NovelToon NovelToon

Ideos World

The Savior of Akashic: Prolog

"Aku akan mewujudkan, apa yang gagal diwujudkan olehnya.... setelah kejadian tragis itu...."

Seorang gadis yang kehilangan sosok guru tercintanya seperti figur ibu yang mendampinginya selama ini. Juna Hayashibara, yaitu anak dari keturunan Klan Hayashibara yang memegang peranan penting dalam konflik politik antara ketiga faksi dunia yang bersaing satu sama lain. Mereka telah dikenal sebagai klan yang memiliki hubungan dengan kekuatan spesial sejak zaman kuno sebelum masehi.

Keturunan Hayashibara diburu dan diincar oleh beberapa kelompok dari faksi Gloria Dominance dikarenakan mereka memiliki hubungan dengan berbagai sihir kuno yang tidak ada pada zaman mereka eksis saat ini. Selain itu, kekuatan dari Klan Hayashibara merupakan suatu penghalang bagi mereka. Oleh karena itulah, beberapa dari keturunan Hayashibara harus berpencar demi mencegah kejaran dan penangkapan oleh organisasi dari faksi Gloria Dominance.

Hal inilah yang dialami oleh Juna dimana dia harus berpisah dengan anggota keluarga aslinya. Ketika kecil, orang tuanya menghilang dikarenakan invasi sekelompok penyihir yang dinamakan 'Walpurgistnacht' yaitu organisasi penyihir yang berasal dari faksi 'Gloria Dominance'. Mereka dikenal sebagai organisasi penyihir jahat dan kejam yang telah membunuh banyak manusia dan mengambil kekuatan dari keturunan sihir. Mereka juga mengganggap Klan Hayashibara sebagai ancaman dan penghalang untuk mendapatkan 'Fruits of Karma'.

Terpisah dari keluarganya, Juna terpaksa harus dijaga dan dirawat oleh Satomi Uehara yaitu salah satu bagian dari keluarga Uehara yang memiliki hubungan erat dengan Klan Hayashibara. Dibawah bimbingannya, Juna sangat mengagumi cara pandang Satomi terhadap dunia dimana Ia mengidealisasikan kedamaian bagi semua orang.

Sebagai salah satu keturunan Keluarga Uehara, Satomi berkontribusi dalam penelitian terkait dengan berbagai pusaka peninggalan yang didapatkan dari berbagai tempat, termasuk dari penemuan Klan Hayashibara yang memiliki koneksi dengan Keluarga Uehara di zaman ini.

Satomi juga memiliki kemampuan mengajar entah itu pengetahuan umum maupun sihir yang dapat membantu mengembangkan potensi murid-murid yang diajarnya. Muridnya tidak hanya manusia biasa, tetapi juga beberapa manusia yang memiliki kemampuan khusus seperti Juna yang menjadi muridnya yang paling istimewa.

Satomi berdedikasi di dunia mengajar dan penelitian demi mewujudkan idealismenya mengenai dunia yang damai dan tidak ada persaingan lagi seperti perang tiga faksi besar dunia.

Satomi merupakan sosok yang sempurna dan memiliki sifat dan pembawaan yang lembut layaknya seorang mentor yang ideal. Ikatan Juna dengan Satomi sudah begitu melekat dan menjadi satu-satunya hal yang dapat membuat Juna bahagia.

Namun semuanya tidak bertahan lama dimana terjadinya serangan Walpurgistnacht yang kedua pada Gedung Penelitian Sihir Uehara, yaitu tempat dimana para anggota Uehara dan rekan-rekannya melakukan penelitian mengenai Pusaka Peninggalan langka yang memiliki kekuatan magis.

Walpurgistnacht membunuh para ilmuwan Uehara termasuk Satomi yang memiliki peran utama dalam penelitian Pusaka Peninggalan langka itu dan mengambilnya. Juna yang terlambat mendatangi tempat kejadian setelah membantu murid yang lain belajar, harus mendapati kematian dari sosok guru yang selama ini dia cintai seperti ibunya sendiri.

Ia pun juga merasa bersalah dan tidak berdaya dimana Ia membuat perjuangan Satomi untuk mewujudkan idealismenya menjadi sia-sia. Kini dia berniat untuk melanjutkan idealisme itu. Juna pun menjadi terobsesi dengan idealisme gurunya dan bersedia mewujudkannya dengan berbagai cara demi kedamaian yang pernah dijanjikan Satomi.

Bagaimanakah semua kejadian itu terjadi?

Seperti apakah organisasi Walpurgistnacht itu?

Apa yang membuat mereka mengincar Pusaka Peninggalan Sihir itu?

Seperti apakah kekuatan spesial yang disimpan oleh Klan Hayashibara?

Lalu bagaimanakah nasib Juna selanjutnya?

Inilah awal mula kisah dari Sang Penyelamat Akashic.

The Savior of Akashic: Chapter 1 - Klan Misterius

(Third Person's POV)

Klan Hayashibara merupakan sebuah klan yang memiliki peranan besar dalam pertempuran ketiga faksi dunia. Mereka telah eksis secara turun temurun sejak zaman sebelum masehi dimana dalam sejarah mereka merupakan Klan yang memiliki hubungan dengan sihir kuno yang tidak ada pada zaman masehi ini.

Sihir kuno yang dimaksud itu adalah 'Akashic Bhuana', yaitu kemampuan yang memungkinkan pengguna untuk mengakses Dunia Kesadaran, yang akan mempersonifikasikan kesadaran pengguna yang mencerminkan jiwa mereka. Kemampuan ini juga dapat membuat seseorang meramalkan tentang identitas aura orang lain.

Akashic Bhuana dapat meningkatkan indera yang bisa dilakukan manusia biasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh 'hal-hal' yang dipilih sebagai fokus penggabungan. Dikarenakan mereka dapat membuka semua indera manusia, mereka juga memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir yang dapat melewati batas dari dunia manusia dan dunia ghaib menggunakan elemen 'Ether'. Oleh karena itulah, Klan Hayashibara diincar oleh organisasi dari faksi Gloria Dominance untuk dijadikan target entah itu diburu atau dibunuh dikarenakan kekuatan sihir unik yang mereka miliki.

Dikatakan bahwa saat ini Klan Hayashibara berada di Jepang dan tersembunyi dari ranah publik. Sekalipun saat ini manusia sudah normal dengan hal-hal yang berbau mistis dan supernatural seperti *Yōkai, Vampir, Jin, dan makhluk mitologi lainnya, tetap saja regulasi dan hukum-hukum yang berlaku di masyarakat berjalan. Dan beberapa dari mereka dapat menjadi mata-mata yang berasal dari sekelompok musuh yang mengincar Klan Hayashibara.

(*Hantu supernatural Jepang, setan dan roh.)

..........

"Informasi yang benar-benar membingungkan..."

Seorang pria berambut merah pendek dengan bola matanya yang berwarna hijau kebiruan, merespon informasi yang diberikan temannya yang menggunakan pakaian polisi yang sama dengannya.

"Begitulah. Bahkan ketika aku mendapatkan informasi ini dari seniorku yang sempat menginvestigasi 'Insiden Penyerangan Gedung Uehara oleh Walpurgistnacht', rasanya kekuatan sihir dengan tingkatan seperti itu terdengar mustahil untuk di zaman ini."

Celoteh temannya dengan rambut abu-abu dan bola mata coklat yang menghisap rokok setelah berbicara.

"Lagian sihir yang eksis dari Zaman Kerajaan Legenda Arthur pun tidak sampai ke level itu. Rasanya terdengar seperti mitos saja."

Setelah itu si pria berambut merah membalas perkataan temannya.

"Tapi bukankah saat ini kita juga hidup berdampingan dengan para makhluk mitologi? Jadi seharusnya itu bukan hal yang aneh lagi kan? Selain itu....."

"...Bisakah kau berhenti merokok di dalam ruangan? Aku sudah berkali-kali mengingatkanmu dari kemarin agar tidak mencemari ruangan ini."

Tegurnya kemudian setelah meresponnya. Lalu temannya berceletuk dengan kesal terhadap kata-katanya.

"Aku tahu! Kau ini ketat amat sih, Maeno! Aku bisa mematikannya kalau ada atasan atau orang lain selain kita berdua disini!"

Dia meletakkan rokoknya pada asbak yang dia bawa sambil mengoceh.

"Dan soal kita para manusia yang hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk aneh juga bukanlah hal yang tidak aku percayai. Jadi aku tahu kalau hal-hal mistik seperti itu sudah bukan cerita takhayul semata."

Maeno menghembuskan napas mendengar ocehannya sambil mengerutkan dahinya.

"Kau ini bebal seperti biasa, Rui. Aku jadi susah membelamu apabila Komandan Chihaya melihat perlakuanmu."

Rui menanggapi perkataan Maeno sambil menggerakkan gestur tangannya sambil memegang rokoknya.

"Santai saja, aku cekatan kok bila Komandan datang. Kita ini teman bukan? Jadi seharusnya kita terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sobat."

Celetuk Rui melihat muka temannya yang masih mengerut sedikit mendapati kelakuannya.

Maeno sekali lagi menghembuskan nafasnya dan tidak bisa membantah perkataan Rui dimana mereka sudah dekat sejak SMP. Sebagai sahabat karib mereka saling menerima perlakuan dan kebiasaannya satu sama lain. Mereka mungkin memiliki sifat yang bertolak belakang dimana Maeno adalah orang yang disiplin dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Disisi lain Rui adalah orang yang santai dan suka melakukan sesuatu sesuai keinginannya.

Alasan bagaimana hubungan mereka bisa dekat adalah toleransi dan kekaguman mereka satu sama lain. Maeno mengagumi Rui ketika dia lebih cakap dan cerdik dalam menyelesaikan suatu masalah dengan kelihaiannya, berkat sikap fleksibelnya. Rui menghargai dan menyukai sikap kepedulian Maeno yang selalu berusaha demi tanggung jawabnya terhadap orang lain.

Oleh karena itu, mereka awalnya beradaptasi demi memahami satu sama lain dan seiring berjalannya waktu, mereka sudah terbiasa dengan kekurangan mereka masing-masing.

Maeno kemudian menyandarkan lengannya diatas meja, sambil merenungkan tentang Insiden yang disampaikan oleh Rui sebelumnya. Ia membayangkan bagaimana Walpurgistnacht yang terkenal keji dan merenggut banyak korban manusia maupun penyihir yang menjadi target utama mereka.

Pertama kali Maeno mendengar soal Organisasi Walpurgistnacht adalah ketika Ia masih berumur 10 tahun dimana Ia mendengar insiden yang sama mengenai Invasi organisasi tersebut dan ketakutan saat Ia menguping pembicaraan Ibu-nya dengan tante-nya secara diam-diam pada saat itu.

Sekalipun begitu, Maeno adalah orang yang rasa ingin tau-nya besar terhadap hal-hal berbau supernatural. Dia ingin memahami bagaimana makhluk-makhluk itu ingin memenuhi apa yang mereka ingin wujudkan dalam perang faksi ini.

Dari pandangan Maeno sendiri, perang faksi antar semua makhluk yang ada di dunia ini cukup berat dan menegangkan apabila dilihat dilihat dari konflik dan pertentangan ideologi antar satu sama lain.

Sambil melamun, Maeno menyandarkan kepalanya pada tangannya.

Pekerjaannya yang saat ini menjadi polisi di pangkat Inspektur(Keibu-Ho) bersama dengan Rui di bagian investigasi kasus-kasus yang terjadi di wilayah sekitar distrik Tokyo. Mereka menyelidiki dan mengawasi kinerja polisi dalam ikut menjaga masyarakat dari kasus serangan supernatural dan kasus kriminal lainnya.

Beberapa waktu kemudian, Rui memecah keheningan itu kembali dan memulai percakapan baru ditengah Maeno yang melamun.

"Hei Maeno."

Maeno pun tersadar dari lamunannya dan menanggapinya.

"Apa?"

Ia pun menoleh ke arah Rui. Lalu Rui melanjutkan pembicaraannya.

"Ada suatu hal yang ingin aku tanyakan padamu."

Maeno berhenti menyandarkan kepalanya dan menatapnya.

"Apa itu?"

Rui sambil tersenyum santai menghisap rokoknya melanjutkannya.

"Aku penasaran mengapa orang biasa seperti kita harus mengurusi investigasi terkait dengan sesuatu yang ada di luar kemampuan kita? Kita tidak memiliki kekuatan super ataupun sihir yang dapat mengantisipasi serangan supernatural yang dapat terjadi pada kita."

"Padahal kalau dipikir-pikir masih ada beberapa organisasi pemerintah yang lebih lihai, dan memiliki kemampuan bertarung yang lebih mumpuni daripada polisi seperti kita. Aku terheran saja dengan pemerintah yang masih membiarkan kepolisian eksis untuk ikut serta menjaga masyarakat disini. Paling hanya bekal senjata khusus saja yang dapat digunakan oleh manusia untuk menghadapi serangan supernatural."

Rui berbicara sambil memukulkan puntung rokoknya pada asbaknya.

"Apa kau juga memikirkannya Maeno?"

Ia langsung menoleh ke arahnya. Maeno pun menjawabnya dengan nada antusias-nya seperti biasa.

"Bagiku hal seperti itu mungkin patut dipertanyakan. Lagipula aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pemerintahan perihal keputusannya. Kita memiliki banyak kekurangan sebagai manusia untuk memahami hal-hal yang di luar jangkauan kita. Seperti Klan Hayashibara yang diinvestigasi oleh senior kita sebelum kita bergabung di kepolisian."

Maeno kemudian meletakkan tangannya pada pahanya, membungkukkan badannya dan melanjutkan perkataannya.

"Banyak hal yang sebenarnya ada di luar nalar manusia biasa untuk dipahami lebih lanjut. Tetapi karena masyarakat sudah terbiasa dari dulu melihat hal semacam itu, lama-kelamaan hal seperti itu sudah normal dan tidak seistimewa dulu dimana penduduk hanya sekedar membuatnya menjadi dongeng masyarakat."

"Sejak dulu kita memang hidup berdampingan dengan mereka, tetapi di zaman modern inilah saat-saat dimana orang-orang sudah tidak berfokus pada cerita dan legenda mitologi itu semata."

"Karena pada nyatanya dari dulu mereka sudah terlibat dalam konflik politik semacam ini tanpa sepengetahuan masyarakat banyak. Beberapa dari makhluk seperti werewolf dan vampir pun bisa menjadi tokoh politik yang berpengaruh."

Setelah selesai berbicara, Rui langsung mengomentari Maeno.

"Apakah berarti kita saja yang ketinggalan informasi atau manusia biasa yang enggan memikirkan hal itu?"

Maeno kemudian menyahut.

"Lebih tepatnya saat itu masih banyaknya yang tertutup satu sama lain. Dan teknologi di zaman itu tidak sepesat sekarang. Saat ini pun teknologi masih belum tersebar rata pada masyarakat kebanyakan yang harus mengandalkan sistem surat-menyurat. Yang memiliki teknologi pun tidak tersebar merata ke semua wilayah."

"Namun perkembangan teknologi ini menguntungkan faksi-faksi yang bersaing dalam menjalankan politik mereka dan mempertahankan ideologinya. Dari serangan-serangan itu pun terbantu berkat komunikasi yang berkembang saat ini."

"Jadi mendengar figur mereka di radio dan televisi sudah bukan hal yang jarang lagi. Aku tidak menyangka bahwa mereka mau mengikuti perkembangan zaman demi tujuan mereka."

Setelah itu, Rui menanggapi-nya sambil melihat ke arah lain.

"Hmm, kau benar juga Maeno. Perkembangan dan perubahan adalah kunci dari semua kejadian ini."

Rui melanjutkan dan menghisap rokoknya setelah itu.

"Lalu apakah bagimu manusia biasa seperti kita masih berhak untuk bersaing dengan mereka?"

Maeno menjawab Rui dengan nadanya yang teratur.

"Sebagai manusia bukankah kita ditugaskan untuk menjalankan kewajiban yang diberikan? Lagipula semua ini pasti pilihan kita sendiri yang ingin beradaptasi dan berkontribusi untuk masyarakat disini."

"Dan sudah semestinya tugas-tugas itu menjawab bagaimana kondisi dunia saat ini."

Setelah Maeno selesai berbicara, Rui menghembuskan nafasnya mendengar itu.

"Jawabanmu itu monoton sekali, Maeno."

Nadanya terdengar seperti kurang puas dengan jawaban Maeno.

"Kau terlalu memikirkan tugas dan kewajiban yang tidak akan membuatmu menjadi lebih dipandang oleh orang lain. Aku tau banyak orang yang menginginkan orang disiplin dan kompeten sepertimu."

"Namun tetap saja akan ada suatu permasalahan yang tidak cukup diselesaikan dengan bekal siap siaga saja tanpa ada solusi yang baik. Apa kau mengerti, Maeno?"

Rui menggerutu sambil mengarahkan puntung rokoknya pada Maeno.

"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa. Lagipula dibandingkan denganmu, otakku tidak bisa dengan mudah memikirkan cara cerdik dan lihai menginvestigasi sesuatu."

Maeno menjawabnya dengan datar. Lalu Rui berpindah topik lagi.

"Omong-omong, menurutmu bagaimana kekuatan Klan Hayashibara yang saat ini menjadi misteri untuk rakyat banyak? Mungkin masih banyak orang-orang yang tidak mengetahui seperti apa kerjanya kekuatan yang dinamakan Akashic Bhuana ini. Termasuk kita sendiri yang hanya mendapatkannya dari hasil investigasi senior kita."

Maeno kemudian menanggapi Rui.

"Aku tidak tau seperti apa kekuatan dari klan itu bekerja. Mereka pun belum aku jumpai secara langsung, jadi aku tak bisa menjawabnya."

Rui bersandar di kursi-nya sambil menoleh ke arah lain.

"Mereka benar-benar misterius ya...."

Gumamnya.

"Aku penasaran bagaimana insiden mengerikan itu terjadi di Gedung Uehara oleh para penyihir Walpurgistnacht itu. Konflik semacam ini terdengar cukup berat untuk diselidiki."

"Hingga kini kita pun hanya mengetahuinya dalam bentuk informasi, tetapi dari file insiden yang didapatkan ada besar kemungkinan bahwa mereka terhubung satu sama lain."

"Yang pertama adalah salah satu buku yang diduga dari Klan Hayashibara yang ditemukan di lokasi insiden penyerangan itu. Ada beberapa hal yang dikatakan terkait konflik yang sudah terjadi sejak zaman dulu, dimana beberapa nya adalah kelompok-kelompok yang saat ini menjadi faksi yang mengincar mereka."

"Buku itu tidak membahasnya dengan rinci sih, tapi deduksi dari beberapa tim yang menemukannya menduga bahwa konflik itu melibatkan Pusaka Sihir yang berasal dari peninggalan-peninggalan zaman sebelum Masehi yang disimpan oleh Klan-nya."

Rui melanjutkan setelah dia memukulkan puntung rokoknya lagi ke asbak.

"Dan yang kedua adalah informasi dari senior kita yang menginvestigasi lokasi tersebut. Para peneliti dari Gedung Uehara diduga tengah meneliti Pusaka Sihir yang dimaksud dengan terbuktinya dari peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian Pusaka tersebut."

"Beberapa barang magis pun ditemukan seperti katalis, buku mantra, dan alat khusus yang hanya dapat digunakan dengan sihir."

"Dari kedua bukti yang ditemukan itulah para tim investigasi Kepolisian saat itu mengasumsikan bahwa Klan Hayashibara memiliki hubungan dengan Organisasi Uehara. Meskipun ada dugaan pula bahwa Uehara hanya mengambil buku-buku tersebut dari Klan itu."

Rui berhenti bicara sejenak dan mengisap rokoknya lagi. Maeno angkat bicara setelah itu.

"Bagaimanakah korban-korban yang diautopsi di tempat itu?"

Setelah Maeno bertanya Rui menjawab.

"Berdasarkan hasil autopsi yang didapatkan, beberapa dari mereka adalah bagian dari keluarga Uehara yang juga memiliki aliran kekuatan sihir dalam tubuh mereka. Dengan bantuan dari salah satu penyihir yang berasal dari faksi Astraea Conviction yang bersedia membantu proses autopsi tersebut mengatakan, bahwa besar kemungkinan keluarga Uehara juga telah ada sejak zaman sebelum masehi."

"Dalam file itu juga disebutkan, salah satu dari keluarga Uehara itu merupakan guru yang juga mengajar di SMP Saibara, tidak jauh amat sih dengan SMP kita sekolah dulu di Tokyo. Dari biodata dan riwayat hidup yang didapatkan guru dari Uehara itu juga terampil dalam menggunakan kekuatan sihir ketika mengajar muridnya. Murid-muridnya pula ada yang penyihir dan non-penyihir."

"Nama dari guru itu adalah Uehara Satomi yang menggunakan nama alias Minamoto Satomi dalam file riwayat mengajarnya di SMP Saibara. Dia dikenal dengan visinya yang ingin memberikan ajaran yang layak pada murid-muridnya. Dia juga memiliki salah satu murid yang paling dia banggakan bernama Miagahara Kasuka yang dirumorkan memiliki kemampuan berpedang yang mumpuni."

Mendengar informasi yang disampaikan Rui, Maeno menanggapinya dengan sedikit terpukau.

"Murid yang terdengar berbakat ya?"

Rui meresponnya sambil menyandarkan lengannya dibelakang kepalanya.

"Benar kan? Aku pun ketika membaca file itu juga berpikir seperti itu. Omong-omong muridnya perempuan sih."

Maeno terkejut mendengarnya bahwa dia mengira Kasuka adalah laki-laki.

"Ah... begitu ya..."

Matanya terbuka lebar masih terkejut. Menyadari hal ini Rui langsung tertawa kecil melihat reaksinya.

"Hei, hei kenapa dengan reaksimu sobat? Apa kamu tiba-tiba ingin menaksirnya setelah tau dia itu perempuan?"

Rui menyeringai ke Maeno.

"Tak usah mengusikku, Rui! Aku hanya tidak menyangka nya saja dari namanya."

Maeno menjawab cepat merespon usikannya.

"Ayolah, apakah kau mau menjadi pria yang tidak peka sama wanita? Kau bahkan sempat menolak wanita yang menaksir mu saat SMA dulu. Nanti aku doakan biar ketemu sama orangnya loh."

Rui masih menyeringai kepadanya.

"Cukup dengan itu Rui!"

Maeno membalasnya dengan cepat. Setelah itu Rui hanya menghembuskan napas-nya terhadap reaksi temannya itu.

"Hah, kau membosankan dalam hal romantis seperti itu. Padahal aku ingin merasakan seperti apa ditaksir oleh gadis cantik. Mana umur 21 tahun lagi."

Rui meletakkan rokoknya yang sudah habis ke asbaknya dan membakar rokok yang lain.

"Percuma pintar dan cerdik, tapi memikat wanita tidak bisa."

Maeno menghembuskan napasnya melihat kelakuan kekanak-kanakan dari Rui.

"Tak usah pikirkan itu dulu, yang penting kewajiban diselesaikan."

Setelah Maeno menanggapinya, Rui membalasnya balik.

"Dan kau jangan cuma mikir kerja, kerja, kerja mulu tiap hari. Apa kau mau lembur sia-sia sampai hari tua?"

Rui berekspresi kesal.

"Bukan begitu-"

Sebelum Maeno menyelesaikan kata-katanya Komandan Chihaya sudah memasuki ruang istirahat itu dan menghampiri mereka berdua.

Maeno dan Rui langsung memberi hormat dengan sigap. Komandan Chihaya melihat mereka berdua satu-persatu. Lalu Ia mendapati Rui yang sedang menyembunyikan asbaknya dibelakangnya beserta rokoknya yang masih mengeluarkan asap.

Mendapati ini Komandan Chihaya langsung menegur Rui.

"Toriyama, saya tahu kamu menyembunyikan rokokmu dibelakang!"

Tegasnya.

Rui hanya berkeringat dingin mendapati teguran secara tiba-tiba dari kedatangan Komandan Chihaya. Maeno hanya menoleh ke arah temannya mewajari reaksi Komandannya.

"U-Umm.... ini..."

Sebelum Rui menyelesaikan jawabannya yang terbata-bata, Komandan Chihaya memotongnya dengan membentaknya secara keras.

"Tidak ada main alasan apapun! Sekarang keluarkan asbak dan rokokmu! Letakkan di luar dan lakukan push up di lapangan sebanyak 80 kali!"

"Ba-Baik....!"

Sahut Rui dengan gemetar dimana Maeno langsung menggerutu sambil menghembuskan napas.

"Sudah aku peringatkan bukan?"

Rui hanya menjawabnya dengan nada kecil.

"Habisnya tiba-tiba..."

Komandan Chihaya memerintahkan Rui secara tegas.

"Sekarang, cepat lakukan! Atau saya tambah 80 kali lagi!"

"BAIK!"

Rui memberi hormat dan segera berlari ke lapangan membawa asbak dan rokoknya. Dia segera melaksanakan perintah dari Komandan Chihaya.

Lalu si Komandan menghadap ke Maeno.

"Dan kau, Yukimiya. Saya punya tugas baru untukmu."

Si Maeno dengan sigap menyahut sambil memberi hormat.

"Siap, komandan!"

"Ikut aku ke ruangan."

Maeno mengikuti perintah Komandan Chihaya menuju ruangannya.

----------------

[Distrik Tokyo, Shinjuku, 12:34 P.M]

Di dalam mobil bertugasnya, Maeno sedang mengemudi ke lokasi tujuan dimana Ia ditugaskan. Dalam perjalanannya Maeno melihat beberapa yōkai tersebar disekitar jalan yang dilewatinya. Mereka memiliki bentuk yang bervariasi, tetapi kebanyakan yang menonjol adalah siluman binatang.

"Benar-benar aneh dan unik ya...."

Gumam Maeno sambil menyetir. Misi yang diberikan Maeno oleh Komandannya adalah pemantauan terhadap Yōkai di Shinjuku. Pemantauan ini bertujuan untuk mengawasi aktivitas Yōkai yang ada disekitar wilayah ini.

"Klan Hayashibara.... dan Akashic Bhuana...."

Maeno masih memikirkan informasi tersebut yang didapatkan oleh Rui di file-file investigasi insiden yang terjadi sebelumnya. Ia masih kesulitan membayangkan Akashic Bhuana yang dijelaskan mengenai konsep kerjanya. Klan Hayashibara masih terdengar misterius di ranah publik dikarenakan mereka tersembunyi.

Terkait insiden penyerangan di gedung Uehara 10 tahun yang lalu oleh Walpurgistnacht. Semua ini mengundang rasa penasaran Maeno perihal informasi tersebut. Klan yang sudah eksis dari zaman dulu dengan kekuatan sihir yang diduga eksis pada zamannya menjadi sesuatu yang diincar oleh organisasi dari Gloria Dominance.

Konflik ini tentunya sudah pasti membuat orang gemetar ketakutan apabila mereka dapat diserang suatu saat. Namun sebagai polisi yang ikut berkontribusi pada masyarakat, Maeno harus terbiasa dengan kasus semacam ini dan tetap siap siaga mengantisipasi berbagai macam hal yang dapat menimpanya.

Sekalipun Ia hanyalah manusia tanpa keistimewaan seperti kekuatan super, Maeno tetap ingin bertugas disini dimana Ia penasaran terhadap konflik politik yang terjadi.

Ia pun telah sampai ditempat parkir dan memarkirkan mobilnya di sana. Maeno keluar dan mempersiapkan alat bertugasnya sebelum memulai pemantauan wilayah Shibuya. Yōkai juga berdiam di daerah parkiran.

"Untunglah mereka jinak."

Gumamnya lagi sambil mengunci pintu mobilnya. Ia memulai pemantauan dari area parkiran dan mulai berjalan ke area sekitar Shibuya. Di kota itu masyarakat berlalu lalang bersama dengan Yōkai yang tersebar di sana.

Maeno berjalan mengitari kota itu dalam waktu yang cukup lama demi keefektifan pemantauan.

Setelah beberapa jam melakukan pemantauan, Maeno beristirahat di bangku sambil meminum kopi kalengnya.

Ia sudah memantau Shibuya dan mengawasi aktivitas Yōkai yang ada di sana. Kemudian Ia mencatatnya sebelum dikonversi menjadi laporan pemantauannya dalam buku catatan khusus yang dia bawa.

"Aktivitas Yōkai: normal, Hawa temperatur tempat: stabil, lalu Aktivitas penduduk....."

Setelah beberapa menit mencatat kata pokok dari pemantauan Yōkai, Maeno kembali beristirahat dan meminum kopi kalengnya lagi.

"Selesai juga...."

Kemudian Walkie Talkie nya bergetar. Maeno mengangkatnya dan terdengar suara temannya.

"Hei, sobat! Kau lagi dimana?"

Itu adalah suara dari Rui. Lalu Maeno menjawabnya.

"Aku sedang bertugas melakukan pemantauan di Shibuya."

Rui berbicara lagi dari Walkie Talkie itu.

"Kau masih bekerja sekarang?"

"Aku baru saja selesai, jadi sekarang aku sedang beristirahat."

Setelah meminum kopi kalengnya sedikit Ia berbicara lagi.

"Bagaimana dengan hukumanmu?"

"Tadi aku sedikit pegal, rasanya juga panas karena siang. Komandan memperingatkan ku kalau aku mengulanginya lagi, aku tidak diizinkan bertugas lagi dan disuruh lari lapangan sebanyak 50 putaran! Untung saja aku kuat, jadi aku tidak akan cepat pingsan!"

Setelah Rui mengatakan itu, Maeno mengerutkan dahinya sambil menghembuskan napasnya.

"Makanya aku sudah bilang kan jangan merokok sembarangan di ruangan."

Tuturnya dimana Rui langsung berceloteh.

"Aku hanya terlalu terbawa dengan percakapan itu tahu! Jadinya karena keasyikan aku lupa bersiaga kapan Komandan akan datang!"

Maeno meresponnya sambil memegang dahinya.

"Udah dibilangin masih saja bebal."

Rui mengomel lagi dari Walkie Talkie.

"Ini hanya ketidakberuntungan ku saja! Aku hanya berharap bahwa aku bisa menemukan timing yang lebih tepat lagi agar tidak terpergok!"

Menggeretakkan giginya tidak terlalu keras, Maeno hanya bisa menahan frustrasinya mengurusi sifat kekanak-kanakannya. Ia menghembuskan napasnya lagi dan menenangkan dirinya. Lalu Ia kepikiran sesuatu.

"Rui."

Temannya pun menyahut.

"Ada apa, Maeno?"

Maeno bertanya dengan Walkie Talkie nya.

"Apakah kau tahu dimana tempat pemakaman dari korban Insiden Penyerangan Uehara itu?"

Rui langsung menjawabnya.

"Ah, pemakamannya ya?"

"Kalau tidak salah ada di kota Minato dekat Tokyo. Di sana ada Taman Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara."

"Memangnya kau mau melakukan apa di sana?"

Maeno kemudian menyahutnya.

"Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya penasaran saja dimana mereka dimakamkan."

"Begitu ya..."

Setelah itu Maeno ingin mengakhiri percakapan mereka.

"Aku mau makan siang dulu, saat aku kembali aku kabari lagi."

"Oke, bung! Aku juga lagi beli menu diskon nih di restoran! Aku capek habis push up di lapangan tadi, jadi perutku mulai keroncongan."

"Aku tutup dulu ya!"

Rui mematikan Walkie Talkie nya. Setelah menghabiskan kopi kalengnya Maeno membuangnya ke bak sampah dan bergegas kembali ke parkiran mobil-nya.

Ia pergi ke restoran untuk makan siang sebelum menuju lokasi pemakaman.

----------------

[Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara, Minato, Tokyo, 03:45 P.M]

Sesampainya di pemakaman, Maeno mendapati kuburan-kuburan yang berderet dengan banyak nama. Lalu Ia melihat salah satu makam dengan batu nisan yang agak besar. Di sana tertulis 'Di sini berbaring dengan tenang, Uehara Satomi sang pembimbing dari penelitian Gedung Uehara'. Maeno melihat batu nisannya yang paling banyak diisi dengan bunga.

"Sepertinya Ia adalah sosok yang benar-benat dihormati."

Gumamnya sambil meraba batu nisannya yang diukir dengan indah. Melihat pemandangan disekitarnya yang terlihat damai dan sejuk, dimana pemakaman itu ditutupi oleh daun pohon yang lebat dengan sinar matahari yang menyinari Makam dari Uehara Satomi.

Taman pemakaman yang begitu luas dengan pepohonan dan tanaman yang rindang membuat tempat ini menjadi begitu sejuk. Ada beberapa Yōkai juga yang berkeliaran di sekitar pemakaman itu yang membuatnya menjadi hidup. Seperti siluman kelinci, siluman burung, dan hewan roh lainnya.

Tiba-tiba ada seekor siluman kucing berbulu biru dengan corak merah dan oranye. Ia mendekati Maeno dan mengelus-elus kan kepalanya pada kakinya selama beberapa saat, lalu melihat ke arahnya.

"Ada apa?"

Maeno terheran-heran dengan siluman kucing itu yang melihat ke arahnya. Kaki kucing itu kemudian memberikan tanda dengan menunjuk ke arah bunga yang ada di makam Uehara Satomi itu.

Ia pun langsung menoleh ke rangkaian bunga itu.

"Apa kau menginginkan ini?"

*MEOW!*

Kucing itu langsung mengeong sebagai tanda 'Iya' setelah Maeno berbicara kepadanya.

Maeno mengambilkan salah satu bunga dari rangkaian bunga yang ada di kuburan itu.

"Ini."

Kucing itu langsung mengambilnya dengan menahan tangkainya di mulut.

Ia mengelus-elus kan kepalanya lagi pada kakinya Maeno sebagai bentuk 'terima kasih' dan pergi meninggalkannya.

Maeno berpikir mengapa kucing siluman itu ingin diambilkan? Mengapa kucing itu menyukai bunga? Ia melihatnya sambil terheran-heran.

"Apakah mungkin tempat bunganya terlalu ketinggian untuk kucing itu?"

Gumamnya. Maeno setelah itu mendokumentasi Taman Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara agar bisa diteliti untuk ke depannya.

Lalu Ia bergegas ingin kembali ke kantor polisi. Namun sebelum itu Ia berdoa dan memberi penghormatan pada Uehara Satomi di pemakamannya.

"Aku akan menghargai apa yang kau lakukan....meskipun aku tidak tau siapa kau."

Gumamnya lagi dan pergi meninggalkan Pemakaman itu.

Ketika Maeno sudah berhadap bertentangan dari Pemakaman, datanglah seorang wanita dengan rambut perak yang panjangnya sampai dadanya. Wanita itu menggunakan jas putih dan perlengkapan seperti pakaian yang cocok untuk bertarung beserta kedua katana di masing-masing pinggangnya.

Ia membawa sebungkus rangkaian bunga menaiki tangga menuju pemakaman.

Maeno sempat menoleh sekilas wanita itu, tetapi Ia langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi.

****************

The Savior of Akashic: Chapter 2 - Sang Wanita Ahli Berpedang

(Third person's POV)

...----------------...

[Kantor Polisi, Tokyo, 05:47 P.M]

"Ah! Kau akhirnya datang juga, Maeno!"

Sahut Rui yang saat ini bersantai di kursinya.

"Kau sedang tidak merokok lagi bukan?"

Maeno datang dan menutup pintu di belakangnya.

"Komandan menyitanya tadi setelah aku selesai menjalankan hukumanku."

Jawab Rui dengan ekspresi kesal.

"Lain kali jangan diulangi. Nih, aku belikan kopi kaleng."

Ekspresi Rui berubah menjadi senang ketika Maeno menawarkan salah satu kopi kaleng yang dia beli.

"Wah, kesukaanku! Terima kasih, sobat!"

Rui langsung meminumnya tanpa pikir panjang.

"PWUAAAAH! Kopi ini rasanya segar dan nikmat sekali!"

Komentarnya sambil tersenyum gembira memegang kopi kaleng itu. Maeno hanya melihat Rui dan meminum kopi kaleng miliknya.

"Ah, aku pengen cepat-cepat pulang dan tiduran."

Rui menyandarkan kepalanya pada meja.

"Tunggu saja sampai komandan mengizinkan kita."

Tutur Maeno.

"Iya... anak rajin...."

Rui menutup matanya sambil tiduran. Maeno mengecek kamera hasil dokumentasinya untuk dibahas bersama Rui.

"Omong-omong, tadi aku baru saja mengambil foto di Pemakaman Uehara itu."

Rui langsung membuka salah satu matanya setelah Maeno mengatakannya.

"Jadi kau benar-benar ke sana ya?"

Katanya sambil memelas.

"Iya. Aku penasaran seperti apa pemakaman itu."

Maeno lalu meminum kopinya kembali.

"Dan aku menemukan berbagai macam hewan siluman yang berkeliaran di pemakaman itu."

Rui yang mendengarnya lalu menanggapi sambil celoteh.

"Hewan siluman pun bisa berlagak seperti hewan pada umumnya. Enaknya hidup serasa seperti dalam dongeng."

"Kira-kira bagaimana bila ada sihir yang bisa mengendalikan mereka? Entah itu sihir yang bisa mengendalikan kesadarannya atau menyerangnya dari jarak jauh."

Maeno penasaran dan terheran dengan celoteh dari Rui.

"Kenapa kau menanyakan itu?"

Rui menjawabnya masih memelas sambil memainkan kaleng kopinya yang sudah kosong.

"Nggak, cuman iseng bertanya saja. Karena gabut...."

Maeno terdiam sejenak, meminum kopi kalengnya lagi.

"Menurutmu bagaimana Rui?"

Ia mencoba berbalik bertanya padanya.

"Kalau menurut aku sih...."

Rui berpikir sejenak dan menjawab.

"...bagiku bisa saja itu terjadi. Meskipun aku tak bisa menjelaskannya."

Maeno mempermaklumi jawabannya, meskipun di dalam hatinya Ia tidak begitu puas.

"Ah... begitu ya..."

Rui mengalihkan ke topik lain.

"Menurutmu apakah dunia ini adil atau tidak?"

Lagi-lagi Maeno terheran dengan pertanyaannya.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"

Rui berceletuk lagi.

"Aku ingin tau jawabanmu semenjak kita ini manusia biasa. Terkadang aku ingin tau apa yang orang biasa pikirkan mengenai hal yang berat seperti ini. Sekalipun tidak ada yang bersedia menjawabnya."

"Tapi kalau dari kau mungkin jawabannya akan berbeda semenjak kau itu suka bertanggung jawab dan sigap terhadap apapun itu. Jadi aku berasumsi kalau orang rajin sepertimu pasti tau bagaimana dunia itu berjalan."

Mendengar pernyataan Rui, Maeno mencoba berpikir keras. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya supaya dia bisa berkontribusi terhadap sesuatu. Selain itu, Maeno pun juga masih dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Ia menahan bibirnya sedikit dan membalas Rui.

"Aku pikir dunia ini terlalu luas bagiku untuk memikirkan hal seperti itu. Bagaimana cara menyampaikannya....ya..? Maksudku..."

"Mm?"

Rui tampak kebingungan dengan temannya.

"Aku hanya ingin mengatakan kalau pertanyaan itu terlalu sulit untuk kujawab. Bahkan aku tak sempat mengira kalau kau bisa sampai memikirkan hal seperti itu, Rui."

Mendengar jawabannya, Rui tertawa kecil dan menepuk pundaknya Maeno menenangkannya.

"Ahahaha, aku tau kau akan kesulitan menjawabnya! Jadi tak usah dibawa pusing pertanyaanku."

Candanya.

"Kau selalu saja bisa membawa pertanyaan yang tidak dipikirkan oleh orang normal."

Maeno hanya menghembuskan napasnya dan Rui hanya tersenyum santai.

"Pada akhirnya tidak banyak yang dapat memikirkannya ya. Tapi...."

Rui langsung melanjutkannya.

"Aku pikir seperti itulah kenyataan. Banyaknya suatu hal yang bisa dijelaskan dan tidak dapat dijelaskan."

Dan mereka pun duduk bersama di ruang istirahat di dalam kantor polisi itu.

...----------------...

[Rumah Maeno, 10:51 P.M]

Di rumahnya, Maeno terbaring di kasurnya sambil memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Rui padanya. Pertanyaan itu masih melintas di dalam kepalanya, bahkan ketika Ia mandi tadi.

"Dunia yang adil atau tidak adil.....?"

Ia bergumam dan memikirkannya bila ditinjau dari persaingan antara Tiga Faksi yang ada di dunia. Ketiga faksi itu menjunjung paham yang berbeda-beda dalam pengaplikasiannya. Ada yang menjunjung idealismenya demi kebaikan, ada yang ingin mengeksploitasinya dengan jahat demi keuntungan mereka sendiri, dan ada yang berpikir realistis dan memprioritaskan apa yang mereka bisa tanpa banyak berpihak.

Memikirkannya saja sudah membuat otak Maeno harus berputar lebih dari dua kali. Namun, tidak ada jawaban yang pasti pun terlintas di kepalanya. Ia menghembuskan napasnya dan menutup matanya, untuk tidak terlalu banyak memikirkannya.

Lalu, Ia mengingat bahwa di pemakaman itu ada seorang wanita yang membawa sebungkus bunga.

"Apa jangan-jangan wanita itu yang meletakkan bunganya?"

Maeno berpikir-pikir siapakah wanita itu? Dan dia mengingat-ingatnya lagi bahwa wanita itu membawa dua katana. Ia penasaran dengan sosok wanita berambut perak, tapi sayangnya tak ada informasi apapun yang dapat membantu mengisi rasa ingin taunya.

Tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas dipikirannya. Ia teringat informasi yang diberikan oleh Rui mengenai seseorang yang menjadi murid dari Satomi, yaitu Miagahara Kasuka. Maeno ingin mencari tau tentang murid itu, tetapi sayangnya sekarang adalah waktu dimana kantuknya sudah datang pada dirinya.

Ia tak punya pilihan lain selain tertidur untuk menunggu hari esok, melanjutkan pekerjaannya.

...----------------...

[Kantor Polisi, Tokyo, 09:58 A.M]

Keesokan harinya di dalam ruangan arsip, Maeno mencari arsip file dari untuk mendapatkan informasi terkait Miagahara Kasuka, yang menjadi salah satu dari murid Satomi. Ia memeriksa satu persatu dari arsip 'Insiden Penyerangan Gedung Uehara oleh Walpurgistnacht'.

Setelah memeriksanya, Ia menemukan satu file yang berisi tentang Miagahara Kasuka. Ketika melihat fotonya Maeno terkejut. Foto itu adalah sesosok gadis yang memiliki rambut pendek perak dan bola mata agak bulat berwarna ungu. Dia jadi mengingat wanita berambut perak yang mirip dengan penampilan Kasuka. Ia terlihat menggunakan seragam SMP Saibara. Dikatakan bahwa Ia merupakan salah satu sanksi dari kejadian tersebut.

Maeno lanjut memeriksa dokumen arsip itu mengenai Kasuka untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi. Ia tinggal bersama dengan Uehara Satomi yang saat itu menggunakan nama Minamoto Satomi. Kasuka memiliki riwayat dalam prestasi akademik, berpedang, dan menjadi asisten mengajar. Kasuka dikatakan adalah gadis yatim piatu yang diadopsi oleh Minamoto Satomi.

"Sepertinya aku bisa menggunakan beberapa file dari arsip ini untuk mencari tahu soal dirinya."

Maeno menyimpan beberapa barang yang dibutuhkan untuk menginvestigasi dan mencari tahu tentang Miagahara Kasuka untuk lebih lanjut.

...----------------...

[Distrik Tokyo, Shinjuku, 11:05 A.M]

Dalam tugasnya kali ini, Maeno memantau aktivitas Yōkai lainnya yang ada di kota ini sambil melakukan supervisi terhadap polisi lainnya sebagai Inspektur.

Ia mengatur mereka dengan tegas untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemantauan di Kota Shinjuku. Pemantauan itu berjalan baik pada awalnya. Namun ditengah berjalannya tugas pemantauan itu, tiba-tiba ada Yōkai yang menunjukkan perilaku tidak biasa.

Mereka keheranan dengan perilaku Yōkai yang berbentuk seperti Ular dengan badannya yang gemetar dan menggeram, terkapar di jalanan.

Maeno kemudian mendatangi tempat dimana para polisi itu berkumpul mendapati Yōkai ular itu.

"Ada apa ini?"

Salah satu polisi bawahannya merespon.

"Ada Yōkai yang terkapar dengan tidak normal, komandan!"

Lalu Maeno memerintahkan mereka untuk melakukan pemeriksaan secara hati-hati.

"Cepat periksa dengan hati-hati!"

Perintah Maeno.

"Baik Komandan!"

Polisi itu memberi hormat dan segera mendekati Yōkai ular itu dengan berhati-hati. Beberapa dari mereka terlihat berkeringat dingin karena ketakutan, namun mencoba menguatkan nyali mereka agar bisa menyelidikinya.

Ketika salah satu polisi menyentuh kepala Yōkai ular itu tiba-tiba Yōkai itu mengamuk.

*GRROOOOWWWWWLLL*

Yōkai Ular itu mengamuk dan memakan tangan dari salah satu polisi yang menyentuh kepalanya.

"AAAAAAAAAHHHHHHH!!"

Polisi itu berteriak kesakitan mendapati tangan kiri-nya yang termakan oleh Yōkai Ular yang mengamuk itu.

"APA-!?"

Polisi yang lainnya kaget dan segera mengeluarkan pistol khusus yang memiliki energi sihir untuk menyerang Yōkai Ular itu.

Warga di sana mulai panik dan berlari ketakutan sambil berteriak histeris. Melihat kejadian itu, Maeno memerintahkan polisi yang tersisa untuk membantu evakuasi Warga Shinjuku.

"Yang lain, cepat evakuasi warga!"

"BAIK!"

Dengan sigap polisi yang lainnya membantu proses evakuasi warga. Maeno setelah itu bergegas berlari mendekati salah satu polisi yang kehilangan tangan kirinya. Ia membawanya bersama dengan polisi lainnya agar jauh dari tempat penyerangan.

Diluar dugaan, tiba-tiba ada salah satu Yōkai lagi yang menunjukkan gejala sama seperti Yōkai Ular tadi. Dan Yōkai lainnya pun satu per satu menunjukkan gejala yang sama secara bersantai. Mereka secara beruntun mulai menyerang para polisi dan warga yang ada di sana.

"Apa yang terjadi!?"

Seru salah satu polisi itu. Yōkai-Yōkai itu pun ikut mengamuk dan menyerang polisi yang ada di sana. Beberapa dari polisi itu mencoba menyerang Yōkai itu untuk menghentikannya. Awalnya Yōkai itu sempat terluka karena peluru sihir itu, tetapi beberapa detik kemudian lukanya pulih dan kembali menyerang mereka. Polisi-polisi itu tetap berusaha mengalahkannya, tapi sayangnya usaha mereka sia-sia. Satu per satu polisi itu dimakan dan dikoyak-koyak hingga darah berceceran dimana-mana.

Mayat mereka ada yang terkapar dan ada juga yang dimakan oleh Yōkai itu.

Polisi yang kehilangan tangan kirinya terjatuh dan Maeno langsung bergegas ingin menyelamatkannya. Ada salah satu Yōkai burung yang datang menyerangnya.

"AAAAAHH!"

Polisi itu berteriak. Maeno langsung dengan sigap menembak Yōkai burung itu untuk mengelabuinya. Sialnya burung itu tetap beregenerasi seiring Maeno menembaknya terus-menerus. Yōkai Burung itu datang menyerang Maeno, dan membuat Maeno terlempar ke arah gedung.

"AKH!"

Badannya terlempar ke tembok gedung dengan keras. Maeno pun terjatuh, namun Ia berusaha untuk berdiri kembali. Maeno melihat polisi yang kehilangan tangan kirinya itu terkapar tidak berdaya dengan kedua kakinya terkoyak sambil berteriak ketakutan bercampur rasa sakit.

Jaraknya begitu jauh dari si polisi itu, tetapi Maeno tetap segera berlari ke sana.

Naas-nya salah satu Yōkai Babi Hutan menyeruduk dan mengoyak badannya dengan taringnya.

Mata Maeno melebar menyaksikan kejadian itu dengan ekspresi tegang. Badannya terasa dingin melihat kematian mereka satu per satu.

Tapi Ia segera menyadarkan dirinya dari kejadian itu dan mengambil Walkie Talkienya untuk memanggil bantuan di tempat yang tersembunyi dari Yōkai-Yōkai yang mengamuk itu.

"E-01! E-01! Kami dari tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Kondisi Darurat! Serangan dari Yōkai dengan alasan tidak diketahui terjadi! Warga tengah dievakuasi dan banyak polisi berguguran!"

"Mohon segera beri bala bantuan untuk tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Tolong datang secepatnya! Sekali lagi ini darurat!"

"Dimengerti!"

Setelah meminta bala bantuan, Maeno melihat ke sekitarnya untuk mengawasi apakah ada Yōkai di dekatnya. Ia melihatnya dengan hati-hati agar tidak tertangkap.

Di dalam hatinya Maeno merasa terisak karena Ia tidak bisa menyelamatkan rekan-rekan polisinya yang lain yang telah diserang oleh Yōkai. Namun di sisi lain Ia tidak bisa membiarkan dirinya mati sia-sia.

"Kenapa bisa jadi seperti ini...?"

Ia mengepalkan tangannya karena merasa terpojok dengan situasi yang tiba-tiba terjadi. Keringatnya jatuh di sekujur kepalanya. Maeno mencoba berpikir keras cara untuk mengatasi insiden ini di tempat persembunyiannya. Ia jadi teringat dengan percakapannya bersama Rui sebelumnya.

Ia pun menyadari bahwa Yōkai-Yōkai ini pasti dikendalikan seperti yang ditebak oleh Rui saat itu.

Dari balik tempat persembunyiannya yang berupa post kosong itu, Ia dapat mendengar teriakan rekan-rekannya yang diserang oleh Yōkai.

Maeno tidak mau tertinggal diam lebih lama lagi dan pelan-pelan keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melihat ke sekitarnya dan berusaha untuk tidak tertangkap Yōkai.

Ia pun langsung lari dengan cepat sebelum tertangkap oleh mereka.

"AKH!"

Tiba-tiba, kakinya tertarik dan Maeno terseret ke arah tarikannya. Ketika Maeno melihat ke arah belakang, terlihat Yōkai yang berbentuk seperti bunglon yang menariknya ke arah mulutnya.

Ia berusaha untuk menahan tarikannya dengan memegang tiang jalanan kuat-kuat. Maeno ingin mengambil pistol sihirnya, namun tarikan lidah Yōkai Bunglon itu sangat kuat sehingga Ia kesulitan untuk mengambilnya.

Di kondisi terpojok seperti ini Maeno hanya bisa berusaha bertahan dengan cara apapun itu. Namun apa daya, tarikan Yōkai Bunglon itu makin kuat dan Maeno sudah tidak bisa menahannya lagi.

Pegangan Maeno pun pada tiang itu sudah tidak kuat lagi dan badannya pun tertarik ke arah mulut Yōkai Bunglon itu. Ia hanya bisa menanti nasib yang akan menghampirinya.

..........

*SHRAAAAAAAAAAAASH!*

Terdengar suara tebasan pedang. Maeno terlepas dari lidah Yōkai Bunglon itu. Ia terjatuh ke tanah dan melihat siapa yang menebas Yōkai itu.

Matanya melebar terkejut ketika Ia melihat sesosok wanita dengan rambut perak, jas putih, dan membawa pedang katana. Sosok yang sama Ia temui ketika mendatangi Pemakaman Insiden Uehara.

*GRROOOAAAAWWWRRRR*

Yōkai Bunglon itu menggeram kesakitan karena lidahnya terpotong. Yōkai itu langsung mengamuk membabi buta dan menyerang ke arah wanita berambut perak itu, dan membuka mulutnya dengan lebar.

"AWAS!"

Maeno berteriak sebagai tanda peringatan kepada wanita itu yang hendak dimakan oleh Yōkai Bunglon itu. Namun sayangnya, Yōkai itu sudah memasukkan wanita itu ke dalam mulutnya, dimana Maeno melihat kejadian itu dengan geger.

Akan tetapi....

*ZHRAAAAAAAAAASH!*

Tiba-tiba badan Yōkai Bunglon itu terpotong-potong dan menghilang seperti terbakar api. Wanita itupun keluar dari tubuh Yōkai yang hancur itu.

Maeno hanya tertegun dan tidak bisa berbicara apa-apa melihat wanita berambut perak yang mengalahkan Yōkai dengan katana-nya. Wanita itu terlihat mirip dengan gadis yang ada di dalam foto file arsip itu, yaitu Miagahara Kasuka.

Maeno berpikir, apakah wanita ini adalah sosok yang Ia cari?

Lidah Yōkai Bunglon yang melilit kakinya pun ikut menghilang kemudian. Wanita itupun berjalan mendekati Maeno.

"Apa kau baik-baik saja?"

Ia menanyakan kondisi Maeno sambil mengulurkan tangannya. Matanya yang berwarna ungu dan itu memandang Maeno dengan serius. Maeno langsung tersadar dari pikirannya.

"Ah, aku baik-baik saja."

Maeno menerima tangan wanita itu yang membantunya berdiri.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku."

Ucap Maeno sambil berterima kasih. Wanita itu kemudian menghimbau Maeno.

"Yōkai-Yōkai itu masih mengamuk, kita harus cepat turun tangan!"

Ia mengatakannya dengan tegas.

"Kau benar, ayo kita kalahkan Yōkai yang lain dan selamatkan kota ini dari serangannya!"

Maeno menyahut dan mengikuti wanita itu untuk segera mengalahkan Yōkai itu. Sebenarnya Maeno ingin bertanya tentang dirinya, tapi sayangnya saat ini bukan situasi yang tepat untuk membicarakannya. Ia tak punya pilihan lain selain menyimpannya pertanyaannya untuk nanti.

Mereka pun berlari ke kumpulan polisi yang sedang kewalahan menghadapi Yōkai-Yōkai itu.

Beberapa dari mereka telah gugur dan sebagiannya masih berusaha bertahan dari serangan mereka.

Maeno segera memanggil kembali bala bantuan yang Ia minta sebelumnya dengan Walkie Talkie-nya.

"E-01! E-01! Kami dari tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Sekarang dimana lokasi kalian!?"

"I-05, Kami dari tim investigasi E-01 sekarang berbicara! Saat ini kami sudah berada di perempatan dekat stasiun Yotsuya-Sachōme kode M-11! Kami akan segera menuju destinasi tujuan untuk memberikan bala bantuan!"

Salah satu polisi dari tim investigasi E-01 meresponnya.

"Sekarang bagaimana kondisi sektor 1-4-1?"

"Saat ini Yōkai-Yōkai masih mengamuk di jalanan! Mereka masih menyerang kami dan para warga sipil!"

"Kami akan datang secepatnya! Lindungi para warga dan tim investigasi yang tersisa!"

Tegasnya. Maeno langsung dengan cepat meresponnya sambil berlari menghindari serangan Yōkai.

"Baik! Tolong datang secepatnya!"

"Dimengerti!"

Setelah menutup panggilan dari Walkie Talkie-nya, Maeno lanjut berlari bersama wanita berambut perak itu.

Sambil tetap mencoba menghindari serangan Yōkai dimana wanita berambut perak itu juga melindungi Maeno dan polisi-polisi lainnya yang masih hidup bertahan melawan Yōkai mengamuk itu.

Maeno mencoba memberi bantuan terhadap wanita berambut perak yang tengah menebas Yōkai itu satu per satu. Ia mengeluarkan pistol sihirnya yang ditembakkan ke arah Yōkai itu.

*DUOS!* *DUOS!* *DUOS!* *DUOS!*

Tembakannya mengenai sasaran dimana satu per satu Yōkai itu terluka, namun tiba-tiba badan mereka malah pulih lagi seperti semula.

"Kenapa tembakan dari pistol sihir ini tidak bekerja!?"

Seru Maeno yang kaget karena melihat hal semacam itu.

"Sebenarnya apa yang membuat Yōkai itu pulih kembali badannya!?"

Seru satu polisi yang bertahan di sana juga kebingungan bercampur tegang.

Tak lama kemudian, ratusan Yōkai berdatangan dari seluruh penjuru mengelilingi mereka. Sontak sebagian yang ada dilokasi itu menjadi shock bercampur dengan rasa tegang.

"Ada apa lagi ini!?"

"Yōkai-Yōkai ini berkumpul!?"

Beberapa dari polisi itu mulai berseru satu sama lain melihat kumpulan Yōkai itu.

Kemudian para Yōkai itu mulai berkumpul di satu tempat dan bersatu. Tiba-tiba muncullah sebuah cahaya sihir merah dimana para Yōkai itu berkumpul. Suara geraman yang keras dari Yōkai-Yōkai itu terdengar hingga ke penjuru Kota Shinjuku.

Setelah mereka semua berkumpul, muncullah akar berwarna merah tua kehitaman yang menjalar ke langit dan mengeluarkan aura berwarna merah maroon mengeluarkan semacam energi.

Muncullah Monster Yōkai raksasa yang menyerupai Rubah dengan warna merah gelap, memiliki banyak ekor dan mata yang banyak.

*RROOOOOAAAARRRRRR!!*

Geraman dari Yōkai raksasa itu menimbulkan hembusan nafas yang kuat, menerjang kota itu.

Beberapa polisi itu mulai gemetar bercampur dengan rasa takut dan tegang. Keringat dingin mengucur badan mereka.

Yōkai rubah raksasa itu mengeluarkan api dari mulutnya dengan aura merah gelap. Kemudian menyemburkannya ke segala penjuru yang mulai membakar sebagian gedung dan menghancurkan sisanya.

Mereka nyaris terkena serangan Yōkai rubah raksasa itu. Maeno yang melihat kondisi mendadak ini mulai merasakan bahwa situasinya tidak begitu menguntungkan bagi mereka. Ia tidak punya pilihan lain selain mundur dari tempat ini.

"Semuanya! Situasi saat ini tidak menguntungkan! Kita harus mundur!"

Maeno memberikan perintah dengan suara lantang dan tegas.

"Baik!"

Semua polisi itu menjawab, lalu Maeno menoleh ke wanita berambut perak itu.

"Nona, sebaiknya kau juga mu-"

"Hati-hati!! Menghindar!"

Wanita itu menyuruh mereka untuk menghindar ketika api itu diarahkan kepada mereka oleh Yōkai rubah raksasa itu.

Semuanya langsung menghindar dari serangan rubah itu. Api-apinya menutupi jalan untuk pergi dari tempat itu.

"Sial!"

Seru Maeno ketika melihat jalanan itu tertutupi. Kini mereka sudah tak bisa berkutik kemana-mana lagi dari Yōkai rubah raksasa itu. Para polisi itu juga mulai gelisah dan putus asa menghadapi situasi ini.

"Aku tak punya pilihan lain..."

Gumam wanita berambut perak itu dapat terdengar oleh Maeno. Ia menoleh ke arahnya.

"Nona, apa yang kau ingin lakukan?"

Salah satu polisi itu membuka mulutnya. Wanita berambut perak itu pun merespon.

"Aku yang akan mengalahkannya."

Sontak hal itu membuat para polisi kebingungan sembari meragukan perkataan wanita itu. Maeno pun menanyainya lagi.

"Bagaimana kau akan mengalahkannya?"

Setelah itu salah satu polisi menyusulnya.

"Iya! Kau tidak akan bisa mengalahkannya, nona! Bahkan pistol sihir itu pun tidak dapat membunuhnya!"

Namun wanita itu tetap melangkah perlahan, mendekati Yōkai rubah raksasa itu.

"Semua ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku."

Jawabnya dengan nada yang tenang. Maeno langsung bertanya kembali, dengan wajah yang masih kebingungan.

"Apa maksudmu?"

Wanita itu tetap berjalan dan langsung berlari cepat ke Yōkai rubah raksasa tanpa menjawab Maeno kali ini.

*RROOOOOAAAARRRRRR!!*

Yōkai raksasa itu mulai menggeram keras lagi. Ia mulai mengarahkan serangan cakarnya ke wanita itu, tapi meleset.

Ia mulai menyerang lagi dan wanita itu menangkisnya dengan katana-nya. Terjadinya pertarungan sengit antara wanita itu dengan si Yōkai raksasa.

Pertarungan itu terlihat menegangkan di mata para polisi itu termasuk Maeno.

Ia menyaksikan seberapa mahir dan berbakatnya wanita itu dalam menggunakan katana dengan teknik menyerang yang bagus.

Ayunan pedangnya begitu lincah dan cepat.

Sampai pada saat Yōkai itu mau mengeluarkan semburan api yang sangat besar, semua yang ada disekitarnya mulai terasa panas dimana Ia menyerap semua api yang terbakar di kota itu dan menjadi sebuah bola api merah gelap yang pekat.

Wanita itu menarik katana keduanya sambil menutup mata-nya.

"NONA!!"

Teriak Maeno ketika Ia melihat Yōkai raksasa itu hendak mengarahkan serangannya pada wanita berambut perak itu. Para polisi di sana juga sudah mulai panik melihat wanita itu sendirian menghadapi serangan Yōkai yang dahsyat itu. Hawa di sekitar mereka makin memanas karena aura dari bola api yang kuat itu.

Ketika Yōkai itu sudah mau mengeluarkan serangannya, wanita itu mengucapkan sesuatu.

"Teknik Hayashibara, Elemen penembus dunia fana......"

"Di luar angkasa, melampaui Elemen fisik....."

"Akashic record yang mengakar dari zaman lampau.... memanifestasikan akarnya....."

Tiba-tiba disekitar tempat itu muncul sebuah aura yang mirip dengan cosmos yang samar-samar.

"Kesadaran yang tiada berwujud...... menyatu dengan ether..... bermanifestasi dari kekosongan....."

Yōkai rubah raksasa sudah hampir menyemburkan apinya, lalu wanita itu membuka matanya dengan perlahan.

"Akashic Bhuana, manifestasikan apa yang aku pegang......"

Terdengar bunyi tetesan air dan muncullah sebuah medan dimana terdapat taman kosmik luas dengan perairan berbintang yang luas dan bunga teratai yang menyebar di perairan itu.

Semua polisi termasuk Maeno tercengang melihatnya. Dimana wilayah itu tiba-tiba berubah menjadi medan taman kosmik yang luas.

Mata wanita itupun berubah menjadi ungu tua berbintang. Kedua katana-nya mengeluarkan aura berwarna ungu terang mengambil energi di sekitar sana.

Yōkai raksasa itu menyemburkan bola api dahsyat itu ke arah wanita berambut perak.

Ia menebasnya dengan tebasan yang melintas seperti dua komet ungu terang ke arah api besar itu, dan melenyapkannya.

Wanita itu langsung menebas ke arah Yōkai itu dengan serangan yang lincah dan cepat. Yōkai raksasa itu tersayat-sayat dan mengerang keras.

Sampai wanita itu mengeluarkan tebasan terakhirnya, Ia menciptakan tebasan dari ungu terang yang langsung menciptakan void yang memusnahkan tubuh Yōkai raksasa itu.

Yōkai itupun terkalahkan dan musnah dari tempat itu. Beberapa saat kemudian medan itu kembali menjadi Shinjuku dimana mereka berada sebelumnya.

Semua polisi yang menyaksikannya melihatnya sambil tercengang melihatnya.

Yōkai itu kini telah dikalahkan, dan wanita itu hanya berdiri dengan tenang tanpa tergugah oleh reaksi polisi itu.

Maeno memandang wanita itu dengan mata yang melebar, dan tidak menyangka bahwa Ia menyaksikannya langsung di depan matanya. Sebuah pikiran pun melintas di kepalanya terkait informasi-informasi yang Ia miliki dari arsip file dan sosok yang Ia temui di pemakaman itu.

Apakah itu artinya, Maeno menemukan sosok yang Ia cari selama ini?

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!