Ayana adalah seorang gadis berusia 25 tahun. Dia hidup dalam sebuah keluarga yang sederhana. Paras wajahnya sangat menawan, tubuhnya langsing dan tinggi semampai. Rambutnya panjang berkilau, wajah ovalnya begitu sempurna dengan mata berwarna coklat yang menawan. Ayana adalah salah satu gadis yang diidolakan oleh banyak pria, pria manapun akan langsung jatuh cinta bahkan saat pertama kali menatap wajahnya.
Namun begitu di usianya yang sudah cukup matang itu ayana tak juga memiliki seorang kekasih, jangankan untuk menikah, diajak berbicara mengenai pria saja ayana selalu menghindar dan menolak hingga membuat kedua orangtuanya begitu khawatir.
Suatu hari saat keluarga itu sedang berbincang ayah ayana tiba-tiba membuka pembicaraan.
"ayana, kau anak ayah yang sangat cantik dan baik, usiamu juga sudah cukup matang, ayah mengerti kalau kau sangat sibuk mengelola bisnismu, tapi apakah kau benar-benar tidak memiliki seseorang yang bisa kau kenalkan kepada kami?" tanya ayah begitu lembut.
"ayahh.. Lagi-lagi ayah menanyakan itu" sahut ayana mulai cemberut.
"ayana, ayah dan ibumu ini semakin lama semakin tua, bagaimanapun kami ingin melihat kau hidup bahagia dengan orang yang kau cintai" sambung ibu.
"bu, aku sudah sangat bahagia hidup bersama kalian, apa lagi yang kurang? Ayah dan ibu ingin anak lain selain aku?" tanya ayana dengan nada merajuk.
"sayang, kali ini tolong dengarkan ayah dan ibu berbicara" ucap ayah dengan wajah yang mulai serius.
Melihat raut wajah ayah yang seperti itu ayana seketika terdiam. Ia menyadari bahwa kekhawatiran ayahnya sudah tak bisa dibendung lagi.
"ayana, selama ini duniamu hanya tentang kami berdua, kau tak pernah pergi kemanapun selain sekolah dan bekerja. Jika ada sesuatu yang buruk terjadi kepada kami kaulah yang paling dulu merasakan sakit. kami sangat beruntung memiliki anak sepertimu. Kau selalu berada disisi kami sepanjang waktu. Tapi kini kau sudah semakin dewasa, kami juga semakin menua. Sudah waktunya bagimu untuk menemukan pendamping hidupmu dan mulai berkeluarga, kami ingin melihatmu hidup bahagia bersama keluargamu, maka jika suatu hari waktu kami telah tiba, kami bisa pergi dengan tenang" ucap ayah begitu dalam.
Hati ayana begitu teriris mendengar ucapan ayahnya, seolah mereka sedang mengucapkan kata-kata perpisahan. Air mata mulai menggenang dipelupuk mata ayana.
"ayah.. mengapa.. ayah berbicara seperti itu" rajuk ayana terbata-bata.
"kita berbicara kenyataan sayang, apakah itu karena kejadian saat kau kecil dulu? Yang membuatmu begitu takut kehilangan kami?"
Deggg. Jantung ayana terasa dihantam benda yang begitu keras. Ayana tak mampu lagi membendung air matanya.15 tahun lalu saat ayana dan kedua orangtuanya tengah melakukan perjalanan wisata, mobil yang mereka kendarai dihantam oleh sebuah truk kontainer yang mengalami rem blong. Mobil yang mereka kendarai tertabrak hingga meluncur kedalam jurang yang cukup dalam. Saat kejadian itu banyak warga yang turun untuk menolong mereka, ayana ditemukan lebih dulu dan dibawa ke rumah sakit, namun kedua orangtuanya ditemukan 36 jam kemudian. Selama waktu penantian itu ayana tak berhenti menangis, ayana hampir putus asa dan hendak bunuh diri, beruntung kedua orangtua ayana ditemukan dalam keadaan selamat. Sejak saat itulah ayana berubah menjadi anak yang tertutup terhadap dunia luar hingga dunianya menjadi begitu sempit. Tak ada ruang dihati ayana untuk orang lain selain ayah dan ibunya.
"sayang, kau merasa bahagia melihat kami hidup dengan baik. Apalagi kami, orangtuamu. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi kami selain melihatmu hidup dengan baik" lanjut ayah.
"tapi yah.." rengek aina dengan air mata bercucuran.
"ayana, ibu dan ayah memiliki sahabat sejak kami masih kecil. minggu lalu kami bertemu, mereka juga memiliki seorang anak laki-laki sepertimu, kami sebenarnya sudah berjanji untuk bertemu, apakah kau mau?" tanya ibu.
"maksud ibu, ibu mau menjodohkan aku?" tanya ayana terkejut.
"tidak, kami hanya ingin mengenalkan kalian, siapa tau kalian cocok"
"itu sama saja bu"
"hanya pertemuan biasa sambil makan siang. Mereka adalah orang yang sangat baik, mereka dari keluarga terpandang namun hidupnya selalu sederhana sejak dulu, ibu merasa kau akan bahagia hidup bersama keluarga seperti itu"
"baiklah bu.. Apapun itu asal kalian bahagia. Aku hanya tidak mau kalau harus tinggal jauh dari kalian" jawab ayana merajuk lagi.
"jika sudah menikah kau harus ikut kemanapun suamimu pergi sayang" jelas ibu sambil mengusap rambut ayana.
"buuuuuu" rengek ayana lagi.
"jangan terlalu mengkhawatirkan kami anakku, kami akan hidup dengan baik demi menanti hadirnya cucu kami, benar kan bu?" sahut ayah sambil tertawa kecil.
"sayang, perlu kau tau, kamipun mengalami trauma mendalam sama seperti dirimu, namun kami sadar hidup harus terus berjalan. Tak baik bagimu jika terus menerus hidup dalam duniamu yang gelap itu, temukanlah cintamu dan hiduplah bahagia, sama seperti kami yang bahagia karena kelahiranmu" jelas ayah lagi.
"baiklah ayah" jawab ayana lesu.
Mau tak mau ayana menyetujui permintaan ayah dan ibu untuk bertemu dengan pria yang mereka maksud. Ayana mulai menyadari bahwa hidup memang harus berjalan. Ayana juga mulai memikirkan tentang keinginan ayah dan ibunya untuk memiliki cucu. Ayana hanya bisa berdoa dalam hati agar keluarga yang mereka maksud benar-benar yang terbaik untuk mereka semua. Ayana tak mempedulikan cinta atau apapun itu, yang ayana inginkan hanyalah mememuhi harapan kedua orangtuanya.
"sayang, ibu sudah menyiapkan gaun yang sangat cantik untukmu, jangan lupa nanti malam dipakai ya, mereka pasti akan senang saat melihatmu"
"baik bu"
Siang itu ayana dan ibu berbincang cukup lama. Pertemuan yang sejak awal direncanakan disebuah restoran itu tiba-tiba berubah menjadi undangan makan malam dari pihak laki-laki sehingga acara akan diadakan dirumah sahabat kedua orangtua ayana.
Hari berjalan begitu cepat, tak terasa malam pun telah tiba. Ayana dan kedua orangtuanya mulai bersiap untuk pertemuan itu. Merekapun akhirnya pergi dengan mengendarai mobil tua milik ayah ayana yang mereka miliki sejak ayana masih sangat kecil. Sepanjang perjalanan pikiran ayana tak pernah tenang, ia terus menerus mengkhawatirkan banyak hal. Kekhawatiran itu tergambar jelas diwajahnya, tanpa ayana sadari ayah dan ibunya bergantian menatapnya melalui kaca spion mobil.
"sayang, ingatlah.. jika saat perkenalan itu kau merasa tak cocok, jangan memaksakan dirimu" ucap ibu sambil menoleh kebelakang dan meraih tangan ayana.
"ibu jangan khawatir, pilihan ayah dan ibu pasti terbaik untukku" jawab ayana sambil tersenyum.
1 jam telah berlalu, kini mereka telah sampai di tujuan. Mobil mereka terparkir dihalaman sebuah rumah yang begitu megah dengan pilar-pilar menjulang tinggi.
"bu, kita ini hanya keluarga biasa, ibu yakin mereka akan suka padaku?" bisik ayana saat beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka.
Ibu hanya menjawab dengan senyum penuh arti dan mengisyaratkan ayana agar bersikap lebih tenang. Setelah melewati beberapa ruangan mewah bergaya klasik mereka akhirnya sampai ke sebuah ruangan dengan meja makan besar yang penuh dengan berbagai macam hidangan kesukaan ayana. Namun dimeja makan itu hanya terlihat satu orang pria muda yang duduk tanpa mempedulikan kehadiran keluarga ayana. Ayana, ibu dan ayah saling berpandangan untuk beberapa saat hingga tiba-tiba suara seorang wanita memecah ketegangan itu.
"ah kalian sudah sampai, astaga maaf kami sangat gugup hingga terus menerus pergi ke kamar mandi" ucap seorang wanita paruh baya seraya menghampiri ayana dan kedua orangtuanya.
"istriku sangat tak sabar untuk bertemu dengan putri kalian ini" lanjut seorang pria paruh baya yang berjalan dibelakangnya dengan senyum yang mengembang.
"astagaaa.. Dia putrimu sin?" tanyanya kepada ibu ayana sambil menatap ayana dengan senyum ramah yang ceria.
"iya, dia putri kami ayana" jawab ibu ayana.
"astagaaaa.... Kau benar-benar seorang putri, kau cantik sekali sayangku" ucapnya sambil memegang bahu ayana.
"terimakasih tante" jawab ayana sopan.
"jangan memanggilku tante, kau kan akan segera menjadi anakku, panggil aku ibu ya nak" lanjutnya mendesak ayana.
"sayang jangan begitu, ayo ajak tamu kita duduk dulu, kita belum berkenalan" ucap pria paruh baya itu lagi.
"ah iya aku lupa, ayo kita duduk, reygan sudah menunggu"
Pandangan ayana seketika tertuju kepada pria yang sejak tadi acuh tak acuh. Wajahnya terlihat tak ramah ketika melihat ayana.
"ayana, perkenalkan aku calon ibu mertuamu, namaku dewi, kau bisa memanggilku mama dewi" ucap bu dewi memperkenalkan diri.
"saya ayahnya reygan, kau bisa memanggilku papa darma" ucap pak darma sambil tersenyum kecil.
"oh iya, ini reygan anak kami, usianya 29 tahun, dia memiliki banyak bisnis, dia juga anak yang baik dan lembut, ayana pasti akan suka kepadanya, bukan begitu rey?" lanjut bu dewi begitu bersemangat.
"aku reygan" ucapnya dingin sambil mengulurkan tangan.
"aku ayana" jawab ayana.
"perkenalkan kami orangtua ayana, namaku sinta ibu ayana, dan ini pak dio ayah ayana, senang berkenalan denganmu nak reygan" ucap ibu memperkenalkan diri.
Setelah saling memperkenalkan diri acara makan malampun dimulai. Ramah tamah antar dua keluarga itu terasa begitu hangat. Dimata ayana reygan terlihat cukup baik, dia memperlakukan orangtua ayana dengan hormat, tutur katanya sangat baik dan itu membuat ayana sedikit terpukau. Ayana mulai berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Setelah acara makan itu selesai keluarga reygan mengajak ayana dan kedua orangtuanya menuju sebuah taman yang telah dihias begitu cantik.
"wahh, cantik sekali tante" ucap ayana spontan.
"terimakasih sayang, tapi kenapa kau memanggilku tante?" sahut bu dewi merajuk.
"maaf saya tidak terbiasa" jawab ayana tertunduk.
"sayang jangan tegang begitu, tante hanya bercanda, tak apa. Oh iya tante mendekorasi taman ini spesial untuk acara pertunangan kau dan reygan" jelas bu dewi kepada ayana. Sontak ayana terkejut mendengar ucapan bu dewi itu. Ayana segera memalingkan pandangannya dan menatap kedua orangtuanya.
"dewi, sabarlah.. Lihat anakku sangat terkejut. Kita belum membahas apapun" sanggah ibu ayana ikut panik.
"ahh.. Kukira malam ini malam pertunangan. Aku sudah membeli sepasang cincin berlian untuk anak kita" lanjutnya kecewa.
"kita duduk dulu dan bicarakan dengan tenang sayang" ajak pak darma.
Kamipun duduk berkeliling disebuah gazebo ditengah taman yang begitu cantik.
"ayana, reygan, kalian mungkin sudah tau mengapa kami mengenalkan kalian satu sama lain. Kami sebagai orangtua memiliki kekhawatiran yang sama terhadap kalian yang tak kunjung menikah" jelas pak darma memulai pembicaraan.
"kami berempat adalah sahabat baik sejak kami masih kecil, dan kami sangat bangga memiliki kalian, anak-anak yang begitu berbakti kepada kami. Kami sangat meyakini bahwa jika kalian menikah kalian pasti akan hidup bahagia karena kebijaksanaan kalian masing-masing, oleh sebab itu kami bermaksud menjodohkan kalian, berharap agar kalian dapat hidup bahagia seperti kami, tapi sungguh tak ada paksaan dalam keinginan kami, jika diantara kalian ada yang tidak menyetujui maksud kami, maka kalian bisa mengatakannya dengan jujur kepada kami" lanjut pak darma menjelaskan.
"bagaimana ayana?" tanya pak darma kepada ayana yang sejak tadi hanya terdiam mematung.
"ah.. Itu.. Aku.." ayana terbata-bata sambil menatap ayah dan ibunya. Sesekali ayana juga menatap reygan berharap dia juga mengatakan sesuatu.
"aku.. Aku akan mengikuti apapun harapan kalian.. Karena.. Aku yakin keputusan kalian adalah yang terbaik.. Dan aku hanya ingin melihat kalian berbahagia" jawab ayana ditengah keterdesakkannya ditatap oleh empat pasang mata yang berbinar.
"syukurlah.. Bagaimana denganmu rey?" tanya pak darma kepada reygan anaknya.
"terserah saja" jawabnya datar.
Tak seperti ayana yang merasa bersalah atas jawaban reygan, kedua orangtua ayana dan reygan justru bersyukur dan menganggap tak ada penolakan dari ayana dan reygan atas perjodohan ini. Dengan tergesa-gesa bu dewi segera mengeluarkan sebuah kotak perhiasan yang cukup besar dan menghampiri ayana.
"anakku, astaga betapa senangnya ibu.. Ini adalah perhiasan turun temurun dikeluarga kami. Karena sekarang kau adalah menantuku maka aku memberikan ini semua kepadamu. Dan ini juga, ini cincin pertunangan kalian, ayo kalian berdua berdirilah"
Ayana hanya bisa menuruti semua keinginan bu dewi tanpa bisa menolak. Ayah dan ibunya juga terlihat begitu bahagia di momen ini, namun melihat wajah reygan yang begitu muram membuat ayana menjadi ragu.
"uh.. Tante, bagaimana jika kita tidak terburu-buru, aku dan rey juga belum saling kenal, dan perhiasan ini juga sangat mahal, tidak seharusnya diberikan kepada orang asing sepertiku" ucap ayana sambil sesekali melihat reygan.
"apa yang kau katakan sayang, kita ini keluarga. Ayo rey berdirilah dan pakaikan perhiasan-perhiasan ini kepada ayana. Besok kita akan pergi melihat-lihat gaun pengantin, kalian harus segera menikah agar kami bisa segera mendapat cucu" lanjut bu dewi masih dengan semangatnya yang menggebu, sementara reygan berdiri dengan tubuh yang terlihat dipaksakan.
Ayana dan reyganpun akhirnya resmi bertunangan setelah bertukar cincin. Sejak malam itu berbagai macam persiapan pernikahan yang begitu mewah telah diatur oleh orangtua reygan hingga pesta pernikahanpun tiba.
Orangtua ayana berkali-kali meyakinkan ayana tentang pernikahan ini namun ayana pun berkali-kali meyakinkan bahwa ia telah sepenuhnya siap untuk menikah dan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak lagi.
Pesta pernikahan yang begitu mewah terlaksana dengan begitu khidmat. Banyak tamu undangan yang terkesima dengan kecantikan ayana. Meski tak sekalipun ayana melihat reygan tersenyum padanya, namun ayana meyakini bahwa keputusannya adalah yang terbaik untuk semua.
Setelah pesta pernikahan selesai, ayana, reygan dan keluarganya menginap disebuah hotel bintang 5, hotel tempat dimana resepsi pernikahan ayana dan reygan dilaksanakan. Orangtua reygan menyewa sebuah kamar terbaik dengan pemandangan perkotaan yang berkilau untuk malam pertama reygan dan ayana. Tak lupa juga berbagai macam dekorasi khas pengantin baru terpasang diseluruh penjuru kamar.
"nikmatilah waktu kalian, besok pergilah berbulan madu kemanapun kalian mau, ayo kita pergi" ujar bu dewi menggoda ayana dan reygan sambil merangkul ibu ayana dan memberi kode agar meninggalkan mereka berdua.
Suasana menjadi begitu kikuk, kini ayana dan reygan hanya tinggal berdua didalam kamar. Ayana hanya tertunduk dengan suasana hati yang tak karuan.
"tak perlu malu-malu begitu, aku juga tak tertarik padamu, aku lelah, aku akan mandi dan tidur" ucap reygan kepada ayana dengan dinginnya.
"apa maksudmu?" tanya ayana terperanjat.
"maksudku? kau tak mengerti maksudku? Sungguh?" tanya rey dengan wajah yang sangat tak ramah.
"rey.. Ini.."
"kita menikah karena keinginan mereka, dan kau menyetujuinya tanpa berdiskusi denganku. Apa kau pikir aku tidak tau apa maksudmu?"
"maksudmu apa reygan?"
"sudah cukup jangan berakting lagi, kau senang bukan karena telah berhasil masuk kedalam keluarga konglomerat? Selamat menikmati hartaku" jelasnya sambil berlalu pergi meninggalkan ayana.
"tunggu, apa maksudmu? Apa kau baru saja merendahkan aku dan keluargaku?"
"lalu?memangnya kenapa? Kau dengan mudahnya menyetujui perjodohan ini. Aku bahkan memasang wajah marah, tapi kau tak menggubrisnya"
"rey! Aku tidak menyetujuinya! Aku hanya berkata bahwa aku akan menuruti apapun harapan mereka! Kedua orangtua kita! Aku juga merasa tertekan! Aku berkali-kali melihat ke arahmu berharap kau mengatakan sesuatu, tapi apa yang kau lakukan?! Kau hanya diam tak bersuara! Lagipula jika kau keberatan mengapa kau tidak mengatakannya? Bukannya orangtua kita sudah memperjelas maksud mereka?" cecar ayana emosi.
"kau pikir aku bodoh? Kau ingin mereka menganggapku pria jahat karena telah menolak seorang gadis yang ingin menikahiku?"
"kau..!"
"sudahlah aku lelah, nikmati saja semua jerih payahmu ini gadis cantik" ucapnya seolah meremehkan.
Hati ayana seketika menjadi hancur, bagaimana bisa kedua orangtuanya menjodohkannya dengan pria seperti reygan. Ayana menangis dan hendak meninggalkan kamar itu.
"kau mau mengadu? Setelah kau angkat mereka kelangit sekarang kau ingin menenggelamkan mereka?"
Mendengar ucapan reygan seketika ayana mengurungkan niatnya. Terbayang dibenaknya betapa bahagianya wajah kedua orangtuanya menyaksikan ayana menikah dengan pria yang mereka anggap sangat sempurna.
"sudah tak perlu berpura-pura begitu, kita sudah terlanjur menikah. Mereka juga berkali-kali meminta cucu darimu dan kau dengan ringannya mengiyakan. Tak ada pilihan lain bagiku selain menggaulimu dan menafkahi anak-anakmu"
"cukup! Kenapa kau begitu kejam? Kau bersikap seolah-olah kau adalah anak yang baik dihadapan kedua orangtuaku, bukankah kau yang telah menipu mereka agar mereka menyukaimu?"
"itu bukan pura-pura, aku memang sangat menghormati orangtua, aku juga menyayangi kedua orangtuaku. Yang tak kusukai adalah dirimu, yang begitu tergila-gila dengan harta keluargaku. Baru pertama bertemu kau sudah bersedia dinikahkan"
plakkkk
Sebuah tamparan mendarat tepat dipipi reygan.
"jaga bicaramu. Aku yakin matamu cukup sehat untuk melihat siapa yang sebenarnya MEMAKSA! Kau memandangku rendah karena memang kekayaanku tak setara denganmu. Ingatlah ini rey, sepanjang aku menjadi istrimu aku tak akan pernah menggunakan hartamu sedikitpun bahkan untuk kebutuhan makanku. Aku tak butuh itu semua. Kau boleh memperlakukanku seburuk apapun. Dan kau memang benar, aku tak bisa melukai wajah-wajah bahagia itu. Bersyukurlah karena aku dibesarkan oleh orang-orang yang mengerti akan sopan santun dan sikap hormat sehingga sebenci apapun aku padamu, aku tak akan pernah melupakan kewajibanku sebagai istrimu" jelas ayana dengan suara tercekat. Air mata mulai menggenang dipelupuk matanya.
"sungguh? Bagaimana dengan kewajiban melayaniku diranjang?" tanya rey melecehkan sambil tersenyum sinis.
"memang itu yang kau inginkan bukan? Itu sebabnya kau tak menolak perjodohan ini" tantang ayana membalas perkataan rey.
Mendengar ucapan ayana membuat reygan emosi. Dengan kasarnya ia menarik tangan ayana dan menghempaskan tubuhnya keatas ranjang.
"sungguh istri yang berbakti" ucap rey sambil menindih tubuh ayana dan menggigit daun telinga ayana.
Diperlakukan seperti itu tentu ayana merasa terluka. Ayana menangis merasakan betapa kasarnya reygan menyentuh tubuhnya. Sementara reygan dengan kasarnya melucuti pakaiannya satu per satu hingga hanya tersisa pakaian dalam ayana saja.
"benar yang dikatakan orangtuamu, kau cantik dan indah. Rasanya adil kau menghabiskan hartaku dan aku menjamah tubuh indahmu" bisik reygan ditelinga ayana.
Reygan kemudian berdiri tegak dan mulai melucuti pakaiannya satu per satu. Ayana hanya bisa menangis dan menjauh ke tepi ranjang.
"berhenti bersandiwara, aku muak melihat wanita sepertimu yang selalu haus akan harta"
Tanpa belas kasih malam itu reygan menyentuh ayana dengan beringas. Tak ada tatapan cinta sama sekali dalam sorot matanya, yang ada hanya kebencian dan nafsu yang menjadi satu. Ditengah pergumulan itu reygan menyadari sesuatu, dia menyadari bahwa ternyata ini adalah malam pertama untuk ayana. Darah segar mengalir dari bagian intim ayana. Ayana yang tak berdaya hanya pasrah dengan air mata yang tak henti berlinang. Reygan sempat merasa bersalah dan berniat menghentikan kekejamannya itu, namun nafsu dan rasa benci terlanjur menguasainya hingga malam itu dilewati ayana dengan penuh rasa sakit.
Keesokan paginya reygan terbangun dengan ayana yang meringkuk disisinya. Tetesan air mata masih menggenang dipelupuk matanya.
"wanita sulit ditebak" ucap reygan bergumam sambil bangkit hendak menuju kamar mandi. Betapa terkejutnya reygan saat secara tak sengaja ia menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh ayana. Ia melihat begitu banyak kissmark ditubuh ayana.
seberingas inikah aku? Mengapa begini? Sebelumnya aku bahkan tak pernah merasa tertarik dengan wanita, ah sudahlah, ini salahnya karena terus menerus memperlihatkan wajah menyebalkan dihadapanku
Reygan bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Ia kemudian meninggalkan ayana sendirian dikamar itu dan pergi sarapan. Ia berfikir tak apa meninggalkan ayana karena tak lama lagi ibunya pasti akan datang untuk mengajak ayana sarapan, sekaligus melihat kondisi ayana yang penuh nafsu. Dan tentu saja perkiraannya benar, ibu dewi datang ke kamar ayana dan melihat tubuh ayana penuh dengan bekas ciuman. Dan itu adalah kabar baik yang ia bawa untuk suami dan besannya. Sementara ayana hanya bisa terduduk merasakan sekujur tubuhnya kesakitan.
"tuhan lindungi aku dan keluargaku" ucap ayana sambil meneteskan air mata. Ia kemudian bergegas membersihkan diri karena keluarganya telah menunggunya untuk sarapan.
Keluarga itu sarapan dengan hati yang berbunga-bunga, sementara reygan dirasuki perasaan bersalah tiap kali ia memandang ayana, ayana terus menerus tersenyum seolah ia bahagia, tak ada satupun yang menyadari betapa tercabiknya perasaan gadis itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!