NovelToon NovelToon

RAGNALA

Ragnala 01

Ragnala Rafandra Harzaqh, putra tunggal dari Harzaqh Adrian Manaf yang tumbuh dewasa sebagai seorang pria yang sangat gagah dan mapan.

Tidak hanya memiliki wajah yang nyaris sempurna, namun pria yang kerab di sapa Nala itu mahir dalam berbagai macam ilmu perbisnisan.

Nala lahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, bukan hanya itu, Nala juga dibesarkan dengan baik oleh keluarganya sehingga ia tumbuh menjadi seorang pria yang pandai dalam berbagai bidang.

Nala tidak memiliki ibu, ibu Nala meninggal saat ia di lahirkan. Setelah Nala lahir dengan tindakan operasi, ibu Nala mengalami Eklamsi yang cukup berat hinggal tidak tertolong dan meninggal dunia.

Nala di besarkan oleh istri dari adik ayahnya, yaitu Dera, yang kerab Nala sebut dengan panggilan bunda. Dera sendiri belum memiliki anak sejak pernikahannya yang sudah beranjak 7 tahun. Mereka semua terpukul saat meninggalnya ibu Nala, namun Dera dengan senang hati merawat Nala dan menganggap Nala sebagai anaknya sendiri.

Ketika Nala berusia 7 Tahun, Dera mengandung anak pertamanya, buah hati yang sudah 17 tahun ia nantikan dengan suaminya kini bersemayam di rahimnya. Dera sudah berobat dan bergota ganti dokter kandungan namun hasilnya tetap saja nol.

Disaat Dera dan suaminya sudah ikhlas dan fokus untuk merawat Nala, tiba-tiba Dera seperti mendapatkan mukzizat. Ia mengandung anak pertamanya dengan rasa syukur sembari merawat Nala tanpa kekurangan sedikit rasa kasih sayang terhadap Nala.

Pagi hari yang indah suara burung berkicauan bersahut-sahutan memenuhi alam. Pagi hari ini benar-benar terasa seperti berada dalam negri dongeng.

Dera mengantarkan Nala ke sekolah dengan perut buncitnya dengan ditemani sopir pribadi keluarga Manaf. karena Basqara adrian Manaf selaku suami dari Dera sendiri saat ini telah berangkat ke kantor bersama dengan kakaknya Harzaqh Adrian Manaf.

Ya, Harzaqh dan Basqara tinggal bersama karena kelurga manaf memiliki rumah yang sangat luas sehingga mereka memutuskan untuk tinggal bersama dengan rukun sambil mengurus ayah mereka yaitu Tuan Manaf Hasnafi, selaku pria lemah yang kini sudah berusia lebih dari 74 tahun.

Harzaqh dan Basqara memiliki tiga orang saudara sepupu yang merupakan anak dari Alm Kakak ayah mereka yang kini tinggal bersama di kota M. Kedua keluarga itu sering mengadakan pertemuan keluarga di kediaman tuan Manaf Nasnafih yang notaben memiliki rumah yang paling luas dan megah diantara saudara-saudaranya yang lain.

Setiap akhir tahun keluarga besar itu selalu mengadakan makan bersama di kediaman tuan Manaf Hasnafih.

Waktu berlalu dengan cepat begitupun dengan pertumbuhan calon bayi dari Basqara Adrian dan istrinya Dera lesdyta. tak hanya itu, Ragnala yang kini semakin bertambah tumbuh juga tidak ketinggalan oleh waktu dan perubahan zaman.

Suatu waktu di sore hari ketika Dera tengah melamun sambil mengelus perut buncitnya yang tinggal menghitung hari maka ia akan bertemu dengan calon bayinya. Setelah USG satu bulan lalu mereka mengetahui bahwa jenis kelamin anak mereka adalah perempuan.

Kecemasan saat mendekati hari persalinanpun semakin menjadi.

“Apa yang kamu fikirkan?” Suara mengejutkan muncul dari arah belakang Dera. Dera yang mendengar itu mengarakan pandangannya ke arah pemilik suara sambil tersenyum kecut.

“Sebentar lagi kita akan bertemu dengan anak kita, ini penantian yang sangat lama, apa kamu tidak bahagia? Apa yang membuatmu berfikir?” Tanya Basqara suaminya.

“Aku takut nasibku seperti mbak Sisil pa, jika sesuatu terjadi padaku bagaimana dengan Nala dan anak kita kelak? Nala sudah kehilangan sekali, aku takut pa” tuturnya yang diikuti buliran bening yang ikut keluar karena kesedihannya.

“Kau tidak perlu berfikir begitu, semua orang memiliki takdir yang berbeda. Berfikir baiklah demi anak-anak kita” ucap Basqara sambil memeluk istrinya itu.

Waktu berputar dan haripun berganti hari, kini saatnya untuk Dera melakukan persiapan persalinan.

Yaaaa, Dera memilih untuk melahirkan normal agar ia cepat pulih dan bisa secepatnya beraktifitas.

Pagi ini mereka sekeluarga menuju Rumah Sakit yang menjadi tempat langganan berobat mereka jika sakit. Mereka juga memiliki dokter pribadi yang bekerja di Rumah Sakit itu sehingga memudahkan Akses untuk mereka.

Nala yang masih sekolah saat itu melanjutkan pelajarannya dan ia akan di jemput ketika jam sekolah selesai.

Suara jarum detik saat ini seperti melambat, seakan akan terdengar setiap kali detik berganti di seluruh ruangan. Suasana menjadi hening namun tidak dengan ruang persalinan.

Basqara yang menemani istrinya yang tengah proses bersalinpun mulai bercucuran keringat karena melihat rasa sakit di wajah istrinya.

Basqara tiada henti menyemangati istrinya sambil mengusap keringat yang bercucuran di wajah sang istri.

Dera yang mulai kelelahan semakin terlihat pucat karena ini pengalaman pertamanya dalam bersalin.

Saat kepala tampak di pintu rahim dan bayi memutar kepalanya dengan sempurna hingga dokter dengan cepat memberi semangat agar Dera tidak tertidur karena kelelahan.

Beberapa detik kemudian, terdengarlah suara tangisan bayi perempuan yang memecah suasana diruangan persalinan itu yang penuh ketegangan.

semua orang terseyum namun pasangan suami istri itu menangis dan saling menguatkan karena rasa syukur atas berjalan lancarnya persalinan.

Dokter membawa bayi perempuan itu keluar untuk di tunjukan kepada keluarga yang sudah menunggu diluar ruangan.

semua orang berbahagia dengan hadirnya bayi perempuan yang di beri nama Lylia Khalistya Basqara.

Dera sudah di pindahkan keruangan rawat inap untuk evaluasi kondisi klinis selama 3 hari, setelah membaik dan tidak ada tanda-tanda vital atau perubahan kondisi yang memburuk makan Dera sudah diperbolehkan untuk pulang.

Beberapa saat Nala tiba diruangan Bundanya diantar oleh sopir pribadi mereka.

Nala yang belum sempat berganti baju langsung menaggalkan tas sekolahnya di sofa dan langsung berlari ke arah adik barunya.

Orang-orang yang melihat itu merasa kasihan terhadap Nala, mengingat dulu sebelum ibu Nala meninggal Nala bahkan sekecil Lylia dan belum sempat melihat wajah ibunya.

Namun karena Nala dibesarkan oleh bundanya, maka Nala beranggapan bahwa ia memiliki seorang ibu dan 2 Ayah sekaligus.

...****************...

Hari hari berlalu dengan cepat seperti angin yang berhabus dan membawa debu dari satu tempat ke tempat lainnya. Ragnala kini sudah tumbuh menjadi pria remaja yang sangat gagah dan tampan, tidak ada kekurangan sedikitpun dari fisiknya.

Nala saat ini tengah berada di sekolah Menengah atas sebagai murid kelas akhir (kelas 3 SMA) yang berusia 18 Tahun.

Sedangkan Lylia yang saat ini berusia 11 tahun baru saja menginjakan kaki di sekolah Menengah pertama sebagai seorang gadis belia yang masih sibuk-sibuknya dengan dunia pembelajaran.

Pagi itu sebelum Nala menuju sekolahnya, ia terlebih dahulu mengantarkan Lylia ke sekolahnya. Sekolah Nala dan Lylia terbilang dekat karena hanya berjarak 500 meter saja. Nala yang punya kebiasaan mengantarkan lylia sebelum ke sekolahnya membuat sopir tidak perlu turut serta mengantar mereka karena Nala sudah terbilang cukup mampu untuk menjaga adiknya.

Cuppp….suara decak bibir lylia yang lembab menyentuh pipi Nala yang saat ini tengah mematung menerima perlakuan lylia. Lylia yang yang langsung berpamitan menuju gerbang sekolah turun dari mobil meninggalkan Nala dengan melambaikan tangannya dan berlalu dalam himpitan pagar besi gerbang sekolahnya.

Nala yang menatap punggung Lylia dengan perasaan bingung dengan yang baru saja terjadi, membuat ia mengingat kebiasaan Lylya kecil yang selalu ia cium dan begitu juga sebaliknya setelah mengantar atau menjemput lylia pulang sekolah.

Namun dibenak Nala saat ini ada perasaan tidak pantas karena lylia tumbuh dengan cepat, ia sekarang sudah menjadi gadis yang tinggi, putih, cantik dan memiliki body goals yang harusnya belum dimiliki anak seumurannya.

Hal itu membuat Nala merasa lylia terlihat seperti gadis seumurannya yang tidak pantas lagi untuk bersikap seperti saat lylia masih kecil.

Ragnala 02

Ting…ting…ting…ting….

Bel berbunyi 4 kali menandakan pelajaran segera dimulai. Lylia dengan semangat memasuki kelas barunya dan bertemu dengan teman-teman barunya.

Setelah beberapa menit menunggu, guru pelajaran Fisika pun tiba di ruangan itu, tidak banyak yang mereka bahas tentang pelajaran, melaikan perkenalan antara karakter satu dengan karakter lainnya. Karena ini hari pertama di sekolah baru untuk anak-anak baru, maka guru fisika tersebut hanya melakukan perkenalan dan membahas

bab-bab awal belajaran dengan santai.

Hinggal bel berganti pelajaran berbunyi dan guru mata pelajaran kimia kini masuk untuk memaparkan modal pembelajaran untuk anak-anak didiknya yang baru.

Pelajaran berjalan lancar hingga bel istirahat berbunyi dan semua murid-murid dari kelas 7 hinggal kelas 9 berkerumunan keluar kelas untuk melakukan aktifitas istirahat mereka.

Ada yang pergi ke kantin, ke ruang musik dan ke berbagai tempat yang boleh di datangi saat jam istirahat.

Lylia dan Hani yang merupakan teman semejanya mulai akrab dan mereka menuju kantin bersama untuk makan siang.

Lylia yang tidak biasa makan di luar rumah hanya memesan susu coklat hangat dan memakan kotak bekal makanan yang di siapkan bundanya.

...****************...

Ditempat lain di sekolah Ragnala juga suasana yang setiap hari hanya berputar antara jam belajar, istirahat dan bermain membuat sebagian orang merasa sangat bosan. Saat jam istirahat Nala juga hanya memesan susu hangat dan makan bekal makanan dari Bundanya yang mirip dengan punya Lylia.

“Kamu makan apa Nal?” Ucap seoarang gadis yang kini tengah duduk disamping Nala.

“Seperti yang kamu lihat” ucap napa singkat.

“Hmmm dasar es” imbuh gadis itu yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Nala.

Nala terkesan dingin dan pendiam, namun tetap saja ia menjadi siswa tertampan dan terbaik di sekolahnya. Bukan hanya pintar dalam pelajaran, Nala juga mahir dalam beberapa cabang olahraga dan sudah ikut beberapa perlombaan, namun Nala hanya menekuni permainan basket walaupun ia juga mampu dalam cabang olah raga lainnya.

Selain kesibukan sekolah, Nala juga belajar ilmu bisnis dari Kedua Ayahnya, bahkan tak jarang Nala di ikutkan dalam rapat bisnis dengan perusahaan-perusahaan penting lainnya.

Ragnala, seperti takdir baik yang menghujani dirinya. Semua kecerdasan di tanamkan dalam benaknya seperti hadiah. Namun dalam kesendirian, ia hanya berfikir bahwa ia adalah orang yang sangat tidak beruntung karena tidak sempat melihat wajah mamanya seperti anak-anak lainnya.

Nala di beritahu ayahnya tentang ibunya ketika ia berusia 17 tahun. Harzaqh berfikir bahwa Nala berhak tau mengenai ibunya.

Walapun merasa sedih namun ia kembali tersenyum mengingat wajah manis bundanya yang tidak sedikitpun membedakan ia dengan Lylia.

Bahkan tidak jarang Bundanya sering memarahi lylia di depannya karena lylia terbilang sedikit keras kepala dan manja namun sangat manis.

Waktu sekolah berakhir dan Nala kini tengah berada di depan gerbang sekolah Lylia.

Setelah beberapa menit Lylia muncul setengah berlari dan langsung menghampiri Nala yang saat ini sedang berada di mobil dan membuka kaca mobilnya.

Lylia yang lari mendekat langsung saja mendekatkan wajahnya untuk mengecup pipi Nala, namun dahinya ditahan Nala dengan cepat.

“Kau bukan anak-anak lagi, jadi tidak usah menciumku mulai sekarang”.

Lylia yang mendengar itu memundurkan kepalanya berputar ke pintu mobil sebelah Nala dan naik dengan raut wajah yang ditekuk.

Sepanjang jalan Lylia tidak biacara, ia hanya menatap keluar jendela.

Nala yang menyadari perubahan sikap Lylia mencoba mencerna kalimat-kalimat yang baru saja ia lontarkan pada gadis remaja itu.

(Apa aku terlalu kasar?) bisik hatinya.

Sampai di loby kediaman mereka, Lylia keluar dari mobil berlari meninggalkan Nala sendirian.

Nala yang paham bahwa Lylia sedang marah memilih untuk diam dan memarkirkan mobilnya ke garasi.

...****************...

Tanpa mengganti baju lya berbaring dalam posisi terlungkup di tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya. Pasalnya Nala tidak pernah berkata kasar atau bernada tinggi saat berbicara dengan lylia membuat lylia merasa sangat tidak menyukai perkataan Nala.

Dera yang melihat Lylia masuk kamar dengan tergesah-gesah langsung menyusul putrinya dan memastikan kondisi dari anak gadisnya tersebut.

Lylia yang tengah menangis sesenggukan ditempat tidur membuat Dera bingung.

“Lya sayang, apa kau bertengkar di sekolah?” Tanya Dera dengan suara yang pelan. Tidak ada jawaban dari gadis itu. Lylia hanya terus menangis tanpa menghiraukan sekelilingnya.

Dera mengusap kepala putrinya dengan sayang dan kembali mebujuk lylia.

Namun hal yang serupa juga terjadi, lylia hanya diam tidak memberi respon.

Dera menuju kamar Nala untuk bertanya keadaan lylia, karena Dera tau bahwa Nala lah yang pulang bersama Lylia barusan.

Tok tok tok…

“Masuk” suara berat dan matang terdengar dari sana.

Dera membuka pintu dan mendapati Nala sedang berada di meja belajarnya.

“Nala sayang, apa kau tau sesuatu terjadi pada lylia?” Tanya Dera para putranya.

Nala yang mendengar suara bundanya langsung membalikan badannya menghadap bundanya.

“Memangnya lya kenapa bun? Tanya Nala balik seakan tidak ingat dengan kejadian barusan.

“Jadi kau tidak tau? Bunda fikir kau tau sesuatu saat menjemput lylia dari sekolahnya. Lya saat ini sedang menangis dikamarnya, dia tidak mau bunda bujuk, dia juga tidak menjawab pertanyaan bunda. Apa dia bertengkar dengan seseorang? Tebak Dera lagi.

Nala yang mulai sadar menghembuskan nafasnya berat.

“Biar Nala yang membujuknya” ucap napa kemudian berjalan mendahului bundanya.

Nala masuk ke kamar Lylia kemudian menutup pintu dengan perlahan.

Saat dipintu Nala sudah mendengar isak tangis dari Lylia.

(Kau benar-benar seorang bocah) batin Nala.

Nala mendekat dan mulai menyentuh puncak kepala lylia.

”Maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu” satu kalimat yang berhasil di ucapkan Nala, berharap lylia bisa mengerti dan segera berhenti menangis.

Namun yang diajak biacara tidak sama sekali memberi respon dan terus menangis.

“Hmmm baiklah, kau boleh menciumku sesukamu, tapi jangan di tempat umum atau orang ramai termasuk keluarga kita” ucap Nala dengan putus asa.

Lylia sesaat terdiam dan mulai bangun dan perlahan menghadap Ragnala.

”Mengapa aku tudak boleh menciummu di tempat umum, kau kan kakak ku, apa salahnya?” Protes Lylia dengan suara yang masih bergetar akibat tangisannya, dengan wajah dan mata yang sembab ditutupi poni-poni halusnya membuat gadis itu terlihat sangat menggemaskan.

“Begini Lya, kita sudah dewasa dan ciuman itu hanya untuk anak kecil” ucap Nala berusaha membuat Lylia mengerti.

“Tidak, kau bohong. Aku melihat ayah cium pipi ibu setiap pagi sebelum berangkat kerja, dan mencium kepalaku juga” jawab Lylia dan butiran bening berhasil lolos di pipinya.

“Baiklah baiklah, kau boleh menciumku kapanku dan dimanapun kau mau, kau puas?” Pasrah Nala.

“Tidak, kau memarahiku” kini Lylia kembali menangis.

Nala yang semakin kebingunganpun tiba-tiba mengecup bibir mungil Lylia dengan harapan lylia akan terdiam.

Benar saja, lylia terdiam seketika karena sebelumnya dia tidak pernah mencium di daerah bibir.

“Apa cium disini juga tidak apaa-apa?” Suara halus keluar dari bibir Lylia saat sentuhan bibir mereka mulai melerai.

“Boleh, tapi kalau disini tidak boleh terlihat orang, kecuali di pipi” ucap Nala dengan suara napasnya yang memburu.

Lylia yang mendengar ucapan Nala hanya diam dan menganggukan kepalanya mengikuti arahan kakaknya.

“Kalau begitu mandilah dan ganti pakaianmu” perintah Nala sambil berlalu meninggalakan Lylia yang sudah berhenti menangis.

Lylia yang paham hanya menganggukan kepalanya dan mulai memasuki kamar mandi utuk bersih-bersih.

Ragnala 03

“Apa aku sudah gila” Nala mengusap wajahnya kasar setelah sebelumnya ia membanting pintu kamarnya.

ia mengingat kejadian kurang ajarnya barusan yang ia lakukan pada gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

Semenjak Nala tau bahwa ia dan Lya berbeda orang tua, Nala merasa aneh setiap kali berdekataan dengan Lya.

Nala memutuskan mandi untuk yang kedua kalinya karena ia merasa saat ini pikiran dan tubuhnya seperti terbakar.

...****************...

Nala, Lya, Mas, Mas harzaqh turun makan.

suara seorang ibu yang setiap hari menyiapkan makanan untuk mereka.

Dirumah yang besar dan dikelilingi banyak pembantu tidak membuat Dera bermanja diri. Dera terbiasa memasak dengan santai dan mencoba menu-menu baru untuk keluarganya.

Sebagai bahan percobaan ia biasanya menyuruh Nala mencicipi masakannya terlebih dahulu.

Semua orang kini tengah menikmati masakan Dera sambil berbincang-bincang masalah pekerjaan.

Hampir satu jam mereka kini sudah mulai beranjak dari meja makan, dan yang tersisa hanya Nala dan bundanya, sedangkan Lya sudah menuju ruang tamu dengan membawa cemilannya untuk menonton TV.

Nala selalu menjadi orang terakhir yang pergi dari dapur karna Nala selalu membantu membereskan meja makan hingga mencuci piring. Hal sederhana ini mereka lakukan tanpa melibatkan pembantu.

Nala terdiam saat Bundanya tersenyum dan berterimakasih karena selalu membantunya membereskan sisa makanan di meja.

Nala mengingat kembali tindakannya yang ia anggap sangat jahat terhadap putri bundanya.

(Kalau bunda tau bagaimana aku memanfaatkan putri bunda, mungkin bunda akan membunuhku) batin Nala sambil berjalan manaiki tangga menuju kamarnya.

Setibanya di kamar Nala langsung tertidur dan berusaha menetralkan pikirannya.

...****************...

Pagi menjelang menampilkan keindahan sinar matahari yang sudah 12 jam disembunyikan oleh malam yang kelam.

Pagi ini semua orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Ada yang sibuk di dapur, anak-anak sibuk bersiap-siap untuk sekolah dan para ayah sibuk untuk persiapan bekerja.

Tuan Manaf sendiri yang semakin rentan dengan usia yg sudah terbilang sangat tua hanya berdiam diri di kamar dengan seorang suster yang telaten merawatnya setiap hari.

Setelah mendengar suara Dera memanggil mereka untuk sarapan, semua serentak turun untuk sarapan bersama.

Sarapan seperti biasa mereka lakukan dengan cepat karena berkejaran dengan waktu sekolah.

Sedangkan para ayah makan dengan santai karena mereka masih ingat bahwa mereka bekerja di perusahaan mereka sendiri.

Ting tong ting tong suara bel rumah berbunyi.

“Siapa yang datang pagi-pagi?” Ucap Dera, semua yang diajak bicara hanya menangkat bahu pertanda bahwa mereka juga tidak tau.

Pintu di buka oleh asisten rumah tangga mereka, muncullah Seno dan safina yang kemudian di ikuti oleh arhan dan Feril yang merupakan sepupu dari dari Lya dan Nala.

“Lohhh anak-anak tumben sekali pagi-pagi kemari?” Tanya Dera yang biasanya ke empat anak dari sepupu suaminya itu tidak pernah datang di waktu pagi.

“Mau menjemput Nala tante, ada tugas bareng” jawab safina yang langsung berhambur memeluk Dera.

“Kalian sudah sarapan? Kalau belum sarapan dulu.

Tawar Dera pada ke empat keponakannya itu.

“Sudah tan, kami nunggu Nala selesai saja”. Jawab Arhan yang di iyakan dengan anggukan oleh lainnya.

Nala hanya diam dan terus menyelesaikan makannya sambil sekali-sekali melirik ke arah Lya yang sedari tadi hanya sibuk makan dan tidak terganggu oleh kedatangan para sepupunya.

Lya memang seperti ini setiap hari, dia ceria dan tidak memperdulikan sekitarnya, lya terbiasa sibuk dengan buku-bukunya agar ia bisa menjadi dokter yang hebat suatu saat nanti.

Beberapa menit menunggu akhirnya Nala dan Lya menyelesaikan sarapan mereka.

Nala yang langsung bergegas bangkit dari duduknya dan berpamitan mencium pipi bundanya kini berjalan ke arah sepupu-sepupunya yang lain.

Lya yang melihat Nala berjalan segera menghampiri bunda dan kedua ayahnya untuk berpamintan sambil mencium pipi ketiga orang terkasihnya itu. kemudian berlari untuk mengejar Nala.

“Aku mau antar Lya dulu, kalian mau langsung pergi?” Tanya Nala pada ke empat sepupunya

“Kita ikut aja Nal” jawab arhan yang di iyakan dengan anggukan oleh yang lainnya.

Lya sudah berada di dalam mobil dan duduk dengan baik, ia memasang sabuk pengamannya walaupun jarak ke sekolahnya sangat dekat.

Diperjalanan tidak ada yang yang mengeluarkan suara, keduanya hening sedangkan Lya sibuk dengan pelajarannya.

Saat sampai di gerbang sekolah, seperti biasa Lya sebelum turun mencium pipi Kakaknya. Nala yang sudah terbiasa dengan hal itu akhirnya pasrah dengan semua kejadian yang saat ini sedang menimpanya.

Saat Nala membalikan wajahnya, berapa terkejutnya ia melihat Lya yang menyodorkan pipinya untuk di cium.

“Emmm” ucap Lya sambil menyodorkan pipinya.

“Ada apa lagi Lya?”

“Kenapa hanya aku yang mencium kakak, kenapa kakak tidak menciumku seperti dulu? Kata bunda kalau ayah menciumnya setiap hari berarti ayah sayang dengan bunda, jika kakak tidak menciumku berarti kakak tidak menyayangi Lya” celotehnya.

Nala benar-benar frustasi dengan gadis ini,

dengan cepat Nala mengecup pipi Lya dan memalingkan wajahnya ke luar jendela. ia melakukannya dengan cepat agar sepupunya yang mengikuti mobil mereka tidak menunggu terlalu lama.

Lya keluar mobil dan menghampiri mobil di belakangnya, Arhan yang menyetir saat itu membuka kaca mobil dan menyambut kedatangan Lya ke arah mereka.

“Kak arhan, kalau pulang sekolah nanti bilangin Kak Nala jemput Lya ya, dia sepertinya sedang banyak fikiran, kemarin dia marah-marah sama Lya” ucap gadis remaja itu dengan gemas.

Arhan yang mendengar penuturan Lya tersenyum manis ke arah sepupunya itu.

”Baik tuan putri” Jawabnya sambil mencubit pipi Lya. Hal itu tidak lepas dari pandangan Nala.

Lya masuk ke lingkungan sekolahnya dan para saudaranyapun berlalu meninggalkan tempat itu.

...****************...

“Aku merasa pertumbuhan Lylia sangat cepat” ucap Feril pada ketiga orang yang ada di dalam mobil.

“Haaaaa iya bener banget, aku juga liat pertumbuhan dia cepet banget dengan usia yang masih duabelas tahun tapi uda punya badan bagus dan paras secantik itu.” Timpal Safina dengan antusias.

“Wajar aja sih, tante Dera juga uda umur segitu masih semangat banget dan masih keliatan 30 an kan.” Tambah Seno.

“Aku makin penasaran sama masa dewasanya Lylia” ucap Arhan sambil tersenyum mencurigakan.

Beberapa menit akhirnya mereka tiba di sekolah mereka.

Mereka semua berjalan menuju kelas mereka, hanya Safina dan Feril yang berbeda kelas dengan mereka, karena merka terbilang lebih muda, sedangkan Arhan, seno dan Nala berusia seumuran.

Sebenarnya tidak ada yang penting mengapa pagi ini mereka menjemput Nala, mereka hanya ingin melihat Lya sepupu mereka yang paling kecil karena sudah sangat lama tidak bertemu dan penasaran dengan wajahnya saat ini. Benar saja, setelah bertemu Lya, mereka semua semakin tidak habis fikir dengan kecantikan gadis itu yang seperti bertambah disetiap tahunnya.

Safina juga gadis yang cantik, namun tetap saja Wajah cantik Lylia mengalahkannya. Hal itu tidak membuat safina iri, ia hanya penasaran dan selalu gemas mempunyai sepupu yang memiliki sifat unik seperti Lya dan juga Nala.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!