NovelToon NovelToon

Jodohku Temanku

1

Di dalam sebuah apartemen, sepasang sahabat sedari kecil sedang terlibat perdebatan.

Mata wanita itu melotot, menatap tajam sahabatnya yang terlihat sangat santai. Sedangkan sang sahabat hanya memandang wanita itu tanpa banyak bicara.

"Raka, yang benar saja, masa aku harus pakai baju kayak gini sih," keluh sang wanita.

Wanita tersebut bernama Juwita. Juwita, Raka dan Reno mereka sudah berteman dari kecil. Rumah mereka juga berdekatan, orang tua mereka juga berhubungan sangat baik, sehingga tidak heran mereka sangatlah akrab.

"Nggak apa-apa, kamu pakai itu dulu. Toh juga cuma sebentar." Raka membujuk Juwita supaya mau memakainya.

"Tapi nggak baju seperti ini juga kali. Pokoknya aku nggak mau pakai ini."

Juwita sekali lagi memperhatikan pakaian yang sangat minim dan transparan di tangannya. Bagaimana bisa Raka menyuruhnya memakai pakaian seperti itu pikirnya.

Meskipun mereka berteman sedari kecil, bahkan mereka juga pernah mandi bersama, tapi itu kan saat mereka masih kecil. Sekarang jika Juwita memakai pakaian yang terlalu terbuka, Juwita malah akan merasa malu, meskipun itu di depan sahabatnya.

"Juwita yang cantik, kamu tadi kan sudah janji bakal bantuin aku. Dipakai ya bajunya, hanya sebentar kok," bujuk Raka lagi supaya Juwita mau memakai pakaian yang diberikannya.

"Nggak mau. Aku malu tau Raka kalau harus pakai baju kurang bahan seperti ini. Bagaimana kalau," belum selesai ucapan Juwita bell apartemen Raka lantas berbunyi.

Mereka kompak menoleh ke arah pintu. Mereka yakin jika yang datang adalah alasan Raka meminta Juwita untuk memakai lingerie.

"Sekali ini saja, ya. Aku mohon," pinta Raka dengan wajah memelasnya supaya Juwita mau menurutinya.

"Kamu mah gitu Rak" juwita cemberut kesal dengan Raka.

Beberapa jam sebelumnya. Mereka tengah mengobrol di cafe milik Reno. Raka mengatakan permintaannya kepada Juwita. Memohon agar Juwita mau membantunya untuk menjauhkan sekretarisnya yang selalu mengejarnya.

"Kenapa nggak kamu tolak langsung sih Rak?" tanya Juwita heran.

"Aku udah nolak dia berkali-kali, tapi dianya saja yang bermuka tebal, tidak tahu malu, kamu tau sendiri kan dia udah ngejar-ngejar aku"

"Lalu aku bisa bantu kamu apa?"

Raka kemudian menjelaskan rencananya untuk menghempaskan sekretarisnya yang bernama Fika. Begitu mendengar penjelasan Raka. Juwita sontak langsung berdiri dan menggebrak meja.

"Kamu gila ya," ucap Juwita sambil memukul Raka dengan tasnya.

"Aw, aw, berhenti Ta!" ucapnya sambil menahan tangan Juwita agar berhenti memukulnya.

"Kali ini saja, kamu tolongin aku ya," ujar Raka memohon.

Melihat tatapan putus asa sahabatnya, Juwita akhirnya memutuskan untuk membantu Raka.

"Ok, aku bantu! tapi cuma kali ini saja. Tidak ada lain kali," ucapnya final.

"ok, nggak masalah!" ucap Raka tersenyum.

Yang tidak Juwita angka adalah, Raka memintanya untuk memakai lingerie yang sangat seksi menurutnya. Jika juwita tahu akan disuruh memakai lingerie seperti ini maka Juwita tidak akan pernah menyetujui untuk membantu Raka.

Raka menarik juwita memasuki kamarnya, membiarkan juwita untuk berganti pakaian. Tidak bisa disebut pakaian sebenarnya, karena itu sebuah lingerie berwarna hitam yang akan menunjukkan lekukan tubuh juwita saat dia memakainya nanti.

"Kamu ganti ya Ta, kali ini saja. Aku janji nggak akan ada lain kali lagi," pinta Raka lagi. Raka kemudian keluar dari kamarnya, untuk membukakan pintu.

Juwita menatap kepergian Raka dengan cemberut. Biar bagaimanapun, sedekat apapun mereka, Juwita tetap mempunyai merasa malu, apalagi jika harus memakai pakaian kurang bahan seperti yang di tangannya.

"Ah, aku pakai ini saja," gumamnya sambil

mengambil kemeja Raka di lemari. Melempar lingerie yang diberikan Raka padanya tadi. Tidak butuh waktu lama, Juwita mengganti pakaiannya dengan kemeja milik Raka.

"Ini lebih baik!" ucapnya sambil melihat dirinya yang memakai kemeja Raka yang kebesaran di badannya. Juwita lantas menatap pantulan dirinya di cermin. Kemeja yang kebesaran cukup untuk menutupi setengah dari pahanya.

Melihat jika kemeja Raka bisa sampai setengah pahanya, juwita memutuskan tidak akan memakai celana. Juwita hanya akan menggunakan dalaman saja. Apalagi ini untuk membuat sekretaris Raka menyerah padanya.

Saat sedang bercermin, juwita mendengar suara ribut di luar. Sudah pasti itu Raka dan sekretarisnya. Dengan penuh percaya diri juwita lalu mengacak-acak rambutnya, mengusap lipstiknya hingga belepotan di pipinya, membuka dua kancing kemeja bagian atas, sehingga membuat bahunya sedikit terekspos.

"Sempurna!" ucapnya sambil berkaca melihat penampilannya sekali lagi.

Juwita membuka pintu kamar, membuat Fika dan Raka yang sedang duduk di sofa langsung menoleh padanya.

Mereka menatap dengan pandangan yang berbeda.

"Siapa wanita itu? Kenapa dia berpenampilan seperti itu, apalagi dia baru keluar dari kamar Raka. Tunggu, kamar Raka" batin Fika berkecamuk saat melihat Juwita keluar dari kamar Raka dengan berpenampilan berantakan seperti itu.

"Tidak kusangka, Juwita bisa terlihat sangat cantik dan seksi di saat yang bersamaan. Tunggu, dia tidak memakai lingerie yang kuberikan, tapi dia memakai kemejaku,

" batin Raka, menilai penampilan Riska yang malah terlihat sangat seksi di matanya.

"Sayang! Kenapa ribut sekali? Aku masih mengantuk!" ucapnya sambil melangkah mendekati Raka. Juwita kemudian bergelayut manja di lengan Raka.

"Sayang, ayo tidur lagi!" Juwita menarik-narik tangan Raka.

Raka menahan senyum di bibirnya, melihat Juwita yang sedang bergelayut manja di lengannya.

"Akting yang sangat sempurna," batin Raka memuji Juwita

"Sayang, dia siapa?" Juwita pura-pura terkejut melihat adanya Fika disana.

Juwita kemudian duduk dan memegang kemeja Raka yang melorot di bagian bahunya.

"Maaf, saya tidak tahu jika ada tamu," ucap Juwita dengan tampang menyesal.

"Hanya sekertaris yang membawakan dokumen, untuk meminta tanda tanganku." Raka memeluk Juwita dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk merapikan rambut Juwita yang berantakan.

"Oh, sekertaris kamu, apa sudah selesai?"

"Aku ke ruang kerja sebentar ya, untuk tanda tangan. Kamu temani dia sebentar!" ucap Raka.

Sebelum pergi, Raka mencium kening juwita sebentar.

"Dasar cari-cari kesempatan," umpat Juwita dalam hati.

Juwita buru-buru tersenyum kembali, menormalkan raut wajahnya yang tadi sempat cemberut.

"Oh iya, sampai lupa. Mau minum apa Mbaknya?" Juwita bertanya sopan.

"Tidak perlu repot-repot, saya juga tidak akan lama disini," jawab Fika, sambil menatap penampilan Juwita sekarang.

Jika dalam kondisi normal, Juwita pasti akan sangat malu yang tak tertahankan, tetapi ini memang tujuannya berpenampilan seperti ini, agar wanita di depannya ini berhenti mengejar Raka.

"Oh, ok kalau begitu!" ucap Juwita tersenyum.

"Apa dia tidak berniat untuk mengganti bajunya," batin Fika sambil menatap Juwita.

"Maaf ya Mbak! kan Mbaknya cuma sebentar disini, jadi saya tidak usah berganti baju. Soalnya saya sedang suka sekali memakai bajunya Raka" ucap Juwita tanpa malu-malu.

Fika hanya tersenyum menanggapi ucapan Juwita.

Perasaan Fika sekarang sedang campur aduk. Sudah bukan rahasia lagi, jika Fika menyukai Raka yang notabenenya adalah atasannya sendiri. Meskipun Raka lebih muda dari Fika dan Raka masih baru menjabat sebagai atasan Fika tapi Fika sudah sangat menyukai Raka.

Fika selalu merasa, selama tidak ada wanita di samping Raka, dia masih punya kesempatan untuk memenangkan hati Raka meskipun usia Raka lebih muda darinya.

Tujuan Fika pergi ke apartemen Raka, selain untuk meminta tanda tangan, Fika juga mencoba peruntungannya. Siska ingin menggoda Raka, dengan dia memakai baju yang seksi seperti yang dikenakannya sekarang. Siska pikir akan ada kesempatan untuknya, apalagi di dalam apartemen Raka, Fika sudah mempersiapkan segalanya. Tapi rencana yang sudah disusunnya sedemikian rupa, sekarang hancur tak bersisa.

"Itu, kalau boleh tanya, kamu siapanya Raka ya?" tanya Dika ragu-ragu.

"Oh, kenalkan. Namaku Juwita, tunangannya Raka!" jawab Juwita sambil mengulurkan tangannya.

"Tu-tunangan?" ucap Fika dengan tampang bodohnya. Dia tidak menyangka jika atasan yang sudah di kaguminya, sudah mempunyai tunangan. Apalagi tunangannya cantik dan pastinya seumuran dengan Raka.

Sebagai wanita, Fika tidak bisa, tidak merasa iri dengan kecantikan Juwita. Di mata Fika, kecantikan Juwita adalah kecantikan yang langka.

"Iya tunangan, kamu pasti Fika kan, sekretarisnya Raka?"

"I-iya."

"Kedepannya kita pasti akan sering bertemu, karena aku nanti akan sering main ke kantornya Raka."

"Kok Fika nggak kamu kasih minum sih, Sayang?" Raka menyela percakapan tunangan palsunya dengan Fika.

"Sudah selesai? Aku masih mengantuk!" Juwita berdiri, lalu menghampiri Raka dan memeluknya dengan manja.

"Iya, sudah selesai!" ucapnya sambil menepuk pelan kepala Juwita.

Fika menatap pemandangan di depan matanya dengan perasaan yang campur aduk. Untuk pertama kalinya, dia melihat Raka memperlakukan wanita selembut itu.

Tidak ingin sakit hatinya semakin menjadi, Fika meminta dokumen yang sudah di tanda tangani oleh Raka, dan segera pergi dari apartemennya.

"Ayo sayang, kita antar Fika keluar dulu!" ajak Raka, merangkul pinggang Juwita dengan mesra.

"Akting yang sangat bagus sayang!" ucap Raka begitu Fika sudah keluar.

2

"Akting yang sangat bagus sayang!" ucap Raka begitu Juwita sudah keluar.

"Terima kasih sayang untuk pujiannya," ucap Juwita lalu memukul dada Raka main-main.

"Tunggu! Kenapa kamu tidak memakai lingerie tadi aku berikan, dan malah memakai kemejaku?" tanya Raka penasaran.

"Menurutku ini lebih baik, aku nggak mau ya, pakai pakaian kurang bahan seperti itu!" jawab Juwita bersungut-sungut.

"Kenapa aku malah merasa kamu jadi jauh lebih seksi saat memakai kemejaku," batin Raka.

Tidak mungkin Raka menyuarakan pikirannya, bisa-bisa dia akan kena pukul Juwita lagi.

Sedang asyik-asyiknya mereka bercanda. Tiba-tiba pintu apartemen Raka dibuka dari luar, sontak suara pintu yang terbuka, membuat mereka menoleh dengan bersamaan.

"Kakek!" ucap mereka bersamaan, begitu kaget melihat jika ternyata kakeknya lah yang datang ke apartemen.

"Raka, Kakek datang!" teriak Kakek setelah memasuki apartemen.

Raka buru-buru ingin menyembunyikan Juwita, agar tidak terlihat oleh kakeknya itu.

Suara langkah kaki Kakek yang terdengar dekat, menghentikan Raka yang sedang sibuk untuk menyembunyikan Juwita.

"Kalian ...," ucap Kakek bingung.

"Kakek, Raka bisa jelasin soal ini Kek!" ucap Raka, tidak sengaja mendorong Juwita ke samping.

Kakek menatap keadaan Raka dan Juwita. Dihatinya keadaan Juwita yang berantakan dengan memakai kemeja Raka, lipstik yang belepotan sampai di pipinya, sedangkan Raka hanya memakai celana saja tanpa atasan. Mau tidak mau Kakek berpikir yang macam-macam tentang apa yang sudah mereka lakukan. Siapapun yang melihat keadaan mereka  sekarang, pasti akan berpikir hal yang sama.

Saat Raka ingin menjelaskan kepada kakeknya. Sahabatnya Reno, juga datang di saat yang tidak tepat.

"Raka, ini pesanan kamu!" teriak Reno, menyusul Kakek.

"Lho, Juwita sudah disini?" Reno menatap Juwita yang berdiam diri di samping Raka. Juwita menundukkan kepalanya karena ia merasa malu sedang memakai kemeja Raka.

"Tunggu! Kemeja Raka! Juwita memakai kemeja Raka," batin Reno.

"Ada apa ini Rak? Kenapa Juwita bisa memakai kemeja mu?" Reno meletakkan ayam goreng yang dibawanya di meja, lalu berjalan mendekati kedua sahabatnya.

Reno meneliti sikap Juwita yang hanya menunduk, apalagi dengan keadaan mereka yang membuat orang pasti akan salah paham.

"Angkat kepalamu Juwita Alexia!" sentak Reno.

Juwita yang mendengar nada bicara Reno yang kasar dan menaikkan intonasi suaranya membuat juwita merasa takut. Seumur hidupnya Reno selalu berkata lembut, tidak pernah menaikkan suaranya padanya.

Juwita tanpa sadar langsung berlindung ke belakang tubuh Raka. Tangannya gemetar saat memegang tangan Raka.

"Apa-apaan ini Juwita? Ganti baju kamu, sekarang!" Reno kembali berteriak.

"Jangan membuatnya takut, Ren!" kata Kakek sambil menepuk pundaknya.

"Juwita, kamu ganti baju dulu! Setelah itu, kita bicara!" Perintah Kakek.

"Baik Kek!" Juwita langsung berlari masuk ke dalam kamar Raka.

Reno yang melihat Juwita berlari masuk ke dalam kamar Raka, langsung melihat Raka dan melotot pada Raka.

Raka menjadi kikuk sendiri, di tatap Kakek dan sahabatnya, apalagi dia tidak memakai baju.

"Pakai bajumu Raka!" Perintah Kakek.

"Iya, Kek!" Raka lantas berjalan menuju ke kamarnya. Sontak saja Reno langsung berteriak marah padanya.

"Apalagi? Tadi katanya disuruh pakai baju," kata Raka.

"Juwita ada di dalam, Bodoh!" kata Reno singkat. Raka melotot kaget. Sungguh dia lupa, jika Juwita masih berada di dalam kamarnya.

Perasaan jengkel kembali dirasakan oleh Reno. Sedari mereka kecil mereka sepakat untuk melindungi Juwita, sampai nanti Juwita sudah menemukan laki-laki yang bisa melindunginya. Tapi apa yang dilihatnya sekarang benar-benar membuatnya marah.

Bukan berarti saat ini Reno menyukai Juwita, hanya saja, mereka tumbuh besar bersama-sama. Reno dan Raka selalu melindungi Juwita apapun caranya,  bahkan mereka dulu pernah menghajar teman sekelasnya, yang menjadikan juwita bahan taruhan mereka.

Di ruang tamu, Reno masih melayangkan tatapan tajamnya pada Raka. Sedangkan Kakek hanya diam saja, larut dengan pikirannya sendiri.

Selesai Juwita berganti baju, Juwita masih takut untuk keluar dari kamar. Biar bagaimanapun di luar ada Kakek dan juga sahabatnya.

Juwita malu setengah mati, saat tadi mereka melihat keadaannya yang sangat memalukan. Memakai kemeja Raka dan hanya bisa menutupi setengah pahanya juga kondisi yang acak-acakan. Rasanya, Juwita benar-benar ingin bersembunyi di lubang semut saja saat ini.

Juwita saat ini mondar-mandir di dalam kamar Raka, masih merasa takut untuk bertemu dengan mereka.

"Juwita, sudah belum ganti banjunya? ayo cepat keluar! Ditunggu Kakek sama Reno!" Raka memanggil Juwita yang sedari tadi tidak keluar dari kamar.

Juwita berlari kecil mendekati pintu kamar. "Apa Kakek dan Reno marah?" tanya Juwita dengan hati-hati.

"Tidak! Ayo keluar dulu, baru kita jelaskan kepada mereka." Juwita lalu membuka pintu kamar.

"Raka aku takut! Tadi saja Reno keliatan sudah marah banget gitu," ucap Juwita pelan.

Raka menatap Juwita, rasa bersalah menjalar di hatinya. Biar bagaimanapun semua ini terjadi karena permintaanya.

"Tidak apa-apa, aku nanti yang akan jelaskan pada mereka," kata Raka meyakinkan Juwita untuk percaya kepadanya.

Raka lantas menggenggam tangan Juwita, niatnya ingin menenangkan Juwita yang masih merasa takut untuk bertemu Reno, karena tadi di bentak oleh Reno.

Berbeda dengan pandangan Kakek dan Reno, mereka mengira bahwa Raka benar-benar memiliki hubungan yang romantis dengan Juwita.

Kakek yang merasa bahagia, karena berfikir, akhirnya cucunya yang selama ini tidak tertarik pada perempuan, mempunyai orang yang dicintai. Apalagi itu wanita itu tumbuh besar bersamanya.

Beda lagi dengan Reno, dia saat ini merasa kesal dengan Raka. Jika memang dia bersama Juwita, seharusnya Raka menjaganya bukan malah seperti ini. Melihat penampilan Juwita tadi, Reno yakin, mereka sudah melangkah lebih jauh.

Raka dan Juwita duduk berdampingan. Juwita tidak mau melepaskan genggaman tangan Raka, karena masih merasa takut pada Reno.

"Jelaskan!" kata Kakek dan Reno bersamaan.

Raka menatap mereka sebentar, lalu mulai menjelaskan,

"Kakek, Reno, kalian ini salah paham. Aku dan Juwita tidak melakukan apa-apa. Sungguh!" jelas Raka.

Reno berdecak sebal, tentu dia tidak percaya kata-kata Raka begitu saja, setelah apa yang dilihatnya tadi.

Melihat reaksi Reno yang tidak percaya kepadanya, Raka kemudian kembali menjelaskannya. Namun menurut Reno, semakin Raka menjelaskan, itu malah terkesan sebagai pembelaan diri.

"Diam!" Reno yang memang sudah kesal, melempar Raka dengan bantal sofa yang ada di belakangnya.

Lemparan Reno tidak hanya menjatukan bantal sofa saja, tapi juga ada satu barang yang ikut terjatuh di hadapan mereka semua.

Melihat adanya benda kecil yang ikut terjatuh, membuat mereka sontak melihat benda itu secara bersamaan.

Reno yang memang posisinya paling dekat dengan benda yang jatuh itu langsung saja mengambilnya setelah melihat benda itu, Reno lantas menatap Raka marah.

"Raka! kamu benar-benar ...."

3

Reno kembali memukuli Raka dengan bantal sofa. Reno saat ini merasa marah dan kecewa dengan apa yang telah dilakukan Raka pada Juwita.

Reno ingin sekali menghajar Raka tetapi walau bagaimanapun mereka sudah tumbuh besar bersama- sama, hal itu membuat Fajar tidak tega jika harus membuat sahabatnya itu babak belur.

"Cukup Reno!" ucap Kakek.

Kini mereka berempat tengah duduk berhadap-hadapan. Raka dan Juwita merasa takut dan tertekan dengan tatapan Kakek dan Reno saat ini, mereka seperti siap memangsa mangsanya.

Juwita yang sangat takut, lantas menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap mereka.

"Jadi," ucap Kakek meminta penjelasan.

"Kakek, kan Raka sudah bilang tadi. Raka dan juwita tidak melakukan apa-apa. Sumpah Kek!" ucap Raka sambil mengangkat tangannya.

"Heh, tidak melakukan apa-apa? Terus maksudnya ini apa bodoh?" Reno melempar alat kontrasepsi ke depan Raka.

Raka benar-benar marah dan kecewa pada Raka saat ini. Mereka bertiga tumbuh besar bersama, mereka juga berjanji akan menjaga Juwita sampai dia menikah nanti.

"Reno, kita benar-benar tidak melakukan apa-apa," jelas Juwita.

"Juwita, kamu tahu kan aku selama ini menjaga kamu tidak apa-apa jika kalian memang saling mencintai, tapi kenapa kamu biarkan Raka merusak kamu juga," kata Reno merasa kecewa.

Juwita jika sadar selama ini, betapa Reno dan Raka sangat menjaganya. Namun, ini sungguh hanya kesalah pahaman yang tidak bisa dijelaskannya.

Perasaan Reno sekarang seperti terkhianati, Yang paling membuat Reno kecewa adalah Raka yang sudah melanggar janjinya untuk menjaga Juwita.

"Reno!" panggil Juwita, melihat tatapan penuh kekecewaan di matanya. juwita tidak berani lagi mengatakan lebih jauh.

"Jadi, sudah berapa lama kalian bersama?" tanya Kakek yang sedari tadi diam, melihat pertengkaran antara cucu dan sahabatnya.

"Kakek, kita benar-benar tidak bersama," jelas Raka.

"Siapa yang akan percaya dengan penjelasan kalian, setelah apa yang kita lihat dari awal masuk apartemen tadi?" tanya Kakek.

"Raka, Kakek tidak pernah mengajarimu untuk tidak menghormati wanita."

"Kakek akan sangat malu, saat nanti bertemu dengan Braga"

Braga adalah Kakek Riska yang sudah meninggal. Mereka dulu sangatlah dekat.

"Kakek, jangan ngomong sembarangan!" bantah Raka. Setiap kali Kakeknya menyinggung tentang kematian, Raka akan sangat tidak suka akan hal itu.

"Kalian harus segera menikah!" putus Kakek.

Ucapan dari Kakek, sontak membuat ketiga orang lainnya terkejut. Mereka menatap Kakek untuk melihat, apakah Kakek sedang bercanda atau serius.

"Kakek, aku nggak mau menikah sama Raka, Kek!" Juwita menolak keputusan dari Kakek yang menyuruh mereka untuk menikah.

Kakek adalah satu-satunya sesepuh yang masih hidup diantara keluarga mereka bertiga, hal ini membuat mereka sangatlah menghormatinya.

Keputusan Kakek kali ini, membuat mereka sangat dilema. Di satu sisi, mereka sangat menyayangi Kakek, akan tetapi untuk menuruti kemauan Kakek yang satu ini mereka masih tidak yakin.

"Kakek akan bicara dengan Royan." Kali ini, keputusan yang sudah diambil oleh Kakek tidak main-main.

Kakek, kita benar-benar jujur, kita tidak melakukan apa-apa Kakek. Ini semua hanya salah paham

" Juwita masih mencoba untuk menolak k putusan kakek untuk menikahkan dirinya dengan Raka.

Dalam hidup Juwita, tidak pernah terlintas sedikitpun pikiran, untuk menikahi salah satu dari sahabatnya itu.

"Apa kalian akan terus-terusan begini? Lebih baik kalian segera menikah. Jadi apapun yang kalian lakukan nanti sudah tidak dosa," terang Kakek.

"Akhirnya cucuku bisa menikah juga, apalagi Juwita yang akan jadi cucu mantu ku," batin Kakek sangat bahagia.

Kakek sudah sangat lama ingin Raka segera menikah muda, tapi cucunya itu benar-benar keras kepala. Setiap kali Kakek sudah mengungkit tentang pernikahan, Raka pasti akan segera mengalihkan pembicaraan atau kabur.

Kakek sebenarnya sangat  percaya dengan mereka. Tidak mungkin mereka melewati batas. Mereka dididik dengan ketat oleh orangtua mereka, jadi tidak diragukan lagi, mereka memang jujur. Sekarang karena ada kejadian seperti ini, Kakek dengan senang hati akan memanfaatkan kejadian ini, untuk memaksa Raka segera menikah. Bukan hal yang buruk, karena Juwita tumbuh besar di bawah pengawasannya.

Reno masih memikirkan ucapan Kakek. Ada benarnya juga menyuruh mereka untuk segera menikah. Hubungan Raka dan Juwita sudah terlalu jauh.

Reno mungkin saja akan percaya pada penjelasan mereka di awal, tetapi tidak, setelah Reno menemukan alat kontrasepsi itu.

Bagi Reno, alat kontrasepsi itu adalah bukti nyata, dan penjelasan dari Raka hanyalah alasan untuk menyangkalnya saja.

"Iya Kek, Raka juga setuju kalau mereka berdua menikah saja" kata Reno dengan tiba-tiba.

Kata-kata Reno sontak membuat Juwita ingin menangis. Juwita seperti wanita yang teraniaya saat ini, karena tidak ada yang percaya padanya.

Juwita lantas menatap Reno dengan mata berkaca-kaca. Berharap Reno akan merasa iba padanya, biasanya jika Juwita sudah seperti ini maka Reno pasti akan menurutinya.

Reno yang melihat mata Juwita sudah berkaca-kaca merasa tidak tega. Namun mengingat apa yang sudah mereka lakukan, Reno akan tetap setuju untuk mereka menikah.

"Tidak perlu menunjukkan wajah seperti itu Ta! Aku akan tetap kekeh mendukung keputusan Kakek, untuk kalian menikah." Reno membuang muka, tidak tahan dengan tatapan tidak berdaya dari Juwita.

"Ayo Ren, kita kembali dulu! Lalu kamu temani Kakek untuk menjelaskan situasinya pada Royan. Kamu akan menjadi saksi atas perbuatan mereka," ucap Kakek berpura-pura marah.

"Ayo Kek!" Reno lantas berdiri mengikuti Kakek keluar dari apartemen Raka.

Setelah kepergian Kakek dan Reno. Dua sejoli

itu, kini tengah terdiam duduk di sofa. Merenungi kejadian yang terjadi hari ini.

"Raka kenapa bisa ada ini disini?" tanya Riska menunjukkan satu kotak alat kontrasepsi yang ditemukan Reno tadi.

Raka melihat alat kontrasepsi itu.

"Aku juga tidak tahu," jawab Raka dengan bingung.

Seumur hidupnya, Raka tidak pernah sekalipun menyentuh barang itu, tapi kenapa tiba-tiba barang itu ada di apartemennya.

"Jangan-jangan kamu yang punya ya?" Juwita melempar alat kontrasepsi itu ke lantai.

"Jahat kamu Rak! Kalau kamu udah punya pacar, kenapa malah minta bantuan aku segala, sampai-sampai Kakek sama Reno salah paham dengan kita." Juwita meraung, memukuli badan Raka.

"Sumpah Ta, itu bukan punya aku. Aku juga tidak tahu itu punya siapa," jelas Raka sambil menghindari pukulan dari Juwita.

"Bohong! Itu pasti punya kamu!" tuduh juwita

"Bukan punyaku! Masa, kamu tidak mengenalku sih, Ta!" jawab Raka tidak terima dengan tuduhan yang Juwita berikan padanya.

"Kalau bukan punyamu, terus kenapa bisa ada di sini?"

Raka mencoba mengingat-ingat, tidak mungkin dia yang punya, membelinya saja tidak pernah.

Melihat Raka diam, Juwitaa lantas berucap, "Jika bukan punyamu, berarti punya orang lain, siapa yang ke sini belakangan ini?"

Raka mengingat-ingat, siapa yang datang ke apartemennya belakangan ini. Raka kemudian ingat, kemarin malam Rendi menginap di sini.. Mengingat tabiat Rendi yang sering main perempuan, barang itu pasti miliknya.

"Rendi!!" teriak Raka menggebrak meja.

"Ada apa dengan Kak Rendi?" tanya Juwita bingung.

"Itu milik Rendi, kemarin malam dia menginap di sini," ucap Raka.

"Jadi gara-gara Kak Rendi, kita bakalan di nikahkan?" Juwita berteriak tidak terima.

Juwita yang memang sudah mengetahui tabiat Rendi, percaya jika alat kontrasepsi itu miliknya.

Jika bukan karena Reno tadi menemukan benda terkutuk itu, mereka pasti percaya pada mereka, dan mereka tidak akan disuruh menikah. Raka juga bukan orang yang setiap hari akan membersihkan apartemen. Raka hanya akan membersihkannya seminggu dua kali.

"Raka, ini terus bagaimana? Aku belum mau menikah."

Juwita ingin menyalahkan Raka atas semua ini, tapi Juwita sadar, dia dengan sukarela mau membantu Raka.

Raka terkejut melihat Juwita yang menangis, berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya di lutut.

Raka lantas memeluk Riska.

"Tidak apa-apa, apapun yang terjadi, aku pasti akan melindungi kamu," ucap Raka menenangkan Juwita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!