi kiri jalan."

"Kalau rumah almarhum orang tuamu di mana?

"Kensington. Tapi sekarang rumahnya lagi dikontraki."

"Kita sudah sampai," ucap Edgar sambil menghentikan mobilnya.

"Terima kasih sudah menolongku," ucap Maryam sambil melepaskan sabuk pengaman.

Perjodohan Itu

"Kamu mau ngapain?" tanya Edgar bingung ketika melihat Maryam membuka sabuk pengaman.

"Aku mau masuk ke dalam."

"Aku akan mengantarkanmu sampai masuk ke dalam rumah," ucap Edgar tegas sambil melihat wajahnya Maryam yang gelisah.

"Ta —."

"Tidak ada tapi-tapian. Ini keadaan darurat, pasti kakak kamu memakluminya. Lagipula sebentar lagi pintu gerbang terbuka secara otomatis."

Sedetik kemudian pintu gerbang rumah itu terbuka. Mau tak mau Maryam memperbolehkan Edgar mengantar dirinya sampai masuk ke dalam rumah. Mobil yang dikemudikan oleh Edgar masuk ke dalam pekarangan rumah yang sangat luas. Pintu gerbang itu otomatis tertutup ketika mobilnya Edgar sudah masuk ke dalam. Edgar melajukan mobilnya dengan pelan. Edgar menghentikan mobilnya ketika berada di depan teras sebuah mansion yang memiliki gaya klasik modern.

Edgar mematikan mesin mobilnya. Edgar membuka kunci semua pintu mobilnya. Edgar membuka sabuk pengaman ketika Maryam membuka salah satu pintu mobil milik Edgar. Sedetik kemudian, pintu utama mansion terbuka dan Edgar membuka pintu mobil bagian pengemudi, lalu berlari kecil menghampiri Maryam. Maryam menundukkan kepalanya ketika kakaknya yang bernama Armstrong berada di ambang pintu.

Tak lama kemudian berjalan menghampiri dirinya dan juga Edgar. Edgar terkejut melihat kakaknya Maryam yang sama sekali tidak mirip dengan Maryam. Armstrong yang memiliki wajah bule tulen dengan tubuh yang tinggi menjulang dan tegap walaupun usianya sudah tua. Edgar menoleh ke Maryam yang sedang menundukkan kepalanya. Edgar mengalihkan pandangannya ke depan. Armstrong berhenti di depan mereka.

"Assalamu'alaikum," salam Maryam, lalu Maryam menyalim tangan kanannya Armstrong.

"Wa'alaikumsalam," balas Armstrong sambil menurunkan tangan kanannya. "Apa yang telah terjadi padamu?" tanya Armstrong khawatir sambil melihat beberapa luka di wajahnya Maryam.

"Maafkan aku Kak," ucap Maryam pelan.

"Kamu siapa?" tanya Armstrong lugas sambil menoleh ke Edgar.

"Assalamu'alaikum, perkenalkan nama saya Edgar," ucap Edgar sopan sambil mengulurkan tangan kanannya ke Armstrong.

"Wa'alaikumsalam. Armstrong. Kamu siapanya Maryam?" ucap Armstrong sambil membalas uluran tangan kanannya Edgar, lalu mereka berjabat tangan.

"Saya yang menolong Maryam," ucap Edgar sambil melepaskan telapak tangan kanannya dari genggaman Armstrong.

"Apakah itu benar?" tanya Armstrong sambil menurunkan tangan kanannya.

"Iya Kak. Tadi mobilku mogok setelah aku pulang dari kajian di masjid Ghuroba. Ketika aku lagi ngecek mesin, tiba-tiba ada seseorang yang menyergap ku dari belakang. Aku berontak dengan menyikut area sensitifnya sehingga pelukannya terlepas. Terus ada beberapa orang yang mengepung aku dan aku diserang oleh mereka. Setelah mereka terkapar, aku berlari untuk mencari pertolongan sehingga aku menemukan Edgar, Kak."

"Ya Allah, apa yang telah terjadi padamu, Sayang," ucap seorang wanita paruh baya yang masih cantik sambil berjalan cepat menghampiri mereka.

"Kak Sofia," ucap Maryam pelan ketika Sofia menghentikan langkah kakinya di depan Maryam.

"Ya ampun, kenapa wajah kamu luka-luka, ayo masuk! Kakak akan mengobati lukamu," ucap Sofia khawatir sambil menarik tangan kanannya Maryam.

"Maryam, kamu masuk ke dalam rumah sama Kak Sofia. Kakak mau ngobrol sebentar dengan Edgar."

"Baik Kak."

Tak lama kemudian, Maryam dan Sofia melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion dengan tempo yang lumayan cepat. Melewati pintu utama yang terbuka lebar. Berjalan melewati lobby mansion, lalu langkah kaki mereka berbelok ke sisi kiri. Menyusuri lorong kamar yang berada di lantai satu hingga langkah kaki mereka berhenti di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong.

"Kamu duduk dulu, Kak Sofia mau ambil obat-obatan," ucap Sofia sambil melepaskan pergelangan tangan kanannya Maryam.

"Iya Kak," ucap Maryam sambil berjalan pelan ke sofa panjang.

"Pria tadi siapa?" tanya Sofia sambil berjalan menuju kotak P3K.

"Edgar Kak," ucap Maryam sambil menduduki tubuhnya di sofa panjang.

"Edgar Valentino Middleton?" tanya Sofia sambil membuka kotak P3K.

"Iya Kak, Kakak kok tahu nama lengkapnya?"

"Dia itu sepupu Kakak, pantesan tadi Kakak sempat berfikir kalau orang itu adalah Edgar Valentino Middleton, tapi Kakak ragu karena sudah lama banget kami tidak bertemu lagi. Terakhir ketemu, waktu dia masih kecil," ucap Sofia sambil mencari obat luka lebam.

"Apa yang telah terjadi dengan kamu Maryam?" tanya seorang wanita paruh baya yang berwajah Arab bule sambil berjalan menghampiri Maryam.

"Aku dikepung dan diserang oleh para penjahat, Kak Sarah."

"Kamu lawan mereka?"

"Iya Kak Sarah."

"Good job," ucap Sarah sambil menduduki tubuhnya di samping kanannya Maryam.

"Mana luka-luka kamu," ucap Sofia sambil menduduki tubuhnya di sebelah kirinya Maryam.

"Di wajahnya ada beberapa luka Sofia," ucap Sarah.

"Iya Kak Sarah," ucap Sofia sambil membuka tutup wadah tisu antiseptik.

"Kamu diantar sama siapa?" tanya Sarah.

"Sama Edgar, dia yang menolongku," ucap Maryam sambil merasakan perih di wajahnya.

"Dia ikut berkelahi juga?" tanya Sofia sambil membalurkan obat salep di luka lebam milik Maryam.

"Enggak Kak Sofia, dia hanya membawa aku pergi dari tempat kejadian," ucap Maryam sambil merasakan sakit di wajah dan punggung telapak tangan kanannya.

"Kamu tahu siapa mereka?" tanya Sarah sambil merapikan obat-obatan.

"Aku tidak tahu Kak Sarah," jawab Maryam sambil menoleh ke Sofia.

"Kamu masih ingat wajah mereka?" tanya Sofia sambil merapikan obat-obatan.

"Masih Kak Sofia" jawab Maryam sambil menoleh ke Sarah.

"Kakak akan mengusut peristiwa itu," ucap Armstrong lugas sambil berjalan menghampiri mereka.

"Itu harus Sayang," samber Sarah sambil beranjak berdiri, lalu berjalan menghampiri Armstrong.

"Aku harus menangkap mereka," ucap Armstrong sambil menghentikan langkah kakinya. "Menurut Kakak, Edgar ada hubungannya dengan peristiwa itu," lanjut Armstrong sambil memeluk pinggangnya Sarah dengan erat.

"Bisa jadi Sayang," celetuk Sarah sambil membalas pelukan Armstrong.

"Kalian jangan asal menuduh," ucap Sofia setelah menaruh obat-obatan di dalam kotak P3K sambil berjalan menghampiri Armstrong.

"Dia kan anaknya Maxwell Middleton, mungkin dia ingin balas dendam karena ayahnya dipenjara," ucap Armstrong sambil menoleh ke Sofia yang sedang berjalan menghampiri dirinya.

"Dia nggak ada hubungannya dengan pamanku itu. Sejak kecil dia tinggal sama ibunya di Milan. Pamanku bercerai dengan ibunya Edgar sejak Edgar berusia lima tahun. Aku sangat yakin, tidak ada hubungannya peristiwa itu dengan Edgar."

"Sebaiknya kita serahkan peristiwa ini ke pihak berwajib Kakak," ucap Maryam ketika Sofia berhenti di sebelah kanannya Armstrong.

"Aku setuju dengan Maryam Sayang," ucap Sofia lembut.

"Oh ya Sayang, kamu tahu dia anaknya Max dari siapa?" ucap Sarah lembut.

"Dari dia sendiri," ucap Armstrong sambil merangkul pinggang rampingnya Sofia.

"Aku harus menemuinya," ucap Sofia sambil melepaskan rangkulan Armstrong dari pinggangnya.

"Dia sudah pulang Sayang," ucap Armstrong lembut, lalu mencium pipi kirinya Sofia yang membuat Sofia senang.

"Kakak tidak menyuruhnya masuk ke dalam rumah?" tanya Maryam ketika Armstrong merangkul pinggang rampingnya Sofia.

"Dia tidak mau," ucap Armstrong setelah mencium pipi kanannya Sarah. "Oh ya, kamu tidak boleh terlalu lama ngobrol dan dekat-dekat sama Edgar, karena kamu sudah punya calon suami," lanjut Armstrong sambil menoleh ke Maryam.

"Iya Kak. Aku juga tahu batasannya. Aku janji, hari ini terakhir kami bertemu Kak," ucap Maryam yakin yang masih menoleh ke Armstrong.

"Kamu sudah tahu bahwa dia menyukaimu?"

"Sudah Kak. Aku tahu dari tatapan dia ke aku."

"Kamu yakin Edgar menyukai Maryam? Mana mungkin dia suka sama Maryam. Setahu aku, dia menyukai cewek-cewek yang terbuka, seiman dengannya dan glamor. Aku kan suka lihat status dan story akun sosial medianya," ucap Sofia.

"Dia sudah mualaf Sayang satu tahun yang lalu," ucap Armstrong lembut sambil menoleh ke Sofia.

"Alhamdulillah. Aku akan membantunya mempelajari tentang Agama Islam dan supaya dia Istiqomah," ujar Sofia bersemangat.

"Aku tidak akan mengizinkannya. Masih ada ustadz yang mampu membimbingnya," ucap Armstrong tegas.

"Ih kamu, masa cemburu sama sepupuku."

"Wajar aku cemburu, karena dia bukan mahrammu Sayang."

"Kak, aku ke kamar dulu," ucap Maryam sambil beranjak berdiri dari sofa.

"Iya," ucap Armstrong.

"Maryam, kamu sudah yakin ingin melanjutkan perjodohan itu?" tanya Sofia.

"Iya, aku sudah sangat yakin menerima perjodohan itu," ucap Maryam sambil menoleh ke Sofia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!