Seorang gadis berusia 17 tahun kelas 12 adalah anak yang susah diatur, walau ia terlahir sebagai perempuan namun jangan ditanya tingkah lakunya, ia lebih sering memanjat dari pada bersolek seperti yang dilakukan gadis pada umumnya.
Gadis itu bernama Sinta Aurelia, tak tanggung-tanggung jika malam hari ia akan menaiki motor besarnya untuk trek-trekan bersama genknya.
Untuk prestasi jangan ditanya, Sinta selalu membolos sekolah dan bikin kegaduhan dikelas, orang tuanya mengira Sinta melakukan itu karena pergaulannya atau cari perhatian saja karena kesibukan kedua orang tua Sinta di dunia bisnis.
Hingga akhirnya mereka memindahkan sekolah Sinta ke Semarang atas ide papa bagus papa kandung Sinta, begitu mendengar rencana kepindahannya gadis itu marah karena ia tidak setuju pindah meninggalkan kehidupannya dijakarta, terutama teman-teman genk motornya.
"Sinta, kami sudah jenuh dan bosan mendengar cerita wali kelasmu karena ke kenakalanmu. Kami sudah memutuskan untuk memindahkanmu ke Semarang." Geram ayah Sinta.
Mata Sinta terbelalak dan secepatnya gadis itu mengeleng, tanda penolakannya
"Pokoknya Sinta gak mau pindah, kalau mama papa mau pindah ke semarang silahkan saja, aku lebih baik tinggal disini sendiri." Acam Sinta yang menolak pindah.
"Sinta, kamu mau disini sama siapa?? sedangkan mama papa pindah karena disana papa mau ada rencana buka cabang butik mama disana sayang." ucap mama nya memberikan nasehat dan rayuan kepada putrinya supaya ia tidak menolak pindah.
"Kalau kamu gak ikut kami terpaksa papa akan buang motor kamu itu, mang dirman sini..." papa Bagus berteriak memanggil tukang kebun dirumahnya.
"Papa mau apa...?" Sinta mengerutkan alisnya dan mengekori ayahnya sampai depan halaman rumah.
"Mang dirman tolong ambil bensin, dan bakar motor sinta " titah Bagus pada tukang kebun dirumah itu
"Lho...lho tuan kenapa dibakar, sayang motornya mending buat mamang saja, biar nanti mamang jual " ucap mang dirman.
"Papa jangan dibakar motor Sinta please." rengek anaknya yang memohon kepada ayahnya untuk tidak melakukan pembakaran pada motornya.
Papa Sinta membola matanya dan mulai memberi kode kepada pembantunya itu, papanya mengedipkan matanya ke mang dirman, yang akhirnya ia paham maksud majikannya
"Baiklah tuan, nanti saya ambil kan bensinnya dulu ya..??" jawab mang darman yang bergegas ke gudang untuk mencari bensin sesuai perintah dari putera, papa kandung Sinta.
"Papa....jangan dibakar motor sinta, itu banyak kenangannya papa." Teriak sinta histeris setelah tau motornya hendak dibakar papanya.
"Kenangan apa mhh?? kenangan ugal-ugalan bareng teman nakalmu yang lain itu ya...?" ucap papanya sewot.
"Ini tuan bensinnya..." mang darman menyerahkan bensin ke hadapan majikannya.
"Siram sekarang mang, setelah itu bakar." Titah papanya penuh ketegasan.
Mang dirman mengangguk patuh dan akan menyiramkan bensin pada motornya, namun Sinta berteriak nyaring.
"Jangan di bakar mang." seru Sinta pada tukang kebunnya dengan ekspresi gusarnya.
"Bakar mang, jangan dengarkan Sinta." putera kembali bersuara lebih keras dari anaknya dengan memberi perintah kembali.
Mang Dirman bingung dan ia mengarukan tengkuknya yang tidak gatal itu, pandangan pria tua itu bergantian menatap pertengkaran antara ayah dan anak yang kian santer.
"No pa please jangan dibakar donk..." Sinta sudah berlutut dikaki papanya dan menangis. Yang akhirnya Sinta menyerah dan melembutkan hatinya untuk bisa menggagalkan rencana papanya untuk membakar motor miliknya.
"Kamu mau ikut pilih pindah tapi motor kamu bawa, atau kamu tetap dijakarta tetapi motor akan papa bakar jadi abu...??' celetuk putera yang memberikan pilihan, sekaligus ultimatum pada puterinya
"Koq gitu sih pa..." celoteh Sinta merasa gak terima
"Ya sudah kalo begitu, siap-siap ya motor kamu akan jadi abu...papa hitung 1....2....ti..."
"Oke...oke papa menang...aku ikut keputusan papa." jawab sinta mengalah.
Papanya pun mematikan korek yang hendak diarahkan pada motor sinta yang sudah tersiram bensin, sinta bernafas dengan lega, ia pun mengelap motornya yang terkena bensin itu dengan wajah cemberut.
"Dasar sukanya main ngancam anaknya heeh" geram Sinta lirih yang tidak terdengar oleh papanya.
Dibelakang Sinta baik papa, mama dan mang Dirman saing bertoss ria karena telah berhasil membuat anak gadisnya menuruti keinginan papanya pindah ke semarang.
Malam ini adalah malam terakhir Sinta dan keluarganya tinggal dijakarta, karena besok mereka sudah terbang ke semarang.
Paginya mereka telah berada dibandara dan siap terbang, rumah mereka dijakarta masih diurus pelayan mereka, karena rencananya memang kedua orang tua Sinta ingin membuka cabang butiknya disemarang dan sudah membeli rumah dikawasan elite.
Besar keinginan mereka Sinta akan menjadi gadis yang tidak nakal lagi, yang suka berbuat onar dikelasnya, kadang hampir tiap Minggu orang tua Sinta selalu di panggil oleh wali kelas sinta hanya karena kenakalan anak itu dikelas yang membuat orang tuanya pusing 7 keliling.
Tepat pukul jam 11 malam, Sinta mengendap keluar rumah lewat jendela. Disana ia akan mencari kekasihnya Revan yang usianya diatas Sinta 1 tahun.
Revan telah menjadi pacar Sinta sejak 1 tahun yang lalu. Pria itu kini baru merayakan kelulusannya.
Sinta pun mendatangi pacarnya di rumahnya, terdengar alunan musik yang cukup kencang dan memekakan telinga.
Ternyata rumah Revan sedang diadakannya pesta, Terlihat semua teman Revan yang Sinta kenali sedang teler alias mabuk karena terlalu banyak minum.
Sinta mencium bau alkohol yang begitu menyengat, ia berusaha mencari sosok kekasihnya diantara banyaknya kakak kelasnya yang sedang menari.
"Maaf kak mau tanya. Kakak lihat kak Revan tidak?" Tanya Sinta dengan mengeraskan suaranya karena suara musik yang begitu kencang.
"Tidak tau Sinta, kalian tahu Revan gak?" Tanya balik salah satu teman Revan yang kenal Sinta, pada teman yang berada di sampingnya.
"Gue gak tau." Sambil mengedikkan bahunya.
"Oh begitu ya, ya udah Sinta cari dulu ya?"
"Tunggu tadi sepertinya gue liat pacar Lo sedang berada dikamar, tapi gak tau tuh dari tadi belum balik lagi. Mungkin dia tepat." jawab teman Revan yang sempat melihat keberadaan temannya tadi.
"Oke baik kak, thanks infonya."
Sinta tak ingin membuang kesempatan ia menaiki anak tangga dan mencari letak kamar milik kekasihnya.
Baru saja mencapai daun pintu itulah Sinta mendengar suara erangan dan des4h4an yang begitu mengganggu pendengarannya.
Seakan tak peduli apa yang dilakukan oleh kedua orang di dalam kamar itu, nyatanya Sinta tertarik karena suara itu terdengar familiar olehnya.
Karena hanya ingin memastikan akhirnya Sinta dengan terpaksa membuka pintu yang ternyata tidak terkunci dari dalam.
Matanya terbelalak hebat melihat Andre sedang berada diatas tubuh gadis yang nyatanya Sinta kenal perempuan itu.
"kak Revan ....." seru Sinta dengan lengkingan suaranya yang cukup membuat keduanya yang sedang asik bergumul terkejut.
Suara lengkingan Sinta membuat pergerakan Revan terhenti, ia menatap Sinta yang telah berada di kamarnya.
Jangan ditanya hari Sinta tercabik melihat tontonan dewasa yang seharusnya tidak ia lihat, bahkan Sinta memalingkan wajahnya melihat tubuh polos keduanya.
"Sinta, ini tidak seperti yang kamu sangka....." kilah Revan dan telah mencabut simbol kelakiannya.
Revan juga telah mengambil celana boxernya, ia mendekati Sinta yang malah memundurkan langkahnya. Namun tatapan Sinta menatap tajam Revan dan temannya sendiri yang tadi terdengar manja melengkuh saat kekasihnya sedang diatasnya.
"Tidak usah berdalih, gue sudah melihat semuanya kak. Kamu begitu menikmatinya."
"Tapi sayang aku digoda oleh teman kamu ini." Dalihnya yang seakan rasanya Sinta ingin menampar bahkan muak melihatnya.
"Cukup kak, padahal tadinya gue kesini ingin curhat dan bersama Lo, tapi sepertinya sia-sia kedatangan gue."
Sinta menitikan air matanya, ia pun sempat menatap nyalang pada teman dekatnya.
"Lo kejam banget dah nusuk gue, ambil sana pacar gue."
"Sinta tunggu......" Revan berusaha mengejar Sinta, dan gadis itu sempat menoleh pada Revan saat pria itu memegang bahunya.
Kak, kita putus."
Satu kata dan ucapan yang membuat Revan akhirnya kelimpungan, ia berusaha mengejar Sinta namun kondisinya tak memungkinkan untuk keluar dengan tubuh polosnya.
"kak....."
"Keluar Lo, gue dah gak mood main sama Lo lagi." Titah Revan.
"tapi kak...!!"
"Gue bilang keluar!!" Teriak Revan.
Akhirnya gadis yang dulu sempat akrab dengan Sinta itu memilih keluar dari kamar Revan, kakak kelasnya.
Sedangkan Revan hanya bisa meratapi kebodohannya, ia terjebak dalam rayuan teman dari kekasihnya.
Sinta pulang dengan taxi onlene, ia pun hanya bisa menangisi kekecewaannya. Sesampainya di rumah Sinta memantapkan dirinya untuk mengikuti orang tuanya untuk pindah ke kota lain.
***
Semenjak pindah ke kota kelahiran papanya sinta, ia hanya disibukan dengan bermain ponsel saja dan menonton televisi, karena papa dan mama Sinta baru mendaftarkan anak gadisnya itu ke sekolah baru.
Hari ke 2 semenjak pindah ia menunggu dihalaman rumahnya, ia bolak balik gak jelas yang membuat mamanya yang melihat merasa jengah.
"Sayang...duduklah, mama pusing lihat kamu mondar mandir gitu ah..." keluh Linda ibu kandung Sinta.
"Mah koq belum datang juga sihh...?" tanya Sinta khawatir.
"Apanya yang belum datang sinta...??" tanya Linda.
"Motor sinta mah, kemaren kata papa hari ini motornya datang, tapi mana?? oohh....jangan-jangan papa bohongin Sinta ya??" monolog Sinta yang beragumen tidak baik pada papanya.
"Siapa yang bohongin kamu...??" papa Sinta datang dan mendekati puterinya yang terlihat jutek.
"Tuh motornya dah dibawa pake mobil " papanya menunjukan mobil box besar yang telah terparkir dibelakang mobil papanya.
" Yeee......asikkk..." tawa Sinta riang dengan sedikit melompat-lompat layaknya anak kecil.
Yes...yesss
"Makasih ya papa ku sayang." Rayu Sinta menghampiri papanya dan memeluk bahu papanya.
" Tapi ingat jangan sekali-kali bolos sekolah, kalau sampai bolos sekolah, terpaksa motor akan papa sita." Ancam putera, papa kandung Sinta.
" Siyap pah...." seru Sinta dengan tangan menghormat pada papanya.
"Lebih parah lagi bakar saja pah..." seru mamanya yang sengaja mengancam dan memperingati puterinya.
"Ihh mama sadisnya..." timpal Sinta mengelengkan kepalanya dengan bibir yang ia kuncir kedepan.
Mamanya hanya memutar bola matanya jengah, ia berharap di kota barunya ini Sinta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Besar harapan kedua orang tua Sinta membuat anaknya tidak nakal lagi seperti saat mereka tinggal di ibu kota jakarta.
*** Sore harinya ***
Kedua orang tua Sinta mulai berkenalan dengan tetangga samping kanan kirinya, sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi kepada para tetangga.
Hingga mereka telah sampai pada rumah tetangga samping persis. Saat itu yang membukakan pintu asisten rumah tangga.
"Iya ada apa ya?? Maaf kalian siapa??" Tanya asisten rumah tangga dirumah itu.
"Maaf jika mengganggu saya tetangga baru yang tinggal di samping rumah, bisa kami bertemu dengan pemilik rumah ini??" tanya papa cinta ramah.
"Tunggu sebentar ya, akan saya panggilkan nyonya dan tuan besar dulu." jawab pelayan itu.
Setelah mempersilahkan tamunya duduk, pelayan keluarga itu masuk kedalam untuk menemui majikannya, tidak menunggu lama lagi sepasang suami datang dan menemui tamunya.
"Maaf dengan siapa ya??"ucap kepala rumah tangga keluarga itu.
"Aah maaf jika kamu mengganggu waktu santai kalian, perkenalkan kami adalah tetangga baru disamping rumah kalian nama saya putera dan ini isteri saya linda" ucap papa kandung Sinta ramah.
"Ohh begitu, saya terima perkenalan kalian, nama saya Bagus dan ini isteri saya Nina " ucap pemilik rumah itu.
Mereka pun akhirnya saling berjabat tangan dan berkenalan, hingga seorang laki tampan remaja berusia 18 tahun sayang menghampiri ibunya.
Namun sebelumnya lelaki remaja itu tersenyum ramah kepada tamu kedua orang tuanya.
"Bunda...aku pergi ngajar anak-anak dulu ya..." remaja itu berpamitan dan mencium tangan kedua orang tuanya.
Sungguh pemandangan yang jarang ditemui oleh, anak muda yang ramah dan menghormati kedua orang tuanya, berbanding dengan anak mereka yang super cuek.
Mamanya Sinta bahkan saling memandang satu sama lain dengan suaminya.
"Ohh itu anak kalian..??" tanya mama Linda memberanikan diri
" Iya jeng....kenalkan anak kamu, namanya Andre dia masih sekolah " timpal mama Nina memperkenalkan anaknya.
" Tante ..om nama saya Andre " Andre mencium punggung tangan suami isteri itu.
"Wah anakmu tampan sekali....kelas berapa ??" tanya putera ikut angkat bicara.
" Baru naik kelas 12...." jawab papa kandung Andre.
" Ohhh begitu, anak kami juga sama baru naik kelas 12, kami pindahan dari jakarta".ujar papa putera
" Begitu ya, terus mana anaknya?" tanya bunda nya Andre.
" Puteri saya memang agak susah jeng untuk sosialisasi, dia cenderung cuek, maklum bu terbiasa di kota besar" timpal mama Sinta.
" Tidak apa-apa buw, namanya juga anak muda"
" Oiya bunda...Andre berangkat sekarang ya??"
Setelah Andre berpamitan pada kedua orang tua dan tamunya, ia pun mengemudikan motornya keluar dari halaman rumahnya.
" Anaknya jeng Nina ngajar dimana memang?" tanya Linda.
"Andre itu mengajar anak-anak jalanan Bu...yah seperti itulah kegiatannya, dia cenderung selalu peka terhadap anak-anak yang terlahir tidak beruntung".
" Wah saya salut, jarang lho anak zaman sekarang peduli....biasanya mereka cenderung lebih Selfish" timpal putera papa Sinta.
"Berarti Andre disekolah pinter ya ??
"Biasa saja jeng...dia disekolah jadi ketua osis" ucap bundanya.
"Ayo diminum dulu " titah ibunda Andre yang seketika di angguki oleh tamunya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidup sinta dan Andre ya ....?? Baca terus lanjutannya.
Pada malam harinya atensi Sinta tertuju pada ponselnya yang terus berdering tanpa henti, karena penasaran ia pun mengambil ponselnya yang berada diatas meja belajarnya.
Ketika ia melihat nomer yang paling ia benci dan tak harapkan, Sinta langsung menolak panggilan dari mantan pacarnya itu.
Semua pesan yang pemuda itu kirimkan pun tak ia gubris, dan lagi telepon pun berdering kembali.
Karena kesal dan tak ingin diganggu oleh masa lalunya, Sinta memilih untuk memblokir nomer mantannya itu. Bagi Sinta penghianatan yang dilakukan Revan tidak bisa termaafkan, dan ia memilih untuk melepaskan masa lalunya yang menyakitkan itu.
Sinta menghela nafasnya, ia pun memutuskan tidur awal karena besok pagi adalah hari pertamanya masuk ke sekolah yang baru. Berharap di sekolah barunya nanti ia bisa dengan mudah beradaptasi dan betah.
Dan pada pagi harinya.....
Hari ini adalah hari pertama Sinta masuk kesekolah, ia sudah bersiap bangun karena jam alarm memaksanya untuk bangun lebih pagi.
Saat ini ia mengenakan pakaian seragam putih abu-abu, tak lupa ia telah bersiap dengan tas ransel yang di dalamnya terdapat alat sekolah.
"Sayang rambutnya dirapikan donk..." cetus Linda, mamanya.
"Ini kan sudah rapi mah....liat nih, Sinta dah cantik kan??" gadis itu sampai memutarkan badannya dihadapan mama papa nya.
"Maksud mama rambut panjangnya di kuncir napa, biar rapi....." protes Linda yang ingin hari pertama Sinta masuk sekolah barunya mendapat perhatian lebih.
Bukan karena supaya semua orang memuji dan terpesona pada puteri yang memang memiliki wajah cantik. Namun Linda ingin Sinta tampil rapi.
"Nih Sinta dah bawa kuncirnya, ntar deh aku kuncir kalo dah disekolah." jawab gadis itu yang hendak bergegas mengambil kunci motornya.
Namun setelah ia cari tidak juga ketemu, akhirnya Sinta menyerah juga, ia pun mulai menanyakan kepada orang tuanya.
"Pah...liat kunci motor sinta gak..??"
"Papa simpan, hari ini kamu akan kami antar ke sekolah baru."
"Lho pah gak bisa gitu donk, masa pake acara antar segala kayak anak TK aja." gadis cantik itu begitu tidak terima harus sekolah pakai mobil. Apalagi sampai kedua orang tuanya ikut dan mengawalnya masuk ke dalam sekolah.
"Untuk hari ini nurut papa, lagian kamu belum tahu rute jalan sekolahmu kan??"
"Baiklah, tapi besok Sinta gak mau pake acara diantar segala".
" Ya sudah ayo sarapan dulu sayang." mamanya pun mengambilkan piring yang telah terisi nasi goreng kesukaan puterinya.
"Mhh enak mah, masakan mama emang paling top " Sinta pun mengacungkan jempolnya ke arah mamanya.
"Mhhh pasti ngerayu gini ada maunya ya..." selidik sang mama yang curiga pada Sinta.
"Isshh mama ini sukanya curigaan sama anak sendiri.'
"Sinta buruan habiskan sarapannya, papa tunggu didepan ya...?" papa Sinta yang telah selesai sarapannya bergegas menuju depan untuk menyuruh sopirnya memanaskan mobil.
" Siyap pah"
10 menit setelah menghabiskan sarapannya, Sinta menemui ayahnya yang telah siap didepan, akhirnya mereka bertiga memasuki mobil bersama ditemani supir ayahnya.
" Haahh kenapa gw jadi kayak anak kecil gini ya?? Sekolah aja diantar segala, hadeechhh" ucapnya dalam hati.
"Tuh macet kan...enakan tadi bawa motor sendiri...masih lama gak sih pah??" omel Sinta yang tak ada hentinya di dalam mobil.
"Sabar sayang, perempuan itu harus banyak sabar..." mamanya memberi nasehat kepada sinta yang selalu tidak sabaran.
"Mhhh yang ada terlalu sabar bisa makan hati deh?" ucapnya lirih dengan memutar bola matanya malas.
Dan kini mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di SMA swasta favorit dikota atlas itu.
"Ayo Sinta kita keluar, ini sekarang sekolahmu sayang...belajar yang rajin ya disekolah baru ini...??"
"Heem,"
Hanya itu yang ia ucapkan oleh Sinta, saat mereka hendak ke ruang kepala sekolah
Mama dan papa Sinta melihat sosok lelaki muda yang ia kenal. Yupzz mereka melihat Andre anak tetangga sebelah rumahnya.
"Lho kamu Andre kan, sekolah disini juga ternyata..??" tanya papa Sinta.
" Ooh om dan Tante disini...??" Andre mencium punggung tangan kedua orang tua Sinta.
" Iya ini om dan Tante lagi mengantar anak om sekolah disini, lho sinta mana mah..??"
" Lho mana ya, aah mungkin dia ketoilet" kilah mama Linda.
"Ya sudah om Tante saya masuk kelas dulu ya..??"
Setelah kepergian Andre menuju kelasnya, Sinta datang menghampiri orang tuanya.
" Dari mana saja kamu...??" tanya mamanya
" Maaf mah pah....tadi Sinta ke toilet bentar, kebelet hehe." kekeh Sinta cengir cengir.
"Ya sudah ayo kita keruang kepala sekolah" Titah putera, papa kandung Sinta.
"Papa mama gak perlu ikut masuk juga kan?? Lagian aneh mana ada udah SMA gini masih di antar masuk kelas.....huh." kini wajah Sinta terlihat jutek dengan bibir yang mengerucut.
" Nurut papa atau motor papa kirim balik ke Jakarta..??"
Mata sinta membola mendengar papanya mengatakan hal yang paling tidak ia sukai.
" Oke...oke Mr ngaceman, Sinta nurut papa saja." Geram Sinta.
"Gitu donk itu baru anak papa." cetus putera.
kriingg.... Kring.....
Suara bel berbunyi tanda murid-murid harus masuk kelas, setelah menemui kepala sekolah yang ternyata teman dari papa Sinta sewaktu kuliah, membuatnya mau tidak mau menitipkan anaknya yang bandel pada teman baiknya itu.
"Mari Sinta masuk kelas kamu...akan bapak antar ke ruanganmu, disana kebetulan sudah ada wali kelasmu yang sedang mengajar". kepala sekolah temen papa Sinta itu bernama Alex.
" Baik pak" sahut sinta yang kini mengekori langkah kepala sekolah itu
Tok tok tok tok
Pintu dibuka oleh kepala sekolah, anak-anak yang melihat pun tersenyum ramah kepada bapak kepala sekolah.
" Bu Agnesia ..bisa minta waktunya sebentar ..??" ucap bapak kepala sekolah itu
" Silahkan pak...." Bu Agnes wali kelas kelas 12C itu mempersilahkan
"Anak...anak dikelas kita ada kedatangan murid baru yang datang dari Jakarta, jadi bapak harap kalian bisa berteman dengan baik dengannya...mengerti ??"
" Mengerti pak" ucap mereka serempak
"Sinta masuk..." Titah bapak kepala sekolah yang merupakan teman baik papanya.
Dari arah pintu gadis cantik berambut panjang dengan seragam sekolah terlihat cantik, kulitnya putih dan rok pendek yang biasa ia kenakan di jakarta ia kenakan di kota baru itu yang membuat mereka yang melihat tertegun, bahkan ada yang bersiul menggoda.
Sinta tersenyum cantik ke arah teman,-teman baru nya, begitu juga Andre, ia akhirnya tahu bahwa murid baru yang baru memasuki kelasnya adalah anak dari tetangga barunya.
" Hai friend perkenalkan namaku Sinta Anindya Putri. Dan saya pindahan dari SMA di jakarta. Semoga kalian bisa menerimaku sebagai teman baru di kelas ini." ucap Sinta dengan perkenalannya.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!