NovelToon NovelToon

Pesona Janda Kembang

Perjodohan

Namanya Sisilia Aramita, seorang gadis cantik, ramah dan ceria. Berpostur tubuh tinggi sekitar 165cm dengan bentuk tubuh ideal. Tak ada laki-laki yang tak tertarik padanya.

Dia seorang gadis yang pintar, mahasiswi semester akhir di sebuah perguruan tinggi terkenal di ibukota. Kini usianya baru dua puluh tahun namun ia sudah hampir menyelesaikan kuliahnya.

Dulu ia siswa berprestasi di sekolahnya, terbukti ia diterima di kampus favorit dengan jalur beasiswa. Selain menjadi mahasiswa, ia juga bekerja paruh waktu sebagai petugas perpustakaan di kampusnya.

Ia sengaja bekerja paruh waktu karena ia ingin mendapatkan uang lebih dan bisa ia tabung jika ada keperluan mendadak. Ia seorang gadis yang mandiri, ia berani hidup di ibukota yang terkenal keras. Tak jarang ia sering digoda oleh para lelaki namun ia tak pernah takut.

Sisil sewaktu sekolah pernah ikut beladiri dan sudah mendapat sabuk cokelat. Namun ia tak pernah memakai kemampuannya itu meski ia sering digoda oleh para lelaki.

Ia trauma, dan sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menggunakan kemampuan beladirinya jika nyawanya tidak terancam. Dulu sewaktu ia masih sekolah, ia pernah diganggu oleh seorang anak tuan tanah di tempat asalnya, ia pun menghajar anak itu sampai babak belur dan orang tuanya meminta pertanggung jawaban pada kedua orang tuanya.

Mamanya sampai terkena serangan jantung karena masalah itu, sejak saat itu ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika masih bisa menghindari masalah ia tak akan menunjukkan kemampuannya itu kecuali jika nyawanya sudah benar-benar terancam.

.

Seperti biasa Sisil selalu bangun pagi, ia sejak kecil sudah terbiasa bangun pagi dan mulai membersihkan kamar kosnya. Setelah kamar kosnya bersih dan rapi ia pun memasak untuk sarapan, kebetulan kamar kosnya termasuk kos yang bagus. Terdapat dapur di belakang kamar tidur dan juga kamar mandi serta teras untuk ia sekedar duduk-duduk atau menjemur pakaiannya.

Tok...tok...tok...

Sisil pun membuka pintu kamar kosnya, dan seperti biasa teman satu kosnya bernama Nadia seorang mahasiswi kedokteran selalu masuk ke kamarnya untuk menumpang sarapan.

Nadia ini gadis yang jenius, ia bisa meracik obat-obatan sendiri yang bisa menyembuhkan orang sakit dengan cepat. Namun sayangnya dia gadis yang manja, ia tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendir, namun ia sangat loyal pada Sisil.

"Sil...kamu masak apa pagi ini?" Nadia masuk ke dapur

"cuma masak nasi sama ayam goreng Nad, aku sedang malas masak" ucap Sisil membuka penanak nasi

"aku lapar Sil" Nadia nyengir kuda

"kalau lapar langsung makan saja, aku mau mandi dulu, pagi ini aku ada bimbingan dosen" ucap Sisil

"baiklah...kalau kamu memaksa" Nadia mengambil piring kemudian mengisinya dengan nasi

"dasar kamu itu..." Sisil sudah tahu tabiat Nadia yang suka basa-basi

Sisil pun masuk ke dalam kamar mandi, setelah lima belas menit ia pun keluar dengn wajah yang lebih segar.

"dari tadi ponselmu bunyi terus Sil, aku sampai pusing mendengarnya" ucap Nadia sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya

Sisil pun mengambil ponselnya, dan di sana tertera papanya yang menelpon.

"halo pa...tumben pagi-pagi telepon" ucap Sisil sambil berjalan ke lemari

"kamu kapan lulus?" ucap papanya di seberang sana

"dua bulan lagi Sisil wisuda pa" jawab Sisil

"setelah wisuda kamu segera pulang, papa mau menjodohkan kamu dengan Andi"

"apa pa? Sisil nggak mau, Sisil mau kerja dulu pa..." Sisil kesal tiba-tiba saja papanya menjodohkannya meskipun Andi itu adalah cinta pertamanya, namun ia ingin bekerja dulu dan menurutnya ini masih terlalu muda baginya untuk menikah

"pokoknya kamu harus menurit sama papa! Kamu nggak ingin mama kamu sakit lagi kan?"

"baiklah pa..." jawab Sisil lirih

Kemudian sambungan telepon itu terputus. Sisil mengusap wajahnya "aarrgghhh...." kenapa sih papa selalu saja memaksakan kehendaknya

Nadia yang sudah selesai makan pun, menghampiri Sisil yang tampak kusut wajahnya.

"kenapa Sil?"

"aku disuruh pulang Nad, mau dijodohkan" ucap Sisil lesu

"terus?"

"aku sebenarnya menolak, tapi aku takut penyakit mamaku kambuh kalai banyak pikiran" ucap Sisil lirih

Nadia menarik Sisil ke dalam pelukannya "memangnya kamu dijodohkan dengan aki-aki bau tanah?" Nadia sengaja menggodanya

"idih....ogah banget deh... " Sisil bergidik membayangkan calon suaminya kakek-kakek ompong yang giginya tinggal dua

Nadia tergelak "lalu siapa dong?"

"mantan pacarku waktu SMP Nad, dia cinta pertamaku"

"lalu masalahnya dimana? Bukankah itu bagus, kamu menikah dengan cinta pertamamu?"

"huh...." apa yang diucapkan oleh Nadia ada benarnya "tapi aku dulu putus karena dia selingkuh Nad, aku takut saja...." ucap Sisil dengan wajah sendu

"yah...mungkin saja sekarang dia telah berubah" ucap Nadia sok bijak

"tapi aku masih ingin bekerja dulu Nad, umurku masih 20 tahun...masih belum kepikiran untuk menikah dan punya anak" Sisil terduduk lemas ia membayangkan kehidupannya jika menikah muda dan mempunyai anak, pasti ia tak akan punya waktu untuk dirinya sendiri.

"kamu belum ingin punya anak?" tanya Nadia

Sisil pun menoleh pada Nadia dan menganggukkan kepalanya. Ia masih belum siap berumah tangga apalagi sampai memiliki anak, ia takut akan gagal menjadi orang tua.

"aku bisa membantumu untuk masalah itu" ucap Nadia tersenyum

"apa itu Nad?"

"nanti aku buatkan obat, yang harus kamu minum sesuai anjuranku" ucap Nadia berusaha menenangkan Sisil

"terima kasih Nad...kamu memang teman terbaikku" Sisil pun memeluk Nadia.

Setelah sedikit masalahnya menemukan jalan keluar, Sisil pun segera berangkat ke kampus. Ia tak menyangka ia akan dijodohkan dan harus menikah muda, padahal ia ingin menikah di umur yang sudah matang.

Ia ingin membangun karirnya terlebih dahulu. Ia bingung harus meminta pendapat siapa lagi. Kakak perempuan satu-satunya memilih segera menikah dan keluar dari rumah dan pergi sejauh mungkin karena sikap papanya yang suka memaksakan kehendaknya.

Ia bingung apakah ia kan menyetujui perjodohan itu, atau kah menolaknya. Jika menerima resikonya kebebasannya terenggut, kalau menolak resikonya mamanya akan jatuh sakit kembali.

.

.

.

B e r s a m b u n g

Hai...hai...othor kembali lagi dengan judul baru, semoga reader suka ya...jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca

Please like, comment dan votenya ya....Nona tunggu gaes.. Thank you...

Lulus

Dengan langkah gontai ia berjalan ke kampusnya yang terletak tak jauh dari kosnya. Jarak kampus ke kosnya hanya sepuluh menit jika jalan kaki.

Dia pun duduk di depan ruang dosen menunggu dosennya selesai mengajar. Setelah melihat dosennya masuk ke ruangannya, ia pun kemudian mengetuk pintu kemudian mendorongnya.

Setelah menyerahkan hasil draft skripsinya, ia pun duduk menunggu dosennya membacanya. Dosen pembimbingnya itu terkenal sangat teliti. Sekitar lima belas menit ia menunggu dosennya itu membaca, ia melihat dosennya itu meletakkan draftnya di meja.

"semua sudah lengkap, selasa depan kamu bisa sidang, dan dua bulan lagi kamu bisa wisuda" ucap dosen itu

Hati Sisil bersorak, setidaknya di dalam kesedihannya ada sedikit kebahagiaan.

"baik bu...terima kasih, saya permisi" ucap Dina membungkukkan badannya kemudian keluar dari ruang dosennya itu.

Ia merasa lega, karena bisa segera sidang skripsinya. Kini ia hanya ingin fokus dengan sidangnya, masalah perjodohan, Sisil abaikan dulu.

Ia tak mau konsentrasinya terpecah dan berakibat hasil sidangnya tidak seperti yang ia harapkan. Jika hasil sidangnya tidak bagus, Sisil takut ia harus membayar uang kuliah semester ini.

Karena dalam peraturan beasiswa, nilai-nilainya harus minimal B, jika dibawah itu maka beasiswanya akan dibatalkan oleh pihak kampus. Meskipun Sisil sendiri sudah memiliki tabungan dari hasil bekerja, namun ia tetap ingin menyelesaikan kuliahnya tanpa harus membayar sepeserpun.

Satu minggu kemudian, hari yang Sisil nanti akhirnya tiba. Jadwalnya sidang adalah pukul sepuluh pagi. Semalaman ia sulit untuk tidur, yang ada di pikirannya adalah, ia tak ingin gagal dalam sidang itu.

Dosen pengujinya adalah dosen yang terkenal killer di kampusnya. Mereka tak segan-segan memberi nilai buruk jika sedikit saja melakukan kesalahan.

Pukul sembilan lebih tiga puluh Sisil telah sampai di kampus. Ia duduk di depan ruang sidang dengan perasaan gugup. Ia ditemani oleh Nadia dan juga teman kuliahnya bernama Febi.

Sisil tak memiliki banyak teman di kampus itu, padahal ia gadis yang baik, periang dan ramah. Namun semua teman kampusnya kebanyakan dekat dengannya hanya karena ingin memanfaatkan kepintarannya. Dan yang lainnya, tidak suka karena iri melihat Sisil digilai oleh cowok-cowok di kampus itu.

Dosen penguji telah masuk ke ruangan, Sisil pun juga ikut masuk ke dalam ruang sidang.

"semangat Sil..." Nadia mengepalkan tangannya ke atas sesaat sebelum Sisil menutup pintu ruang sidang.

Sisil pun mulai mempresentasikan skripsinya di depan tiga orang dosen penguji. Presentasi berjalan lancar, sekarang saatnya pengujian, Sisil gugup ia takut salah menjawab. Dosen yang ada di depannya itu tak ada yanh berwajah manis dan ramah, mereka semua berwajah sinis dna jarang tersenyum.

Pertanyaan demi pertanyaan berhasil Sisil jawab dengan lancar. Perlahan rasa gugupnya menghilang karena dosen-dosen yang ada di hadapannya itu tidak seperti yang teman-temannya ceritakan.

Akhirnya Sisil dinyatakan lulus dengan nilai sempurna. Sisil bisa bernafas lega, karena beasiswanya di semester akhir ini berhasil ia pertahankan.

Sisil keluar dari ruang sidang dengan hati bahagia. Ia bisa lulus hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun. Dan nilai-nilainya pun sempurna.

"aku lulus..." ucap Sisil histeris ketika keluar dari ruang sidang

"aaaa...selamat...aku tahu kamu pasti lulus...." ucap Nadia menghambur pada Sisil.

"selamat Sil...aku bangga padamu..." ucap Febi, Sisil mengurai pelukannya kemudian memeluk Febi.

"ah...Feb...aku senang sekaligus sedih..."

"kamu sudah lulus kenapa harus sedih?"

"setelah lulus kita akan berpisah..." ucap Sisil sendu

"memangnya kamu mau kemana?" Febi mengurai pelukan mereka

"aku harus kembali ke kota asalku Feb..." wajah Sisil tampak mendung

"oh...aku kira kemana, kita kan masih bisa saling mengunjungi" Febi terkekeh

"semoga..." ucap Sisil "ke kantin yuk...aku traktir..." ucap Sisil

Mereka bertiga pergi ke kantin. Semua mata cowok-cowok memandang ke arah mereka. Nadia dan Febi tak kalah cantik dari Sisil namun yang paling cantik tetap Sisil.

Sisil merupakan paket komplit seorang perempuan, banyak cowok-cowok yang mendekatinya namun tak ada yang bisa menggetarkan hatinya. Hanya satu orang yang bisa menggetarkan hatinya yaitu cowok bernama Arman, dia kakak tingkatnya dan kini cowok itu sudah lulus.

Mereka bertiga pun makan di kantin, mereka bersenda gurau. Tak menghiraukan tatapan para cowok-cowok yang dari tadi menatap lapar pada mereka bertiga.

Sisil sudah biasa ditatap seperti itu, ia hanya acuh dan tak mau meladeni cowok-cowok mata keranjang yang hanya melihat ia dari fisiknya saja.

"setelah ini apa rencana kamu?" tanya Febi

"menikah" jawab Sisil dengan wajah murung

"menikah? Apa aku nggak salah dengar?" Febi terkejut, selama ia mengenal Sisil ia belum pernah melihat Sisil berpacaran namun kini ia akan menikah

"enggak Feb...kamu nggak salah dengar" ucap Dina lirih

Febi menatap pada Nadia, kemudian menatap lagi pada Sisil "dengan siapa Sil?"

"aku dijodohkan Feb dengan teman SMP ku dulu" jawab Sisil dengan raut wajah yang memendam kesedihan

"jaman modern begini kok masih dijodohkan, kenapa kamu enggak menolak Sil?"

"jika aku menolak nyawa mamaku taruhannya Feb, jadi aku nggak punya pilihan lain" ucap Sisil murung

"yang sabar ya Sil...semoga kamu bisa melalui semuanya dengan baik" ucap Febi sambil membelai punggung Sisil yang tampak bergetar.

Setelah dari kantin, Sisil pergi ke perpustakaan karena ia harus bekerja. Jam kerjanya hari ini sampai jam delapan malam nanti. Meskipun hanya paruh waktu menjadi penjaga perpustakaan, namun gaji yang ia dapat lumayan.

Selama di perpustakaan Sisil mencoba untuk tetap ceria, meskipun hatinya dilema. Ia ingin sekali membangkang, selama ini ia selalu patuh pada papanya.

Apapun yang papanya perintahkan ia akan mentaatinya. Sisil hanya takut kesehatan mamanya memburuk. Ia ingin membahagiakan mamanya karena selama ini Sisil juga tahu mamanya itu tertekan denga sikap papanya yang arogan dan mau menang sendiri.

Berbeda dengan kakaknya yang berani menentang papanya. Kakaknya terpakas kawin lari karena papanya tak merestui hubungan kakaknya itu dengan pacarnya karena alasan yang tidak masuk akal menurutnya.

Terkadang Sisil ingin seperti kakaknya, namun setiap kali Sisil ingin menentang papanya, ia selalu teringat mamanya. Mamanya begitu menyayanginya, sudah banyak yang mamanya lakukan untuk membelanya.

.

.

.

B e r s a m b u n g

Wisuda

Dua bulan berlalu, hari ini hari wisuda Sisil. Dina menguatkan hati karena ia wisuda sendiri tanpa didampingi oleh kedua orang tuanya. Dina berjalan memasuki auditorium kampusnya.

Ada rasa iri ketika melihat teman-temannya didampingi oleh orang tua atau kekasihnya. Tapi Sisil harus menerimanya, papanya memang tidak pernah mau memahami keinginan anak-anaknya.

Nama Sisil disebut sebagai lulusan terbaik tahun ini, dengan nilai nyaris sempurna dan juga lulus tercepat. Riuh tepuk tangan menggema di ruang auditorium, namun Sisil hanya tersenyum kecut. Buat apa menjadi lulusan terbaik jika dua minggu lagi ia akan menikah.

Semua tak ada artinya lagi bagi dirinya, semua usaha jerih payah selama ini lenyap begitu saja ketika papanya menyuruhnya pulang untuk menikah dengan lelaki pilihan papanya.

Meski Sisil pernah begitu mencintai pria pilihan papanya namun itu tak membuat dirinya bahagia. Karena menurutnya waktu bisa merubah seseorang. Ia tak lagi tahu bagaimana mantan pacarnya itu.

Setelah selesai acara wisuda, ia keluar dari ruang auditorium sendirian tanpa teman tanpa pacar juga tanpa orang tua.

"selamat Sil...kamu memang mahasiswa ibu yang paling pintar" ucap dosen pembimbing Sisil

"terima kasih bu" ucap Sisil mencoba terlihat bahagia

"oh...ya...ibu lupa...kemarin ibu sempat mendapat tawaran dari beberapa perusahaan untuk lulusan terbaik, apa kamu tertarik?" tanya dosen itu

"nanti saya pikir-pikir dulu bu"

"sayang lho Sil jika dilewatkan begitu saja, bahkan ada satu perusahaan asing yang sedang membangun anak perusahaan di negara ini juga lho..." ucap dosen pembimbing itu "nanti ibu kirim via email saja ya....perusahaan apa saja yang menawari kamu pekerjaan"

"baik bu terima kasih"

Sisil kembali berjalan menyusuri lorong kampusnya, tak ada yang mempedulikannya, semua sibuk berfoto merayakan kelulusannya. Hampa itu yang Sisil rasakan, bahkan air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Sisil" teriak seseorang memanggil namanya sambil melambaikan tangannya

"eh...hai..." Sisil mempercepat langkahnya dan menghampiri kedua teman baiknya itu

"selamat ya Sil..." Nadia mencium pipi kiri dan kanan Sisil

"congrats...Sil...doain agar aku cepet nyusul.." Febi memeluk Sisil

"nyusul kemana? Lulus atau menikah?" Sisil tersenyum kecut ketika menyebut kata menikah

"lulus lah..." ucap Febi yang tahu Sisil sedang tidak baik-baik saja.

"ayo kita rayakan wisudamu...aku sudah memesan tempat dan studio foto...kita rayakan bertiga hari ini" ucap Nadia

Mereka bertiga pun mengikuti Nadia, menaiki mobil ke studio foto yang langganan Nadia. Setelah puas berfoto mereka pun makan di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus mereka.

"kapan kamu pulang Sil?" tanya Nadia

"mungkin lusa Nad..." ucap Sisil dengan nada sendu

"yang sabar....ya Sil..." ucap Febi

"obat yang aku janjikan sudah aku siapkan...nanti tolong ingatkan aku ya..." ucap Nadia

"kalau habis gimana Nad?" tanya Sisil yang memikirkan jauh ke depan

"kamu kabari aku, nanti aku kirim ke rumah kamu" ucap Nadia sambil meminum jus jeruknya

"pokoknya selalu hubungi kami jika ada apa-apa Sil, kami siap membantu" ucap Febi

Bukan tanpa alasan Nadia dan Febi menawarkan bantuan, mereka berdua anak orang kaya, mereka bisa dengan mudah membantu teman yang membutuhkan apa saja.

"aku akan selalu mengingat kalian" Sisil memaksakan senyumnya.

.

Hari ini Sisil sudah mengemasi barang-barangnya, ia sudah berpamitan pada ibu kosnya dan juga teman-teman satu kosnya. Rasanya berat meninggalkan tempat yang selama tiga tahun ini menjadi tempatnya menumpahkan segala rasa di hatinya.

"ini obat yang aku janjikan Sil" Nadia menyerahkan satu kotak berisi obat racikannya "jika kamu lupa meminumnya kamu tidak akan hamil tapi jangan melebihi satu minggu karena efek obat ini bisa bertahan hingga satu minggu" imbuhnya

"terima kasih Nad..." Sisil memeluk Nadia

"aku berangkat dulu ya Nad..." Sisil mengusap air mata yang jatuh ke pipinya

"hati-hati di jalan, keep contact ya Sil..." Sisil hanya mengangguk kemudian ia menyeret kopernya keluar dari kosnya.

Sisil berniat untuk mampir dulu ke rumah kakaknya yang letaknya berada di pinggiran ibu kota sebelum pulang ke rumahnya.

Satu jam perjalanan, Sisil pun sampai di rumah kakaknya. Sisil menyeret kopernya masuk ke dalam halaman rumah sederhana milik kakaknya itu.

Tok...tok...tok..

Sisil mengetuk pintu rumah kakaknya itu. Tak lama terdengar suara anak kunci diputar, kemudian pintu terbuka.

"Sisil...!" ucap orang yang membuka pintu rumah kakaknya itu

"kak Devi..." Sisil memeluk kakaknya itu.

"kamu sama siapa ke sini...ayo masuk...masuk..." ucap Devi

"kok sepi kak" Sisil mengamati rumah itu

"oh...suami kakak jam segini masih di kantor, sedangkan anak-anak di rumah mertua kakak Sil..." Devi tampak bahagia

"kak...boleh aku tanya sesuatu?"

"apa itu?"

"apa kakak bahagia?"

"sudah pasti kakak bahagia Sil...kenapa bertanya seperti itu?"

"papa menjodohkan aku kak dengan anak temannya" ucap Sisil sendu

"masih saja papa begitu" ucap Devi kesal

"aku tidak bisa menolaknya kak, kakak tahu sendiri bagaimana papa, apalagi dengan kondisi mama yang begitu, aku jadi serba salah" air mata Sisil lolos begitu saja

"kamu yang sabar ya Sil...kakak doakan yang terbaik untukmu" Devi membelai lembut punggung adiknya yang tampak bergetar itu.

"kak...boleh aku minta tolong?"

"apa Sil?"

"aku titip surat-surat penting dan sebagian barang milikku di rumah ini? entah kenapa aku punya firasat buruk" ucap Sisil

"kakak akan bantu kamu, tapi kamu jangan punya pikiran buruk, kamu harus tetap semangat menjalani hidup kamu, kakak percaya Tuhan punya rencana indah untuk kamu" Devi mencoba menghibur adiknya itu. Devi sadar ia tak bisa berbuat banyak untuk membantu adiknya

"terima kasih kak..." Sisip memeluk kakaknya itu.

"tapi maaf ya Sil...kakak tidak bisa datang ke pernikahan kamu, kakak takut papa akan mengusik kehidupan kakak dan keluarga kecil kakak" Devi membelai lembut punggung Sisil yang terisak dalam pelukannya

"iya kak...Sisil mengerti" Sisil mengurai pelukannya dan menghapus air mata di pipinya.

Ia sadar kini ia benar-benar sendirian menghadapi masalahnya. Sisil akan berusaha untuk tak memiliki pikiran buruk. Ia ingin berjuang dengan hidupnya, entah bisa atau tidak, Sisil tetap akan berusa berjuang untuk hidup yang lebih baik lagi.

.

.

.

B e r s a m b u n g

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!