Bagaimana rasanya menikah dengan perempuan yang tidak dicintai dan juga jauh dari tipenya?
Kisah cintanya dimulai ketika Azka untuk pertama kalinya jatuh cinta dengan perempuan bernama Bella. Sialnya perempuan itu adalah kakak iparnya, istri dari kakak sepupunya Keanu Alexander Pramuja.
Awalnya Bella dipilihkan oleh orang tuanya, tetapi Azka menolak dengan beribu alasannya. Namun ternyata penolakan itu membuat penyesalan terbesar dalam diri Azka.
Ketika Azka mulai bisa melupakan Bella, ia justru terjebak oleh gadis itu bernama Viona Alexandra Aditama. Gadis yang mengaku telah direnggut oleh dirinya.
Alasan terbesar Azka memilih untuk menikahi Viona karena gadis itu terang-terangan mengatakan menyimpan dendam dengan keluarganya dan sangat membenci keluarganya terutama Keisha yang merupakan ibunya.
Azka merasa tertantang dan berniat membuat Viona menyesal sudah berurusan dengan keluarganya. Keputusan untuk menikahi Viona pun Azka ambil. Namun rupanya pernikahan itu membuka jawaban atas peristiwa kelam kedua orang tuanya.
******
Dua puluh tujuh tahun sudah berlalu setelah lahirnya Azka. Kini anak laki-laki itu tumbuh menjadi pria yang sangat tampan. Akan tetapi, Azka menggunakan ketampanan dan ketenarannya untuk bermain-main dengan wanita tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kaya dan memiliki ketampanan yang nyaris sempurna membuat wanita yang melihatnya pasti terpana. Azka tidak akan menyia-nyiakan kelebihan yang ia punya. Bagi Azka akan sia-sia jika tidak memanfaatkan hal itu.
Akan tetapi menyimpan bangkai rapat-rapat pasti baunya akan tercium juga. Berbagai kabar miring mengenai Azka sampai ke telinga Keisha dan Arya. Tidak ingin anaknya makin terjerumus Keisha dan Arya sepakat untuk mencari wanita untuk dijadikan pendamping hidup Azka.
Suatu ketika Keisha memiliki ide untuk menjodohkan Azka dengan rekan bisnis keluarganya. Perempuan bernama Arabella Anastasya Prayoga. Sang suami pun sangat setuju mengingat latar belakang keluarga Prayoga juga mengetahui sifat baik gadis itu sendiri. Namun tidak dengan Azka. Dia menolak mentah-mentah perjodohan itu. Hanya dengan melihat fotonya saja Azka sudah tidak tertarik. Azka lebih suka perempuan dengan penampilan anggun dan seksi tentunya. Bagi Azka Bella merupakan gadis belia.
Tanpa mau bertemu ataupun mengenal lebih dulu Azka sudah memutuskan menolak perjodohan itu. Bukan hanya karena Azka menganggap Bella tidak menarik, tetapi juga itu karena harga dirinya. Azka yang dikenal playboy oleh teman-temannya akan merasa jatuh harga dirinya jika ia dijodohkan.
Berbagai alasan sudah Azka utarakan kepada kedua orang tuanya dan merekapun setuju. Meskipun gagal membawa pulang Bella sebagai menantu, tetapi Keisha dan Arya tidak kecewa. Perjodohan itu tetap berlanjut, tetapi bukan dengan Azka. Keisha justru merekomendasikan Bella kepada Felicia. Keisha menunjukkan foto Bella kepada Felicia. Ternyata saudari iparnya juga menyukai Bella. Dengan segala usaha akhirnya Bella resmi menjadi anggota baru keluarga Pramuja. Bella menikah dengan Keanu, anak pertama Felicia dan Kenzo.
Penyesalan mulai Azka rasakan saat ia mulai mengenal Bella. Sifat jahat dalam dirinya muncul. Azka berniat merebut Bella dari Keanu. Niat Azka makin besar saat Azka yang tahu hubungan Bella dan Keanu tidak sehat. Saat ada celah ia pun mulai masuk. Azka berniat. Namun, sayangnya tidak semudah yang Azka bayangkan. Bella sangat mencintai Keanu begitu juga sebaliknya. Mereka sulit untuk dipisahkan meskipun terjadi banyak masalah dalam rumah tangga mereka.
Azka tidak menyerah begitu saja, ia terang-terangan meminta pada Bella untuk datang padanya jika dirinya ingin pergi dari Keanu. Azka juga tidak ragu mengungkapkan rasa cintanya pada Bella. Saat itu ternyata sepupunya mendengar ungkapan cintanya. Perkelahian pun tidak terhindari.
Keduanya saling pukul. Bella sudah mencoba untuk menghentikannya, tetapi gagal. Sampai akhirnya perkelahian itu membawa Keanu ke rumah sakit, meskipun itu bukan sepenuhnya salah Azka.
Kabar itu sampai ke telinga Keisha dan Arya. Keisha sangat marah kepada Azka. Ia bahkan tidak mengerti apa yang ada di pikiran anaknya itu. Dulu menolak dan kini setelah Bella menjadi kakak iparnya sang anak justru menyukainya.
Keisha dan Arya berusaha menasehati Azka, tetapi cinta butanya kepada Bella membuat dirinya hilang akal.
"Apa salahnya, Mam? Aku hanya mencintai Bella," ucap Azka.
"Kamu tanya di mana salahnya?" Keisha mengela napas berat kemudian kembali bicara. "Mami sangat tidak percaya mendengar ini darimu, Azka."
"Mas, tolong bicaralah dengan anakmu ini. Beri dia pengertian," ucap Keisha.
"Azka, tolong hentikan ini! Jangan ganggu Bella dan Keanu," pinta Arya.
"Aku tidak tahu, Pi. Apa aku bisa melupakan Bella atau tidak," ucap Azka dengan wajah yang tertunduk.
"Ya Tuhan, Azka. Bella istri Keanu, kakak kamu. Yang artinya dia kakak ipar kamu," ucap Keisha.
"Tapi Keanu sering menyakitinya, Mam. Apa Mami tega melihat Bella selalu disakiti oleh Keanu?" tanya Azka.
"Jangan ikut campur dengan rumah tangga mereka, Nak. Kamu bisa lihat, 'kan? Meskipun banyak masalah yang terjadi mereka masih mencoba untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Harusnya kita mendukung dan membantu mereka untuk mempertahankan rumah tangga mereka, Nak," ucap Arya.
"Tapi, Pi —" Azka belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi Keisha lebih dulu memotongnya.
"Azka … Mami janji akan mencarikan kamu gadis yang lebih baik dari Bella. Jika perlu Mami akan mencarinya ke ujung dunia untuk kamu," bujuk Keisha.
"Tidak perlu, Mam? Mami tidak perlu repot-repot untuk mengurusi Azka," larang Azka. "Karena sampai kapanpun Azka akan tetap mencintai Bella."
"Azka —" Ucapan Keisha dipotong oleh Azka.
"Kenapa Mami selalu ingin menjodohkan Azka? Mami selalu mengatur hidup Azka, ingin Azka menjadi apapun yang Mami mau. Azka bukan boneka, Mam," ucap Azka.
"Azka …." Keisha dan Arya anaknya bisa mengeluarkan kalimat menyakitkan seperti itu.
"Mam, kenapa dulu Mami tidak memiliki satu atau dua anak lagi sehingga tidak perlu selalu ikut campur dengan urusan Azka. Mami jadi tidak hanya mengatur hidup Azka!" ucap Azka.
"Azka! Begini caramu bicara dengan Mami kamu!" Arya menatap Azka tajam dari balik kaca matanya. Rasa kesal pada sang anak membuat Arya ingin berniat menamparnya. Beruntung Keisha mencegahnya.
"Kendalikan amarahmu," ucap Keisha lirih.
Arya berdiri di tengah antara Azka dan Keisha seolah melindungi Keisha dari kemarahan Azka. "Papi tidak menduga ini darimu, Azka!"
"Azka muak, Pi!" ucap Azka.
"Kami juga muak terus mendengar berita buruk tentang kamu," balas Arya.
"Dan untuk masalah saudara …." Arya menjeda ucapannya. Ia menoleh ke arah Keisha untuk melihat ekspresi sang istri.
"Mas …." Keisha menggeleng meminta Arya untuk tidak meneruskan ucapannya.
Arya berbalik menatap Keisha. Ia menangkup kedua sisi wajah Keisha. Ada air mata yang di pipi sang istri. Arya pun mengusap cairan bening itu dengan ibu jarinya.
"Dia sudah dewasa dan dia juga berhak untuk tahu," ucap Arya.
"Apa yang kalian sembunyikan dariku? Tolong katakan!" ucap Azka.
Arya berbalik, menatap Azka sejenak. Tangannya di samping mengenggam tangan Keisha seolah memberikan kekuatan pada sang istri.
"Kamu memang memiliki adik, Azka. Tapi … sayangnya dia tidak bersama kita sekarang," ungkap Arya.
"Maksud Papi? Dia tiada?" tanya Azka disambut gelengan oleh Arya. "Lalu dia di mana sekarang?"
"Saat kamu berusia 3 tahun Mami kamu melahirkan. Papi sama mami mendapatkan seorang putra lagi. Tapi … dokter mengatakan dia tidak selamat. Sehari setelah mami kamu melahirkan kami baru mengetahui adik kamu bukan meninggal, tetapi diculik," ungkap Arya.
Azka terkejut mendengar perkataan sang ayah.
Arya pun menceritakan semua kejadian di masa lalu itu. Awalnya Arya dan Keisha percaya anaknya tiada. Namun satu hari setelah kejadian itu, dokter yang mengurus kelahiran Keisha menceritakan segalanya. Ia terpaksa melakukan itu demi keselamatan keluarganya.
Saat dokter itu ingin memberitahukan siapa yang menyuruhnya berbohong dokter itu tewas karena kecelakaan, tetapi Arya menebak kecelakaan itu perbuatan seseorang yang disengaja.
"Sampai sekarang kami masih berusaha mencarinya, Nak," ucap Arya dengan mata uang sudah basah.
"Siapa yang melakukan itu?" tanya Azka disambut gelengan oleh Arya.
"Satu hal yang pasti Azka, orang yang menculik adik kamu bukanlah orang sembarang. Semua keluarga kita mencari, tetapi hasilnya nihil."
Azka sangat terkejut, tubuhnya gemetar mengetahui rahasia besar yang kedua orang tuanya sembunyikan berpuluh-puluh tahun lamanya.
Azka masih terdiam dengan tubuh gemetar. Tangannya mengepal seraya melihat sang mami berdiri menunduk di belakang suaminya. Mata Azka merah bukan karena marah, tetapi menahan air matanya.
"Satu hal yang harus kamu tahu, Azka! Alasan mami kamu posesif padamu itu hanya karena dia tidak ingin kehilangan satu anak lagi. Dia juga ingin kamu menjadi anak yang baik. Itu saja, Nak," ujar Arya.
"Mam …," gumam Azka.
Keisha mengusap air matanya lalu pergi ke kamarnya. Dirinya tidak akan kuat jika membahas anaknya yang hilang.
"Mam …." Azka ingin mengejar ibunya, tetapi sang ayah mencegahnya.
"Biarkan mami kamu sendiri," cegah Arya.
Azka berhenti melangkah dan menjatuhkan dirinya di sofa diikuti oleh Arya.
"Kenapa tidak ada orang yang menceritakan ini padaku?" tanya Azka.
"Karena mami kamu yang memintanya. Kami juga tidak tega melihat mami kamu. Setiap kali mengenang adikmu mami kamu akan bersedih. Kamu bisa bayangkan betapa hatinya sangat hancur setelah melahirkan dia belum sempat menggendong adik kamu," ungkap Arya.
Arya menceritakan kepada Azka kondisi Keisha setelah tahu bayinya hilang. Dua bulan setelah itu Keisha depresi dan harus mendapatkan perawatan khusus. Akan tetapi perlahan kondisinya membaik berkat dukungan dari keluarganya begitu juga dengan Azka kecil. Lambat laun Keisha mengikhlaskan bayinya meskipun begitu ia masih menanti keajaiban anak keduanya ditemukan.
"Hal ini juga yang membuat kami tidak ingin memiliki anak lagi, Nak," ungkap Arya. Kamu tentunya ingat saat kamu masih kecil dan merengek meminta adik, 'kan?"
Azka menoleh ke arah Arya seraya mengangguk.
"Bukan kami tidak ingin. Hanya saja kami sudah saling berjanji untuk tidak memiliki anak lagi sebelum adikmu ditemukan," jelas Arya. "Tapi … ternyata keberuntungan tidak berpihak pada kami. Sampai detik ini kami belum juga mendapatkan satu petunjuk apapun. Satu harapan kami waktu itu meninggal sebelum mengatakan apapun pada kami."
"Tapi, Pi. Keluarga kita —" Kata-kata Azka dipotong oleh Arya.
"Papi tahu apa yang akan kamu katakan. Tapi kami juga manusia, Nak. Kami tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Hal besar yang kami harapkan cuma satu, sebelum kami meninggalkan dunia ini kami bertemu dengan adikmu," ucap Arya.
Azka membeku pikirannya berkecamuk ia merasa bersalah atas ucapannya kepada perempuan yang sudah melahirkannya. Penyesalan yang ia rasakan membuat cairan bening keluar dari matanya.
"Aku akan menemui mami." Azka berdiri dan kembali dicegah oleh Arya.
"Jangan! Berikan mami kamu waktu untuk sendiri. Biarkan dia tenang dulu. Baru setelah itu kamu bisa bicara banyak dengannya," larang Arya.
"Tapi, Pi —" Ucapan Azka dipotong oleh Arya.
"Percaya sama Papi. Ini sudah malam pergilah istirahat. Dan papi minta berhentilah mengejar Bella. Dia istri kakak kamu." Arya beranjak dari tempat itu dan pergi ke kamarnya. Ia melepas kaca matanya untuk menghapus air matanya yang ada di sudut matanya.
Kehilangan anak selama berpuluh-puluh tahun adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Keisha dan Arya. Mereka tidak habis pikir dosa apa yang telah mereka lakukan sampai mereka mendapatkan takdir yang begitu menyedihkan.
Azka sendiri masih berada di tempat yang sama. Ia duduk bersandar di sofa seraya mengusap wajah dan rambutnya secara kasar. Penyesalan ia rasakan mengingat kata-kata yang ia ucapan pada sang ibu.
Cairan bening masih menetes dari matanya. Ia tidak membayangkan kondisi sang mami dulu seperti apa yang diceritakan oleh ayahnya. Azka juga membayangkan rasa sakit yang kedua orang tuanya rasakan setiap kali dirinya merengek meminta seorang adik.
Azka beranjak dari ruangan itu. Ia berjalan menaiki anak tangga. Kakinya lemas, hampir tidak kuat menahan berat tubuhnya menjadikan langkahnya tidak seimbang hingga ia butuh berpegangan pada birai tangga.
Sampai di kamar Azka menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi terlentang. Pandangan menatap langit-langit kamarnya. Azka masih tidak percaya atas apa yang baru saja diungkapkan oleh kedua orang tuanya. Selama berpuluh-puluh tahun dirinya baru mengetahui peristiwa pilu yang dialami oleh keluarganya.
Azka bangun lalu mengambil posisi duduk. Ia beranjak dari tempat tidur berjalan ke balkon kamarnya. Banyak hal yang ia pikirkan hingga membuat kepalanya rasanya ingin pecah. Di ambilnya bungkus rokok dari dalam sakunya. Ia menyelipkan batang bernikotin itu di antara sela jarinya. Setelah menyalakan rokok Azka menghisapnya lalu mengepulkan asap ke udara.
Pikiran kacau mengingat masalah yang terjadi antara dirinya dan Keanu. Dirinya masih merasa tidak percaya akan jatuh cinta kepada Bella setelah wanita itu menjadi kakak iparnya.
Setelah merenung sesaat Azka merasa dirinya sudah sangat salah. Karena cinta butanya pada Bella ia sampai menyakiti Keanu juga kedua orang tuanya.
Azka menarik napas dalam-dalam lalu membuang rokok di tangannya ke lantai. Ia mematikan rokok itu dengan menginjaknya.
Mulai detik itu Azka berjanji tidak akan mengganggu Bella juga melupakan rasa cintanya kepada wanita itu. Setelah itu Azka mengambil ponselnya menghapus semua nomor wanita yang pernah ia kencani.
Azka juga berpikir untuk ikut mencari adiknya. Akan tetapi dirinya tidak memiliki petunjuk sedikitpun tentang adiknya dan Azka tidak tahu apakah sang adik masih hidup atau sudah tiada. Jika benar masih hidup pasti dia sudah dewasa.
Saat pikirannya sedikit tenang Azka masuk ke kamarnya. Ia melangkah ke kamar mandi. Berendam air hangat mungkin bisa membuat ketegangan di kepalanya menghilang.
*****
Keesokan harinya suara ketukan pintu mengusik tidur Azka. Pria itu menggeliat di balik selimut.
"Azka, kamu belum bangun, Nak?"
Azka bangun seraya mengucek matanya menggunakan punggung tangannya. Terdengar kembali suara sang mami membuat Azka bergegas untuk bangun.
"Azka, kamu di dalam, Nak?" panggil Keisha.
"Ya, Mam. Sebentar." Azka menyahut dengan suaranya yang serak.
Azka menyibakkan selimut lalu beranjak dari tempat tidur. Sambil berjalan Azka melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 siang.
"Ya ampun Azka, kamu baru bangun, Nak?" tanya Keisha setelah Azka membuka pintu kamarnya.
"Iya, Mam. Azka sedang malas ke kantor," jawab Azka.
"Ya sudah cuci wajahmu. Mami sudah bawakan sarapan untuk kamu," suruh Keisha.
"Ya, Mam." Azka membuka pintunya lebar-lebar memberikan jalan pada Keisha juga asisten rumah tangga di rumah itu.
Azka langsung masuk ke kamar mandi. Setelah mencuci wajahnya Azka pun keluar. Ia melihat sang mami sedang berdiri di balkon melihat pemandangan komplek. Sikapnya seolah tidak terjadi sesuatu, tetapi raut di wajahnya menunjukkan kesedihan yang teramat dalam.
"Mam," panggil Azka.
Keisha menoleh dengan senyum cerianya.
"Ini sudah siang dan kamu belum makan. Mami tadi masak makanan kesukaan kamu," ucap Keisha.
"Mam." Azka berjalan ke dekat sang mami lalu memeluknya. "I am so sorry, Mom."
"Maafkan Azka jika kata-kata Azka semalam sudah sangat menyakiti Mami," ucap Azka. "Azka janji akan menuruti semua yang Mami mau dan tidak akan membuat Mami sama papi mendengar lagi keluhan orang-orang atas Azka."
Keisha mengangguk seraya membalas pelukan Azka dengan erat kemudian mencium wajah Azka kayaknya mencium seorang bayi.
Azka sudah berjanji kepada kedua orang tuanya untuk berubah. Hal pertama yang Azka lakukan adalah melupakan cintanya kepada Bella. Azka sadar Bella bukanlah jodohnya. Apalagi saat mendengar kabar kehamilan Bella. Untuk bersama Bella menjadi hal yang mustahil. Akan tetapi terkadang rasa penyesalan karena menolak perjodohan mereka dulu masih terasa.
Azka kini menjadi sering pulang ke rumah ketimbang pulang ke apartemennya seperti dulu. Banyak waktu yang ia habiskan bersama kedua orang tuanya terutama Keisha, sang mami. Azka tidak ingin melihat perempuan yang melahirkannya merasa sedih jika terus mengingat anaknya yang entah di mana dan bagaimana kabarnya?
Waktu pun berlalu begitu cepat. Enam bulan setelah kejadian itu perubahan Azka amat besar. Ia menghabiskan waktu dengan bekerja. Tidak seperti dulu setiap ada celah Azka akan pergi diam-diam untuk berkencan. Akan tetapi perubahan Azka tidaklah mudah. Terkadang ada saja teman wanita yang sengaja merayunya. Namun tekad Azka yang bulat membuat Azka bisa melewati semua godaan itu dan dengan tegas menolak ajakan untuk tidur bersama atau bahkan hanya disentuh oleh para wanita.
Hal itu membuat Arya juga Keisha merasa senang. Tidak ada lagi juga kabar buruk mengenai anaknya. Hanya kabar prestasi juga kejayaan sang anak dalam pekerjaannya.
*****
Tengah malam, tepatnya pukul 12, Azka terbangun oleh suara nyanyian selamat ulang tahun. Azka yang saat itu tengah terlelap terkejut saat ia mendengar kegaduhan itu. Seluruh penghuni di rumahnya masuk ke kamarnya. Sang mami membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka dua puluh delapan.
"Selamat ulang tahun, Azka," ucap KeishaKeisha seraya duduk di tepi tempat tidur, tepat di hadapan Azka.
"Thank you, semua." Azka menyibakkan selimut lalu mengambil posisi duduk.
"Ayo, tiup lilinnya! Tapi sebelum itu make a wish dulu," ucap Keisha.
Azka mengangguk kemudian memejamkan matanya. Setelah mengucapkan harapan di dalam hati Azka membuka matanya lalu meniup lilin.
Semua orang yang ada di ruangan itu bertepuk tangan juga mengucapkan selamat kepada Azka. Setelah itu para pekerja di rumah itu keluar meninggalkan ketiganya.
Saat hanya ada Azka dan kedua orang tuanya Azka kembali memeluk sang mami dan papi secara bersamaan. Mereka pun duduk bertiga di atas tempat tidur.
"Sekali lagi terima kasih Mai, Papi," ucap Azka.
"Sama-sama, Sayang." Keisha menggenggam tangan Azka. "Mami tidak tahu waktu berlalu begitu cepat. Ternyata kamu sudah setua ini. Ck, Tapi … sayangnya kenapa kamu belum mau menikah sampai saat ini."
"Ayolah, Mam. Jangan bahas pernikahan," rengek Azka.
"Ck, Mami yakin akan merindukanmu ketika suatu saat nanti kamu menikah," ucap Keisha lagi.
"Memang saat Azka menikah nanti Azka sudah bukan anak kalian lagi," ujar Azka.
"Mami punya teman. Anaknya cantik sekali," ucap Keisha.
Azka menelan air liurnya. Ada kode keras dalam ucapan beliau. Azka langsung melihat ke arah Arya. Raut wajahnya seperti meminta tolong.
"Sudahlah, biarkan anakmu ini memilih pendampingnya sendiri," sela Arya.
Yes!
Azka bersorak dalam hatinya.
"Thank you, Pap." Azka bicara di dalam hatinya.
"Baiklah. Sekali lagi selamat ulang tahun. Doa terbaik untukmu, Nak," ucap Keisha disambut anggukkan oleh Azka.
Suasana menjadi hening sesaat. Keisha memotong kue lalu menyuapi anak dan suaminya.
"Oh iya, sekalian kami mau pamit," lanjut Keisha.
"Memangnya kalian mau ke mana?" tanya Azka seraya memakan kue ulang tahunnya.
"Kami mau pergi ke London pagi ini. Papi kamu ada urusan pekerjaan dan Mami akan ikut," jawab Keisha.
Azka terdiam sejenak seraya menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Keningnya mengerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Azka juga menangkap ketegangan dan kegelisahan di wajah kedua orang tuanya.
"Apa benar urusan pekerjaan. Atau ini menyangkut …?" batin Azka.
"Azka, ada apa? Kenapa kamu melamun?" Pertanyaan Keisha membuyarkan lamunan Azka.
"Apa kalian pergi ke sana untuk berbulan madu." Azka meledek kedua orang tuanya untuk mencairkan suasana.
"Tutup mulutmu!" Mata Keisha mendelik lalu memukul lengan Azka membuat sang anak memekik.
"Mami kejam sekali," rengek Azka seraya mengusap lengannya.
"Rasakan itu. Itu hukuman untuk kamu yang suka meledek orang tua," ucap Keisha.
Ucapan Keisha berhasil membangkitkan tawa ketiganya.
"Jadi kapan kalian berangkat?" tanya Azka
"Kami harus berangkat sekarang. Penerbangan jam 4 pagi," jawab Arya.
"Baiklah, aku akan mengantar kalian," ucap Azka.
"Apa kamu tidak mengantuk?" tanya Keisha.
"No, Mam," jawab Azka.
"Baiklah, kami keluar dulu. Kami akan bersiap-siap," ucap Keisha disambut oleh Azka.
"Azka tunggu di bawah." Azka bicara sedikit keras saat kedua orang tuanya berjalan melewati pintu kamarnya.
"Ya," sahut Arya.
Setelah semuanya siap Azka memasukkannya barang-barang kedua orang tuanya ke bagasi mobil dibantu oleh beberapa pekerja di rumahnya, kemudian ia masuk ke mobil dan duduk di bangku kemudi.
Azka mengendari mobilnya membelah angin malam. Jalanan nampak kosong karena waktu masih tengah malam, hal itu membuat Azka bisa mengendarai mobilnya dengan leluasa.
Saat mobil melaju di jalan bebas hambatan Azka melihat kedua orang tuanya melalui kaca spion di depannya. Kedua orang tuanya menyatukan tangan mereka. Raut wajah kedua orang tuanya juga menunjukkan kegelisahan, tetapi juga memperlihatkan sebuah harapan yang begitu besar.
Sebenarnya dari awal Azka sudah menduga tujuan mereka bukanlah sebuah pekerjaan, mungkin kepergian kedua orang tuanya ada hubungannya dengan anak mereka yang hilang.
Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam tibalah mereka di bandara. Azka menekan tombol untuk membuka pintu juga kunci bagasi. Kemudian Azka turun menyusul kedua orang tuanya.
Azka menurunkan semua barang bawaan orang tuanya lalu memindahkan ke troli. Saat semua barang bawaan Arya dan Keisha sudah ada di troli mereka berdua bersiap masuk untuk check in.
"Kami pergi dulu ya. Baik-baik di rumah," pesan Keisha.
"Ya, Mam," balas Azka. "Oh ya, Mami papi … semoga sampai di sana kalian mendapatkan kabar baik."
Keisha dan Arya saling menatap kemudian sama-sama melihat ke arah Azka. Mereka bisa menebak jika sang anak tahu tujuan sebenernya mereka ke London.
Keisha langsung memeluk Azka sambil menahan air mata.
"Do'akan kami ya, Nak," ucap Keisha.
"Selalu, Mam," ucap Keisha.
Azka menarik diri terlebih dahulu meminta kepada kedua orang tuanya untuk bergegas atau mereka bisa terlambat untuk check in.
"Kalian hati-hati. Kabari Azka jika kalian sudah sampai," pesan Azka.
"Tentu, Nak." Arya mengacak-acak rambut putra kesayangannya.
"Oh iya Mami lupa." Keisha berhenti melangkah menepuk keningnya sendiri kemudian berbalik melihat ke arah Azka. "Ingat ini Azka, saat kami tidak ada di rumah jangan macam-macam. Jadilah anak yang baik."
"Siap, Bos." Azka memberikan hormat membuat Arya dan Keisha tersenyum seraya menggelengkan kepala mereka.
Beberapa saat kemudian Azka masih berdiri di tempat yang sama seraya memandangi kedua orang tuanya. Dari kejauhan Azka melihat kedua orang tuanya melambaikan tangan mereka dan Azka pun membalasnya. Setelah bayangan kedua orang tuanya lenyap dari pandangannya Azka kembali ke mobil ia pun pergi dari area bandara.
Sepanjang perjalanan Azka mengemudi sambil memikirkan sesuatu. Siapa sebenarnya yang tega menculik adiknya?
Rasa penasaran Azka sangat besar dan rasa penasaran itu membuat dirinya tidak bisa berkonsentrasi mengemudi. Azka memilih masuk ke rest area dan menghentikan laju mobilnya di sana.
Azka keluar dari mobil. Ia bersandar pada badan mobil dengan ditemani oleh sebatang rokok yang terselip di jarinya. Ia masih bertanya-tanya mengenai manusia jahat yang sudah memisahkan bayi dari ibunya.
Pertanyaan yang tidak bisa Azka dapatkan jawabannya membuat ia merasa frustrasi. Isi kepalanya juga mendadak berhenti bekerja. Azka memutar isi kepalanya kembali mencari cara untuk bisa membantu kedua orang tuanya.
Satu batang rokok sudah habis, tetapi Azka belum mendapatkan apapun. Azka pun kembali menyalakan satu batang rokok lagi. Saat dua batang rokok itu habis tiba-tiba Azka mendapatkan sebuah ide. Ia berniat menemui sahabat sang ayah yaitu Tio. Ia ingin tahu semua mengenai apa saja yang terjadi di masa lalu kedua orang tuanya sebelum mereka kehilangan anak kedua mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!