“Lise, gantikanlah pernikahan adikmu.”
“Dia tidak ingin menikah dengan Duke Monster itu, maka gantikanlah dia,” pinta Duke Targayen pada putri sulungnya.
Carlisle menatap tak percaya pada sang ayah, ia tak menyangka pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah tegas itu akan melimpahkan kesalahan Esmeralda padanya.
Ya, sang adik Esmeralda tak sengaja melakukan kesalahan besar yang mengakibatkannya harus menikah dengan Duke Alastair. Gadis yang berada tidak jauh dari Carlisle itu menangis keras di pelukan sang ibu, ia tak ingin menikah dengan pria berjulukan monster tersebut.
“Aku?”
“Sejak awal Esmeralda yang membuat masalah, dan kalian melimpahkan kesalahannya padaku?” tanya Carlisle yang masih bersikap tenang.
Mendengar itu sang ayah mendekati Carlisle, ia memegang bahu putrinya, “Putriku mengertilah keadaan adikmu, dia masih belum siap untuk menikah, apalagi dengan Duke kejam itu.”
“Lalu apa kau tidak mengasihani aku? Aku juga putrimu, kau menutup kesalahan seorang putri dan memberikannya pada putri yang lain?”
Carlisle tersenyum dan menatap ibu dan adiknya, “Apa itu adil?”
“Dia bukan anak kecil lagi, jangan terus menutup kesalahannya.” sambung Carlisle.
“Lise kenapa kau sejahat itu pada adikmu? Ingatlah apa yang kau lakukan padanya dulu? Sekarang sudah saatnya kau membalas budi atas kebaikan adikmu!” balas sang ibu yang balik menatap tajam Carlisle.
“Hiks, hiks, Ibu aku tidak ingin menikah dengan monster itu,” rengek Esmeralda di pelukan ibunya.
“Tentanglah putriku, kau tidak akan menikah dengannya,” jawab Duchess menenangkan putri kesayangannya.
Melihat perlakuan berbeda sang ibu, membuat hati Carlisle tersayat, sorot matanya berubah sendu. Bukan karna iba pada keluarganya, tapi ia kasihan pada dirinya sendiri.
“Demi nama baik keluarga kita, tolong berkorbanlah Carlisle,” pinta sang ayah dengan wajah memohon.
“Ayah tidak punya pilihan, hanya ini satu-satunya jalan terbaik untuk kita, kita tidak bisa menentang keputusan kaisar. Tolong berkorbanlah untuk keluarga ini, ayah dan ibu akan sangat senang jika kau mau menerimanya,” ucap sang ayah lagi.
Sebegitunyakah kalian menyayangi Esmeralda? Sampai-sampai kesalahan besar pun kalian limpahkan padaku, batin Carlisle.
Tanpa sadar Carlisle mengingat segala perlakuan berbeda kedua orang tuanya terhadap ia dan Esmeralda. Bohong jika ia tak iri pada adiknya yang sejak dulu dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya.
"Semua ini karenamu Lise, jika kau tak mendorongnya dari tangga, dia tidak akan mengalami masa-masa sulit seperti ini."
“Kau, kenapa kau sangat membenci adikmu?”
“Semua ini karenamu!”
“Dia begini karenamu Lise!”
“Kau anak tak berguna, kau pembawa sial, aku menyesal pernah melahirkanmu!”
Carlisle merasa dadanya begitu sesak ketika mengingat kembali kata-kata yang dulu pernah Duchess lontarkan padanya.
“Kami sudah membesarkanmu dengan baik selama ini, kini sudah saatnya kau membalas budi pada kami Carlisle. Hanya ini yang aku dan ayahmu inginkan sebagai gantinya,” ucap sang ibu saat melihat Carlisle terdiam cukup lama.
Mendengar kata-kata Duchess, Carlisle tertawa. “Ha, ha, membesarkanku saja kalian meminta balasan, padahal aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apa lagi dari orang tua seperti kalian.”
Praak...! Sontak Duke Targayen mendaratkan tamparan ke pipi Carlisle.
“Carlisle jaga bicaramu!” teriak sang ayah.
“Seharusnya kau bersyukur dilahirkan dari keluarga bangsawan, sejak lahir tak pernah kekurangan apa pun, apa begini caramu membalas kami?”
“Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang, kau aib bagi keluarga ini!”
Mendengar kata-kata sang ayah, Carlisle kembali tertawa, sembari memegangi pipinya ia menatap Duke.
“Ya, benar, tepat sekali, aku aib, aku memang sampah keluarga ini. Kenapa kalian baru menyadarinya sekarang?”
“Kalian meminta balasan bukan? Baiklah, aku akan menuruti apa yang kalian inginkan sebagai bayaran telah membesarkanku,” ucap Carlisle lagi sembari berjalan pergi.
“Carlisle kenapa kau seperti ini? Kau tidak mengasihani adikmu? Sejak kecil dia sudah menderita karena dirimu, sudah sewajarnya kau berbuat seperti ini untuknya!” bentak Duchess.
Carlisle yang ingin membuka ganggang pintu itu pun berhenti, “Aku sudah menanggung kesalahannya ibu, apa lagi yang kalian inginkan?”
“Sekarang aku permisi, semoga malam kalian bahagia.”
Carlisle meninggalkan ruang kerja sang ayah, dengan perasaan bercampur aduk ia kembali ke kamar. Wanita itu menutup rapat-rapat kamarnya, dan kemudian ia duduk bersandar di balik pintu sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Sakit, itulah yang Carlisle rasakan, dadanya begitu sesak karna ketidakadilan yang ia alami.
Kenapa rasanya sesakit ini! Kenapa aku harus mengalami semua ini hanya karna aku tak secantik Esmeralda, batin Carlisle.
“Hah, kenapa rasanya begitu sesak?”
Tanpa sadar buliran air keluar dari balik kelopak matanya, sudah cukup ia merasakan pengabaian dan caci maki dari orang-orang, dan kini ketidakadilan pun harus ia rasakan. Perlahan Carlisle mendongakkan wajahnya, pantulan dirinya yang menyedihkan pun terlihat dari cermin.
Sosok bertubuh gendut dan wajah yang buruk rupa terlihat jelas. Meski ia mewarisi rambut putih dan mata biru laut ayahnya, tetap tak bisa menandingi kecantikan sang adik yang dijuluki wanita tercantik di kekaisaran.
Banyak orang membandingkan keduanya bagai langit dan bumi, baik sifat maupun paras sangat jauh berbeda meski keduanya bersaudara.
Carlisle Targayen, dia adalah putri pertama keluarga Duke Targayen, seorang wanita yang dianggap buruk, baik oleh keluarga maupun para bangsawan.
Sampah keluarga Duke, penjahat, dan wanita yang ingin menyaingi adiknya sendiri adalah julukan orang-orang pada dirinya, seolah tak ada sedikit pun sisi baik dalam diri Carlisle.
Carlisle menghapus air mata yang mengalir di pipinya, tak ada waktu baginya untuk terus menangis, sekarang ia harus memikirkan cara bagaimana menghadapi Duke berjulukan monster tersebut.
“Aku tidak pernah mengenal pria itu, lantas bagaimana caraku menghadapinya?”
Di saat bersamaan seorang pelayan mengetuk pintu kamar Carlisle.
“Nona saya membawakan Anda menu makan malam, saya juga membawakan Anda menu tambahan lainnya. Bisakah saya masuk Nona?”
Menyadari pelayan setianya datang, Carlisle buru-buru berdiri dan membukakan pintu. Terlihat sosok wanita muda dengan rambut coklat yang tergulung rapi membawa troli makanan untuknya.
Tanpa mengucap salam pelayan tersebut langsung memasuki kamar dan memindahkan makanan yang ada di troli ke meja, saat meja tersebut telah penuh dengan berbagai jenis masakan, ia menatap khawatir pada Carlisle.
“Nona ayo makanlah, Anda belum makan sejak pagi.”
Alie, dia satu-satunya pelayan yang mau mendengar perintah Carlisle dan wanita yang begitu setia pada tuannya. Saat mendengar masalah yang terjadi pada Carlisle ia buru-buru menyiapkan makanan untuk tuannya itu.
Gadis itu tahu kebiasaan Carlisle jika terlibat masalah yang memberatkan pikirannya, maka ia akan melimpahkan rasa frustrasinya itu pada makanan dan menjadi salah satu penyebab tubuh besar Carlisle.
Lise menatap kosong makanan yang memenuhi mejanya, tapi ia tetap duduk dan mulai melahap satu-persatu makanan yang ada dengan cepat.
Saat buliran air kembali keluar dari balik kelopak matanya, semakin cepat pula Carlisle menyumpal makanan ke mulutnya.
...****************...
Duke Alastair yang baru saja datang ke ibu kota terlihat mempercepat langkahnya menuju ruangan Kaisar, pria itu ingin menemui sang paman setelah mendengar keputusannya.
“Akhirnya, kau muncul Elio. Ada apa lagi kau ingin menemui paman?” tanya sang kaisar sembari menyeruput tehnya.
“Paman, kau masih tampak tenang setelah apa yang kau putuskan untukku?”
Pria tua itu pun tertawa, “Kenapa? Kau sendiri yang mempercayakan semuanya pada paman bukan?”
“Paman masih sangat ingat apa yang kau katakan ‘Aku percayakan semua keputusan ini padamu paman.’ “
“Ya, aku tahu, tapi menikah? Paman, aku hanya menuntut tanah yang wanita itu ambil tanpa izin. Aku ingin tanah itu kembali berserta kerugian yang kualami, bukan pernikahan.”
“Elio, kau sendiri tahu seperti apa hubungan keluarga Duke Targayen dan Duke Alastair, jika terjadi sedikit saja kesalahpahaman, itu akan membuat permusuhan di antara dua keluarga.”
“Pernikahan ini akan sangat menguntungkan, Elio. Kau akan mendapat banyak dukungan, dan kekuasaanmu akan semakin kuat. Hubungan buruk dengan Targayen juga akan berakhir jika kau menikah.”
“Dan paman pun juga tidak bisa menarik kembali keputusan yang sudah diambil, lagi pula sampai kapan kau ingin melajang?”
“Paman juga ingin menimang seorang cucu, kau tahu betapa irinya paman melihat beberapa bangsawan bermain dengan cucunya.”
Elios menghela nafas, ia menatap malas sang kaisar. “Paman, kau sendiri punya seorang putra, kenapa kau tidak menyuruhnya saja untuk menikah?”
“Kau tahu dia yang keras kepala, Paman sudah pasrah dengannya, jika dia ingin melajang seumur hidupnya pun tidak masalah, karna yang terpenting baginya adalah mengurus kekaisaran ini.”
“Paman, kau kaisar yang tidak adil.”
“Ha, ha, ha, itu menurutmu, tidak menurut rakyatku.”
“Jangan lupa, besok kau harus menemui paman, aku ingin mempertemukan kau dengan calon istrimu.”
“Jika aku tidak sibuk,” balas Elios sembari beranjak dari duduknya.
“Hei, paman belum selesai bicara!” teriak Kedrick kala melihat Elios berlalu pergi .
“Tidak Elio, tidak Lucian, mereka selalu saja sulit diatur,” gerutu Kedrick.
...****************...
“Selamat pagi Nona, saya membawakan Anda sarapan,” ucap Alie saat melihat tuannya telah terbangun.
Carlisle segera bangkit ketika mendengar suara Alie, “Ya, letakkan saja di atas meja.”
Alie mengikuti apa yang diperintahkan tuannya, ia kemudian tersenyum melihat wajah Carlisle yang masih mengantuk.
“Saya juga sudah menyiapkan air panas untuk Anda, Nona.”
“Terima kasih Alie.”
Alie mengangguk, “Apa ada lagi yang Anda butuh kan?”
Carlisle menggeleng.
“Baiklah, kalau begitu saya permisi, Nona.”
“Hm, tunggu ... Alie!”
Sontak pelayan tersebut menghentikan langkahnya, ia kembali berbalik. “Ya, Nona, ada apa?”
“Apa kau tahu seperti apa Duke Alastair?”
“Apa kau tahu seperti apa Duke Alastair?”
Untuk sesaat Alie terdiam. “Maaf, Nona. Meski tuan Duke terkenal karna julukannya, tidak terlalu banyak informasi tentang tuan Duke.”
“Orang-orang hanya tahu bahwa Duke salah satu keluarga kaisar. Terkenal karna kekejaman, dan kebengisannya terhadap musuh. Selebihnya tidak ada informasi lain.”
“Sungguh?” tanya Carlisle seolah ragu.
Alie menangguk, “Bahkan hingga kini tak ada yang pernah melihat seperti apa wajah tuan Duke, kecuali orang-orang yang bekerja dengannya.”
“Dia sangat tertutup?”
“Ya, Nona, tapi dari desas-desus tuan Duke menghindar dari banyak orang karna wajahnya yang buruk rupa, entah itu benar atau bohong. Hanya itu yang saya tahu, Nona.”
“Baiklah, kau boleh pergi, Alie”
“Baik Nona.”
Setelah kepergian Alie, Carlisle masih diam membeku di tempat, ia merasa pusing memikirkan apa yang terjadi ke depannya, apa lagi Duke Alastair terkenal kejam.
Yang Carlisle tahu sebagai bangsawan pun tak lebih dan tak kurang seperti yang Alie sampaikan. Ia tidak tahu banyak tentang orang yang akan menjadi suaminya itu.
Apa aku bisa menghadapi pria itu? Bisa saja dia langsung membunuhku setelah bertemu, tidak bagaimana pun itu aku tidak boleh takut padanya. batin Carlisle.
Saat Carlisle berniat menyantap sarapannya, sang ayah tiba-tiba datang, wajah pria tua itu terlihat panik.
“Ada apa ayah?”
“Cepat bersiap, kaisar memanggilmu.”
Dahi Carlisle mengernyit, “Tunggu, bukankah ini terlalu cepat?”
...****************...
Di Istana, kaisar yang berada di ruang kerjanya tampak menatap pemandangan di luar jendela. Pagi itu hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya, membuat udara pagi semakin dingin.
Kedrick menghela nafas, ia menyandarkan tubuhnya di dinding sembari menyilangkan lengan.
“Cuaca benar-benar tidak dapat diduga, persis seperti apa yang dilakukan Duke Targayen. Bukan begitu Elio?” tanya Kedrick yang sadar akan kedatangan Elios.
Elios tak membalas, ia langsung duduk di salah satu sofa.
“Elio, jika pamanmu bertanya maka jawablah.”
“Ya, ya, aku tidak peduli siapa pun wanitanya,” balas Elios sembarang.
Mendengar jawaban sang keponakan, tentu membuat kaisar yang tadinya fokus menatap pemandangan beralih menatap tajam padanya.
“Kau tidak bisa menjawab seperti itu, itu sangat penting Elio.”
“Bisa-bisanya Duke Targayen memberikan putri pertamanya itu, jelas-jelas putri keduanya yang membuat kesalahan,” gerutu Kedrick.
“Padahal aku sudah membayangkan bagaimana kau menikah dengan wanita tercantik di kekaisaran ini.”
“Paman, kecantikan tidak dapat menjamin wanita itu bisa bersikap dewasa dan bertanggung jawab akan tugasnya. Lihatlah bagaimana wanita itu membuat kesalahan dan orang lain yang harus menanggungnya.”
“Ya, aku tahu, tapi putri pertama Duke Targayen terkenal akan sikapnya yang buruk, persis seperti wajahnya yang buruk rupa, dia sangat berbeda dengan adiknya.”
“Sekarang aku mengerti betapa liciknya Duke Targayen, karna putri keduanya terlalu berharga, dia langsung melemparkan putri pertamanya yang tak berguna itu,” sambung Kedrick.
“Aku tidak peduli dia wanita seperti apa, ini hanya pernikahan politik.”
“Jangan memusingkan dirimu sendiri, Paman. Jika putri Targayen tak berguna dan tidak bisa mengemban tugasnya dengan baik, maka mudah saja ... aku akan membunuhnya.”
Di saat bersamaan seorang pelayan datang bersama Carlisle, nyali wanita itu ciut saat tak sengaja mendengar kata-kata terakhir Elios.
“Salam yang Mulia, saya datang untuk mengantar Nona Targayen.”
“Ya, sekarang kau boleh pergi,” balas Kedrick.
“Baik yang Mulia.”
Pelayan tersebut pun pergi meninggalkan Carlisle bersama keduanya. Tentu saja itu membuat Carlisle semakin takut, tapi ia tetap memperlihatkan wajah tenangnya sebisa mungkin.
“Saya Carlisle Targayen, memberi salam untuk matahari kekaisaran ini,” ucap Carlisle sembari membungkuk.
Setelah mendapat anggukan dari Kaisar barulah Carlisle menegakkan tubuhnya kembali. Kedrick menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, terlihat jelas mata itu merendahkan Carlisle.
“Carlisle kau tahu kenapa aku memanggilmu kemari?”
“Ya, Yang Mulia, saya tahu.”
“Baguslah jika kau tahu. Aku langsung memerintahkannya memanggilmu kemari, setelah Duke Targayen mengatakan kaulah pengantinnya.”
“Katakan padaku, kenapa kau rela menggantikan pernikahan adikmu? Bukankah dia yang membuat kesalahan?”
“Ya, Yang Mulia, memang benar jika adik saya yang membuat kesalahan pada Duke Alastair. Saya benar-benar minta maaf akan apa yang ia lakukan, karena sifatnya yang belum dewasa itulah saya yang menggantikan pernikahannya.”
“Sungguh, tapi usia adikmu sudah cukup dewasa, seharusnya dia berani bertanggung jawab akan kesalahannya.”
“Usia bukan patokan, Yang Mulia. Justru untuk menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi di masa depan itulah saya yang menggantikannya.”
“Saya tahu bahwa saya memiliki banyak kekurangan, saya pun juga tak secantik wanita bangsawan lainnya, tapi saya akan memastikan untuk bertanggung jawab dan mengemban tugas dengan baik,” sambung Carlisle.
Carlisle yang begitu tenang saat bicara, membuat kaisar terkesan.
Kenapa dia begitu tenang? Dia terlihat berbeda dari apa yang para bangsawan katakan, batin Kedrick.
Elios tertawa mendengar perkataan Carlisle, ia kemudian beranjak dan berjalan ke arah wanita tersebut, hingga berdiri tepat di hadapannya.
“Tak usah berbelit-belit, pada kesimpulannya kau wanita tak berguna yang dilemparkan oleh orang tuamu sendiri. Bagi mereka adikmu itu terlalu berharga menikah dengan Duke berjulukan Monster, bukan begitu?”
Carlisle mengangkat alisnya, ditatapnya pria yang mengenakan jubah tersebut, ia tak terlalu jelas melihat wajah pria itu karna jubah yang dikenakannya.
Siapa pria ini, apa dia Duke Alastair? Batin Carlisle.
“Mungkin Anda bisa berbicara seperti itu, tapi pernahkah Anda mendengar tentang takdir?”
“Takdir?”
Carlisle tersenyum, “Saya pernah mendengar bahwa takdir setiap orang tidak akan pernah tertukar. Sekalipun ia menghindar, takdir akan tetap menemukannya. Sama halnya seperti saya yang akhirnya ditakdirkan untuk tuan Alastair.”
“Ha, ha, kata-kata yang bagus Carlisle,” puji Kaisar.
“Jadi kita ditakdirkan? Apa kau tidak takut? Kau pasti mendengar pembicaraan terakhirku dengan kaisar bukan?”
Menyadari bahwa Duke Alastair-lah yang berdiri di depannya membuat Carlisle mempertajam tatapannya.
“Oh, lihatlah di saat orang-orang tak berani menatapku, kau justru sebaliknya.”
“Untuk apa saya takut, Anda tidak pernah mendengar tentang saya?” tanya Carlisle.
“Penjahat, wanita gendut buruk rupa, sampah keluarga Duke, dan wanita yang ingin menyaingi adiknya sendiri, semua itu julukan yang saya dapatkan dari para bangsawan. Saya tidak akan takut pada julukan Anda,” ucap Carlisle dengan lantang.
Bohong, benar-benar bohong, memangnya siapa yang ingin berhadapan dengan seorang pembunuh, batin Carlisle.
Elios terdiam mendengar jawaban Carlisle, bukan karna kata-katanya, tapi tatapan wanita itu, meski ia menatap tajam ada kesedihan yang tersirat saat Carlisle menyebutkan satu-persatu julukannya.
Aneh, kau menatap tajam, tapi di saat bersamaan kau menunjukkan kesedihanmu. Ucap Elios dalam benaknya.
Kaisar bertepuk tangan mendengar jawaban Carlisle, “Aku tak menyangka kau pandai dalam berbicara, bisa-bisanya kau menggunakan julukan burukmu melawan keponakanku.”
“Kalian benar-benar cocok, bagaimana jika aku menikahkan kalian sekarang juga?”
Kata-kata kaisar sontak membuat keduanya menatap Kedrick dengan tatapan tak percaya.
“Maksud paman saat ini?”
“Maksud paman saat ini?”
“Tentu saja, semakin cepat semakin baik bukan?”
“Apalagi yang kalian berdua pikirkan, memangnya kapan kalian akan menikah jika kalian terus menunda-nunda.”
Carlisle bingung dengan jalan pikiran kaisar, baru beberapa saat yang lalu orang itu menatap jijik dan kesalnya padanya, tapi kini telah berubah menjadi orang yang berbeda.
“Kenapa kau menatap bingung, Nona Targayen? Bukankah kau sendiri yang mengatakan kau telah ditakdirkan untuknya.”
“Ya, saya memang berkata begitu, tapi apa ini tidak terlalu cepat, Yang Mulia?”
“Ha, ha, tapi tidak menurutku.”
Kaisar berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil sebuah kertas dari dalam laci. “Ah, aku sudah lama menyiapkan ini untuk Lucian, tapi ternyata kaulah yang lebih dulu menikah Elio.”
...****************...
Carlisle kembali ke kediaman Duke, kala itu hari sudah menjelang siang dan hujan pun telah mereda, tampak Duke dan Duchess menyambut kedatangannya, terlihat raut kekhawatiran di wajah keduanya.
“Carlisle, bagaimana? Apa yang dikatakan kaisar tentangmu?” tanya Duke Targayen.
“Apa kaisar setuju?”
“Carlisle jangan diam saja, jawab pertanyaan ayahmu!” tegur sang ibu sembari mengguncang bahu Carlisle.
“Ya, kaisar setuju, aku juga sudah menandatangani surat pernikahan dengan Duke Alastair.”
Duke dan Duchess saling pandang kala mendengar jawaban Carlisle, wajah khawatir mereka seketika hilang dan berubah menjadi rasa lega.
“Syukurlah jika kaisar menyetujuinya.”
Ya, bukan Carlisle yang mereka khawatirkan tapi kaisar yang menyetujui atau tidaknya pernikahan tersebut. Tanpa berkata apa-apa lagi keduanya kembali masuk ke Mansion, mereka tak peduli akan berita yang Carlisle sampaikan, bahwa putri sampah mereka telah menikah.
Lagi-lagi rasa sesak ini!
Carlisle mengepalkan tangannya, mencoba meredam apa yang ia rasakan, padahal putrinya telah berkorban seperti yang mereka inginkan, tapi tak sekalipun Duke dan Duchess menanyakan keadaannya.
Di saat itu pula, Esmeralda yang datang entah dari mana tiba-tiba memeluk Lise dari belakang, tidak sendiri wanita itu datang bersama nona bangsawan lain.
“Kakak, selamat untuk pernikahanmu, aku senang kau menikah,” ucapnya memberi selamat.
Ya, berbeda dengan Carlisle, Esmeralda mewarisi rambut cokelat dan mata hijau ibunya, kulitnya putih bersih, hidung mancung, dan bibir tipisnya begitu padu dengan rambut panjang bergelombang itu.
“Lihatlah apa yang aku belikan untuk kakak.”
Esmeralda memasangkan sebuah gelang yang ia beli ke tangan Carlisle.
“Aku membelikan ini bersama para Lady sebagai hadiah pernikahan untuk kakak, semoga pernikahan kakak bahagia.”
Sikap yang ditunjukkan Esmeralda benar-benar tak menunjukkan rasa penyesalan atau pun rasa bersalah pada Lise. Carlisle tak menjawab, ia merasa dadanya semakin sesak melihat perlakuan Esmeralda.
Wanita itu kemudian meninggalkan sang adik begitu saja, ia tak dapat berkata-kata melihat sikap Esmeralda. Dapat ia dengar para nona bangsawan membicarakan dirinya.
“Padahal Adiknya bersusah payah membelikan hadiah pernikahan dan reaksi Nona Carlisle malah seperti itu.”
“Ya, pantas saja ia dijuluki wanita jahat, sifatnya tak mencerminkan sosok bangsawan sama sekali.”
“Tolong jangan berbicara seperti itu, kakak hanya merasa sedih karna harus meninggalkan keluarga ini, makanya dia bersikap begitu.”
“Oh, Nona Targayen, betapa murah hatinya Anda yang masih berpikir baik tentangnya.”
“Sungguh Anda dan Nona Carlisle sangat berbeda.”
Di kamarnya terlihat Carlisle yang duduk bersandar di balik pintu, ia mencoba menenangkan rasa sakit yang menelusuk di dadanya, namun semakin ia mencoba melupakan, semakin pula ingatannya itu memutar masa lalunya yang menyedihkan
Tanpa sadar Carlisle malah mengingat kembali apa yang terjadi hari ini, bagaimana dirinya yang menandatangani surat pernikahan hingga resmi menjadi istri dari Duke Alastair.
...Kilas Balik
...
“Kau bersedia jika kita menikah sekarang nona Targayen?”
Suara berat dan dingin Elios entah mengapa semakin membuat degup jantung Carlisle bertambah, mendapati pria tersebut menunggu jawabannya Carlisle pun mengangguk pelan.
“Sungguh? Tidak masalah bagimu jika pernikahan ini tidak digelar meriah seperti bangsawan lainnya?” tanya Elios meyakinkan.
Carlisle kembali mengangguk, “Anda orang yang sibuk, mengadakan pesta besar hanya akan membuang waktu berharga Anda. Lagi pula apa yang dikatakan kaisar benar, lebih cepat lebih baik bagi Anda maupun saya.”
Untuk sesaat pria itu terdiam, tanpa berkata apa pun ia berjalan menuju meja kaisar dan menandatangani surat pernikahan. Agak mengejutkan bagi Carlisle melihat tingkah Elios, dari setengah wajahnya yang terlihat tak ada rasa penyesalan atau memikirkan kembali keputusannya.
Padahal dia sudah melihat rupaku yang seperti ini, tapi tetap saja dia mau menerimaku, batin Carlisle.
“Carlisle,” panggil Kaisar.
Mendapati Carlisle tak menyahut, kaisar kembali memanggilnya. “Carlisle!”
Seketika Carlisle tersadar dari lamunannya, “Ya, Yang Mulia, maaf saya tidak menyadari Anda memanggil saya.”
“Kau tidak papa Nona Targayen?” tanya Kaisar memastikan.
Carlisle menggeleng, “Tidak, tidak papa Yang Mulia, saya baik-baik saja.”
“Baiklah, sekarang kemarilah. Ini giliranmu untuk menandatangani surat.”
“B-baik, Yang Mulia,” balas Carlisle sembari berjalan ke meja kaisar dan berdiri di samping Elios.
“Nah Carlisle tulislah nama dan tanda tanganmu di sini,” ucap kaisar lagi sambil menunjuk bagian kertas, dan memberikan pena bulu pada Carlisle.
Saat pena bulu telah berada di tangannya, dapat Carlisle rasakan degup jantungnya semakin kencang dan tubuhnya yang bergetar menandatangani surat pernikahan tersebut.
Carlisle tahu bahwa ia sendirilah yang setuju untuk menikah lebih cepat dengan Elios, tapi ia pula yang merasa takut dan tak menyangka bahwa semuanya akan berjalan seperti ini.
Apalagi ketika Carlisle selesai menandatangani surat, dan kaisar menyatakan keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri, perasaan Carlisle benar-benar berubah campur aduk.
“Selamat, dengan ini kunyatakan bahwa kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri!”
...Kilas Balik Selesai.
...
Ucapan selamat kaisar membuat Carlisle kembali tersadar dari lamunannya, ia merasa bahwa apa yang terjadi sekarang tidaklah nyata, bagi Carlisle semuanya seperti mimpi.
“Aku tidak percaya aku melakukan ini,” gerutunya pada dari sendiri.
Beberapa kali Carlisle menghela nafas panjang, setelah merasa lebih tenang barulah ia menatap ke sekeliling kamar. Ia segara memanggil Alie, dan meminta pelayan setianya itu untuk membantu membereskan barang yang akan dibawa ke Barat.
“Alie sebelum kau membantuku, tolong bawakan menu makan siang dan beberapa tambahan menu lainnya.”
“Baik, Nona.”
Saat Carlisle kembali sendiri, ia mengingat kata-kata Elios kala keduanya telah menandatangani surat pernikahan.
“Inglah Nona Targayen ... oh, tidak, kini Nyonya Alastair, ingatlah bahwa ini hanya pernikahan politik, jangan berharap apa pun dan jadilah orang yang bertanggung jawab akan tugasmu.”
Carlisle kembali menghela nafas, “Dia pikir aku akan mengabaikan tugasku begitu?” Gerutu Carlisle sembari mengemas pakaiannya ke peti.
Setidaknya aku punya tempat, dan bisa hidup dengan nyaman di sana jika aku melakukan tugasku dengan baik.
Apa pun yang terjadi nanti, aku akan tetap bertahan di pernikahan ini. Aku akan tetap bertahan meski dia mencintai orang lain, batin Carlisle.
...****************...
Pagi hari, saat Carlisle tengah sibuk memilih barang-barang yang akan dibawa, Alie datang membawa surat kabar untuknya, wajah pelayan itu tampak tak senang saat memberikan surat kabar tersebut pada tuannya.
“Ada apa Alie?” tanya Carlisle yang menyadari ekspresi pelayan satu-satunya itu.
“Saya harap Anda melewatkan berita halaman utama, Nona.”
“Memangnya kenapa?” tanya Carlisle lagi sembari membuka surat kabar.
Ya, begitu cepat berita tentang dirinya yang menikah dengan Elios tersebar. Bukannya marah Carlisle tertawa membaca judul berita tentang dirinya.
“Akibat mencaplok tanah, Putri pertama keluarga Duke menikah dengan Duke monster!”
“Alie yang benar saja, kenapa judul berita tentangku begini?”
Dalam berita tersebut, Carlisle dideskripsikan begitu buruk, seolah-olah dirinyalah yang mengambil tanah Duke Alastair dan bukannya Esmeralda.
“Berita ini kurang menarik, Alie.”
“Seharusnya ‘Karna kejahatannya, sampah keluarga Duke akhirnya dibuang oleh Duke dan Duchess.’ “
“Aku rasa itu akan membuat surat kabar semakin laku terjual.”
Melihat reaksi tuannya Alie malah merasa sedih, bagi bangsawan umum hal itu pasti akan menjadi masalah serius dan sangat memalukan jika terjadi pada mereka. Tapi Carlisle ... dia hanya menganggap remeh dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Nona, apa Anda tidak sedih? Orang-orang berbicara buruk tentang Anda.”
“Untuk Apa? Mereka hanya menggonggong, mereka hanya mendengar berita, tak sekalipun mereka tahu tentang hidupku, Alie.”
“Percuma membela diri, kau akan tetap buruk bagi pembencimu.”
“Sudah jangan teralu memikirkan hal tersebut, perkataan manusia tidak akan ada habisnya, lebih baik sekarang kau membantuku berkemas,” ucap Carlisle lagi.
“B-baik, Nona,” balas Alie dengan wajah murung dan nada tak bersemangatnya.
“Hm, bisa saya bertanya sesuatu pada Anda?”
“Kau ingin bertanya apa?”
“Kapan Anda dan tuan Duke Alastair menikah? Apa pernikahannya akan dilangsungkan di barat, Nona?”
“Kami sudah menikah Alie,” balas Carlisle singkat.
“Apaaa!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!